Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Disusun oleh:
Sonia Afika Aziza
20120310100
Pembimbing:
dr. Rudi Agung Wuryanto, Sp.KK
1
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
di RSUD Temanggung
Disusun oleh:
20120310100
Mengetahui
2
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : An. R
No. RM : 246381
Usia : 4 tahun
Agama : Islam
B. Anamnesis
Keluhan Utama :
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun datang ke Poliklinik Kulit RSUD Kab.
Temanggung dengan keluhan utama muncul bintil-bintil pada tubuh sejak kurang
lebih 1 tahun ini. Bintil-bintil muncul di lengan, tangan, serta kedua kaki. Bintil-bintil
dirasakan semakin bertambah banyak namun tidak membesar dan tidak disertai
keluhan gatal maupun nyeri ketika ditekan maupun tidak, serta tidak ada keluhan
lainnya. Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke dokter umum, obat yang
Riwayat keluhan yang sama (-), riwayat asma (-), riwayat alergi obat sebelumnya
3
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga ataupun orang sekitar yang mengalami hal serupa
C. Pemeriksaan fisik
Berat Badan : 18 kg
D. Pemeriksaan Dermatology
E. Diagnosis Kerja
Moluskum Kontagiosum
F. Diagnosis Banding
Veruka vulgaris
Keratoakantoma
G. Penatalaksanaan
S 2 dd tab ½
S 2 dd ue
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Moluskum kontagiosum merupakan suatu penyakit infeksi virus pada kulit yang
disebabkan oleh virus golongan poxvirus genus Molluscipox dengan wujud klinis berupa
benjolan pada kulit atau papul-papul multiple yang berumbilikasi di tengah, mengandung
badan moluskum, serta dapat sembuh dengan sendirinya.
2.2. Epidemiologi
Moluskum kontagiosum dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara
tropis. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak. Pada negara tropis, insiden paling
tinggi pada anak-anak dengan rentang usia 2 hingga 3 tahun. Sedangkan pada negara
maju, biasanya pada anak-anak sekolah karena penggunaan kolam renang yang bersama-
sama. Studi di Jepang pada tahun 2008, menyatakan bahwa terdapat 7000 anak terserang
moluskum kontagiosum dengan 75% di antaranya memiliki riwayat penggunaan kolam
renang bersama. Di Amerika Serikat, pada tahun 2003, hanya ditemukan 5% anak-anak
yang terkena moluskum kontagiosum, dan kira-kira antara 5-20% menyerang dewasa
dengan AIDS. Biasanya pada dewasa oleh karena hubungan seksual. Media penularan
penyakit ini melalui kontak langsung. Penyakit ini menyebar dengan cepat pada suatu
komunitas yang padat dengan higienitas yang kurang.
2.3. Patofisiologi
a. Anak-anak, adanya kontak langsung kulit ke kulit dengan anak yang terkena atau
berbagi menggunakan peralatan (misalnya, peralatan di tempat olahraga).
b. Dewasa imunokompeten - Terutama terjadi karena kontak seksual dengan pasangan
yang terkena.
c. Pasien imunokompresi - kontak seksual dengan pasangan yang terkena, serta non-
seksual kontak kulit-ke-kulit dengan seorang individu yang terkena.
d. Penggunaan imunosupresi – penggunaan topikal obat imunosupresan (tacrolimus)
dapat menyebabkan erupsi yang lebih hebat pada daerah yang diberi obat.
2.5. Gejala Klinis
a. Gejala subyektif
Biasanya penyakit ini tidak memberikan gejala (asymptomatik ). Hanya pada lesi
yang berukuran besar(giant moluskum contagiosum ) karena sesuatu trauma
(tergaruk,tersinggung) bisa mengalami infeksi sekunder yang mengakibatkan
terjadinya pustule,kadang-kadang menyerupai bisul (furuncle ).
6
b. Gejala obyektif
Lesi merupakan papula lunak yang berbatas tegas, licin, diameternya bervariasi dari
1-5 mm, bisa juga sampai 1,5 cm ( giant moluskum contagiosum ) , dan berbentuk
kubah ( dome shaped ) sewarna kulit. Di bagian tengah lesi, biasanya terdapat
lekukan (delle) kecil, berisi bahan seperti nasi dan berwarna putih yang merupakan
cirri khas dari moluskum kontagiosum.
2.6. Diagnosis
Riwayat Klinis
1. Anak : Orang tua menjelaskan adanya eksposur dengan anak-anak lain yang
terinfeksi moluskum kontagiosum di sekolah, asrama, atau fasilitas rekreasi
publik (misalnya, tempat olahraga, kolam renang).
5. Pasien yang terinfeksi HIV. Pasien umumnya memiliki jumlah CD4 rendah, dan
tingkat keparahan infeksi berbanding terbalik dengan jumlah CD4 pasien. Pasien
yang kurang patuh atau tidak patuh dengan terapi antiretroviral (ART) untuk
pengobatan HIV meningkatan risiko terinfeksi moluskum kontagiosum, sama
seperti orang yang memiliki banyak pasangan seksual.
Pemeriksaan Fisik
1. Lesi individu biasanya diskrit, seperti lilin, merah, berbentuk kubah, papul-papul
umbilikasi dengan permukaan halus. Lesi bisa sedikit atau banyak, tergantung
pada status imunologi dari host. Pada semua pasien, lesi umumnya tanpa gejala,
tapi pruritus dan / atau reaksi eksematosa perilesional bisa terjadi.
2. Pada anak-anak dan orang dewasa yang sehat lesi biasanya 1-2 mm diameter dan
jumlah kurang dari 20.
3. Pada anak-anak, lesi umumnya didistribusikan pada badan, lengan, kaki, wajah.
4. Pada orang dewasa imunokompeten, lesi biasanya ditemukan pada genitalia,
perut bagian bawah, paha atas bagian dalam, dan / atau pantat.
7
5. Durasi rata-rata dari lesi yang tidak diobati adalah 6-9 bulan tetapi bisa juga
sampai selama 5 tahun.
6. Individu yang HIV positif
Infeksi moluskum kontagiosum umumnya lebih parah pada pasien dengan
HIV. Lesi dapat timbul dalam jumlah ratusan dan umumnya berdiameter
lebih besar (bisa> 2 cm), bentuk lebih tidak teratur dan konfluen.
Selain pada lipat paha, lesi sering ditemukan pada wajah. Durasi lesi yang
tidak diobati 5 tahun atau lebih karena pada penderita ini tidak tejadi
penyembuhan sendiri, akibat dari adanya imunokompresi.
7. Pada kedua individu baik imunokompeten dan imunokompromise, moluskum
kontagiosum jarang ditemukan di mukosa oral dan konjungtiva.
8
Moluskum kontagiosum pada pasien imunokompeten
Pemeriksaan penunjang
Test Tzank
Pada pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat ditemukan badan
moluskum yang mengandung partikel virus diatas stratum basal. Selain itu pada
pemeriksaan histopatologik dijumpai hipertrofi dan hiperplasia dari epidermis.
2.7. Diagnosis Banding
2.8. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan intinya adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan
moluskum. Bisa menggunakan teknik cryosurgery, evisceration, curettage,
elektrokauterisasi, adhesive tape stripping.
Pada anak terapi intervensi kurang dapat diterima selain tidak nyaman juga
menimbulkan trauma pada anak. Beberapa peneliti mencoba obat topikal kantaridin 0,7 –
0,9 %. Obat kombinasi kantaridin-salisilat, krim imiquimod 1-5% dan ketiga obat
tersebut cukup efektif. Cantharidin adalah efek ekstrak racun lebah jenis cantharis
vesicatoria yang mampu menimbulkan gelembung (vesikel) di kulit.
Pengobatan dengan pengolesan kantaridin 0,7% dan dibiarkan selama 4 jam lalu
dicuci. Kemudian, dapat terjadi rasa nyeri saat timbul vesikel (1-3 hari setelah aplikasi).
9
Rasa nyeri dapat diatasi dengan asetaminofen, dan bila gelembung pecah dapat diolesi
krim/salap yang mengandung natrium fusidat atau mupirosin. Hasilnya efektif, dan efek
samping berupa hiperpigmentasi pasca inflamasi yang kemudian dapat menghilang.
Selain itu obat pilihan lain adalah dengan fenol jenuh dan dicuci setelah 4 jam juga
efektif. Rasa nyeri/pedih atau panas muncul beberapa menit setelah dioles fenol.
Penyembuhan dapat diikuti hipopigmentasi atau hiperpigmentasi pasca infeksi.
Pada orang dewasa harus juga dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya. Pada
individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal, moluskum kontagiosum
akan sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam waktu beberapa bulan sampai tahun. Setiap
satu lesi muncul sampai 2 bulan tetapi untuk mencegah autoinokulasi atau kontak
langsung, pengobatan dapat berguna. Tujuan dari pengobatan adalah menghilangkan lesi.
Obat-obatan topikal yang dapat diberikan adalah anti virus, tretinoin krim 0,1% untuk
menghambat pembentukan mikrokomedo dan menghilangkan lesi, asam trikloroasetat
untuk kauterisasi kulit, keratin dan jaringan lainnya. Terapi sistemik dapat berupa
pemberian antagonis histamine H2 untuk mengatasi rasa gatal jika ada rasa gatal.
Edukasi Pasien
Menerangkan kepada pasien tentang sifat infeksi dan penularan penyakit untuk mengurangi
transmisi moluskum kontagiosum kepada orang lain, serta untuk menghindari infeksi ulang dimasa
depan dan meminimalkan autoinokulasi. Menyuruh pasien untuk menghindari menyentuh
atau menggaruk lesi karena bisa menimbulkan infeksi sekunder, tidak pinjam –
meminjam barang yang dapat terkontaminasi seperti handuk, baju dan sisir.
Pencegahan
Pencegahan penyakit ini sulit karena banyaknya jalan untuk terjadinya infeksi
(pakaian, kolam renang, handuk, kontak seks, dll). Sekali sudah terdiagnosa penting
sekali bagi keluarga pasien untuk melakukan pemisahan pakaian penderita yang harus
dicuci dengan air mendidih hingga penyakit sembuh. Sudah tentu harus diperhatikan
juga untuk menghindari kontak dengan kelainan kulit ini dan bagi penderita orang
dewasa untuk menghindarkan terjadinya penularan seksual dengan melakukan upaya
pencegahan.
2.9. Prognosis
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif.
Biasanya prognosis penyakit ini baik karena merupakan penyakit “self limited”.
Penyembuhan spontan bisa terjadi pada orang – orang imunokompeten selama 18 bulan.
10
BAB III
KESIMPULAN
Moluskum kontangiosum adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kelompok pox
virus yang tidak digolongkan, ditandai dengan adanya kelainan kulit berupa papul miliar,
kadang – kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian
ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak ke luar massa yang berwarna
putih seperti nasi. Masa inkubasi penyakit ini 2 sampai 7 minggu. Penyakit ini sering
asimtomatis walaupun pada beberapa orang mengeluh gatal dan sakit, umumnya sering terjadi
pada anak – anak kadang – kadang orang dewasa. Lokalisasi penyakit ini di daerah muka,
badan dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna.
Penyakit ini bisa ditularkan melalui kontak kulit langsung, autoinokulasi dan kontak membran
mukosa.
Prognosis pada penyakit ini umumnya baik pada pasien yang imunokompeten karena
penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya (spontan) walaupun membutuhkan waktu
beberapan bulan sampai bertahun – tahun.
11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Sri Linuih. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Jakarta : FK UI
Wolff, Klaus. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Seventh edition. New
York : Mc Graw Hill Medical
12