Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Respirasi
dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia.
Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua
aktivitas makhluk hidup memerlukan energy begitu juga dengan tumbuhan. Respirasi terjadi
pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggirespirasi terjadi baik pada
akar, batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobic pada karbohidrat (glukosa)
adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen akan
menghasilkan energy karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan
tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel (Campbell, 2002).
Tumbuhan hijau bernapas dengan mengambil oksigen dari lingkungan, tidak semua tumbuhan
bernapas dengan menggunkan oksigen.Tumbuhan tak berklorofil benapas tanpa memerlukan
oksigen. Tujuan proses pernapasan, yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas
terjadi pelepasan energi. Tumbuhan yang bernapas secara anaeraob mendapatkan energy dengan
cara menguraikan bahan – bahan tertentu dimana mereka hidup. Dalam proses pernapasan aerob
/ anaerab.akan dihasilkan gas karbondioksida dan uap air. Gas dan uap air tersebut dikeluarkan
dari tubuh. Oksigen diperlukan dan karbondioksida yang dihasilkan masuk dan keluar dari tubuh
secara difusi. Gas – gas tersebut masuk dan keluar melalui stomata yang ada pada permukaan
daun dan inti sel yang ditemukan pada kulit batang pegangan. Akar yang berada dalam tanah
juga dapat melakukan proses keluar masuknya gas. Tumbuhan yang hidup di daerah
rawa/berlumpur mempunyai akar yang mencuat keluar dari tanah. Akar ini disebut akar napas.
Kandungan katalis disebut juga enzim, enzim sangat penting untuk siklus reaksi respirasi
(sebaik-baiknya proses respirasi ). Beberapa reaksi kimia membolehkan mencampur dengan
fungsi dari enzim atau mengkombinasikan sisi aktifnya. Penggunaan ini akan dapat dilihat
hasilnya pada inhibitor dari aktivitas enzim (Kimball, 1983).
f. Persediaan air
Jika kadar air sedikit maka respirasi kecil. Jika biji (direndam air) maka respirasi menjadi lebih
giat. Pada daun yang layu maka respirasi lebih giat ++ gula (timbunan tepung/KH)
g. Cahaya
Cahaya fotosintesis + substrat repirasi. Cahaya menambah panas , panas menambah kegiatan
respirasi.
b. Dekarboksilasi Oksidatif
Senyawa hasil glikolisis akan masuk ke tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan
pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks) dengan O2 sebagai penerima
elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria sebelum masuk ke dalam
siklus krebs. Oleh karena itu tahapan ini disebut sebagai tahapan lanjutan antara glikolis dengan
siklus krebs. Pada tahapan ini asam piruvat hasil glikolisisdari sitosol diubah menjadi asetil KoA
di dalam mitokondria. Pada tahap 1 molekul piruvat melepaskan elektron (oksidasi) membentuk
CO2 (piruvat pecah menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi
(menerima elektron menjadi NADH + H+. Pada tahap 3 molekul berkarbon 2 di dioksidasi dan
mengikat KoA sehingga terbentuk asetil KoA. Hasil akhir tahapan ini adalah asetik KoA, CO2
dan 2NADH.
c. Siklus krebs
Nama siklus ini berasal dari orang yang menemukan secara rinci tahap ketiga respirasi aerob ini,
yaitu Hans Krebs (tahun 1930-an). Siklus ini disebut juga siklus asam sitrat.
Tahap awal siklus kreb adalah 2 molekul asam piruvat yang dibentuk pada glikolisis
meninggalkan sitoplasma dan memasuki mitokondria. Siklus kreb terjadi di dalam mitokondria.
Selama reaksi tersebut dilepaskan 3 molekul karbon dioksida, 4 NADH, 1 FADH2 dan 1 ATP.
Reaksi ini terjadi 2 kali karena pada glikolisis, glukosa di pecah menjadi 2 molekul asam piruvat.
Jadi siklus krebs menghasilkan 8 NADH, 2 FADH2 DAN 2 ATP.
d. Transport Elektron
Transport elektron terjadi di membran dalam mitokondria. Pelepasan atom H pada waktu
glikolisis, dan siklus Kreb’s jika tdak ditangkap oleh NAD atau FAD akan menyebabkan
peningkatan ion H di bagian dalam sel dan akan menyebabkan sel keracunan. NAD ataupun
FAD bisa berikatan dengan atom H adalah karena sifat dari kedua molekul tersebut (NAD/FAD)
bersifat sebagai oksidator yang kuat sehingga sangat mudah untuk berikatan dengan H.
Selanjutnya NAD atau FAD harus tetap tersedia di dalam sel sebagai oksidator, oleh karenanya
NAD/FAD yang sudah berikatan dengan atom H menjadi bentuk NADH/FADH harus segera
melepas/membuang ion H tersebut. NADH atau FADH akan melepaskan atom H sebagai
elektron pada suatu sistem yang disebut Sistem Trasnport Elektron.
Alasan harus digunakan Sistem Transport Elektron adalah karena sistem ini akan melepas energi
yang besar secara bertahap. Jika atom H langsung dilepaskan dari NAD/FAD dan diterima oleh
oksigen tanpa melalui Sistem Transport Elektron maka akan terjadi ledakan energi di dalam sel.
oleh karenanya agar tidak terjadi ledakan dilepaskanlah energi itu perlahan-lahan dalam sistem
ini.
ATP dapat dibentuk pada waktu elektron dipindahkan dari NADH dan FADH2 ke O2 adalah
karena ada pembebasan energi yang cukup besar untuk menyatukan 1 gugus phosphat dengan 1
molekul ADP antara senyawa penerima elektron sebelum dan sesudahnya.
Q-cytochrome c oxidoreductase iii. Q-sitokrom c oksidoreduktase juga dikenal dengan,
kompleks sitokrom bc1, atau kompleks III. setiap kompleks mengandung 11 subunit protein ,
sebuah[2Fe-2S] klaster besi-sulfur dan 3 cytochromes: 1 cytochrome c1 and 2 bcytochromes.[35]
Sitokrom adalah semacam protein yang bisa mentransfer elektron yang mengandung sekurang-
kurangnya gugus heme. atom besi yang terdapat pada kompleks III memberikan bentuk alternatif
antara ferro yang tereduksi dan feri yang teroksidasi karena elektron yang ditranser sepanjang
membran.
Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks III adalah mengoksidasi satu molekul ubikuinol dan
mereduksi 2 molekul sitokrom c., Sebuah protein heme kehilangan hubungan dengan
mitokondria. Tidak sperti koenzim Q, yang membawa 2 elektron, sitokrom c hanya memwabawa
1 elektron saja.
Karena hanya bisa mengangkut satu elektron saja dari OH2 ke sitokrom c dalam sekali waktu
makaharus terjadi dalam 2 tahap yang disebut siklus Q. Kemudian karena koenzim Q tereduksi
menjadi ubikuinol pada sisi dalam membran dan teroksidasi menjadi bentuk ubikuinon di bagian
luar, pengeluaran proton terjadi lagi sehingga menambahkan kekuatan gradient proton.
Berikut ini adalah komponen –komponen yang terlibat dalam sistem transport elektron :
1. NAD+ dan NADH
Nicotinamide Adenine Dinucleotide, dibentuk oleh penambahan inti Hidrogen dan dua elektron
hydride ion ke NAD+. Cincin Nicotinamide akan kurang stabil saat menerima ion hidrida,
akibatnya elektron ion hidrida dari NADH dapat dengan mudah ditransfer.
2. Protein Fe-S(Besi Sulfur)
Berikatan dengan flavoprotein (metaflavoprotein) dan dengan sitokrom b
3. Ubiquinone/Coenzyme Q
Terdapat dalam mitokondria dalam bentuk kuinon teroksidasi (aerob) dan kuinol tereduksi
(anaerob), merupakan unsure pembentuk lipida, rumus bangun mirip vitamin K dan E,
menyerupai plastokuinon (pada kloroplas), rantai samping poliisosprenoid, pengumpul ekivalen
pereduksi dari suksinat kolinn, gliserol-3-fosfat, sarkosin, dimetilglisin, asilkoa, yang berikatan
langsung dengan rantai respirasi lewat enzim (Flavoprotein dehidrogenase), menerima aliran
ekivalen pereduksi dari NADH Dehidrogenase, mengalirkan elektron melewati rangkaian
sitokrom menuju molekul Oksigen.
4. sitokrom c oksidase (kompleks IV)
.Complex IV: cytochrome c oxidase. Cytochrome c oxidase, dikenal juga sebagai kompleks IV,
merupakan kompleks protein yang terakhir dalam STE. mengandung 13 subunits protein, 2
gugus heme, 3 atoms ion metal yaitu 1 copper, 1 magnesium and 1 zinc.
Enzim ini berfungsi mentransfer elektron ke oksigen, sementara memompa proton melewati
membran sehingga berkontribusi dalam menciptkan gradien proton. Oksigen sebagai aseptor
elektron terakhir akan direduksi menjadi air pada tahap ini. reaksinya yaitu mengkatalisis
oksidasi sitokrom c dan reduksi oksigen.Inter membrane dehidrogenase, menerima aliran
ekivalen pereduksi dari NADH Dehidrogenase, mengalirkan elektron melewati rangkaian
sitokrom menuju molekul Oksigen.
2. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas sebagai penerima
elektron akhir pada saat pembentukan ATP. Respirasi anaerob juga memerlukan glukosa sebagai
substrat. Respirasi anaerob merupakan proses fermentasi.
Beberapa organism yang melakukan fermentasi diantaranya adalah bakteri dan protista yang
hidup di rawa, lumpur, makanan yang diawetkan atau tempat-tempat lain yang tidak
mengandung oksigen. Beberapa organisme dapat menggunaka oksigen untuk respirasi tetapi juga
melakuka fermentasi. Organisme ini melakukan fermentasi jika lingkungannya miskin oksigen.
Sel-sel otot juga dapat melakukan fermentasi jika sel-sel otot kekuranga oksigen. Contoh
fermentasi adalah fermentasi alcohol dan fermentasi asam laktat.
Fermentasi alcohol dilakukan oleh jamur ragi secara anaerob. Sebagai substrat fermentasi adalah
asam piruvat. Molekul asam piruvat di fermentasi menjadi asetal dehid. NADH memberikan
elektron dan hydrogen kepada asetal dehid, sehingga terbentuk produk akhir alcohol, yaitu
etanol. Pada fermentasi ini dihasilkan 2 ATP.
Fermentasi asam laktat terjadi pada otot manusia saat melakukan kerja keras dan persediaan
oksigen kurang mencukupi. Pada fermentasi asam laktat, molekul asam piruvat hasil glikolisis
menerima elektron dan hydrogen dari NADH. Transfer elektron dan hydrogen menghasilkan
NAD+ kembal. Pada saat yang sama, asam piruvat diubah menjadi asam laktat menghasilkan 2
ATP. Kerja otot terus-menerus akan menimbulkan asam laktat dalam jumlah besar. Penimbunan
asam laktat pada otot menyebabkan elastisitas otot menjadi berkurang dan menimbulkan gejala
kram dan kelelahan.
2.3 Perbedaan Respirasi Aerob dengan Respirasi Anaerob
a. Respirasi Aerob
Secara sederhana, respirasi yang satu ini diartikan sebagai sebuah reaksi katabolisme yang
memerlukan suasana aerobic dengan demikian dalam prosesnya keberadaan oksigen sangat
dibutuhkan. Hasil dari reaksi ini adalah energi dengan jumlah yang besar. Energi tersebut
disimpan dalam bentuk energi kimiawi yang dikenal dengan kode ATP. Energi ATP ini akan
digunakan oleh sel di dalam tubuh makhluk hidup untuk menunjang beberapa hal seperti
pertumbuhan, gerak, transportasi, reproduksi dan kegiatan lainnya. Secara sederhana, rumus
yang menggambarkan respirasi aerob adalah C6H12 + 6O2 = 6CO2 + 6H20.
Respirasi aerob ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yang secara berturut-turut mencakup:
1) Glikolisis, yakni proses pemecahan molekul c6 atau glukosa menjadi senyawa bernama asam
piruvat atau dikenal dengan rumus kimia C3.
2) Siklus krebs, yakni reaksi CoA atau molekul asetil yang akan menghasilkan oksalosetat dan
juga asam sitrat.
3) Transpor electron, yakni reaksi reduksi atau oksidasi NADH2 dan molekul FADH2 yang pada
akhirnya menghasilkan H2O juga energi berupa ATP.
b. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan pernapasan yang tidak memerlukan oksigen atau O2. Respirasi
yang satu ini terjadi pada bagian sitoplasma dan tujuannya untuk mengurai senyawa organik.
Tidak seperti respirasi aerob, respirasi anaerob hanya menghasilkan sejumlah energi yang jauh
lebih kecil yakni 2 ATP. Proses respirasi anaerob ini bisa dijumpai pada reaksi fermentasi juga
pernapasan intra-molekul. Jika pada reaksi aerob, terdapat pembebasan CO2 juga H2O secara
sempurna, maka pada respirasi anaerob glukosa dipecah secara tidak sempurna menjadi
komponen H2O dan juga CO2.
Pada respirasi anaerob ini pula , hodrogen bergabung bersama sejumlah komponen yakni asam
piruvat, asetaldehida yang kemudian membentuk asam laktat juga etanol. Sementara itu pada
respirasi aerob, hydrogen yang dibebaskan justru akan bergabung bersama dengan 02 dan pada
akhirnya membentuk H2O . Jika didata secara detil, maka perbedaan respirasi aerob dan anaerob
bisa dilihat pada list berikut:
1) Respirasi Aerob: Memerlukan oksigen, prosesnya terjadi di dalam matriks mitokondria,
respirasi ini bertujuan untuk memecah senyawa organik ke an-organik, menghasilkan energi
dalam jumlah yang besar yakni 36 ATP.
2) Respirasi Anaerob: tidak memerlukan kehadiran oksigen dalam prosesnya, berlangsung di
dalam sitoplasma, tujuannya untuk mengurai senyawa organik, hasil akhirnya berupa energi tapi
dalam jumlah yang sedikit yakni 2 ATP.
Translokasi
Translokasi adalah perpindahan bahan terlarut yang dapat terjadi di seluruh bagian
tumbuhan.
Translokasi ini membahas yang terjadi pada Floem.
Maka translokasi ini adalah pengangkutan hasil fotosintesis keseluruh bagian tumbuhan
melalui floem & merupakan transportasi simplas karena floem merupakan sel hidup.
Translokasi meliputi gerakan berbagai materi dalam sistem tumbuhan termasuk gas-gas,
air, mineral, karbohidrat terlarut dan hormon.
Seperti halnya pembuluh tapis atau floem yang merupakan jaringan pengangkut pada
tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) yang berfungsi dalam transportasi hasil
fotosintesis, terutama gula sukrosa, dan berbagai metabolit lainnya dari daun menuju
bagian-bagian tumbuhan lainnya, seperti batang, akar, bunga, buah, biji, dan umbi. Proses
transpor ini disebut sebagai translokasi.
Struktur floem :
Floem :
Xilem :
Translokasi fotosintat :
Transport air dan hara terutama berlangsung via xilem, dari akar ke daun (tajuk),
sedangkan transport fotosintat terjadi dalam pembuluh floem, buktinya yaitu :
1. Pergerakan kulit batang tidak berpengaruh langsung terhadap transport air, namun
gula akan terakumulasi di atas sayatan dan jaringan membengkak, sedangkan jaringan di
bawah sayatan akan mati.
Mekanisme pengangkutan hasil fotosintesis (translokasi) pada floem antara lain sebagai
berikut :
1.Temperatur
2. Cahaya
3. Gradien konsentrasi
4. Hormon
A. PENGERTIAN TRANSLOKASI
Senyawa karbon hasil fotosintesis di daun didistribusikan ke seluruh bagian tanaman melalui
jaringan pembuluh khusus yang disebut FLOEM. Proses ini disebut translokasi fotosintat. Jika pergerakan
air dan hara via pembuluh xilem dipicu oleh tekanan negatif (tegangan) sepanjang lintasan, translokasi
via floem dipicu oleh tekanan hidrostatik positif. Senyawa organik seperti gula, asam amino, beberapa
hormon, dan bahkan mRNA ditransport dalam floem melalui tabung tapis. Senyawa utama yang
ditranslokasikan dalam floem adalah sukrosa.
NO FLOEM XILEM
2 Untuk transport senyawa organik Untuk transport air dan hara (anorganik).
Fungsi floem adalah sebagai jaringan translokasi bahan organik yang terutama berisi
karbohidrat. Crafts dan Lorenz (1994) mendapatkan persentase nitrogen (dalam bentuk protein) sebesar
45%. Sebenarnya gula yang menjadi linarut terbesar yang ditranslokasikan dalam cairan floem. Diantara
gula ini, sukrosa yang paling banyak jumlahnya. Gula lain seperti gula rafinosa : glukosa, rafinosa,
stakiosa, dan fruktosa juga ada pada gula alcohol: manitol, sorbitol, galaktitol, serta mio-inositol.
B. PEMBULUH PENGANGKUT DAN KOMPOSISI LARUTAN
Fotosintat yang dihasilkan pada daun dan sel-sel fotosintetik lainnya harus diangkut ke organ
atau jaringan lain agar dapat dimanfaatkan oleh organ atau jaringan tersebut untuk pertumbuhan atau
ditimbun sebagai bahan cadangan. Telah diketahui bahwa hasil fotosintesis diangkut dari daun ke organ-
organ lain pada tumbuhan melelui pembuluh floem. Sesungguhnya yang diangkut melalui floem tidak
hanya senyawa hasil fotosintesis tetapi juga senyawa organik lainnya dan beberapa senyawa anorganik.
C. STRUKTUR FLOEM
D. ANATOMI FLOEM
Jaringan floem terdiri dari beberapa kompenen sesuai dengan fungsinya masing-masing, yakni
elemen saringan, sel peneman, sel parenkim floem, dan serat floem. Elemen saringan merupakan sel
hidup yang memanjang tetapi tidak memiliki inti sel.
Sel peneman yang bersebelahan dengan elemen sarinng merupakan sel dengan sitoplasma yang
pekat dan memiliki inti yang jelas. fungsi sel ini belum diketahui dengan jelas. Namun, sel ini selau ada di
sekitar tabung floem yang masih berfungsi dan sel ini akan terdegradasi jika tabung floem mulai rusak.
Pada daun sel ini berperan menyerap gula dan kemudian mentransfernya melalui plasmodesmata ke
tabung floem.
Sel parenkhima floem merupakan sel yang berdinding tipis dan pada dasarnya sama dengan sel
parenkhima lainnya. Sel ini berfungsi menyimpan dan mengangkut lateral dari air dan bahan yang
terlarut didalamnya.
Serat floem merupakan sel dengan dinding yang tebal. Berfungsi sebagai penyangga agar
jaringan floem menjadi kokoh.
Pada beberapa spesies, sel peneman mempunyai pertumbuhan dinding sel ke arah dalam
sehingga membentuk tonjolan-tonjolan. Sel peneman dengan pertumbuhan ke dalam ini disebut sel
transfer, yang hanya dapat ditemukan pada beberapa spesies leguminosa dan keluarga aster.
Model pengangkutan floem yang dipakai sekarang berdasarkan model yang di kemukakan oleh
E. Munch di Jerman tahun 1926, yang di kenal dengan Hipotesis Aliran Tekanan Munch (Munch’s
pressure flow hypothesis).
Laju pengangkutan melalui pembuluh floem ke suatu organ secara sederhana dapat diestimasi
dengan cara menghitung penambahan berat organ selama kurun waktu tertentu. kemudian diukur luas
penampang melintang dari pembuluh floem. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung laju transfer
massa.
Selain laju transfer massa dapat pula dihitung kecepatan pengangkutan (velositas), yakni jarak
yang ditempuh per satuan waktu. Dengan teknik yang lebih maju, pengukuran velositas dapat dilakukan
dengan isotop ¹¹C dalam bentuk CO₂ yang diberikan pada daun. Isotop ini terkandung dalam fotointat
yang akan diangkut melalui pembuluh floem. Untuk kebanyakan spesies, velositas pengngkutan berkisar
antara 500 sampai 1.500 mm.jam⁻¹.
G. PENGISIAN FLOEM
Pengisian floem merupakan proses peningkatan konsentrasi gula pada sel-sel floem yang berada
dekat dengan sel-sel fotosintetik pada daun.Berdasarkan pengukuran terlihat bahwa potensi osmotik
sel-sel mesofil (sekitar -0,8 Mpa sampai -1,8 MPa) lebih tinggi dibanding pada pembuluh floem (antara -
2,0 Mpa sampai -3,0 MPa). Karena bahan terlarut yang dominan baik pada sel mesofil maupun
pembuluh floem daun adalah sukrosa, massska nilai potensi osmotik tersebut mengisyaratkan bahwa
konsentrasi sukrosa pada pembuluh floem lebih tinggi dibanding pada sel-sel mesofil.
Sukrosa diangkut secara simplastik melalui plasmodesmata antara sel-sel mesofil sampai ke sel
mesofil yang berdampingan dengan sel peneman pada jaringan floem. Masuknya sukrosa ke sel
peneman tidak secara simplatik, karena pada dinding sel antara sel mesifil dengan sel peneman floem
sangat jarang terdapat palsmodesmata.
Sukrosa sebelum masuk ke sel peneman harus terlebih dulu disekresikan ke luar sitoplasma sel
mesofil dengan menggunakan senyawa asam p-khloromekuribenzen sulfonat (p-chloromercuribenzene
sulfonic acid, disingkat PCMBS) yang dapat menghambat serapan sukrosa. Senyawa PCMBS tidsk dapat
masuk ke sitoplasma, sehingga hambatan hanya terjadi pada ssaat sukrosa berada pada apoplas.
Serapan sukrosa oleh sel peneman menyebabkan potensi osmotik sitoplasma sel ini menjadi
turun dan akan merangsang air untuk masuk secara osmosis ke dalam sel ini dari sel-sel mesofil
disekitarnya. Sehingga tekanan internal pada sel peneman akan meningkat dan menimbulkan sukrosa
bergerak masuk ke pembuluh floem secara simplatik melalui plasmodesmata.Masuknya larutan ini
mengakibatkan tekanan internal pada pembuluh floem pada daun lebih tinggi sehingga menjadi faktor
pendorong aliran larutan floem yang berarti terjadinya pengangkutan senyawa-senyawa yang terlarut di
dalamnya.
Proses pengisian floem bersifat selektif. Pengisian floem ini membutuhkan energi metabolik.
Oleh sebab itu, proses ini akan terhambat jika metabolisme untuk menghasilkan ATP terhambat. Akan
terapi, proses pengangkutan di dalam pembuluh floem tidak membutuhkan energi.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa daun pada bagian bawah akan lebih banyak
mengangkut fotosintat ke akar, sedangkan daun pada bagian atas akan lebih banyak mengirim fotosintat
ke organ hasil seperti biji, buah atau daun-daun muda yang sedang tumbuh.
Pada suatu tanaman banyak organ sumber dan juga organ atau jaringan yang berfungsi sebagai
limbung. Banyaknya limbung pada tanaman membuat terjadinya kompetisi antara organ-
organ/jaringan-jaringan limbung tersebut, terutama jika bahan yang dibutuhkan tidak sepenuhnya dapat
disediakan oleh organ-organ sumber yang ada.
Kompetisi antara organ atau jaringan limbung akan ditentukan oleh laju pengeluaran bahan dari
pembuluh floem pada masing-masing limbung. Limbung yang dengan cepat memanfaatkan bahan
terlarut (menyerap sukrosa)dari pembuluh floem akan berpeluang lebih besar untuk memperoleh lebih
banyak lagi bahan terlarut yang dikirim dari organ sumber. Hal ini disebaabkan karena jika sukrosa
diserap sel-sel organ limbung dari pembuluh floem, maka potensi air sel-sel limbung tersebut turun.
Sehingga air akan bergerak keluar dari pembuluh floem dan tekanan internal pembukuh floem pada
organ atau jaringan limbung akan turun.
Floem mengangkut zat- zat makanan yang disintesis di daun menuju seluruh bagian tumbuhan.
Ada saatnya, zat- zat dalam floem dan xylem yang bersebelahan mengalir kearah yang berlawanan,
meskipun tidak selamanya demikian. Karena daun paling banyak terdapat di daerah yang jauh dari
batang pohon (trunk) atau batang tumbuhan, aliran floem pada umumnya mengarang ke batang dan
akar.
Berbagai zat bergerak sepanjang protoplasma floem, tetapi yang paling banyak biasanya adalah
sukrosa. Tidak seperti xylem, sel- sel floem tetap hidup saat melaksanakan fungsi transpornya.
Pada dasarnya, ada dua tipe sel floem, yaitu sel tapis (sieve cell) dan sel tetangga atau sel
penyerta (companion cell). Sebuah kolom panjang sel- sel tapis. Terkadang disebut tabung tapis (sieve
tube), dibentuk oleh sel- sel tapis yang ujung- ujungnya saling terhubung. Dinding- dinding sel ujung
berpori- pori, sehingga ada hubungan protoplasmic dari satu sel tapis dengan sel tapis lain yang terletak
vertical di atas atau di bawahnya. Dinding yang berlubang- lubang itu disebut lempeng tapis (sieve
plate). Terdapat pula pori- pori di bagian samping sel- sel tapis. Susunan sel- sel tapis menjadi tabung
tapis yang panjang menyebabkan adanya jaringan protoplasmic yang sambung- menyambung dalam
floem.
Tepat di sebelah sel- sel tapis adalah sel- sel parenkima yang berdinding tipis dan sangat
terspesialisasi, yang dinamakan sel penyerta. Sel- sel tapis biasanya kehilangan nucleus dan banyak
organelnya saat dewasa, tetapi sitoplasma yang menghantarkan zat- zat tetap ada. Sel- sel penyerta
tetap utuh sepenuhnya sepanjang hidupnya, dan barangkali menyediakan control- control nucleus bagi
sel tapis. ATP yang diperlukan bagi fungsi- fungsi dalam sel tapis juga mungkin berasal dari sel penyerta,
yang dapat dianggap sebagai perawat apparatus floem.
Terdapat sejumlah bukti bahwa saat ada cedera, pori- pori di lempeng tapis tersegel sebagian.
Terdapat suatu lendir yang berasal dari zat berprotein, protein floem (P protein), dalam sel- sel tapis
yang mungkin berperan dalam proses penyegelan. Hal itu analog dengan penyegelan kompartemen
pada lambung kapal untuk mencegah masuknya air. Suatu polisakarida yang disebut kalosa mungkin
juga berfungsi dalam penyegelan lempeng tapis.
Sukrosa, fruktosa, dan asam amino, biasanya bergerak dari daun menuju batang dan akar
tumbuhan melalui tabung tapis floem dalam suatu proses yang dikenal sebagai translokasi. Mekanisme-
mekanisme yang terlibat dalam transport itu belum sepenuhnya dipahami. Pada bagian tertentu dari
tumbuhan, arah aliran translokasi pun tak selalu sama.
Bagian- bagian tumbuhan yang mengandung nutrien organic berkadar tinggi cenderung
mengekspor zat- zat tersebut, dan dianggap sebagai sumber (source) zat- zat itu. Organ- organ
tumbuhan yang miskin akan nutrient organic cenderung mengimpor zat- zat tersebut, dan dianggap
sebagai wadah pembuangan (sink) bai zat- zat tersebut. Salah satu interpretasi translokasi dengan
perspektif source-to-sink memusatkan perhatian pada teori aliran tekanan (pressure flow theory).
Menurut pandangan ini, konsentrasi yang tinggi dari gula atau zat terlarut lainnya dalam suatu
kompartemen sumber menyebabkan pergerakan air menuju kompartemen tersebut melalui osmosis.
Hal itu meninggikan tekanan kompartemen tersebut, dan mendorong zat cair beserta zat- zat terlarut
menuju kompartemen bersebelahan yang tidak mengandung zat terlarut dalam konsentrasi tinggi. Saat
zat terlarut memasuki kompartemen kedua, zat terlarut pun akan menarik air dari daerah- daerah
disekitar sel. Karenanya, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik, yang akan mendorong air dan zat
terlarut menuju kompartemen ketiga. Dengan demikian, zat terlarut terus menginduksi peningkatan
tekanan yang akan mendorong zat cair dan zat- zat terlarut dari sumber awal menuju waddah
pembuangan. Terdapat suatu graddien sukrosa di sepanjang floem, dan air menggerakkan zat- zat
terlarut sepanjang tabung tapis yang sambung menyambung. Keseluruhan proses itu sebenarnya sangat
kompleks, dan dalam beberapa kasus, mungkin transport aktif melalui membrane sel- sel tapis juga
berperan serta.
dipindahkan ke NAD, sehingga direduksi menjadi NADH2. NADH2 memindahkan dua elektron
dan dua ion H+ ke suatu enzim flavin, flavin mononukleotida (FMN) atau flavin adenin
dinukleotida (FAD), sehingga mereduksi senyawa tersebut. Energi yang diperlukan untuk
mereduksi FAD kurang dari yang dilepaska oleh oksidasi NADH2 dan energi sisanya digunakan
untuk sintesis satu molekul ATP dari ADP dan iP. Selanjutnya FADH2 mereduksi suati enzim
besi yang terkait dengan gugus SH. Senyawa ini mereduksi dua molekul enzim porfirin-besi
pemindah elektron yaitu sitokrom b. Sitokrom b mereduksi senyawa fenolik menjadi kinon dan
ubiquinon; pada titik ini perlu ditambahkan ion H+ dan eklektron. Elektron dari ubiquinon
kemudian mereduksi sitokrom c, dua ion H+ meninggalkan sistem angkutan. Pada titik ini,
dibebaskan energi yang cukup untuk sintesis molekul aTP kedua untuk setiap dua elektron yang
dipindahkan. Sitokrom c mereduksi sitokrom a yang selanjutnya mereduksi sitokrom a3 dan pada
titik ini dibentuk ATP ketiga untuk setiap dua elektron yang dipindahkan.
Sitokrom a3 merupakan anggota sistem transpor elektron yang dapat bereaksi dengan
molekul oksigen. Sitokrom a dan a3 membentuk suatu asosiasi molekuler yang disebut sitokrom
oksidase yang secara kimia belum dapat dipisahkan. Dua elektron dipindahkan ke satu atom
oksigen ( O2). Ini menyempurnakan pemindahan dua elektron dari tingkat energi tinggi yang
dimiliki substrat (AH2) ke tingkat energi rendah yang terdapat dalam air. Energi yang dilepaskan
oleh oksidasi substrat disimpan dalam tiga molekul ATP yang disintesis di sepanjang proses
gambar berikut.
Gambar 2.4. Proses Transpor Elektron
Pembentukan ATP dalam sistem transpor elektron (rantai respiratoris) dikenal juga
sebagai fosforilasi oksidatif biologis. Proses keseluruhan oksidasi biologis mempunyai dua
fungsi yaitu menghasilkan energi dan menyediakan senyawa antara untuk sintesis. Jika dihitung
jumlah ATP yang dihasilkan dalam oksidasi biologis, dengan bahan awal adalah satu molekul
glukosa, maka akan diperoleh 38 molekul ATP.
2.3.2.1 Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel tanpa membutuhkan oksigen. Gula
adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol,
asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lainnya dapat juga dihasilkan dari
proses fermentasi ini seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum
digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur, dan minuman
beralkohol lainnya.
Pada banyak tumbuhan yang biasa tumbuh di darat, penggenangan dalam air dalam
waktu yang lama merupakan ancaman bagi kehidupannya. Hal ini dikarenakan respirasi aerob
akan terhenti sama sekali, sehingga terjadilah respirasi anaerob yang terkadang tidak mencukupi
energi yang dibutuhkannya, dan akumulasi zat beracun akibat respirasi anaerob dalam waktu
yang lama akan mengakibatkan kematian bagi tumbuhan tersebut.
Fermentasi yang umum terjadi pada tumbuhan adalah fermentasi alkohol atau fermentasi
etanol. Pada proses fermentasi, satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul etanol dan dua
molekul karbondioksida. Seperti pada glikolisis, glukosa diubah menjadi asam piruvat selama
proses fermentasi. Kemudian asam piruvat diubah menjadi etanol dan karbondioksida dengan
bantuan enzim karboksilase dan alkohol dehidrogenase. Berikut ini adalah gambar proses
fermentasi etanol.