Você está na página 1de 15

DATA PENUNJANG LABORATORIUM

Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan

Disusun Oleh:
Astrida Herta Anggraini
Hafifatul Haini
Rofa Sholihatunnisa

Kelas 1C

DIII KEBIDANAN
POLTEKKES JAKARTA III
TAHUN AJARAN 2015-2016

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena izin dan kuasanya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Data Penunjang Laboratorium”

Dalam menyusun makalah ini kami banyak menemukan kesulitan. Namun berkat
bantuan, bimbingan dan pengarahan beberapa pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih dengan sebesarnya.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada kami mendapat balasan yang sesuai dari
Allah SWT. Kami menyadari dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
sehingga makalah ini belum sempurna, oleh karena itu dengan lapang hati kami bersedia
menerima kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat bernmanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kemajuan kami pada khususnya.

Bekasi, 29 Maret 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
2.1 Pemeriksaan protein urine............................................................................................................. 5
2.2 Pemeriksaan glukosa urine............................................................................................................ 7
2.3 Pemeriksaan Hemoglobin ........................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam
pembangunan. Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat,
sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat
disembuhakn, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau
ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal.
Dalam menentukan penyakit atau
diagnosis, membantu diagnosis, prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor
pengobatan atau memantau jalanya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan laboratorium atau
tes laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau sampul yang diambil dari pasien. Banyak
pemeriksaan spesimen dilakukan di laboratorium klinik atau lengkapnya di laboratorium
patologi klinik.
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus
dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah,
sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan
diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tetrtentu misalnya
untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau
perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit
yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan. Pemeriksaan yang juga merupakan
proses General medical check up (GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces
Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT, Protein
Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida,
Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan pemeriksaan terus
berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual,
semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatanpun berkembang dari yang
sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tespun dapat meningkat. Oleh karena
itu hasi suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau keluhan pasien.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan protein urine
1. Pengertian Protein dan urine
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat
penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk membangun struktur tubuh. Selain
itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari
karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai
sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa
perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh
tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak
melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai
proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
2. Protein Urine Dalam Kehamilan
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh
setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti
oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan
mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada
pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal
masa kehamilan. Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa
penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia
dan eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran
darah ke rahim.
3. Pemeriksaan Protein urine
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin untuk
menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan. Karena
padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada,
maka menggunakan urin yang jernih betul menjadi syarat yang penting terhadap protein.
Jika urine yang akan diperiksa jernih, boleh terus dipakai, dan apabila kekeruhan tidak dapat

5
dihilangkan maka bisa dilakukukan penjernihan atau penyaringan pada urine sehingga urin
yang digunakan untuk pemeriksaan adalah urin yang benar-benar jernih.
4. Tujuan Pemeriksaan Protein Urine
Untuk mengetahui kadar protein dalam urin dan juga untuk mengetahui apakah pasien
mengalami eklamsi.
5. Persiapan alat dan bahan
a. Status pasien
b. Alat tulis
c. Bengkok
d. Sabun cair untuk cuci tangan
e. Handuk kecil pribadi\Wastafel
f. Satu buah tabung reaksi
g. Tempat tabung reaksi
h. Penjepit tabung reaksi
i. Lampu spirtus
j. Corong
k. Kertas saring
l. Korek api
m. Pipet
n. Urin dalam bengkok
o. Spuit 5 cc
p. Spuit 10 cc
q. Larutan asam sulfat salisilat 20%
r. Larutan asam asetat 5%
s. Sikat tabung reaksi
t. Sabun detergen
u. Spon pencuci
v. Kain lap
w. Celemek
6. Persiapan Pasien
Persiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan protein urine
a. Menyapa ibu dengan ramah dan sopan
b. Berlaku sopan dalam melakukan pemeriksaan
c. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

6
d. Pasien diminta untk BAK dan ditampung dalam botol yang sudah disediakan
e. Memposisikan ibu dengan nyaman selama pemeriksaan
7. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Protein Urine
a. Menyiapkan dan memeriksa kelengkapan alat
b. Mencuci tangan
c. Memakai handscoon
d. Memperhatikan kejernihan urine
e. Bila urin keruh disaring dengan kertas penyaring
f. Mengisi kedua tabung dengan urin, masing + 2ml salah satu tabung sebagai bahan pembanding
pemeriksaan
g. Menyalakan lampu spirtus
h. Memanaskan tabung sampai mendidih berjarak 2-3 cm membentuk sudut 45 derajat
i. Arahkan tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong
j. Bila urin yang dipanaskan keruh tanbahkan 4 tetes asam asetat 6% dan bila kekeruhan hilang
maka menunjukkan hasil yang negatif
k. Jika urin tetap keruh maka panaskan sekali lagi dan bandingkan hasilnya
l. Bila setelah diapanaskan urin tetap keruh maka hasilnya positif dan baca hasil pemeriksaan
m. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
n. Membereskan peralatan
o. Mencuci tangan
8. Cara Menilai Hasil
Cara penilain ini berlaku untuk pemeriksaan dengan asam asetat
(-) : Tidak ada kekeruhan
(+) : Kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%)
(++) : Kekeruhan mudah dilihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut (0,05-0,2%)
(+++) : Urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%)
(++++) : Sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%)
2.2 Pemeriksaan glukosa urine
1) Pengertian Glukosa dan Urine
Adanya glukosa dalam urine di sebut glukosuria, pada hakekatnya glukosa itu di atur oleh
2 faktor yaitu :
a. Kadar zat glukosa di dalam urin

7
b. Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa dengan urin. ambang ginjal terhadap
pengeluaran zat glukosa pada kebanyakan orang bertubuh sehat adalah 180 mg% .
gejala glukouria itu akan terjadi jika kadar glukosa darah melebihi nilai ambang ginjal
. ambang ginjal tersebut dapat meninggi atau merendah, peristiwa yang juga terdapat
pada penyakit diabetes.
2) Tujuan
Untuk menentukan adanya glukose dalam urin secara semi kuantitatif
3) Prinsip Pemeriksaan
Glukosa dapat mereduksi kupri dalam reagen benedict dalam larutan alkalis sehingga
terjadi perubahan warna, dengan melihat warna yang terjadi dapat di perkirakan kadar
glukosa dalam urin
4) Alat dan Bahan Yang diperlukan dalm pemeriksaan glukosa urine
a. Status pasien
b. Alat tulis
c. Bengkok
d. Sabun cair untuk cuci tangan
e. Handuk lecil pribadi
f. Wastafel
g. Satu buah tabung reaksi
h. Tempat tabung reaksi
i. Penjepit tabung reaksi
j. Lampu spristus
k. Korek api
l. Pipet
m. Urin dalam bengkok
n. Spuit 5 cc
o. Spuit 10 cc
p. Larutan asam sulfat salisilat 20%
q. Sikat tabung reaksi
r. Sabun detergen
s. Spon pencuci
t. Kain lap
u. Celemek

8
5) Prosedur Pelaksanaan pemeriksaan Urine
a. Menyiapkan dan memeriksa kelengkapan alat

b. Mencuci tangan

c. Memakai handscoon

d. Memperhatikan kejernihan urine

e. Bila urin keruh disaring dengan kertas penyaring

f. Mengisi kedua tabung dengan benedict, masing 2cc salah satu tabung sebagai bahan
pembanding pemeriksaan

g. Tetesi Urine 4 tetes,

h. Menyalakan lampu spirtus

i. Memanaskan tabung sampai mendidih berjarak 2-3 cm membentuk sudut 45 derajat


hingga mendidih

j. Arahkan tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong

m. Membereskan peralatan

n. Mencuci tangan

6) Cara membaca hasil pemeriksaan

Negatif (-) : warna tetap biru atau sedikit kehijauan

Positif 1(+) : warna hijau kekuningan

Positif 2(++) : warna kuning kehijauan dan keruh

Positif 3(+++) : warna jingga dan keruh

Positif 4(++++) : warna merah dan keruh

9
2.3 Pemeriksaan Hemoglobin
1. Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai
polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk
mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb
dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141
molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama
dan delta.
Nama Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin. Heme adalah gugus
prostetik yang terdiri dari atom besi, sedang globin adalah protein yang dipecah menjadi
asam amino. Setiap orang harus memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah
dan jumlah darah sekitar lima juta sel darah merah per millimeter darah. Hemoglobin dapat
diukur secara kimia dan 5 6 jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indek
kapasitas pembawa oksigen pada darah.
2. Fungsi Hemoglobin
a. Mengangkut O2 dari organ respirasi ke jaringan perifer dengan cara membentuk
oksihemoglobulin. Oksihemoglobin ini akan beredar secara luas pada seluruh jaringan
tubuh. Jika kandungan O2 di dalam tubuh lebih rendah dari pada jaringan paru-paru,
maka ikatan oksihemoglobulin akan dibebaskan dan O2 akan digunakan dalam
metebolisme sel.
b. Mengangkut karbon dioksida dari berbagai proton, seperti ion Cldan ion hidrogen
asam (H+ ) dari asam karbonat (H2CO3) dari jaringan perifer ke organ respirasi untuk
selanjutnya diekskresikan ke luar. Oleh karena itu, hemoglobin juga termasuk salah
satu sistem buffer atau penyangga untuk menjaga keseimbangan pH ketika terjadi
perubahan PCO2 (Martini, 2009).
3. Batas kadar hemoglobin, menurut WHO:
Kelompok umur Batas nilai hemoglobin
Anak 6 bulan-6 tahun 11,0
Anak 6 tahun-14 tahun 12,0
Pria dewasa 13,0
Ibu hamil 11,0
Wanita dewasa 12,0

10
4. Penetapan kadar hemoglobin

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara. Cara yang
banyak dipakai dalam laboratorium klinik ialah cara-cara fotoelektrik dan kolorimetrik
visual.

a. Cara fotoelektrik: sianmethemoglobin.


Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin (hemiglobinsianida) dalam
larutan yang berisi kaliumferrisianida dan kaliumsianida. Absorbansi larutan diukur pada
gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini
mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin
menjadi sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena itu tidak ikut
diukur.
Persiapan alat dan bahan
a. Fotometer (panjang gelombang 540 nm).
b. Pipet 5 ml.
c. Clinipet 20 ul.
d. Darah kapiler atau darah vena Na2EDTA .
e. Tabung reaksi.
f. Larutan drabkin atau sianida menurut van kamper & zijlstra (VKZ)dengan formula :
 K3Fe(CN)6………. 200 mg
 KCN………………. 50 mg
 KH2PO4………… 140 mg
 Aquadest………… 1000 ml
 Non ionic detergent… 0,5-1,0 ml.

Cara kerja:
1. Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin.
2. Dengan pipet hemoglobin diambil 20 µl darah (kapiler, EDTA atau oxalat);
sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukkan ke dalam tabung
kolorimeter dengan membilasnya beberapa kali.
3. Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali. Tindakan ini juga
akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin menjadi sianmethemoglobin.

11
4. Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm; sebagai blanko
digunakan larutan Drabkin.
5. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbansinya dengan
absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari kurve tera

Cara pembuatan kurve tera


1. Perhitungkanlah lebih dahulu kadar hemoglobin darah dalam larutan-larutan
standar yang akan digunakan. Oleh karena larutan standar dibuat dari 20 µl
darah ditambah 5,0 ml larutan Drabkin, maka itu berarti darah diencerkan
251 kali; kadar yang tertulis pada ampul dikali 251 = kadar hemoglobin darah
dalam larutan standar.
2. Buatlah paling sedikit tiga macam larutan yang mempunyai kadar
hemoglobin berlain-lainan dengan cara mengencerkan larutan-larutan standar
dengan larutan Drabkin, misalnya sekitar 5, 10, 15 dan 20 g/dl. Membuat
larutan dengan kadar hemoglobin terlalu tinggi tidak ada manfaatnyal;
usahakanlah membuat larutan-larutan yang mempunyai kadar hemoglobin di
sekitar nilai-nilai yang dapat ditemukan dalam klinik.
3. Absorbansi larutan-larutan itu diukur pada gelombang 540 nm; sebagai
blanko digunakan larutan Drabkin.
4. Pada kertas grafik biasa gambarkanlah titik-titik yang diperoleh dari nilai
kadar hemoglobin dan nilai absorbansi larutan-larutan itu; kadar hemoglobin
pada ordinat dan absorbansi pada absisnya. Titik-titik akan membentuk garis
lurus. Untuk membuat kurve ini gambarkanlah sebuah titik yang diperoleh
dari nilai rata-rata kadar hemoglobin dan nilai rata-rata absorbansi ketiga
larutan itu dan tariklah garis lurus melalui titik ini dan titik nol; keempat titik
tera harus terletak pada garis ini.
5. Hitunglah faktor kurve tera ini dengan cara membagi nilai rata-rata
absorbansi dengan nilai rata-rata kadar hemoglobin keempat larutan itu.

Catatan

Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk
penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standar sianmethehemoglobin

12
yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitian cara ini
dapat mencapai ± 2%.

Larutan Drabkin: natriumbikarbonat 1g; kaliumsianida 50 mg;


kaliumferrisianida 200 mg; aqua dest ad 1000 ml. Adakalanya ditambahkan
sedikit detergen kepada larutan Drabkin ini supaya perubahan menjadi
sianmethehemoglobin berlangsung lebih sempurna dalam waktu singkat. Simpan
reagens ini dalam botol coklat dan perbaruilah tiap bulan. Meskipun larutan
Drabkin berisi sianida, tetapi ia tidak dianggap racun dalam pengertian sehari-
hari karena jumlah sianida itu sangat kecil.

Kekeruhan dalam suatu sampel darah mengganggu pembacaan dalam


fotokolorimeter dan menghasilkan absorbansi dan kadar hemoglobin yang lebih
tinggi dari yang sebenarnya. Kekeruhan semacam ini dapat disebabkan antara
lain oleh leukositosis, lipemia dan adanya globulin abnormal seperti pada
macroglobulinemia.

Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai cara


sianmethehemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut satu angka
(digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit sesudah angka desimal
melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat dicapai dengan metode ini.
Variasi-variasi fisiologis juga menyebabkan digit kedua di belakang tanda
desimal menjadi tanpa makna.

b. Cara Sahli
Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi
dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu.
Persiapan alat dan bahan
a. Haemometer
b. Lancet
c. Penlancet
d. HCL 0,1 N
e. Aquadest
f. Kapas alkohol
g. Tissue
Persiapan pasien

13
Persiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan hemoglobin metode sahli
1. Menyapa ibu dnegan ramah dan sopan
2. Berlaku sopan dalam melakukan persiapan
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Pasien diminta untuk relax
5. Memposisikan pasien dengan nyaman selama pemeriksaan

Cara Kerja
1. Masukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1 n ke dalam tabung pengencer hemometer.
2. Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oxalat) dengan pipet hemoglobin sampai
garis tanda 20 µl.
3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
4. Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet ke dalam dasar tabung
pengencer yang berisi HCl itu. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCl yang jernih itu ke dalam pipet 2
atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
6. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa; warna campuran
menjadi coklat tua.
7. Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk
yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standar harus dicapai
dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl dicampur. Pada usaha
mempersamakan warna hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis bagi
tidak terlihat.
8. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah.
Catatan

Cara sahli ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan metodik berdasarkan
kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan
merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandarkan. Cara ini juga
kurang baik karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam,
umpamanya karboxyhemoglobin, methehemoglobin dan sulfhehemoglobin.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan terhadap protein dalam urin dilakukan secara rutin guna mengetahui kadar
protein dalam urin dan juga untuk mengetahui apakah pasien mengalami eklamsi.
Pemeriksaan terhadap glukosa dalam urin dilakukan guna menentukan adanya glukosa
dalam urin secara semi kuantitatif. Pemeriksaan Hb dilakukan guna kadar haemoglobin
sehingga dapat diketahui kualitas darahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Retno, A.Murti suryaningsih. Ery Fatmawati. 2011. Asuhan Kebidanan


Pathologi. Yogyakarat. Pustaka Pelajar

Gandasoebrata, R. 1992. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: DIAN RAKYAT

http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB%202_p26-p54.pdf
http://ifanascout.blogspot.co.id/2015/01/pemeriksaan-protein-urine-dan-glukosa.html

15

Você também pode gostar