Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Penatalaksanaan Definisi
- Obat pilihan (drug of choice) untuk penderita antraks Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang
kulit adalah penisilin. Procain penisilin dengan dosis 1.2 disebabkan sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening,
juta I.U i.m 2 x sehari selama 5 – 7 hari atau menimbulkan gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar /
benzilpenisilin dengan dosis 250.000 I.U setiap 6 jam. saluran getah bening, edema dan gejala kronik berupa elefantiasis.
Sebelum pemberian penisilin lakukan skin test. Penderita
yang hipersensitif terhadap penisilin dapat diberikan Penyebab
tetrasiklin dengan dosis 500 mg, 4 x sehari selama 5 – 7 Di Indonesia ditemukan 3 spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti,
hari. Sebaiknya tidak diberikan pada anak dibawah umur Brugia malayi dan Brugia timori yang masing-masing sebagai penyebab
6 tahun. Obat pilihan lain ialah kloramfenikol. filariasis bancrofti, filariasis malayi dan filariasis timori. Beragam spesies
- Pada antraks intestinal dapat diberikan penisilin G 18 – nyamuk dapat berperan sebagai penular (vektor) penyakit tersebut.
24 juta unit perhari secara intravena, dapat
Cara Penularan limfe dalam urin), sedangkan bila yang pecah tunika vaginalis akan
Seseorang tertular filariasis bila digigit nyamuk yang mengandung terjadi hidrokel atau kilokel, dan bila yang pecah saluran limfe
larva infektif cacing filaria. Nyamuk yang menularkan filariasis peritoneum terjadi asites yang mengandung kilus. Gambaran yang
adalah Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Nyamuk sering tampak ialah hidrokel dan limfangitis alat kelamin. Limfangitis dan
tersebut tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan keadaan elefantiasis dapat diperberat oleh infeksi sekunder Streptococcus.
lingkungan habitatnya (got/saluran air, sawah, rawa, hutan).
Diagnosis
Gambaran klinik Diagnosis filariasis dapat ditegakkan secara klinis. Diagnosis dipastikan dengan menemukan
1. Filariasis tanpa Gejala mikrofilaria dalam darah tepi yang diambil malam hari (pukul 22.00
Umumnya di daerah endemik, pada pemeriksaan fisik hanya – 02.00 dinihari) dan dipulas dengan pewarnaan Giemsa. Pada keadaan kronik pemeriksaan ini
ditemukan pembesaran kelenjar limfe terutama di daerah sering negatif.
inguinal. Pada pemeriksaan darah ditemukan mikrofilaria dalam
jumlah besar dan eosinofilia. Penatalaksanaan
1. Perawatan Umum
2. Filariasis dengan Peradangan - Istirahat di tempat tidur
Demam, menggigil, sakit kepala, muntah dan lemah yang dapat - Antibiotik untuk infeksi sekunder dan abses
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Organ - Perawatan elefantiasis dengan mencuci kaki dan
yang terkena terutama saluran limfe tungkai dan alat kelamin. merawat luka.
Pada laki-laki umumnya terdapat funikulitis disertai penebalan 2. Pengobatan Spesifik
dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis dan pembengkakan skrotum. Untuk pengobatan individual diberikan Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) 6 mg/kgBB 3 x
Serangan akut dapat berlangsung satu bulan atau lebih. Bila sehari selama 12 hari.
keadaannya berat dapat menyebabkan abses ginjal, Efek samping : pusing, mual dan demam selama menggunakan obat ini. Pengobatan masal
pembengkakan epididimis, jaringan retroperitoneal, kelenjar (rekomendasi WHO) adalah DEC 6 mg/kgBB dan albendazol 400mg (+ parasetamol) dosis
inguinal dan otot ileopsoas. tunggal, sekali setahun selama 5 tahun. Implementation unit (IU) adalah kecamatan / wilayah
3. Filariasis dengan Penyumbatan kerja puskesmas (jumlah penduduk 8.000 – 10.000 orang).
Pada stadium menahun terjadi jaringan granulasi yang proliferatif serta
pelebaran saluran limfe yang luas lalu timbul elefantiasis. Tabel 1. Dosis DEC untuk filariasis berdasarkan
Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe perut bagian umur
tengah mempengaruhi skrotum dan penis pada laki-laki dan bagian
luar alat kelamin pada perempuan. Infeksi kelenjar inguinal dapat Umur DEC (100 mg) Albendazol (400 mg)
mempengaruhi tungkai dan bagian luar alat kelamin.
2 – 6 tahun 1 tablet 1 tablet
Elefantiasis umumnya mengenai tungkai serta alat kelamin dan
menyebabkan perubahan yang luas. Bila saluran limfe kandung 7 – 12 tahun 2 tablet 1 tablet
kencing dan ginjal pecah akan timbul kiluria (keluarnya cairan
> 13 tahun 3 tablet 1 tablet biasanya hidup di kebun-kebun. Nyamuk penular DBD ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Penatalaksanaan
Penisilin adalah obat pilihan utama untuk pengobatan penyakit ini. Pemberian
hari ke 1 – 3 mulainya infeksi memberikan hasil yang sangat baik, pemberian
hari ke 4 – 6 hasilnya kurang memuaskan, lewat hari ke-7 tidak begitu
bermanfaat. Biasanya diberikan penisilin G dengan dosis tinggi sebanyak
600.01 unit setiap 4 jam, kalau penyakit lebih berat dosis dapat ditingkatkan,
bahkan sampai 8 – 12 juta unit/hari. Bila penderita datang pada hari ke-7,
WHO menganjurkan pemberian penisilin G dengan dosis 6 – 12 juta unit/hari
pada hari-hari pertama.
Pilihan lain, Amoksisilin 500 mg 3 x sehari peroral, selama 7 – 10 hari.
Pasien alergi penisilin dapat diberikan tetrasiklin atau eritromisin dengan
khasiat yang kurang efektif. Tetrasiklin tidak dapat diberikan jika pasien
mengalami gagal ginjal. Tetrasiklin diberikan secepatnya dengan dosis 250
mg setiap 8 jam im atau iv. selama 24 jam, kemudian 250 – 500 mg setiap
6 jam secara oral selama 6 hari. Eritromisin diberikan dengan dosis
250 mg setiap jam selama 5 hari.
Tindakan suportif dilakukan sesuai dengan keparahan penyakit
dan
komplikasi yang timbul.
RABIES
Kompetensi : 3B
Laporan Penyakit : 0404 ICD X : A.82
Definisi
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies
terutama anjing, kucing dan kera.
Penyebab
Virus rabies, termasuk rhabdo virus bersifat neurotrop.
Gambaran Klinis
1. Stadium Prodromal
Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di tenggorokan selama
beberapa hari.
2. Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas gigitan.
Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap
rangsang sensorik.
3. Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktifitas simpatik meningkat dengan gejala hiperhidrosis
(banyak berkeringat), hipersalivasi (banyak air liur), hiperlakrimasi (banyak air
mata) dan dilatasi pupil. Bersamaan dengan stadium eksitasi penyakit mencapai
puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya bermacam- macam fobia,
yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobia (takut air). Kontraksi otot-otot
faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti
meniupkan udara ke muka penderita (aerophobia) atau dengan menjatuhkan sinar ke
mata (photophobia) atau dengan bertepuk tangan ke dekat telinga penderita
(audiophobia). Pada stadium ini dapat terjadi apneu, sianosis, kejang dan takikardi,
cardiac arrest, tingkah laku penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai
dengan respons yang berlebihan. Gejala-gejala eksitasi dapat berlangsung sampai
pasien meninggal, tetapi pada saat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot
melemas, sehingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
4. Stadium Paralisis.
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium
eksitasi. Kadang- kadang ditemukan juga kasus tanpa
gejala-gejala eksitasi, melainkan paralisis otot-otot yang
bersifat progresif. Hal ini karena gangguan saraf tulang
belakang yang memperlihatkan gejala paresis
otot-otot pernapasan.
Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan
1. Penanganan luka gigitan hewan penular rabies
Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies (anjing,
kucing, kera) harus ditangani dengan tepat dan sesegera
mungkin. Untuk mengurangi/ mematikan virus rabies yang
masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah
mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir)
dan sabun atau deterjen selama 10 – 15 menit,
kemudian diberi alkohol 70%.