Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Definisi
Gagal jantung kongestif (congestive heart failure atau CHF) adalah apabila jantung
tidak dapat memompa darah kembali kesisi kanan jantung atau memberikan sirkulasi
sistemik yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan organ – organ dan jaringan dalam
tubuh (Betz, 2004).
Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan jantung yang masih mampu
mempertahankan kapasitas kerja pompa mekaniknya walaupun secara bertahap terjadi
penurunan kemampuan pompa (Ronny, 2008).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu memompa darah
keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Mary Baradero, 2008).
CHF adalah gangguan multisistem yang terjaadi apabila jantung tidak mampu
menyemprotkan darah yang mengalir kedalamnya melalui sistem vena (Robbins, 2004).
CHF adalah keadaan patofisiologis yaitu jantung tidaak stabil untuk menghasilkan
curah jantung yang adekuat sehingga perfusi jaringan tidak adekuat atau peningkatan
tekanan pengisian diastolic pada ventrikel kiri, sehingga tekanan paru meningkat
(Valentina L, 2007).
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.(ruhyanudi, faqih, 2007)
1
Klasifikasi GJ menurut letaknya :
1. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau
mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikasikan menjadi
disfungsi sistolik dan diastolik.
1. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara
adekuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi adalah gagal
jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi dengan adanya ventrikel kiri
benar – benar normal dan tidak menyebabkan gagal jantung kiri. GJ kanan dapat juga
disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi arteri pilmonary primer. (Amin Huda
Nurarif, 2013)
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4
kelainan fungsional :
IV Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat (sartikasari, 2014)
2
2. Etiologi atau predisposisi
Penyebab kegagalan jantung kongestif dibagi atas dua kelompok yaitu :
a. Gangguan yang langsung merusak jantung, seperti infark miokardium, miokarditis,
fibrosis, dan aneurisma ventrikular
b. Gangguan yang mengakibatkan kelebihan beban ventrikel.
Kelebihan beban ventrikel dibagi atas :
1. Preload adalah volume darah ventrikel pada akhir diastole. Kontraksi jantung
menjadi kurang efektif apabila volume ventrikel sudah melampaui batasnya.
Meningkatnya preload dapat diakibatkan oleh reguirgitasi aorta atau mitral,
terlalu cepat pemberian cairan infus terutama pada pasien lansia dan anak kecil.
2. Afterload adalah kekuatan yang harus dikeluarkan jantung untuk memompa darh
keseluruh tubuh (sistem sirkulasi). Meningkatnya afterload dapat diakibatkan
oleh stenosis aorta, stenosis pulmonal, hipertensi sistemis, dan hipertensi
pulmonal (Mary Baradero, 2008).
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung) : hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis/ berat.
3
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup : Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia : atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi : endokarditis bacterial sub-akut
3. Patofisiologi
Gagal jantung kongestif terjadi bila jantung tidak dapat memompa darh kembali kesisi
kanan jantung atau memberikan sirkulasi sistemik yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan organ – organ dan jaringan dalam tubuh.Komponen CHF mencakup volume
preload dan volume sirkulasi, afterload, dan kontraktilitas.
4
4. Manifestasi Klinis
a. Takikardia
b. Kardiomegali
c. Peningkatan usaha pernafasan
d. Takipnea
e. Hepatomegali
f. Edema
g. Diaforesis
h. Kesulitan makan dan penambahan berat badan yang buruk
i. Iritabilitas (Betz, 2004).
5. Komplikasi
Dapat terjadi sindrom curah jantung rendah yang sukar disembuhkan dengan obat
(Betz, 2004).
Menurut patric davay (2005), komplikasi gagal jantung kongestif adalah sebagai
berikut :
1. Efusi pleura
Di hasilkan dari peningkatan tekanan kapiler. Transudasi cairan terjadi dari kapiler
masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya terjadi pada lobus bawah darah.
2. Aritmia
Pasien dengan gagal jntung kongestif mempunyai risiko untuk mengalami aritmia,
biasanya disebabkan karena tachiaritmias ventrikuler yang akhirnya menyebabkan
kematian mendadak.
3. Trombus ventrikuler kiri
Pada gagal jantung kongestif akut dan kronik, pembesaran ventrikel kiri dan
penurunan kardiac output beradaptasi terhadap adanya pembentukan thrombus pada
ventrikel kiri. Ketika thrombus terbentuk, maka mengurangi kontraktilitas dari
ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen dan lebih jauh gangguan perfusi.
Pembentukan emboli dari thrombus dapat terjadi dan dapat disebabkan dari
Cerebrivaskular accident (CVA).
5
4. Hepatomegali
Karena lobus hati mengalami kongestif dengan darah vena sehingga menyebabkan
perubahan fungsi hati. Kematian sel hati, terjadi fibrosis dan akhirnya sirosis.
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan awal CHF adalah dengan agens farmakologis yang bekerja untuk
memperbaiki fungsi otot jantung dan mengurangi beban pada jantung. Digitalis diberikan
untuk meningkatkan curah jantung dengan melambatkan nodus atrioventrikular agar
setiap kontraksi yang dihasilkan semakin kuat. Diuretik menurunkan volume preload
karena kerja diuretik adalah menurunkan volume cairan ekstrasel. Dilator vena, arteri,
atau dilator campuran dapat diberikan untuk menurunkan tahanan vaskular sistemik atau
pulmonal. Cairan biasanya dibatasi sampai dua pertiga cairan rumatan dan berikan
perhatian terhadap nutrisi dan istirahat. Penatalaksanaan medis dilanjutkan dengan
rencana untuk intervensi kateterisasi jantung atau intervensi bedah jika diindikasikan
(Betz, 2004).
6
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan
harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
c. Terapi vasodilator
Obat – obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap
penyembuhan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
2. Keperawatan
Terapi Nonfarmakologis :
a. Diit redah garam
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema
b. Membatasi cairan
Mengurangi beban jantung dan menghidari kelebihan volume cairan dalam tubuh.
c. Mengurangi berat badan
d. Menghindari alkohol
e. Manajemen stress
Respon psikologis dapat mempengaruhi peningkatan kerja jantung
f. Mengurangi aktifitas fisik
Kelebihan aktifitas fisik mengakibatkan peningkatan kerja jantung sehingga perlu
dibatasi. (sartikasari, 2014)
7. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian :
7
b. Identitas Penanggungjawab terdiri dari : nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien utama klien dengan gagal jantung adalah sesak nafas, nyeri dan
kelemahan saat beraktivitas.
b. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara
PQRST, yaitu :
P : Provoking incident, kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas
ringan sampai berat, sesuai dengan gangguan pada jantung.
Q : Quality of pain, seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan
aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap
beraktivitas klien merasakan sesak nafas.
R : Region, apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau memengaruhi
keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disetai ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan.
S : Severity (scale) of pain, Kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas
menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.
T : Time, sifat mula timbulnya, keluhan kelemahan beraktivitas biasanya
timbul perlahan. Lama timbulnya kelemahan saat beraktivitas biasanya
setiap saat, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan menanyakan apakah
sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia
miokardium, diabetes mellitus, dan hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada
masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini
meliputi obat diuretic, nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat
8
adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Alergi obat dan reaksi alergi
yang timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping
obat.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif, dan penyebab
kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada
usia muda merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik
pada keturunannya.
3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, meliputi :
a. Aktivitas/ istirahat
Klien biasanya mengeluh mengalami keletihan/kelelahan terus-menerus
sepanjang hari, insomnia, nyeri dada pada saat beraktivitas dan dispnea pada
saat istirahat.
b. Sirkulasi
Biasanya klien memiliki riwayat hipertensi, infark miokard baru/ akut, episode
GJK sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok
septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
c. Integritas ego
Klien menyatakan ansietas, khawatir dan takut. Stress yang berhubungan
dengan penyakit/keprihatinan financial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
d. Eliminasi
Klien menyatakan penurunan dalam berkemih, urine klien berwarna gelap,
suka berkemih pada malam hari (nokturia), diare/kontipasi.
e. Makanan/cairan
Klien manyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual/muntah,
bertambahnya berat badan secara signifikan.
f. Hygiene
Klien menyatakan merasa letih/lemah, kelelahan yang dirasakan klien yaitu
selama aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori
9
Klien menyatakan tubuhnya lemah, suka merasakan pusing, dan terkadang
mengalami pingsan.
h. Nyeri/kenyamanan
Klien mengeluh nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas
dan sakit pada otot.
i. Pernapasan
Klien menyatakan dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit
kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
j. Keamanan
Klien menyatakan mengalami perubahan dalam fungsi mental, kehilangan
kekuatan, tonus otot, kulit lecet.
k. Interaksi sosial
dilakukan.
l. Pembelajaran/pengajaran
Klien menyatakan menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misal :
penyekat saluran kalsium
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien gagal jantung biasanya
baik atau composmentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi
sistem saraf pusat.
b. Tanda-Tanda Vital : TD :
Nadi :
Respirasi :
Suhu
1. B1 (breathing)
10
Gejala-gejala kongesti vascular pulmonal adalah dipsnea, ortopnea,
dispnea nocturnal pasroksismal, batuk dan edema pulmonal akut, takipnea.
Adanya sputum mungkin bersemu darah.
2. B2 (Blood)
a. Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan
kelemahan fisik dan adanya edema ektremitas. Ujung jari
kebiruan, pucat abu-abu.
b. Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
c. Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasanya ditemukan apabila gagal jantung adalah kelainan
katup. Irama jantung disritmia. Bunyi jantung S3 (Gallop)
adalah diagnostik, S4 dapat terjadi. S1 dan S2 mungkin
melemah.
d. Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan
adanya hipertrofi jantung (kardiomegali).
3. B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya composmentis. Sering ditemukan sianosis
perifer apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif
klien meliputi wajah meringis, menangis, merintihm meregang dan
menggeliat.
4. B4 ( Bladder)
Pengukuran volume output urine selalu dihubungkan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya oliguruia karena merupakan tanda awal
dari syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menunjukkan adanya
retensi cairan yang parah. Penurunan berkemih, urine berwarna gelap,
berkemih malam hari (nokturia).
5. B5 ( Bowel)
a. Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka
11
tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong
masuk ke rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites.
Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan
tekanan pada diafragma sehingga klien dapat mengalami distress
pernapasan.
b. Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat
pembesaran vena dan stasis vena didalam rongga abdomen.
6. B6 ( Bone)
a. Ektremitas
Pada ujung jari terjadi kebiruan dan pucat. Warna kulit pucat dan
sianosis.
b. Edema
Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung yang dapat
dipercaya dan tentu saja, ini sering ditemukan bila gagal ventrikel
kanan telah terjadi. Ini sedikitnya merupakan tanda yang dapat
dipercaya bahwa telah terjadi disfungsi ventrikel.
c. Mudah lelah
Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah, hal ini terjadi
akibat curah jantung yang berkurang yang dapat menghambat sirkulasi
normal dan suplai oksigen ke jaringan dan menghambat pembuangan
sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energy yang
digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress
pernapasan dan batuk.Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka
menyebabkan kelemahan dan keletihan. Gejala-gejala ini dapat dipicu
oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia.
b.Pemeriksaan Penunjang :
a. Elektrokardiogram (EKG) (untuk diagnosis, diritmia takikardia atau
brakikardia (EKG 12 sadapan dapat menampakan adanya hipertrofi ventrikel)
b. Foto toraks (ukuran jantung membesar dan ada infiltrat pulmonal)
c. Ekokardiogram
12
d. Kateterisasi jantung (Betz, 2004).
8. Pathways Keperawatan
Kontraktifitas
Beban systole Preload
Kontraktifitas
Hambatan pengosongan
ventrikel
COP
13
CHF
a. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
15
Perubahan fungsi Tekanan systole dan Monitor adanya paretese
motorik diastole dalam rentang Instruksikan keluarga untuk
Perubahan yang diharapkan mengobservasi kulit jika
karakteristik kulit Tidak ada ortostatik ada isi atau laserasi
(warna, elastisitas, hipertensi Gunakan sarung tangan
rambut, kelembapan, Tidak ada tanda tanda untuk proteksi
kuku, sensasi, suhu) peningkatan tekanan Batasi gerakan pada kepala,
Indeks ankle – intrakranial (tidak lebih leher dan punggung
brakhial <0,90 dari 15 mmhg) Monitor kemampuan BAB
16
ditempuh dalam uji
berjalan 6 menit
Perestesia
Warna kulit pucat saat
elevasi
Faktor yang
berhubungan:
Kurang pengetahuan
tentang faktor
pemberat (mis,
merokok, gaya hidup
menonton, trauma,
obesitas, asupan
garam, imobilitas)
Kurang pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis,
diabetes,
hiperlipidemia)
Diabetes melitus
Hipertensi
Gaya hidup menonton
Merokok
17
kebutuhan metabolisme Tanda vital dalam Catat adanya tanda dan
tubuh. rentang normal gejala penurunan cardiac
Batas Karakteristik : (Tekanan darah, Nadi, output
Perubahan frekuensi / respirasi) Monitor status
irama jantung Dapat mentoleransi kardiovaskuler
Aritmia aktivitas, tidak ada Monitor status pernafasan
Bradikardi, kelelahan yang menandakan gagal
Takikardi Tidak edema paru, jantung.
Perubahan EKG perifer, dan tidak ada Monitor abdomen sebagai
Palpitasi asites indicator penurunan perfusi
Perubahan Preload Tidak ada penurunan Monitor balance cairan
Penurunan tekanan kesadaran Monitor adanya perubahan
vena central tekanan darah
(central venous Monitor respon pasien
pressure, CVP) terhadap efek pengobatan
Penurunan tekanan antiaritmia
arteri paru Atur periode latihan dan
(pulmonary artery istirahat untuk menghindari
wedge pressure, kelelahan
PAWP) Monitor toleransi aktivitas
Edema, keletihan pasien
Peningkatan CVP Monitor adanya dyspneu,
Peningkatan fatigue, tekipneu dan
PAWP ortopneu
Distensi vena Anjurkan untuk
jugular menurunkan stress
Murmur
Peningkatan berat Vital Sign Monitoring
badan Monitor TD, nadi, suhu, dan
Perubahan Afterload RR
Kulit Lembab Catat adanya fluktuasi
18
Penurunan nadi tekanan darah
perifer Monitor VS saat pasien
Penurunan restansi berbaring duduk atau berdiri
vascular paru Auskultasi TD pada kedua
(pulmunary lengan dan bandingkan
vascular resistence, Monitor TD, nadi, RR,
PVR) sebelum, selama dan setelah
Penurunan aktivitas
resistansivaskular Monitor kualitas dari nadi
sistemik (sistemik Monitor adanya pulsus
vascular resistence, paradoksus
SVR) Monitor adanya pulsus
Dipsnea alterans
Peningkatan PVR Monitor jumlah san irama
Peningkatan SVR jantung
Oliguria Monitor bunyi jantung
Perubahan warna Monitor frekuensi dan
kulit irama pernapasan
Variasi pada Monitor suara paru
pembacaan tekanan Monitor pola pernapasan
darah abnormal
Perubahan Monitor suhu, warna, dan
kontraktilitas kelembaban kulit
Batuk, Crackle Monitor sianosis perifer
Penurunan indeks Monitor adanya cushing
jantung triad (tekanan nadi yang
Penurunan fraksi melebar, bradikardi,
ejeksi peningkatan sistolik)
Ortopnea Identifikasi penyebab diri
Dispnea perubahan vital sign
paroksismal
19
nokturnal
Penurunan LVSWI
(left ventricular
stroke work index)
Penurunan stroke
volume index
(SVI)
Bunyi S3, Bunyi
S4
Perilaku / emosi
Ansietas, Gelisah
Faktor yang
berhubungan:
Perubahan afterload
Perubahan
kontraktilitas
Perubahan frekuensi
jantung
Perubahan preload
Perubahan irama
Perubahan volume
sekuncup
Gangguan pertukaran NOC NIC
gas Respiratory Status : Airway Management
Definisi : Kelebihan atau Gas exchange Buka jalan nafas, gunakan
defisit pada oksigenasi Respiratory Status : teknik chin lift atau jaw
dan / atau eliminasi ventilation thrust bila perlu
karbondioksida pada Vital Sign Status Posisikan pasien untuk
20
membran alveolar Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
kaoiler Mendemonstrasikan Identifikasi pasien perlunya
Batas karakteristik : peningkatan ventilasi pemasangan alat jalan nafas
pH darah arteri dan oksigenasi yang buatan
abnormal adekuat Pasang mayo bila perlu
pH arteri abnormal Memelihara kebersihan Lakukan fisioterapi dada
Pernapasan abnormal paru – paru dan bebas jika perlu
(mis, kecepatan, dari tanda – tanda Keluarkan sekret dengan
irama, kedalaman) distress pernafasan. batuk atau suction
21
Faktor yang Monitor pola nafas :
berhubungan : bradipena, takipenia,
Perubahan membran kussmaul, hiperventilasi,
alveolar kapiler cheyne sokes, biot
Ventilasi perfusi Monitor kelelahan otot
diafragma (gerakan
paradoksis)
Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Ketidakefektifan pola NOC NIC
napas Respiratory status : Airway Management
Definisi : Inspirasi dan / Ventilation Buka jalan nafas, gunakan
atau ekspirasi yang tidak Respiratory status : teknik chin lift jaw thrust
memberi ventilasi Airway patency bila perlu
Batasan karakteristik : Vital sign Status Posisikan pasien untuk
Perubahan kedalaman Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
pernapasan Mendemonstrasikan Identifikasi pasien
Perubahan ekskursi batuk efektif dan suara perlunya pemasangan alat
dada yang bersih, tidak ada nafas buatan
Mengambil posisi tiga sianosis dan dyspneu Pasang mayu bila perlu
titik (mampu mengeluarkan Lakukan fisioterapi dada
22
semenit nafas yang paten (klien tambahan
Penurunan kapasitas tidak merasa tercekik, Lakukan suction pada
vital irama nafas, frekuensi mayo
Dipneu pernafasan dalam Berikan bronkodilator bila
Peningkatan diameter rentang normal, tidak perlu
anterior posterior ada suara nafas Berikan pelembab udara
23
neuromuskular berdiri
Obesitas Auskultasi TD pada kedua
Nyeri lengan dan bandingkan
Keletihan otot Monitor TD, nadi, RR,
pernapasan cedera sebelum, selama, dan
medula spinalis setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
24
Kelebihan volume NOC NIC
cairan Electrolit and acid base Fluid management
Definisi : Peningkatan balance Timbang popok / pembalut
retensi cairan isotonik Fluid balance jika diperlukan
Batasan karakteristik : Hydrstion Pertahankan catatan intake
Bunyi napas Kriteria Hasil : dan output yang akurat
advebtisius Terbebas dari edema, Pasang urin kateter jika
Gangguan elektrolit efusi, anaskara diperlukan
Anasarka Bunyi nafas bersih, Monitor hasil Hb yang
25
Ortopnea Kolaborasi dokter jika tanda
Efusi pleura cairan berlebih muncul
Refleksi memburuk
hepatojugular positif Fluid Monitoring
Perubahan tekanan Tentukan riwayat jumlah
Gelisah eliminasi
26
dari odema
NOC NIC
Energy conservation Activity Therapy
27
Activity tolerance Kolaborasi dengan Tenaga
Self Care : ADLS Rehabilitasi Medik dalam
Kriteria Hasil : merencanakan program
Berpartisipasi dalam terapi yang tepat
aktivitas fisik tanpa Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
tekanan darah, nadi yang mampu dilakukan’
dan RR Bantu untuk memilih
Mampu melalukan aktivitas konsisten yang
Intoleransi aktivitas aktivitas sehari hari sesuai dengan kemampuan
Definisi : (ADLS) secara fisik, psikologi dan sosial
Ketidakcukupan energi mandiri Bantu untuk
psikologis atau fisiologi Tanda tanda vital mengidentifikasi dan
untuk melanjutkan atau normal mendapatkan sumber yang
menyelesaikan aktifitas Energy psikomotor diperlukan untuk aktivitas
kehidupan sehari – hari Level kelemahan yang diinginkan
yang harus atau yang Mampu berpindah : Bantu untuk mendapatkan
ingin dilakukan. dengan atau tanpa alat bantuan seperti kursi
Batasan karakteristik : bantuan alat roda, krek
Respon tekanan darah Status Bantu untuk
abnormal terhadap kardiopulmunari mengidentifikasi aktivitas
aktivitas adekuat yang disukai
Respon frekuensi Sirkulasi status baik Bantu klien untuk
jantung abnormal Status respirasi : membuat jadwal latihan
terhadap aktivitas pertukaran gas dan diwaktu luang
Perubahan EKG yang ventilasi adekuat Bantu pasien/ keluarga
mencerminkan aritmia untuk mengidentifikasi
mencerminkan beraktivitas
28
setelah beraktivitas Bantu pasien untuk
Dipsnea setelah mengembangkan motivasi
beraktivitas diri dan pengetahuan
Menyatakan merasa Monitor respon fisik,
letih emosi, sosial dan spiritual.
Menyatakan merasa
lemah
Faktor yang
berhubungan :
Tirah Baring atau
imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Imobilitas
Gaya hidup monoton
(Kusuma, 2013)
2.11 Evaluasi Tindakan
29
b. Terhindar dari resiko penurunan perfusi jaringan.
c. Tidak terjadi kelebihan volume cairan.
d. Tidak sesak.
e. Edema ekstremitas tidak terjadi.
c. Menunjukkan penurunan kecemasan.
d. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya,
a. Mematuhi semua aturan medis.
b. Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda dari
komplikasi.
c. Menjelaskan proses terjadinya gagal jantung.
d. Menjelaskan alasan terjadinya pencegahan komplikasi.
e. Mematuhi program perawatan diri.
f. Menunjukkan pemahaman mengenai terapi farmakologi.
g. Kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup
30