Você está na página 1de 18

“ PERMASALAHAN PADA ABAD KE 21”

Di susun oleh:
Nama : Nurul Latifah
Kelas : X.1
No. Absen : 24

SMA 1 KEDUNGWUNI ( R- SMA-BI )


TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SMA 1 Kedungwuni 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena


pada akhirnya tugas geografi yang bertema “Permasalahan Bumi Pada Abad ke
21” yang sederhana ini terselesaikan juga.

Kami juga menyampaikan terima kasih kepada para pihak yang membantu
dan berjasa dalam penyusunan Makalah ini. Sebagai rasa cinta dan terima kasih
kami ucapkan kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. Rusmono selaku kepala SMA 1 Kedungwuni ( R-SMA-BI)


2. Bapak Priyo Hardiyanto, selaku wali kelas X.1
3. Bapak Drs. Rusmono, selaku guru mapel
4. Pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainya Makalah ini

“Makalah geografi”ini sangat jauh dari sempurna. Namun dari ke tidak


sempurnaan ini kami berharap kritik, saran, masukan, atau petunjuk dari Bapak
dan ibu guru serta para pembaca yang budiman.

Kami berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca
yang budiman.

Pekalongan, 2012

Penyusun

SMA 1 Kedungwuni 2
DAFTAR ISI
Judul ..................................................................................................... 1

Kata pengantar .................................................................................................. 2

Daftar isi ............................................................................................................ 3

A.Pemanasan global ............................................................................................ 4

B.Dampak pemanasan global............................................................................... 8

C.Penyebab pemanasan global ............................................................................ 15

D.Mengurangi pemanasan global ........................................................................ 16

Daftar pustaka .......................................................................................................18

SMA 1 Kedungwuni 3
Masalah Bumi Pada Abad ke 21

A. PEMANASAN GLOBAL

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata atmosfer,

laut dan daratan bumi. Para ahli berpendapat suhu rata-rata permukaan

bumi selama seratus tahun terakhir telah meningkat 0.74 ± 0.18oC dan

diperkirakan sampai tahun 2100 suhu meningkat 1.1 hingga 6.4 oC.

Ancaman pemanasan global masih dapat dihilangkan dalam jumlah sangat

besar jika semua negara memangkas buangan gas rumah kaca, yang

memerangkap panas, sampai 70 persen pada abad ini, demikian hasil satu

analisis baru.

Meskipun temperatur global akan naik, sebagian aspek perubahan iklim

yang paling berpotensi menimbulkan bahaya terhadap, termasuk kehilangan

besar es laut Kutub Utara dan tanah beku serta kenaikan mencolok

permukaan air laut, dapat dihindari.

Studi tersebut, yang dipimpin oleh beberapa ilmuwan dari National Center

for Atmospheric Research (NCAR), direncanakan disiarkan pekan depan di

dalam Geophysical Research Letters. Penelitian itu didanai oleh Department

of Energy dan National Science Foundation, penaja NCAR.

“Penelitian ini menunjukkan kita tidak lagi dapat menghindari pemanasan

mencolok selama abad ini,” kata ilmuwan NCAR Warren Washington,

pemimpin peneliti tersebut.

SMA 1 Kedungwuni 4
Temperatur rata-rata global telah bertambah hangat mendekati 1 derajat

celsius (hampir 1,8 derajat fahrenheit) sejak era pra-industri. Kebanyakan

pemanasan disebabkan oleh buangan gas rumah kaca yang dihasilkan

manusia, terutama karbon dioksida.

Gas yang memerangkap panas itu telah naik dari tingkat era pra-industri

sekitar 284 bagian per juta (ppm) di atmosfer jadi lebih dari 380 ppm hari

ini.

Sementara penelitian tersebut memperlihatkan bahwa pemanasan tambahan

sebesar 1 derajat celsius (1,8 derajat fahrenheit) mungkin menjadi permulaan

bagi perubahan iklim yang berbahaya, Uni Eropa telah menyerukan

pengurangan dramatis buangan gas karbon dioksida dan gas rumah kaca.

Kongres AS juga sedang membahas masalah itu.

Guna mengkaji dampak pengurangan semacam itu terhadap iklim di dunia,

Washington dan rekannya melakukan kajian superkomputer global dengan

menggunakan Community Climate System Model, yang berpusat di NCAR.

Mereka berasumsi, tingkat karbon dioksida dapat dipertahankan pada angka

450 ppm pada penghujung abad ini. Jumlah tersebut berasal dari US

Climate Change Science Program, yang telah menetapkan 450 ppm sebagai

sasaran yang bisa dicapai jika dunia secara cepat menyesuaikan tindakan

pelestarian dan teknologi hijau baru guna mengurangi buangan gas secara

dramatis.

SMA 1 Kedungwuni 5
Sebaliknya, buangan gas sekarang berada di jalur menuju tingkat 750 ppm

paling lambat pada 2100 jika tak dikendalikan.

Hasil tim tersebut memperlihatkan kalau karbon dioksida ditahan pada

tingkat 450 ppm, temperatur global akan naik sebesar 0,6 derajat celsius

(sekitar 1 derajat fahrenheit) di atas catatan saat ini sampai akhir abad ini.

Sebaliknya, studi itu memperlihatkan, temperatur akan naik hampir sebesar

empat kali jumlah tersebut, jadi 2,2 derajat celsius (4 derajat fahrenheit) di

atas catatan saat ini, kalau buangan gas dibiarkan terus berlanjut di jalurnya

saat ini.

Menahan tingkat karbon dioksida pada angka 450 ppm akan memiliki

dampak lain, demikian perkiraan studi contoh iklim itu.

Kenaikan permukaan air laut akibat peningkatan panas karena temperatur air

menghangat akan menjadi 14 sentimeter (sekitar 5,5 inci) dan bukan 22

sentimeter (8,7 inci). Kenaikan mencolok permukaan air laut diperkirakan

akan terjadi karena pencairan lapisan es dan gletser.

Volume es Kutub Utara pada musim panas menyusut sebanyak seperempat

dan diperkirakan akan stabil paling lambat pada 2100. Suatu penelitian telah

menyatakan, es musim panas akan hilang sama sekali pada abad ini jika

buangan gas tetap pada tingkat saat ini.

SMA 1 Kedungwuni 6
Pemanasan Kutub Utara akan berkurang separuhnya sehingga membantu

melestarikan populasi ikan dan burung laut serta hewan mamalia laut di

wilayah seperti di bagian utara Laut Bering.

Perubahan salju regional secara mencolok, termasuk penurunan salju di US

Southwest dan peningkatan di US Norhteast serta Kanada, akan berkurang

sampai separuh kalau buangan gas dapat dipertahankan pada tingkat 450

ppm.

Sistem cuaca itu akan stabil sampai sekitar 2100, dan bukan terus

menghangat. Tim penelitian tersebut menggunakan simulasi superkomputer

guna membandingkan skenario peristiwa biasa melalui pengurangan dramatis

buangan karbon dioksida yang dimulai dalam waktu sekitar satu dasawarsa.

Penulis kajian tersebut menegaskan, mereka tidak mengkaji bagaimana

pengurangan seperti itu dapat dicapai atau menyarankan kebijakan tertentu.

“Tujuan kami ialah menyediakan bagi pembuat kebijakan penelitian yang

sesuai sehingga mereka dapat membuat keputusan setelah mendapat

keterangan,”

kata Washington.

“Studi ini menyediakan suatu harapan bahwa kita dapat menghindari

dampak terburuk perubahan iklim, jika masyarakat dapat mengurangi

buangan dalam jumlah besar selama beberapa dasawarsa mendatang dan

melanjutkan pengurangan utama sepanjang abad ini.”

SMA 1 Kedungwuni 7
B. DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

Meningkatnya suhu bumi dikhawatirkan menyebabkan mencairnya es di daerah

kutub dan menyebabkan naiknya permukaan air laut yang pada gilirannya akan

merendam daerah pesisir. Jutaan penduduk di daerah pesisir terancam kehilangan

tempat tinggal. Pulau-pulau kecil terancam tenggelam.

Dampak yang paling nyata dari pemanasan global adalah keadaan iklim dan cuaca

yang sangat ekstrim. Suhu yang sangat tinggi menyebabkan penguapan yang

sangat tinggi pada suatu tempat dengan akibat kekeringan yang sangat, dan uap

air akan kembali ke bumi pada tempat yang lain menjadi curah hujan yang sangat

tinggi serta memicu terjadinya banjir bandhang dan tanah longsor. Perubahan

iklim yang ekstrim berpeluang mengancam kepunahan beberapa jenis tumbuhan

maupun hewan. Kemampuan makhluk hidup yaitu manusia, hewan dan tumbuhan

untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim ada batasnya. Selain itu perubahan

iklim yang ekstrim juga memunculkan bakteri dan mikroba baru yang memicu

timbulnya penyakit baru dan wabah penyakit.

Apakah pemanasan global hanya terjadi di belahan bumi lain dan tidak

bersinggungan dengan masyarakat Indonesia? Di Indonesia, gejala serupa sudah

terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu minimum kota Polonia (Sumatera

Utara) meningkat 0,17oC pertahun. Sementara, Denpasar mengalami peningkatan

suhu maksimum hingga 0,87oC per tahun. Tanda yang mencolok adalah

menghilangnya salju yang menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia,

yaitu Gunung Jayawijaya di Papua. Data lain yang tak kalah mengejutkan

SMA 1 Kedungwuni 8
ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu

bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 beberapa daerah-

daerah Jakarta dan Bekasi akan terendam. Jakarta terendam banjir bukan hal yang

baru, namun kado natal 2007 berupa banjir di Solo cukup mengejutkan banyak

pihak.

Perubahan iklim juga mempengaruhi kegiatan bercocok tanam, kerawanan pangan

akan mengancam. Pranatamangsa, bentuk kekayaan kearifan budaya lokal

menjadi tidak tepat waktu, tanaman dan hewanpun bingung membaca perubahan

iklim ini, musim berbuah pohon rambutan bergeser, nyanyian nonggeret pertanda

datangnya “marengan” terdengar di bulan desember/januari yang dahulu

bermakna ‘gede-gedene sumber’ dan ‘hujan sepanjang hari’. Perubahan perilaku

cuaca di angkasa juga berdampak terhadap keselamatan transportasi udara.

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL PADA KEHIDUPAN

Perubahan iklim dunia merupakan tantangan yang paling serius yang dihadapi

pada abad 21. Perubahan iklim merupakan salah satu dampak dari pemanasan

global yang diakibatkan adanya efek rumah kaca karena meningkatnya

konsentrasi gas rumah kaca. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca ini

sebagaian besar diakibatkan oleh karena produksi dan pemanfaatan energi fosil.

CO2 merupakan gas rumah kaca yang kontribusinya terhadap pemanasan global

mencapai lebih dari 60% dari total gas rumah kaca yang ada.Sebagian besar pakar

lingkungan sepakat bahwa terjadinya perubahan iklim merupakan salah satu

dampak dari pemanasan global. Meskipun masih belum sepenuhnya dimengerti

SMA 1 Kedungwuni 9
dengan pasti.

Pemanasan global dapat terjadi karena adanya efek rumah kaca. Gas rumah kaca

yang berada di atmosfer bumi dapat disamakan dengan tabir kaca pada pertanian

yang menggunakan rumah kaca. Panas matahari yang berupa radiasi gelombang

pendek masuk ke bumi dengan menembus tabir gas rumah kaca tersebut.

Sebagian panas diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke luar

angkasa sebagai radiasi gelombang panjang.Namun, panas yang seharusnya

dipantulkan kembali ke luar angkasa menyentuh permukaan tabir dan

terperangkap di dalam bumi. Seperti proses dalam pertanian rumah kaca, sebagian

panas akan ditahan di permukaan bumi dan menghangatkan bumi.Tanpa efek

rumah kaca ini maka suhu dipermukaan bumi akan lebih rendah dari yang ada

sekarang sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan.

Permasalahan muncul ketika konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer

bertambah.Dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, maka akan

semakin banyak panas yang ditahan di permukaan bumi dan akan mengakibatkan

suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Kondisi ini sering disebut pemanasan

global.

Efek rumah kaca adalah proses masuknya radiasi dari sinar matahari dan karena

ada GRK (Gas rumah kaca) maka radiasi tersebut terjebak di dalam atmosfer

sehingga menaikkan suhu permukaan bumi. GRK inilah yang menyerap

gelombang panas dari sinar matahari yang dipancarkan bumi. Peningkatan suhu

bumi ini sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut sebuah konfrensi tentang

perubahan iklim di inggris bila suhu bumi meningkat lebih dari 2 0C maka

SMA 1 Kedungwuni 10
sebagian spesies akan punah dan bahkan ekosistem bisa hancur, kelaparan akan

terjadi dimana khususnya di negara berkembang dan air bersih aka menjadi

barang yang sangat langka. Pemanasan global yang berhubungan langsung dengan

perubahan iklim berdampak sangat luas terhadap kehidupan di bumi ini. Menurut

ahli geologi sejak 1 juta tahun yg lalu sudah 10 kali suhu bumi meningkat dan

selalu berkorelasi dengan peningkatan CO2 di bumi. Akan tetapi yang paling

menghawatirkan adalan pemanasan yg terjadi dalam 20 tahun terakhir ini,

pemanasan yg terjadi sudah melebihi pemanasan yg terjadi pada jaman medieval

(1000 tahun yg lalu). pada jaman itu bumi juga mengalami pemanasan.

Bukti dampak dari pemanasan global akhir-akhir ini sudah sering ditemui. Selain

menyusutnya es di kutub utara, iklim yg tidak menentu dan seringnya terjadi

badai merupakan efek lain dari pemanasan global. Menurut penelitian di Belanda,

anak burung koolmees yaitu burung pemakan serangga menetas jauh sebelum

waktu yang seharusnya. Mereka kekurangan pangan karena belum musim ulat,

sebagai akibat dari perubahan siklus iklim.

Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan

bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan

gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan

fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi

aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi :

a. Gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai

b. Gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan,

pelabuhan dan bandara

SMA 1 Kedungwuni 11
c. Gangguan terhadap permukiman penduduk,

d. Pengurangan produktivitas lahan pertanian

e. Peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb.

Dampak yang mudah terlihat adalah frekuensi dan skala banjir serta musim kering

yang panjang, yang terjadi di banyak bagian dunia. jika tidak ada upaya yang

dilakukan secara global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, maka pada

tahun 2100 suhu bumi akan meningkat hingga 5,8 derajat C. Dipastikan, sebagian

besar ekosistem tidak mampu beradaptasi jika terjadi kenaikan suhu bumi secara

global lebih dari dua derajat C dari kondisi yang biasa dialami, maka akan terjadi

kepunahan banyak spesies.

Berdasarkan laporan IPCC, April 2007, bahwa kerentanan dan adaptasi akibat

perubahan iklim telah menyebabkan sekitar 30 persen tumbuhan dan hewan akan

meningkat risiko kepunahannya jika kenaikan temperatur global rata-rata di atas

1,5-2,5 derajat C. Dampak perubahan iklim sudah terjadi, sekarang dan akan

makin menjadi parah di masa yang akan datang. Mulai dari kebakaran hutan,

pemutihan karang, gagal panen, dan punahnya beberapa spesies. Dampak

perubahan iklim terhadap spesies sebagai komponen keanekaragaman hayati

adalah berupa perubahan dalam kisaran penyebaran, meningkatnya tingkat

kelangkaan, perubahan waktu reproduksi, dan perubahan dalam lamanya suatu

musim tanam.

Jika dari sekarang tidak dilakukan upaya pencegahan, maka pada tahun 2100, dua

pertiga dari spesies yang ada di bumi akan hilang. Kekeringan, kebakaran,

SMA 1 Kedungwuni 12
munculnya berbagai macam penyakit tropis (malaria dan DB), banjir dan tanah

longsor yang sering terjadi di indonesia merupakan salah satu efek dari

pemanasan global, walaupun tanpa harus memungkiri ada pengaruh-pengaruh lain

dari peristiwa-peristiwa itu.

Pemanasan global juga membawa ancaman terhadap terumbu karang Indonesia,

yang merupakan jantung kawasan segitiga karang dunia (heart of global coral

triangle). Terumbu karang dunia dalam kondisi yang memprihatinkan. Pemanasan

global dapat menyebabkan kepunahan dari sebagian besar ekosistem dunia yang

amat berharga. Bahkan kehidupan liar yang ada di tempat-tempat konservasipun

tidak bisa menghindari ancaman besar ini. Apabila tingkat konsentrasi CO2 di

atmosfer dalam 100 tahun mendatang meningkat dua kali lipat, maka lebih dari 80

persen dari ekoregion yang diteliti akan punah.

Dampak pemanasan global di Indonesia adalah sebagai berikut:

A. Akibat yang bersifat menguntungkan :

Bertambahnya produktifitas tanaman di daerah beriklim dingin

Menurunnya resiko kerusakan tanaman pertanian oleh cekaman dingin

Meningkatnya runoff yang berarti meningkatnya debit aliran air pada daerah

kekurangan air

Berkurangnya tenaga listrik untuk pemanasan

Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian oleh cekaman dingin

B. Akibat yang bersifat merugikan :

Meningkatnya tingkat kematian dan penyakit serius pada manula dan golongan

miskin perkotaan

SMA 1 Kedungwuni 13
Meningkatnya cekaman panas pada binatang liar dan ternak

Perubahan pada tujuan wisata

Meningkatnya resiko kerusakan sejumlah tanaman pertanian

Meningkatnya tenaga listrik untuk pendinginan

Memperluas kisaran dan aktivitas beberapa hama dan vektor penyakit

Meningkatnnya banjir, erosi dan tanah longsor

Meningkatnya runoff yang berarti meningkatnya debit aliran air pada daerah

basah

Untuk mencegah terjadinya pemanasan global perlu upaya global dalam

mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca sesegera mungkin. Hal ini dapat dicapai

dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mencegah penggundulan

hutan serta melakukan reboisasi. Ada dua hal yang dapat dilakukan untuk

menurunkan besarnya emisi gas rumah kaca disektor pengguna energi, yaitu:

melakukan konservasi energi dan menggunakan teknologi energi bersih yang

tidak menimbulkan emisi gas rumah kaca. Namum dalam implementasinya perlu

suatu mekanisme karena upaya tersebut biasanya memerlukan tambahan biaya.

Sehingga sejak dini perlu diadakanya penghijauan terutama pada daerah perkotaan

yang padat dengan penduduk sehingga dengan penghijauan atau penanaman

pohon dapat membantu penyerapan pemanasan global dan menciptakan

SMA 1 Kedungwuni 14
lingkungan yang penuh dengan oksigen dan bebas dari segala ancaman

pemanasan global.

C. PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

Penyebab utama yang disinyalir membuat bumi semakin panas adalah perusakan

ekosistem dan produksi gas rumah kaca (GRK) yang melampaui ambang batas.

Penebangan liar, pembakaran hutan, perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian

atau hutan menjadi kawasan pemukiman dan industri merupakan faktor yang

mempercepat kenaikan suhu bumi.

Pada dasarnya bumi adalah planet yang sangat dingin, bumi menerima panas dari

sinar matahari dan atmosfer yang menyelimuti bumi menyimpan panas tersebut

untuk menghangatkan bumi sehingga makhluk hidup mampu tumbuh. Gas-gas

diatmosfer yang mampu memerangkap panas disebut dengan gas rumah kaca

(GRK) yang terdiri dari CO2, CH4, N2O, HFCs, PFCs dan SF8. Pada jumlah

yang ‘pas’ sesuai ambang batas aman GRK tersebut bermanfaat untuk menjaga

kehangatan bumi. Namun beberapa dekade terakhir seiring dengan era

industrialisasi yang sangat pesat, jumlah gas tersebut meningkat pesat, Ibaratnya

selimut bumi menjadi semakin berat dan tebal sehingga bumi merasa sangat

kegerahan/kepanasan.

Negara-negara industri besar merupakan pemasok GRK terbanyak dan karena di

atmosfer tidak terdapat “batas pagar” antar Negara, GRK meningkat secara global

termasuk di Indonesia. Seperti halnya kebakaran hutan yang dahsyat di Indonesia,

SMA 1 Kedungwuni 15
asap maupun abunya akan menyebar ke wilayah lain dan kita menuai protes

terutama dari negara-negara tetangga.

D. MENGURANGI PEMANASAN GLOBAL

Pada era globalisasi ini, permasalahan lingkungan termasuk pemanasan global

tidak hanya bersifat lokal maupun nasional namun bersifat global sehingga

diperlukan komitmen penanganan secara global. Keseriusan penanganan

permasalahan lingkungan secara global diawali dengan KTT Bumi di Rio de

Jenairo pada tahun 1992. Langkah tersebut diikuti dengan pertemuan-pertemuan

sejumlah pemimpin dunia yang akhirnya keluar dokumen Protokol Kyoto. Setiap

kita terpanggil untuk berperan serta mengatasi pemanasan global sesuai dengan

kemampuannya. Sayangnya yang sering terjadi si kuat mencoba mengelak dari

bagiannya seperti yang terjadi pada pertemuan internasional di Bali desember

2007 yang lalu.

Apakah sebagai pribadi ataupun kelompok kecil kita pembaca setia tabloid

Adiyuswa dapat berperan serta ‘mendinginkan bumi’ dari pemanasan global?

Tentu saja bisa. Berikut adalah cara-cara praktis dan sederhana ‘mendinginkan

bumi’:

• Menggunakan listrik secara efisien melalui pemilihan bohlam hemat daya listrik,

penggunaan peralatan elektronik dengan semestinya. Memang listrik tidak

membebaskan GRK secara langsung namun PLN menggunakan bahan bakar fosil

yang banyak membebaskan GRK. Selain itu penggunaan listrik secara efisien

akan mengerem tagihan yang pasti kita setuju untuk mulai melakukannya.

SMA 1 Kedungwuni 16
• Pemakaian AC terkendali dengan pengaturan timer maupun suhu. AC selain

mengkonsumsi daya listrik juga menggunakan gas freon yang menyumbang

kerusakan lapisan ozon dan meningkatkan pemanasan global. Sekarang sudah

cukup banyak dijual di pasaran AC non freon.

• Pemakaian kendaraan bermotor secara efisien dari aspek jarak tempuh dan

jumlah penumpang.

• Menanam pohon di sekitar lingkungan kita. Setiap pohon besar mampu

menangkap 6 kg CO2 per tahun. Bila lahan pekarangan kita tidak memungkinkan

penanaman pohon besar bisa diganti dengan tanaman lain yang sesuai, meski

jumlah CO2 yang ditangkap jumlahnya terbatas pasti sangat membantu

mengurangi suhu bumi. Kearifan budaya leluhur kita selalu menanam pohon

untuk menandai kelahiran keturunannya, ternyata didalamnya terkandung makna

ingin mewariskan bumi yang nyaman kepada anak cucu

• Menyebarkan cara ini kepada kawan dan kerabat sehingga semakin banyak

pribadi yang terlibat dalam penyelamatan bumi. Mari kita bersama menjaga bumi

yang dipercayakan Tuhan kepada kita.

Disarikan dari berbagai sumber. Untuk Tabloid Adiyuswa, Rubrik Pengetahuan,

SMA 1 Kedungwuni 17
DAFTAR PUSTAKA

1. http://orangsepa.blogspot.com/2009/07/dampak-pemanasan-global-pada-
kehidupan.html

2. Sumber: Kompas.com, Gambar: Arthazone.com

3. http://karangsambung.lipi.go.id/archives/540

SMA 1 Kedungwuni 18

Você também pode gostar