Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Kata ‘deiksis’ berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti
penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama
yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya
digunakan untuk menunjukkan fungsi kata ganti persona, kata ganti demonstratif,
fungsi waktu dan ciri gramatikal serta leksikal lainnya yang menghubungkan
tuturan dengan jalinan ruang dan waktu dalam tindak tuturan (Lyons, 1977 dalam
Purwo, 1982: 2). Berbicara mengenai deiksis, maka berbicara pula mengenai
tergantung pada siapa penuturnya dan waktu serta tempat dituturkannya kata itu.
Kata je pada contoh (1) yang berarti ‘saya’ merujuk pada penutur atau
orang yang sedang berbicara. Kata ici yang berarti ‘di sini’ menunjuk pada tempat
1
tuturan’ atau eksofora ‘luar-tuturan’. Pembagian deiksis yang seperti itu kemudian
eksofora menjadi deiksis persona, deiksis ruang atau tempat, dan deiksis waktu
maka dalam deiksis endofora yang dibicarakan adalah mengenai sintaksis (Purwo,
1982: 122). Deiksis yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu deiksis endofora
pada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya (KBBI, 2005: 41) atau
(2) «Un mouton, s’il mange les arbustes, il mange aussi les fleurs?» (LPP: 27)
“Jika biri-biri makan semak kecil, kalau begitu, apakah dia akan makan
bunga-bunga?” (TLP: 33)
“Aku mulai mengerti,” kata pangeran kecil. “Aku kenal setangkai bunga…
kurasa dia telah menjinakkanku…” (TLP: 79)
(4) « Ils peuvent venir, les tigres, avec les griffes. » (LPP: 32)
2
(5) S’ils sont bien ramonés, les volcans brûlent doucement et régulièrement, sans
éruptions. (LPP: 34)
‘Jika dibersihkan dengan baik, gunung berapi menyala rendah dan stabil,
tanpa letusan.’ (TLP: 42)
Pronomina persona ketiga tunggal il dan elle pada contoh (2) dan (3)
kirinya, yakni un mouton dan une fleur. Perujukan seperti inilah yang disebut
dengan anafora, sedangkan katafora dapat dilihat pada contoh berikutnya, pada
contoh (4) dan (5), yakni pronomina ils yang merupakan pronomina persona
ketiga jamak merujuk pada les tigres dan les volcans yang berada di sebelah
(memiliki referen yang sama (secara luar-tuturan)) dengan konstituen yang diacu
membedakan benda berjenis maskulin atau feminin, maupun benda jamak seperti
dalam bP; maka dari itu kata il dan elle pada kalimat (2) dan (3) di atas, keduanya
diterjemahkan menjadi ‘dia’ dalam bI. Berbeda kasusnya dalam katafora dimana
pronomina ils pada contoh (4) diterjemahkan menjadi ‘mereka’, sedangkan pada
Perbedaan sistem tata bahasa dalam proses mencari padanan yang tepat
3
contoh (2) dan (3) serta pemarkah katafora pada contoh (4) dan (5) adalah salah
satu alasan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui bentuk kata deiktis
endofora lainnya dalam bP dan padanannya dalam bI. Selain itu, pergeseran yang
terjemahan.
itu, tidak adanya pembeda jenis kelamin untuk pronomina dalam bI seperti bP
yang mengenal nomina atau kata benda maskulin dan feminin, baik itu bentuk
tunggal maupun jamak. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan diri pada
ke dalam bI oleh Listiana Srisanti dengan judul The Little Prince: Pangeran Kecil
penerjemahannya.
endofora bP yang terdapat dalam novel Le Petit Prince karya Antoine de Saint-
4
tersebut dalam karya terjemahannya dalam bI yang berjudul The Little Prince:
dalam skripsinya yang berjudul Kata-kata Deiktis Eksoforis Bahasa Prancis dan
Candide karya Voltaire yang diterjemahkan ke dalam bI oleh Dian Vita Ellyati
dengan judul yang sama dan Moderato Cantabille karya Marguerite Duras yang
dilakukan oleh Rachmad Gilang Saputra dengan judul Deiksis Eksoforis Dalam
Dua Seri Komik Tintin: Tintin au Pays des Soviets dan Tintin au Congo Beserta
berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya, hanya saja peneliti membahas
Selain itu, ada pula disertasi yang membahas mengenai deiksis karya
5
deiksis, deiksis peka konteks, dan sebagainya yang terdapat dalam bahasa
Indonesia.
Dengan alasan tersebut, penelitian ini mengkhususkan diri pada deiksis endofora
dalam bahasa Prancis yang terdapat dalam novel Le Petit Prince karya Antoine de
Penelitian ini membatasi pada ruang lingkup deiksis endofora saja, yakni
penelitian ini berupa kalimat-kalimat, baik yang berbentuk dialog yang dituturkan
oleh para tokoh maupun kalimat biasa dalam sebuah narasi dalam novel Le Petit
diterbitkan oleh Gallimard pada tahun 1993 dan novel terjemahannya dalam
bahasa Indonesia dengan judul The Little Prince: Pangeran Kecil (selanjutnya
disingkat TLP) terbitan PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2003 yang
Tidak ada alasan khusus mengenai pemilihan novel ini sebagai sumber
data dalam penelitian ini, namun mengingat deiksis dapat terjadi dalam situasi
tutur yang melibatkan penutur dan lawan tutur dalam sebuah percakapan, novel
6
ini dirasa tepat untuk dijadikan sebagai sumber data penelitian. Terlebih deiksis
endofora hanya dapat terjadi selain pada pronomina persona pertama dan kedua,
sehingga penulis beranggapan bahwa data berbentuk kalimat biasa maupun dialog
Deiksis merupakan salah satu aspek dalam konteks ilmu pragmatik. Teori
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah konsep mengenai deiksis yang
telah dipaparkan oleh Bambang Kaswanti Purwo (1982) dalam disertasinya yang
sudah dibukukan dimana ia membagi deiksis menjadi dua, yakni deiksis eksofora
deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu dalam lingkup deiksis eksofora,
serta anafora dan katafora dalam lingkup deiksis endofora. Selain konsep deiksis
yang diuraikan oleh Bambang Kaswanti Purwo, penelitian ini juga menggunakan
Penelitian ini akan dilakukan melalui tiga tahapan upaya strategis dalam
(1993), yaitu tahap penyediaan data, tahap penganalisisan data, dan tahap
7
Tahap penyediaan data dilakukan dengan metode simak kemudian
dianggap mengandung kata-kata deiksis endofora langsung dari sumber data. Data
yang telah terkumpul lalu diseleksi kelayakannya untuk dianalisis, yaitu apakah
tidak.
penelitian bahasa yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian
dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan
dalam penelitian ini menggunakan alat penentu, yakni referen atau apa yang
Teknik yang digunakan adalah teknik pilah unsur tertentu (PUP) sebagai
teknik dasar dengan membedakan referen atau sosok teracu yang ditunjuk oleh
kata ganti yang sebelumnya sudah diketahui. Kemudian dilanjutkan dengan teknik
analisis data, yaitu dengan menuliskan hasil penelitian dalam bentuk skripsi.
8
Bab II Landasan teori, berisi uraian lebih lengkap mengenai teori yang
Bab III Analisis, berisi pemaparan analisis bentuk kata-kata deiktis endofora
Bab IV Kesimpulan.
9