Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DASAR TEORI
1
1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan
terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya
tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial
dan ekonomi yaitu kemiskinan.
2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini
disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga
tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat,
perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak,
pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi
buruk pada balita, yaitu keluarga miskin, ketidaktahuan orang tua atas
pemberian gizi yang baik bagi anak, faktor penyakit bawaan pada anak,
seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
2
jarang makan karena malas dan jika hal ini dibiarkan akan
membuat gizi anak kurang tercukupi.
Balita merupakan kelompok usia rawan terhadap masalah
gizi dan imunitasnya masih rendah sehingga
memungkinkan lebih mudah terkena penyakit. Sakit yang
dialami dapat menghabiskan sejumlah protein dan kalori
yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
2. Unsur Agent
Unsur organisme hidup akan kuman yang menyebabkan penyakit :
Nutrisi
Anak yang kebutuhan nutrisinya tidak tercukupi lebih mudah
terkena penyakit dan lebih mudah terkena kurang gizi.
ASI
ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi dari
serangan penyakit sehingga anak yang mendapat ASI tidak
mudah terkena penyakit dan terhindar dari masalah kurang gizi.
Penyuluhan tentang gizi pada balita dari tenaga kesehatan
kurang efektif
3. Unsur lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu. Di desa
Karangrejo lor meskipun tanahnya tandus karena sedang musim
kemarau tapi tetap ditanami tanaman palawija dan masyarakatnya juga
sudah ada yang memanfaatkan pekarangannya untuk menanam
sayuran dan TOGA. Sehingga lingkungan tidak begitu berpengaruh
terhadap kejadian gizi buruk.
3
berlangsung secara alamiah (Fletcher, 22). Tahapn riwayat alamiah suatu
penyakit pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap prepatogensis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi
mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh
serangan agen penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian
pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan
bibit penyakit. Namun begitu penjamunya mulai lelah ataupun
memang bibit penyakit menjadi lebih ganas, ditambah dengan kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan penjamu, maka keadaan
segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalannya
kmemasuki fase berikutnya, tahap patogensis.
2. Tahap patogensis
Tahap ini meliputi tiga sub-tahap yaitu Tahap inkubasi, tahap dini dan
tahap lanjut:
a. Tahap inkubasi
Merupaka masa tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit (pathologic
chages), sampai timbulnya gejala penyakit.
b. Tahap dini
Dimulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatan ringan.
Tahap ini sering sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena
sudah ada gangguan patologis, walaupun masih dalam masa
subklinik (stage of subclinical disease). Seandainya
memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat
ditegakkan secara dini, terutama untuk penyakit-penyakit kronik
yang bersifat mematikan.
c. Tahap lanjut
Tahap dimana penyakir bertambah jelas dan mungkin tambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical
disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan grjala
4
kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis mudah ditegakkan.
Hanya saja pada tahap ini penyakit segera atau sudah berat
(severe). Segera setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan
pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang
kurang baik.
E. Model epidemiologi
1. Triangle Epidemiologi
Didasarkan pada penyakit menular. Berguna untuk memperlihatkan
interaksi dan ketergantungan satu sama lain antara:
Agent
Host
Environment (lingkungan)
5
2. Web Cautions Epidemilogi
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu
sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian
proses sebab dan akibat, sehingga timbulnya penyakit dapat dicegah
dengan memotong rantai pada bagian titik.
Faktor 8
Faktor 3
Faktor 9
Faktor 4 Faktor 1
Faktor 10
Faktor 5 Sakit
Faktor 11
Faktor 6 Faktor 2
Faktor 12
Faktor 7
6
sesuai untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yang
dewasa ini cenderung menunjukkan peningkatannya.
2. Pencegahan tingkat pertama
Dilakukan dengan cara menjauhkan agen untuk dapat kontak atu
memapar penjamu dan menurunkan kepekaan penjamu (host
susceptibility). Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan patologis
terjadi (fase prepatogensis).
3. Pencegahan tingkat kedua
Pencegahan ini ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin
untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat. Dengan
demikian, pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau
memperlambat progesivitas penyakit, mencegah komplikasi, dan
membatasi kemungkinan kecacatan.
4. Pencegahan tingkat ketiga (Rehabilitasi)
Upaya rehabilitasi ditujukan untuk membatasi kecacatan sehingga
tidak menjadi tambah cacat, dan melakukan rehabilitasi dari mereka
yang punya cacat atau kelainan akibat penyakit.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
Keberadaan kasus gizi buruk, menurut dia, tidak selalu berkorelasi
dengan kondisi perekonomian suatu daerah. Kendati pada 2014, Pemda
DIY mengumumkan angka kemiskinan menurun, pada kenyataannya
jumlah kasus gizi buruk justru naik mencapai angka 0,51 persen.
"Ketika modal dasar calon ibu sebelum menikah saja asupan gizinya
kurang maka ketika menikah dan melahirkan, anak akan berisiko kurang
gizi atau menderita cacat bawaan," kata dia.
9
0,48 persen pada 2017, Dinkes DIY akan terus meningkatkan sosialisasi
program 1.000 hari Pertama Kehidupan (HPK) seorang anak.
"Jadi pada masa emas itu, sang ibu harus semaksimal mungkin
diupayakan mendapatkan asupan gizi yang cukup," kata dia.
10
b. Faktor pola makan
Banyak pola makan masyarakat yang tidak benar, sehingga
mengakibatkan gizi buruk. Semisal wanita yang hamil bekerja
diluar rumah, mereka lebih banyak makan makanan diluar
rumah seperti restoran, rumah makan, dll sehingga asupan gizi
untuk ibu dan bayi. Ini menyebabkan anak lahir dengan risiko
gizi burung atau kurang gizi.
c. Faktor pengetahuan
Kurangnya pengetahuan dapat mempengaruhi gizi anak,
misalnya ibu hamil yang tidak memperhatikan makanan yang
dia makan dan memakan makanan yang kurang bergizi maka
dapat mempengaruhi gizi bayinya. Bisa jadi bayinya lahir
dengan kekurangan gizi.
11
kurangnya pengetahuan tentang asupan gizi yang baik. Keadaan ini
dapat digambarkan secara epidemiologi sebagai variabel triad yang
merupakan tiga faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit
malnutrisi: 1) host,2) agent, dan 3) lingkungan
Dari kasus diatas dapat dianalaisis bahwa kurangnya
pengetahuan ibu hamil tentang makanan yang dimakan pada saat hamil
berperan sebagai host. Karena ibu hamil yang bekerja diluar rumah
memilih untuk makan makanan diluar rumah seperti restoran, rumah
makan dll. Mereka makan tidak memperhatikan kandungan nutrisi
pada makanan tersebut. Ada beberapa makanan yang tidak
mengandung nutrisi untuk bayinya bahkan bisa saja makanan tersebut
mengandung kuman (agent). Hal ini bisa menimbulkan gizi buruk saat
bayinya lahir nanti.
Pada saat bayi sudah lahir ada beberapa ibu yang tidak
memperhatikan makananya. Padahal makanan yang mereka makan
sangat mempengaruhi kualitas ASI (agent) yang akan diberikan
kepada bayinya. Jika kualitas ASI mereka tidak banyak mengandung
nutrisi yang cukup maka bisa saja bayi terkena gizi buruk. Pada kasus
ini environment tidak begitu berpengaruh karena saat itu ketersediaan
pangan DIY mengalami kenaikan/surplus (environment).
12
3. Riwayat alamiah penyakit
No Status Tahapan riwayat Gejala/keterangan
kesehatan alamiah
penyakit
1. Status sehat Tahapan pre- terjadi ketidak seimbangan
patogensis kondisi antara pejamu, agens
dan lingkungan sehingga
menimbulkan rangsangan
penyakit (stimulus).
2. Status rentan Tahapan a. Tahap inkubasi
sakit patogensis Ketika simpanan zat gizi
sudah habis
b. Tahap dini
Perubahan fungsi tubuh
seperti tanda-tanda syaraf
yaiiu kelemahan, pusing,
kelelahan, nafas pendek,
dan lain-lain. Kebanyakan
penderita malnutrisi
sampai tahap ini.
c. Tahap lanjut tanda-tanda
klasik dari kekurangan gizi
seperti kebutaan dan
fotofobia nyeri lidah pada
penderita kekurangan
riboflavin, kaku pada kaki
pada defisiensi thiamin.
3. Status pasca Tahapan pasca a. Sembuh dengan cacat
klinis patogensis b. Karier
c. Penyakit tetap
13
berlangsung
d. Penyakit tetap
berlangsung
e. Berakhir dengan kematian
14
5. Pencegahan yang dilakukan
Berdasarkan kasus diatas upaya yang dilakukan dinas kesehatan DIY
adalah sebagai berikut:
a. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)
Pemda DIY yang mencanangkan penurunan angka hingga 0,48
persen pada 2017, Dinkes DIY akan terus meningkatkan sosialisasi
program 1.000 hari Pertama Kehidupan (HPK) seorang anak.
Dengan dilakukannya sosialisasi maka banyak ibu hamil yang bisa
lebih mengetahui tentang makanan yang bergizi untuk bayinya.
b. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
"Untuk anak sangat kurus sudah langsung mendapat perawatan di
puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya," kata dia.
Upaya ini ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin
untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat.
c. Pencegahan tingkat ketiga (rehabilitasi)
Upaya ini ditujukan untuk membatasi kecacatan bagi anak/bayi
yang terkena gizi buruk.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/04/21/o5z6bq366-
kemiskinan-pemicu-utama-gizi-buruk diakses pada 20 September 2017
pukul 21.12
2. http://purwasihs1keslingjogja.blogspot.co.id/2013/06/model-epidemiologi-
gizi-buruk.html
3. Bustam, 2006. Pengantar epidemiologi, Rineka cipta. Jakarta
4. Timmreck thomas c, 2005. Epidemiologi suatu pengantar edisi 2, EGC.
Jakarta
5. https://id.scribd.com/presentation/351125103/Model-Epidemiologi
6. http://anysws.blogspot.co.id/2015/02/makalah-gizi-buruk.html
16