Você está na página 1de 17

Safety and efficacy of Adapalene 0.1% / Benzoyl peroxide 2.

5% in the long term treatment


of predominantly moderate acne with or without concomitant medication – results from
the non – interventional cohort study ELANG

Pengantar

Acne vulgaris merupakan penyakit gangguan inflamasi kulit yang disebabkan oleh
kelainan fungsi pilosebaceous unit, termasuk hiperkeratinisasi folikel, peningkatan produksi
sebum, proliferasi bakteri dan inflamasi. Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan pakar
dermatologi yang menyatakan acne adalah suatu penyakit kronis dengan banyak penyebab.
Konsisten terhadap pengertian kronis itu sendiri, acne dibedakan menjadi beberapa tipe
berdasarkan waktunya, bentuk dari jerawat yang rekuren atau relaps, manifestasi klinik saat
menyebar secara mendadak ataupun secara lambat laun memberikan dampak sosial dan
psikologis pada kualitas hidup pasien tersebut.

Inflamasi merupakan faktor terbesar timbulnya acne. Data terakhir menunjukkan bahwa
pertumbuhan lesi acne dari pre lesi ke post lesi acne dan scaring disebabkan karena mediator
inflamasi yang terus aktif. Hiperkeratinisasi folikel menyebabkan terbentuknya lesi acne di
dalam kelenjar pilosebaceous sebagai mikrokomedo. Mikrokomedo ini berubah menjadi komedo
tertutup atau komedo terbuka yang disertai inflamasi atau tidak. Propionibacterium acnes
(P.Acnes) diketahui dapat merangsang pelepasan sitokin dengan mengaktivasi Toll Like
Receptor 2 (TLR2). Penelitian ini menunjukkan bahwa TLR 2 merupakan target utama untuk
terapi pencegahan pada fase awal inflamasi dengan mencegah pelepasan sitokin. Tretinoin dan
retinoid adapalene dinyatakan sebagai obat yang bekerja sebagai anti inflamasi. Sebagai contoh
adapalene dapat mengatur ekspresi TLR 2 di dalam sel keratin dan adapalene juga menghambat
proses inflamasi awal di dalam sel pilosebaceous. Hal tersebut terbukti menunjukkan sifatnya
yang anti inflamasi sehingga menjadi acuan dan membawa obat ini menjadi generasi pertama
retinoids yaitu tretionin dan isotretionin.

1
Untuk mengatasi berbagai faktor penyebab dari timbulnya acne, beraneka ragam agen
topikal seperti antimikroba dan retinoids seringkali dikombinasikan. Terapi kombinasi retinoid
awalnya direkomendasikan pada tahun 2003 ynag menghasilkan algoritma penatalaksaan acne
oleh Global Alliance to Improve Outcomes of Acne, menjadi terapi lini pertama dalam
pengobatan acne karena regimen ini menyerang tiga dari empat faktor utama penyebab acne :
keratinisasi abnormal dan kehilangan desquamasi di infundibulum, hiperkolonisasi P. acnes dan
proses inflamasi primer dan sekunder. BPO merupakan agent bacterisidal yang paling poten
menjadi paling efektif dan bekerja lebih cepat dibandingkan antibiotik lain dengan tanpa
menimbulkan resisten antimikroba.

Saat ini adapalene 0.1% dan benzoyl peroxide 2.5% (Adapalene-BPO) merupakan pilihan
satu satunya dalam terapi yang mengkombinasikan retinoid dan agen antimikroba BPO dalam
formula dosis terstandar. Pengobatan ini dilakukan untuk sekali sehari. Mengacu pada kelebihan
yang sudah diketahui, BPO tidak mengganggu kerja bakteri tertentu dimana hal ini sering terjadi
pada penggunaan topikal dan antibiotik sistemik. Dosis kombinasi yang terstandar cukup efisien
untuk pengobatan jangka pendak dan jangka panjang pada waktu yang sama. Berdasarkan
keamanan dan keampuhan obat yang menguntungkan yang diapat dari banyak penelitian, the
European Guideline untuk pengobatan acne sangat merekomendasikan Adapalene-BPO untuk
pasien dengan lesi ringan sampai sedang. Merujuk kepada onset timbulnya acne, efek
menguntungkan ini juga didapat pada pasien usia muda 9 – 11 tahun. Terlebih lagi beberapa
penelitian menunjukkan pengobatah efektif pada beberapa kasus dengan mengkombinasikan
Adapalene-BPO dengan menggunakan antibiotik oral menghasilkan suatu rekomendasi untuk
menggunakan agen topikal dan obat sistemik pada acne tipe berat dan acne nodular.

Dikarenakan sifat dari jerawat yang kronis ini, manajemen jangka panjang untuk pasien
penting dilakukan untuk mencegah timbulnya kembali acne dan untuk menjaga supaya tetap
tercapai terapi inisial jangka pendek. Efikasi obat lebih dari 12 bulan telah didemonstrasikan
kepada pasien yang di teliti dengan acne ringan sampai sedang. Lebih jauh lagi terapi
pemeliharaan dengan adapalene-BPO antara 6 sampai 12 bulan setelah penggunaan isotretionin
oral mencegah timbulnya acne kembali dalam jumlah yang banyak. Dalam rangka untuk
mengetahui keakuratan data dari percobaan klinikal terkontrol, study ELANG mendapatkan
keamanan dan efikasi adapalene-BPO dalam kasus yang sebenarnya, termasuk pada pasien

2
segala usia dengan inflamasi sedang sampai berat yang mengaplikasikan adapalene-BPO saja
atau menggunakan kombinasi obat lain. Penelitian yang mengarah kepada kualitas hidup pasien
dikaitkan dengan terapi jangka panjang dilaporkan dalam bagian yang berbeda.

Material dan metode

Study Design

Efikasi dan keamanan pada penggunaan jangka panjang adapalene-BPO pada pasien
dengan acne sedang sampai berat dievaluasi di banyak center, open - label, non – interventional
observational cohort study yang dilakukan di 189 pusat penelitian di German antara bulan juni
2012 sampai september 2013. Waktu pengamatan per pasien adalah sekitar 9 bulan. Data
efikasi dan keamanan data pengobatan telah diperoleh dari waktu awal pelaksanaan , bulan ke
tiga dan bulan ke sembilan secara lengkap. Jika terdapat kasus dimana pasien berkunjung di luar
jadwal kunjungan yang ditentukan dalam rentang periode 9 bulan, kunjungan tersebut
didokumentasikan sebagai kunjungan tambahan. Pasien diberi kebebasan untuk mengundurkan
diri dari observasi kapanpun dan dengan alasan apapun.

Penelitian observasi tanpa intervensi (menurut AMG) yang telah dilakukan sesuai dengan
rekomendasi bersama untuk perencanaan, pengerjaan dan analisa study observasi dirangkum
dalam Federal Institute for Drugs and Medical Devices (BfArM) dan Paul Ehrlich Institue (PEI)
(edisi juli 2010). Study tersebut telah direview dan disetujui oleh hukum federal yang berlaku di
komite etik dan pernah juga dilakukan sesuai dengan standart kode etik mengacu pada deklarasi
helsinki pada tahun 1964 dan amandemen selanjutnya. Tidak ada diagnosa atau pengukuran
terapi yang melebihi batasan yang telah ditentukan, dan pengobatan tidak mengubah pelaksanaan
study tersebut. Semua pasien diperlakukan sesuai dengan perlindungan hukum dan diberikan
informasi bahwa mereka termasuk dalam objek study.

3
Peserta

Pasien dengan kategori acne sedang sampai berat setara dengan tingkat 4 sampai 12
berdasarkan grading Leeds Revised Acne Grading System menjabarkan untuk bagian wajah (0 -3)
ringan, (4 – 7) sedang, (8 – 10) sedang – berat, (11 – 12) berat, telah ditentukan berdasarkan
penilaian pakar dermatologi jika terapi acne topikal dengan adapalene-BPO sendiri atau dengan
dikombinasikan dengan obat – obatan lain yang telah ditentukan. Persyaratan lebih lanjut yang
dapat menentukan untuk mengobati pasien dengan adapalene-BPO yang telah dibuat secara
khusus untuk penelitian ini. Kriteria peserta yang tidak dimasukkan adalah pasien hamil dan
menyusui, hipersensitif kepada salah satu bahan obat tersebut. Pasien dipilih secara tertutup oleh
petugas yang terlibat. Untuk mengurangi kesalahan dokter wajib memasukkan dan
mendokumentasikan secara berurutan pasien yang telah masuk dalam kriteria semenjak prosedur
awal dilakukan. Petugas secara khusus berhak menentukan regimen obat, dosis, dan waktu
pengobatan adapalene-BPO. Sejalan dengan pengobatan acne lain secara umum, rentang waktu
yang terdokumentasi dijadwalkan 3 bulan setelah treatment awal dimulai. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memeriksa efek jangka panjang, waktu obsevasi jangka panjang per pasien
adalah 9 bulan.

Gambar 1. Alur pasien pada Elang study

4
Keamanan dan Penilaian Keampuhan

Keamanan dan toleransi yang diukur dengan mengevaluasi apakah ada iritasi kulit lokal
dan reaksi obat silang yang didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diharapkan dengan hal
yang saling berkaitan dengan obat yang diberikan (telah dinilai oleh praktisi kesehatan
profesional). Pada setiap kunjungan gejala iritasi umumnya muncul seperti, eritema, kulit kering,
kulit mengelupas, rasa terbakar, atau perih dan gatal yang diukur oleh petugas berdasarkan empat
grading (tidak ada, ringan, sedang, berat) reaksi obat silang yang didokumentasikan sebagai
tambahan pada setiap kunjungan lanjutan. Adapun sebagai tambahan toleransi obat terhadap
keseluruhan diukur dengan 4 skala (sangat baik, baik, cukup, buruk) pada jeda waktu dan
kunjungan final.

Parameter efikasi pengobatan berdasarkan tingkat keparahan acne di wajah berdasarkan


Leeds Reviced Acne Grading System (nilai awal), penilaian dokter pada efikasi obat tersebut
(sangat baik, baik, cukup, kurang), pada setiap kunjungan pasien dilakukan penilaian terhadap
efisiensi terapi (tuntas, peningkatan luar biasa, perubahan sedang, peningkatan sedikit, tidak ada
perubahan atau memburuk) setelah 3 bulan dan onset of action yang diamati oleh pasien tersebut.

Table 1. Baseline demographics (n = 5131).

Parameter n (%)

Gender

Male 2898 (56.5%)

Female 2195 (42.8%)

Unknown 38 (0.7%)

Age, median (range) 18.0 years (10–74)

5
Parameter n (%)

Age at onset of acne, 14.0 years (1–70)


median (range)

Smoker 928 (18.1%)

Phototype

I 228 (4.4%)

II 2340 (45.6%)

III 1857 (36.2%)

IV 491 (9.6%)

V 89 (1.7%)

VI 10 (0.2%)

Not documented 116 (2.3%)

Known family history of 2526 (49.2%)


acne

Facial scarring 1739 (33.9%)

Severity of facial acne according to the Leeds revised acne grading system

6
Parameter n (%)

4 1314 (25.6%)

5 1384 (27.0%)

6 1086 (21.2%)

7 640 (12.5%)

8 427 (8.3%)

9 128 (2.5%)

10 66 (1.3%)

11 10 (0.2)

12 3 (0.1%)

Not documented 73 (1.4%)

Previous treatment 1880 (36.6%)

Systemic antibiotics 363 (7.1%)

Oral isotretinoin 70 (1.4%)

Topical retinoids 257 (5.0%)

7
Parameter n (%)

BPO 652 (12.7%)

Topical antibiotics 919 (17.9%)

Azelaic acid 290 (5.7%)

Antiandrogenous 85 (1.7%)
contraception

Others 112 (2.2%)

Analisa Statistik

Semua data dianalisa sesuai dengan rencana awal yang telah ditentukan. Ukuran sampel
yang ditentukan dimaksudkan untuk mendapatkan jumlah pasien sebanyak mungkin sehingga
dapat mengetahui efek samping obat yang jarang terjadi. Data yang terkumpul dan telah
dianalisa berdasarkan metode epidemiological menggunakan spss untuk program windows. Pada
variabel kontinu, parameter statistik dimasukkan adalah rata – rata, standar deviasi, dan range.
Distribusi frekuensi pada variabel diskret yang telah disebutkan sebagai persentase terhadap total
sampel. Distribusi frekuensi didapat dari jawaban peserta yang berupa kalimat dan diubah
menjadi post hoc menjadi skema nilai yang adekuat. Evaluasi terhadap parameter pengukuran
dilakukan oleh masing – masing individu (awal – akhir) pemeriksaan menggunakan Wilcoxon
ranked test. Perbedaan dikalkulasi antar pasien dan dirata rata. Pasien yang tidak memiliki data
pada satu atau lebih variabel tidak dimasukkan. Pada kasus pasien yang tidak kembali setelah
kunjungan yang dijadwalkan, penilaian dilakukan berdasarkan data yang pada saat pasien
berkunjung di waktu yang tidak ditentukan. Pada analisa post – hoc untuk variabel yang
mempengaruhi efikasi sub grup dilakukan perbandingan menggunakan Mann – Whitney U-Test.

8
Korelasi dihitung menggunakan Spearman corelation. Semua tes diperlakukan dua arah dan
tingkat signifikan dinyatakan di poin 0.05.

Hasil

Disposisi pasien dan karakteristik dasar

Total ada 6036 pasien yang termasuk ke dalam study non intervensi ini dimana 895
pasien hilang pada proses selanjutnya. 5141 pasien yang terdaftar dan menerima pengobatan
adapalene-BPO dan melakukan kunjungan minimal satu kali dan telah mendapat petunjuk
bagaimana cara penggunaan yang benar. 10 pasien diantaranya tidak dimasukkan dalam analisa
karena terjadi pelanggaran aturan sebesar 9 orang dan tidak mengikuti dalam jadwal follow up
sebesar 1 orang. Selain itu sebanyak 5131 pasien, diantaranya 178 peserta telah termasuk ke
dalam penilaian efikasi obat (yang ditunjukkan dalam gambar 1). Total sebanyak 1378 tidak
melanjutkan pemberian regimen obat karena peserta telah melewati observasi selama 9 bulan.
Dari kelompok tersebut, mayoritas peserta sebesar 525 peserta memberikan hasil yang
signifikam pada acne mereka sehingga mereka tidak melanjutkan kembali penelitiannya. Sebagai
tambahan kunjungan yang tidak terjadwal dalam periode 9 bulan tersebut terdapat 141 peserta
atau 2.7% dari kelompok tersebut. Maksud dari kunjungan tambahan tersebut termasuk
pemeriksaan tambahan oleh petugas, efikasi, iritasi kulit lokal, dan resep baru. Karakteristik
dasar dijelaskan pada tabel 1. Distribusi gender adalah 56.5% pria, 42.8% wanita dan 0.7% tidak
diketahui di dalam studi populasi. Rata – rata umur dari study populasi adalah 18 tahun (range 10
– 74 tahun). Nilai median usia studi populasi adalah 14 tahun. Range (1 – 70). Mayoritas pasien
sebanyak 86,3% mengalami jerawat tingkat sedang mengacu kepada tingkatan Leeds grade 4 –
7. Dada dan punggung yang terkena 43.1%. sekitar 1880 pasien / 36.6% pernah menerima
pengobatan jerawat sebelumnya, dimana sebanyak 17,9% telah menggunakan antibiotik topikal.
Hampir setengah dari pasien / 49.2% memiliki riwayat jerawat di keluarganyadan sepertiga /
33.9% memiliki bekas scar di bagian wajahnya. Pengobatan tambahan yang telah tercatat pada
penyakit selain jerawat adalah sebanyak 5.9% dimana memiliki agen dermal (1.4% sebagai
contoh eksim atau kutil) merupakan yang paling sering terjadi.

9
Pengobatan Regimen

Sebagian besar pasien / 94.2% telah mendapat dosis adapalene-BPO setidaknya satu kali
perhari. Mayoritas pasien sebanyak 78.8% menerima adapalene-BPO saja sedangkan sisanya
mendapat kombinasi dengan agen lain (gambar 2), pada sebagian besar kasus antara antibiotik
topikal sebanyak 8.8%, kebanyakan eritromisin atau antibiotik sistemik (8.7%). Pasien yang
menerima antibiotik oral menderita acne tingkat berat. Grup pasien yang mengalami jerawat di
dada atau punggung yang telah menerima antibiotik oral diperkirakan dua kali lebih banyak dari
grup lain yang mengalami jerawat di bagian muka saja (12.1% vs 5.6%). Perubahan pengobatan
yang dilaporkan pada jeda waktu dan kunjungan sebanyak 10% dari pasien tidak melanjutkan
pengobatan karena sudah mengalami perbaikan. Sekitar 12.8% dan 9.2% pasien menerima
kombinasi terapi pada kondisi awal dan saat jeda kunjungan ditukar dari terapi kombinasi
menjadi terapi pemeliharaan dengan adapalene-BPO saat jeda waktu dan saat kunjungan
terakhir. Persentase dari pasien yang memakai antibiotik oral paling tinggi saat penelitian
dimulai (8.7%) dan mengalami penurunan secara bertahap selama periode studi sebanyak (4.1%
antar jeda kunjungan dan 2.4% pada kunjungan akhir).

Efikasi

Pada rentang waktu penelitian, jerawat di daerah wajah yang disesuaikan dengan grading
leeds mengalami perubahan perbaikan dari 5.6% ± 1.5 pada kondisi awal sampai 3.3 pada jeda
kunjungan dan lebih lanjut sampai 1.9 ± 1.9 pada kunjungan akhir (keduanya pada p < 0.0001)
(gambar3). Pengelompokan pada grade Leeds bagian muka dalam kondisi awal menunjukkan
peningkatan signifikan dalam grade Leeds (gambar 4a) dimana terjadi korelasi yang signifikan
yang ditemukan pada peningkatan dan grade Leeds pada kondisi awal : jerawat yang lebih parah
di kondisi awal mengalami perbaikan yang lebih besar (gambar 4b). setelah pemberian
adapalene-BPO untuk nilai median waktu 3 bulan kondisi kulit wajah mengalami perubahan dan
pengurangan lesi jerawat yang tidak terlihat lagi pada 420 pasien / 8.25%. setelah pengaplikasian
adapalene-BPO untuk jangka panjang 9 bulan, jumlah pasien dimana jerawat sudah hilang
meningkat sebanyak 1326 pasien / 25.8%. Efek terapi yang dirasakan oleh pasien dicatat setiap
tiga minggu. Secara keseluruhan peningkatan penyembuhan jerawat memiliki kesamaan diantara

10
grup yang memakai adapalene-BPO dan menggunakan kombinasi dengan antibiotik oral. Secara
garis besar berdasarkan hasil yang didapat pada pasien (83.1%) dokter mengukur efikasi
adapalene-BPO dengan kategori baik dan sangat baik.

Gambar 2. Produk yang diresepkan dalam kombinasi dengan adapalene-BPO

Gambar 3. Rata – rata perubahan acne di wajah berdasarkan Revised Leeds Acne Grading System

Keamanan

Bagi sebagian besar pasien 90.2% secara keseluruhan nilai toleransi yang diukur
dinyatakan baik dan sangat baik. Tidak ada efek samping yang dilaporkan selama penelitian ini.
Total tercatat sebanyak 492 mengalami iritasi kulit lokal yang dicatat pada 49.5% dari pasien,
kulit kering sebanyak 30.7%, eritema sebanyak 24.3% dan kulit mengelupas sebanyak 22.4%
tercatat sebagai kondisi yang paling sering. Sebagian besar iritasi kulit (71.7%) berada di tingkat
ringan dan dapat disembuhkan saat adapalene-BPO dihentikan. Sebagai tambahan pada iritasi
kulit lokal sebanyak 42 kejadian terdokumentasi pada 40 pasien (tabel2). 3 pasien (0.1%)

11
diperkirakan mengalami reaksi alergi dengan benzoyl perokside di bagian yang diolesi BPO.
Dikarenakan terjadinya iritasi kulit, sebanyak 85 pasien (1.7%) tidak melanjutkan penelitian, dan
hanya 0.4% yang tidak mengikuti kunjungan yang tidak terjadwal.

Korelasi yang signifikan ditemukan menggunakan grade Leeds saat kondisi awal dan
toleransi dinilai oleh dokter pada jeda waktu (r=0.847; p=0.008; spearman ) dan kunjungan akhir
(r= 0.964; p<0.001; spearman) : secara umum pasien yang mengalami jerawat yang ringan dapat
mentoleransi pengobatan yang lebih baik. Secara keseluruhan toleransi yang diukur sama antara
wanita dan pria. Adapun ketika dikelompokkan berdasarkan gender, perbedaan yang ditemukan
pada subjek pada 3 bulan pertama namun tidak melebihi periode jangka panjang 9 bulan pada
jeda kunjungan memiliki toleransi (sangat baik,baik, cukup, dan buruk) sedikit lebih baik pada
laki laki dibandingkan wanita.

Gambar 4. Perubahan pada tingkatan berdasarkan grade Leeds (awal dan kunjungan final)

a. Perubahan rata – rata dan korelasi antara Leeds grade di awal dan peningkatan di Grade Leeds.
b. Data dari Grade Leeds 11 dan 12 dikumpulkan karena kurangnya jumlah pasien

12
Table 2. Adverse drug reactions reported during the course of the study.

ADR n (%)

1. Safety set (n = 5141).

Poor tolerability 14 (0.3%)

Eczema 8 (0.2%)

Inflammation 4 (0.1%)

BPO allergy 3 (0.1%)

Peeling 2 (0.0%)

Fissures 2 (0.0%)

Skin-related tension 2 (0.0%)

Aching skin 1 (0.0%)

Headache 1 (0.0%)

Lid oedema 1 (0.0%)

13
ADR n (%)

Oozing erosions 1 (0.0%)

Pustules 1 (0.0%)

Sebostasis 1 (0.0%)

Xerosis 1 (0.0%)

Diskusi

Saat ini kita menunjukkan data awal penelitian non intervensi yang di rancang untuk
menemukan efikasi jangka panjang dan keamanan penggunaan adapalene-BPO pada pasien
dengan kondisi acne sedang disertai adanya inflamasi, menggunakan agen topikal saja atau
kombinasi obat lain dengan penggunaan secara rutin dalam klinik kulit pribadi. Penelitian non
intervensi dirancang untuk mendapatkan dan mengevaluasi data klinis sesuai dengan standar
pengobatan sekarang yang membandingkan profil regimen obat secara langsung, acak,
membandingkan percobaan klinis seperti kombinasi obat terstandar saja atau dengan
dikombinasi dengan antibiotik sistemik.

Adapalene-BPO dikenal onsetnya cepat dan efisiensi terapi tanpa ada batasan waktu.
Acne yang sudah diketahui merupakan penyakit kronis memiliki penanganan khusus dalam hal
pengobatan yang aman, sehingga obat tersebut aman untuk digunakan untuk jangka waktu yang
panjang.

Pada penelitian ini kami mengamati peningkatan yang signifikan dalam penggunaan
jangka pendek selama 3 bulan sama baiknya dengan penggunaan jangka panjang. Junlah pasien
yang lesi acnenya tidak terlihat meningkat secara kolektif setelah sembilan bulan kemudian.
Secara total terdapat empat grading yang menunjukkan tingkat keparahan berdasarkan Leeds

14
grading system, mulai dari 5.6 ±1.5 pada kondisi awal sampai 1.9 ± pada kondisi akhir dimana
menunjukkan perbaikan jerawat setelah terapi awal. Lalu pada penggunaan jangka panjang
mengarah pada perbaikan yang lebih lanjut pada bagian muka dengan terapi jangka pendek.

Pada umumnya, terjadi perbaikan pada semua tipe jerawat. Stratifikasi yang dilakukan
memakai grade Leeds pada kondisi awal menunjukkan peningkatan yang lebih besar
menunjukkan perbaikan yang lebih signifikan pada jerawat berat dibanding jerawat derajat
sedang. Kelebihan umum dari adapalene-BPO pada jumlah yang lebih banyak pada kondisi awal
telah didemonstrasikan lebih dari tiga bulan dalam pengamatan jnagka pendek termasuk pada
pasien dengan kondisi ringan sampai sedang, lalu memastikan data didapat dari uji klinis.
Penelitian jangka panjang terkini juga menunjukkan korelasi yang efektif pada pengobatan lebih
dari sembilan bulan dan dalam suatu sampel termasuk disini pasien kategori jerawat ringan sama
baiknya dengan pasien kategori jerawat berat. Efek tesebut dapat disebabkan dari mekanisme
komplementer dari retinoid – adapalene topikal dan kombinasi antimikroba – BPO, dimana dapat
mengarah ke banyak faktor patogenik jerawat secara terus menerus, ketika BPO menghilangkan
P.acnes dan adapalene mengatur penurunan reseptor yang digunakan oleh P.acnes untuk
menginduksi sitokin inflamasi. Adapalene juga membuat suasana kulit tetap baik sehingga
meningkatkan penetrasi BPO. Aksi sinergis antara adapalene-BPO sudah diuji di beberapa klinik
dermatologi.

Waktu tengah selama tiga minggu untuk mendapatkan efek terapi yang lebih panjang jika
dibandingkan dengan pengamatan selama dua minggu dalam randomized control trial sama
seperti pengamatan selama dua belas minggu. Adapun jika dibandingkan dengan studi ini, studi
kami memasukkan kedua grup pasien tingkat parah dan tingkat sedang, dimana pasien jerawat
berat memiliki jumlah yang lebih sedikit, sehingga mendapat pengobatan sistemik yang lebih
baik sesuai dengan rekomendasi saat ini. Diambil secara bersamaan kedua kelompok tersebut
dapat diidentifikasi perbedaannya dalam onset terapinya. Pada pasien dengan kondisi yang berat
kemungkinan tidak mendapat pengobatan sistemik secukupnya pada kondisi sehari hari,
sehingga hal tersebut mengindikasikan perlu ada pilihan menggunakan regimen topikal yang
lebih poten untuk kasus ini.

Pada studi populasi juga menunjukkan jerawat pada bagian dada dan punggung hanya
sebesar 12.4% pasien yang mendapatkan tambahan pengobatan sistemik. Temuan tersebut

15
mengindikasikan terdapat perbedaan antara panduan rekomendasi acne yang disarankan dan
dalam praktek sehari – hari. Terlebih lagi kami mendapatkan tambahan penggunaan antibiotik
topikal sebanyak 8% yang tidak direkomendasikan berdasarkan panduan rekomendasi acne.

Dalam tingkat acne yang berat, direkomendasikan untuk diberikan kombinasi terapi
topikal dan pemberian jangka pendek antibiotik oral. Adapalene-BPO yang dikombinasikan
dengan atibiotik oral pada tahap awal pengobatan telah terbukti efikasinya terutama pada kondisi
pasien jerawat berat. Maka diberikan antibiotik oral seiring dengan pemberian obat acne lain
berdasarkan panduan rekomendasi acne. Namun hasil efikasi tidak menunjukkan manfaat yang
berarti jika dibandingkan dengan pasien yang menerima adapalene-BPO saja. Persentase pasien
yang mendapatkan resep atibiotik oral menunjukkan di awal penelitian mendapatkan efek
tertinggi dan terus menerus menurun selama fase penelitian. Secara umum, regimen pengobatan
didominasi berubah pada kunjungan jeda atau di akhir kunjungan. Pendekatan ini mengikuti
rekomendasi guideline penaganan acne untuk membatasi lamanya pemakaian antibiotik sistemik.
Berbeda dengan antibiotik, adapalene – BPO sesuai untuk penggunaan jangka panjang. Seperti
adapalene, BPO juga dikenal tidak meningkatkan resistensi antibiotik pada bakteri. Karena
penelitian non intervensi ini memakai dosis terstandar dan durasi penggunaan antibiotik tidak
tercatat dan hanya diresepkan di tiap kunjungan masing – masing. Oleh karena itu, efek
mengenai pengobatan oral tak dapat disimpulkan akhirnya. Secara umum, hal ini juga diketahui
dari penelitian sebelumnya bahwa obat oral hanya melengkapi obat topikal adapalene-BPO pada
terapi awal dan terapi pemeliharaan.

Adapalene-BPO diketahui dapat menyebabkan iritasi kulit lokal yang umumnya ringan,
khususnya di awal terapi. Walaupun kejadian iritasi kulit tercatat pada 50% dari total pasien,
<2% pasien menghentikan pengobatannya karena toleransinya yang rendah. Karena kemerahan
umumnya hilang secara spontan dalam waktu 2 minggu, sehingga toleransinya dinilai baik dan
sangat baik oleh sebagian besar pasien. Biasanya penggunaan adapalene-BPO dilakukan setiap
dua hari di dua minggu awal pemakaian dan dikombinasikan dengan pelembab untuk
mengurangi masalah kemerahannya. Namun hal ini tidak dibahas karena terbatasnya
karakteristik rancangan penelitiannya.

Penelitian ini dibatasi dengan design non interventionalnya, dimana tidak mengijinkan
fase wash out sebelum pemakaian adapalene-BPO dimulai. Untuk alasan etika, fase wash out

16
tidak direkomendasikan. Kurangnya kontrol kelompok dan penggunaan obat jerawat bersamaan
mungkin mengganggu interpretasi hasil data. Namun sejumlah pasien yang menerima
pengobatan adapalene-BPO saja memastikan data statistik yang sangat meyakinkan untuk
dianggap bahwa terdapat efek yang dapat diamati karena adapalene-BPO. Secara keseluruhan
design penelitian dipilih untuk menunjukkan profil dari situsi klinis pasien jerawat dalam kasus
yang nyata.

Kesimpulannya, temuan kami mendukung keuntungan dari pengobatan jangka panjang


dengan adapalene-BPO pada pasien dengan jerawat sedang. Keparahan jerawat terus membaik
melebihi durasi pengobatan tiga bulan. Dalam studi prospektif ini, adapalene-BPO aman dalam
jangka panjang dan menghasilkan hasil yang memuaskan pada banyak pasien pada pasien yang
didominasi oleh jerawat sedang dalam kehidupan nyata di praktek klinis.

17

Você também pode gostar

  • Progeria
    Progeria
    Documento18 páginas
    Progeria
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    0% (1)
  • Berita Acara
    Berita Acara
    Documento2 páginas
    Berita Acara
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • CASE DBD
    CASE DBD
    Documento5 páginas
    CASE DBD
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Dogma Sentral
    Dogma Sentral
    Documento16 páginas
    Dogma Sentral
    Agnes Alkhurilina
    100% (1)
  • Syok Anafilaktik
    Syok Anafilaktik
    Documento21 páginas
    Syok Anafilaktik
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Progeria
    Progeria
    Documento18 páginas
    Progeria
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    0% (1)
  • Nihms639109 en Id
    Nihms639109 en Id
    Documento20 páginas
    Nihms639109 en Id
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Ijms-17-00130 en Id
    Ijms-17-00130 en Id
    Documento11 páginas
    Ijms-17-00130 en Id
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Ijms-17-00130 en Id
    Ijms-17-00130 en Id
    Documento11 páginas
    Ijms-17-00130 en Id
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Shock
    Shock
    Documento37 páginas
    Shock
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Bab Vi Genetika Bakteri
    Bab Vi Genetika Bakteri
    Documento27 páginas
    Bab Vi Genetika Bakteri
    Laura Elizabeth Tobing
    50% (2)
  • Syok
    Syok
    Documento42 páginas
    Syok
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Bab Vi Genetika Bakteri
    Bab Vi Genetika Bakteri
    Documento27 páginas
    Bab Vi Genetika Bakteri
    Laura Elizabeth Tobing
    50% (2)
  • Genetika Bakteri Makalah
    Genetika Bakteri Makalah
    Documento26 páginas
    Genetika Bakteri Makalah
    Edo Apladi
    100% (1)
  • Laporan Kasus Nefrolitiasis
    Laporan Kasus Nefrolitiasis
    Documento10 páginas
    Laporan Kasus Nefrolitiasis
    Ramadhan Ananda Putra
    100% (1)
  • Crs Tetanus DR Anam
    Crs Tetanus DR Anam
    Documento33 páginas
    Crs Tetanus DR Anam
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • BAB III Pasien
    BAB III Pasien
    Documento5 páginas
    BAB III Pasien
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Akut Abdomen
    Akut Abdomen
    Documento52 páginas
    Akut Abdomen
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Materi Pembicara PIN XII PAPDI 2014 - Non Cardiac Chest Pain - 144
    Materi Pembicara PIN XII PAPDI 2014 - Non Cardiac Chest Pain - 144
    Documento31 páginas
    Materi Pembicara PIN XII PAPDI 2014 - Non Cardiac Chest Pain - 144
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento6 páginas
    Daftar Isi
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Css Tetanus
    Css Tetanus
    Documento41 páginas
    Css Tetanus
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Kuisioner Gambaran Sikap Dan Perilaku Pemberian Vaksin TT Pada Ibu Hamil
    Kuisioner Gambaran Sikap Dan Perilaku Pemberian Vaksin TT Pada Ibu Hamil
    Documento2 páginas
    Kuisioner Gambaran Sikap Dan Perilaku Pemberian Vaksin TT Pada Ibu Hamil
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Ispa
    Ispa
    Documento2 páginas
    Ispa
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet Jamban
    Leaflet Jamban
    Documento5 páginas
    Leaflet Jamban
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet Jamban
    Leaflet Jamban
    Documento5 páginas
    Leaflet Jamban
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Phbs 1
    Phbs 1
    Documento15 páginas
    Phbs 1
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • Jamban Sehat Asli
    Jamban Sehat Asli
    Documento12 páginas
    Jamban Sehat Asli
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações
  • SK Abies
    SK Abies
    Documento36 páginas
    SK Abies
    Dimpuulina Erna Mariati Sihombing
    Ainda não há avaliações