Você está na página 1de 24

BAB 1

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Hipospadia terjadi pada 1 dalam 300 kelahiran anak laki-laki dan merupakan anormali penis
yang paling sering.perkembangan uretra in uretro di mulai usia 8 minggu dan selesai dalam 15
minggu.Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis.
Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk
menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila penyatuan di garis tengah
lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral penis. Ada berbagai
derajat kelainan letak ini seperti pada glandular (letak meatus yang salah pada glands), korona (pada
sulkus korona), penis (di sepanjang batang penis), penoskrotal (pada pertemuan ventra penis dan
skrotum), dan perineal (pada perineum). Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi
yang menutupi sisi dorsal glans. Pita jaringan fibrosa yang di kenal sebagai chordee, pada sis ventral
menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.

Tidak ada masalah fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi baru lahir atau pada
anak-anak remaja. Namun pada orang dewasa, chordee akan menghalangi hubungan seksual;
infertilitas dapat terjadi pada hipospadia penoskrotal atau perineal; dapat timbul stenosis meatus,
menyebabkan kesulitan dalam mengatur aliran urin; dan sering terjadi kriptokridisme. Penanganan
hipospadia dengan chordee adalah dengan pelepasanchordee dan resrtukturisasi lubang meatus
melalui pembedahan. Pembedahan harus di lakukan sebelum usia saat belajar untuk menahan
bdekemih, yaitu biasanya sekitar usia 2 tahun. Prepusium dipakai untuk proses rekonstruksi; oleh
karena itu bayi dengan hipospadia tidak boleh di sirkumsisi. Chordee dapat juga terjadi tanpa
hipospadia, dan diatasi dengan melepaskan jaringan fibrosa untuk memperbaiki fungsi dan
penampilan penis.

Hipospadia terdapat pada kira-kira satu diantara 500 bayi baru lahir. Pada kasus yang paling
ringan, meatus uretra bermuara pada bagian ventral glans penis, terdapat berbagai derajat
malformasi glans dan kulup zakar tidak sempurna pada sisi ventral dengan penampilan suatu
kerudung dosal. Dengan bertambahnya tingkat keparahan, penis berbelok kearah ventral (chordee)
dan uretra pada penis lebih pendek secara proggresif, tetapi jarak antara meatus dan glans tidak
dapat bertambah secara signifikan sampai chordee di koreksi. Karenanya, hal ini menyesatkan,
mengklasifikasi hipospadia semata-mata atas dasar meatus. Pada beberapa kasus, meatus terletak
pada sambungan penoskrotal: pada kasus ekstrem, uretra bermuara pada perineum, skrotum bifida
dan kadang-kadang meluas kebasis dorsal penis (transposisi skrotum), dan chordee adalah ekstrem.
Pada kasus demikian, biasanya terdapat di vertikulum uretra yang bermuara pada setinggi
verumontanum, memperlihatkan suatu struktur sisa mollerian (a vestige of mullerian structures).
Pada kasus varian, kurva tura ventral penis terjadi tanpa hipospadiak meatus uretra. Pada kasus ini,
kulup zakar berkerudung dan korpus spongiosum mungkin kurang berkembang.

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi Hipospadia ?

b. Apa etiologi Hipospadia ?

c. Apa prognosis Hipospadia ?

d. Apa patofisiologi Hipospadia ?

e. Apa klasifikasi Hipospadia ?

f. Apa maninfestasi klinik Hipospadia ?

g. Apa komplikasi Hipospadia ?

h. Apa pemeriksaan penunjang Hipospadia ?

i. Apa penatalaksanaan Hipospadia ?

j. Apa pengkajian Hipopasdia ?

k. Apa diagnosa keperawatan Hipopasdia ?

l. Apa rencana intervensi Hipopasdia ?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi Hipospadia ?

b. Untuk mengetahui etiologi Hipospadia ?

c. Untuk mengetahui prognosis Hipospadia ?

d. Untuk mengetahui patofisiologi Hipospadia ?

e. Untuk mengetahui klasifikasi Hipospadia ?

f. Untuk mengetahui maninfestasi klinik Hipospadia ?

g. Untuk mengetahui komplikasi Hipospadia ?

h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Hipospadia ?

i. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hipospadia ?

j. Untuk mengetahui pengkajian Hipopasdia ?

k. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan Hipopasdia ?

l. Untuk mengetahui rencana intervensi Hipopasdia ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIK

1. Definisi

Hipospadia, berasal dari istilah yunani, hipo (dibawah) dan spadon (celah). Hipospadia
merupakan anomali kongenital pada genitalia eksterna laki-laki yang sering terjadi.26 Sekitar
80% kasus hipospadia adalah isolated hypospadias, yaitu hipospadia tanpa disertai kelainan
kongenital lainnya

Hipospadia merupakan suatu kelainan congenital yang dapat dideteksi ketika atau segera
setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra pria. Kelainan
hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya tampak disisi ventral batang penis.
Seringkali, kendati tidak selalu, kelainan tersebut diasosiasikan sebagai suatu chordee, yaitu istilah
untuk penis yang melengkuk kebawah. (Speer,2007:168)

Hipospadia adalah congenital anomali yang mana uretra bermuara pada sisi bawah penis atau
perineum. (Suriadi,2010)

Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat pada penis bagian bawah,
bukan diujung penis. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak didekat
ujung penis yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika luubang uretra
terdapat ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum atau dibawah
skrotum. Kelainan ini sering berhubungan kordi, yaitu suatu jaringan vibrosa yang kencang yang
menyebabkan penis melengkung kebawah saat ereksi. (Muslihatum, 2010)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hypospadia adalah suatu kelainan
bawaan dimana letak lubang urethra tidak pada tempat yang semestinya, melainkan ada dibagian
bawah penis.

2. Etiologi

Penyebab yang jelas belum diketahui. Dapat dihubungkan dengan faktor genetik, lingkungan
atau pengaruh hormonal. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling
berpengaruh antara lain :

1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone

Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis
kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh
yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk
cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek
yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.

2. Genetika

Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen
yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.

3. Lingkungan

Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat
teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

Faktor resiko. (Suriadi,2010)

Penyebab kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang
premature dari sel interstisial testis.Faktor eksogen antara lain pajanan prenatal terhadap kokain,
alcohol, fenitoin, progesitin, rubella, atau diabetes gestasional.(Mansjoer, 2000 )

3. Prognosis

Dengan perbaikan pada prosedur anastesi, alat jahitan, balutan, dan antibiotik yang ada
sekarang, operasi hipospadia telah menjadi operasi yang cukup sukses dilakukan. Hasil yang
fungsional dari koreksi hipospadia secara keseluruhan sukses diperoleh, insidens fistula atau
stenosis berkurang, dan lama perawatan rumah sakit serta prognosis juga lebih baik untuk
perbaikan hipospadia.

4. Patofisiologi

1. Kelainan terjadi akibat kegagalan lipatan uretra untuk berfusi dengan sempurna pada masa
pembentukan saluran uretral embrionik

2. Abnormalitas dapat menyebabkan infertilitas dan masalah psikologis apabila tidak diperbaiki
(Muscari, 2005).

Fungsi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka
pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan
yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis hingga akhirnya di
perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai tapi yang menutup sisi dorsal
dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee , pada sisi ventral menyebabkan
kurvatura (lengkungan) ventral dari penis (Anak-hipospadia).

Pathways

Lampiran
5 Klasifikasi

Hipospadia biasanya diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi meatus urethra : (1)


anterior atau hipospadia distal (meatus urethra terletak di gland penis), pada hipospadia derajat
pertama ini letak meatus urethra eksterna dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu hipospadial sine
(curvatura ventral penis dengan letak meatus urethra eksterna normal, jenis ini sering dianggap
hipospadia yang bukan sebenarnya), glandular (letak meatus ekterna hanya turun sedikit pada
bagian ventral gland penis), dan sub-coronal (letak meatus urethra eksterna terletak di sulcus
coronal penis). (2) Middle shaft atau intermediate hipospadia, yang disebut hipospadia derajat
dua, juga dapat dibagi berdasar letak meatus urethra menjadi distal penis, mid-shaft, dan tipe
proksimal. (3) Hipospadia posterior atau proksimal atau derajat tiga dibagi menjadi penoscrotal
(meatus urethra di antara pertemuan basis penis dan scrotum), scrotal (meatus urethra eksterna
di scrotum), dan perineal (meatus urethra eksterna di bawah scrotum dan pada area perineum).

Hipospadia anterior/distal/derajat 1
1.Hipospadia sine
2.Glandular
3.Sub-coronal
Hipospadia media/derajat 2
4.Penis distal
5.Midshaft
6.Penis proksimal
Hipospadia posterior/proksimal/derajat 3
7.Penoscrotal
8.Scrotal
9.Perineal

Gambar 1. Klasifikasi hipospadia berdasar letak anatomis meatus urethra.

Sebuah studi populasi sebelumnya di Polandia telah mengidentifikasi hipospadia tipe distal
terjadi sebanyak 81,4% kasus. Sedangkan studi di Duckeet melaporkan dari 1289 kasus
hipospadia, 49% merupakan tipe hipospadia anterior, 21% tipe tengah, dan 30% tipe posterior.
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :

1. Tipe anterior

Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak
pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan
suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.

2. Tipe penil/ Tipe Middle

Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan
kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat
melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan
intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak
ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat
berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.

3. Tipe Posterior

Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis
akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan
umumnya testis tidak turun.

6. Maninfestasi Klinik

1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang
menyerupai meatus uretra eksternus.

2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.

3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke
glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.

4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.

5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.

6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.

7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.

8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).

9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.


7. Komplikasi

Komplikasi yang biasa terjadi antara lain striktur uretra (terutama pada sambungan meatus
uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat) atau fistula.

1. Infertility

2. Resiko hernia inguinalis

3. Gangguan psikososial

Komplikasi paska operasi yang terjadi :

1. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga
terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut
tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.

2. Sturktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari
anastomosis.

3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau
pembentukan batu saat pubertas.

4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai parameter
untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang
dapat diterima adalah 5-10 %.

5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak
melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis
walaupun sangat jarang.

6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis
meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan


untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG
mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah dengan pemeriksaan radiologis.

1. Rontgen

2. USG sistem kemih kelamin.

3. BNO-IVP
9. Penatalaksanaan

Tujuan utama penanganan operasi hipospadia adalah merekonstruksi penis menjadi lurus
dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya
kedepan dan dapat melakukan koitus dengan normal, prosedur operasi satu tahap pada usia yang
dini dengan komplikasi yang minimal. Penyempurnaan tehnik operasi dan perawatan paska operasi
menjadi prioritas utama. Pada hipospadia muara orifisium uretra eksterna (lubang tempat air seni
keluar) berada diproksimal dari normalnya yaitu pada ujung distal glans penis, sepanjang ventral
batang penis sampai perineum. Jadi lubang tempat keluar kencing letaknya bukan pada tempat
yang semestinya dan terletak di sebelah bawah penis bahkan ada yang terletak di kantong
kemaluan. Seperti tampak dalam gambar. Tampak variasi dari letak orifisium uretra eksterna (dapat
bervariasi mulai dari anterior, middle dan posterior)

Tindakan operasi harus dilakukan sebelum anak memasuki usia sekolah. Diharapkan anak tidak
malu dengan keadaannya setelah tahu bahwa anak laki lain kalau BAK berdiri sedangkan anak
pengidap hipospadia harus jongkok seperti anak perempuan (karena lubang keluar kencingnya
berada di sebelahi bagi bawah penis). Selain itu jika hipospadia ini tidak dioperasi, maka setelah
dewasa dia akan sulit untuk melakukan penetrasi / coitus. Selain penis tidak dapat tegak dan lurus
(pada hipospadia penis bengkok akibat adanya chordae), lubang keluar sperma terletak dibagian
bawah.

Operasi hipospadia satu tahap (ONE STAGE URETHROPLASTY) adalah tehnik operasi sederhana
yang sering dapat digunakan, terutama untuk hipospadia tipe distal. Sambil dilihat di gambar, tipe
distal ini yang meatusnya letak anterior atau yang middle.. Meskipun sering hasilnya kurang begitu
bagus untuk kelainan yang berat. Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap.
Untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka one
stage urethroplasty nyaris tidak dapat dilakukan. Tipe hipospadia proksimal seringkali di ikuti
dengan kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans yang bengkok kearah
ventral (bawah) dengan dorsal skin hood dan propenil bifid scrotum (saya agak kesulitan mencari
istilah awam untuk istilah medis diatas). Intinya tipe hipospadia yang letak lubang air seninya lebih
kearah proksimal (jauh dari tempat semestinya) biasanya diikuti dengan penis yang bengkok dan
kelainan lain di skrotum atau sisa kulit yang sulit di”tarik” pada saat dilakukan operasi pembuatan
uretra (saluran kencing). Kelainan yang seperti ini biasanya harus dilakukan 2 tahap. Operasi
Hipospadia dua tahap, tahap pertama dilakukan untuk meluruskan penis supaya posisi meatus
(lubang tempat keluar kencing) nantinya letaknya lebih proksimal (lebih mendekati letak yang
normal), memobilisasi kulit dan preputium untuk menutup bagian ventral / bawah penis. Tahap
selanjutnya (tahap kedua) dilakukan uretroplasti (pembuatan saluran kencing / uretra) sesudah 6
bulan. Dokter akan menentukan tehnik operasi yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap dapat
dilakukan sesuai dengan kelainan yang dialami oleh pasien.

Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada skrotum dapat berupa
undescensus testis, monorchidism, disgenesis testis dan hidrokele. Pada penis berupa propenil
skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang kelainan ginjal dan ureter berupa fused kidney,
malrotasi renal, duplex dan refluk ureter. Secara umum tekniknya terbagi menjadi operasi satu
tahap dan multi tahap. Operasi perbaikan komplikasi fistula dilakukan 6 bulan paska operasi yang
pertama.

Setelah menjalani operasi, perawatan paska operasi adalah tindakan yang amat sangat penting.
Orang tua harus dengan seksama memperhatikan instruksi dari dokter bedah yang mengoperasi.
Biasanya pada lubang kencing baru (post uretroplasty) masih dilindungi dengan kateter sampai luka
betul-betul menyembuh dan dapat dialiri oleh air kencing. Di bagian supra pubik (bawah perut)
dipasang juga kateter yang langsung menuju kandung kemih untuk mengalirkan air
kencing.Tahapan penyembuhan biasanya kateter diatas di non fungsikan terlebih dulu sampai
seorang dokter yakin betul bahwa hasil uretroplasty nya dapat berfungsi dengan baik. Baru setelah
itu kateter dilepas.

B. KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

1. Identitas

a. Usia, Ditemukan saat lahir

b. Jenis kelamin, hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi pada laki-laki
dengan angka kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup. (Brough, 2007: 130)

2. Keluhan Utama

Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis, penis
melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit
dengan penis, jika berkemih anak harus duduk.(Muslihatum, 2010)

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang tidak
pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung kebawah
adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir.

4. Riwayat Kongenital

a. Penyebab yang jelas belum diketahui.

b. Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.


c. Lingkungan polutan teratogenik.

5. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran

Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke-

10 sampai minggu ke-14.

6. Activity Daily Life

a. Nutrisi, Tidak ada gangguan

b. Eliminasi

anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam mengarahkan aliran
urinnya, bergantung pada keparahan anomali, penderita mungkin perlu mengeluarkan urin
dalam posisi duduk. Konstriksi lubang abnormal menyebabkan obstruksi urin parsial dan
disertai oleh peningkatan insiden ISK

c. Hygiene Personal, Dibantu oleh perawat dan keluarga

d. Istirahat dan Tidur, Tidak ada gangguan

7. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem kardiovaskuler

Tidak ditemukan kelainan

b. Sistem neurologi

Tidak ditemukan kelainan

c. Sistem pernapasan

Tidak ditemukan kelainan

d. Sistem integumen

Tidak ditemukan kelainan

e. Sistem muskuloskletal

Tidak ditemukan kelainan

f. Sistem Perkemihan

§ Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal.

§ Kaji fungsi perkemihan


§ Dysuria setelah operasi

g. Sistem Reproduksi

§ Adanya lekukan pada ujung penis

§ Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi

§ Terbukanya uretra pada ventral

§ Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage.

2. Diagnosa

A. Pre Operasi

1. Gangguan rasa nyaman

B. Post Operasi

1. Nyeri akut

2. Resiko infeksi

3. Rencana Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Pre Operasi NOC NIC

1. Gangguan rasa nyaman 1. Tingkat kenyamanan Pain Management

Definisi: 2. Tingkat ansietas 1. Observasi reaksi


nonverbal dari
Merasa kurang senang, lega, ketidaknyamanan
dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, Tujuan dan Kriteria Hasil: 2. Lakukan
lingkungan dan sosial. Setelah dilakukan pengkajian
tindakan nyeri
keperawatan selama secara komprehensif
2x24
Batasan Karakteristik: termasuk lokasi,
jam klienmampu untuk:
ü Ansietas karakteristik, durasi,
1. Menunjukkan tingkat frekuensi, skala,
ü Menangis kenyamanan dengan indicator: kualitas dan faktor
presipitasi(otot yang
ü Gangguan pola tidur § Melaporkan kesejahteraan fisik
sudah lama tidak
ü Takut § Melaporkan kepuasan dengan digerakkan)
3. Lakukan tindakan
ü Ketidakmampuan untuk kontrol gejala kenyamanan untuk
relaks meningkatkan
§ Melaporkan kesejahteraan relaksasi, mis.
ü Iritabilitas psikologis Pemijatan, mengatur
ü Merintih § Mengekspresikan kepuasan hati posisi, teknik relaksasi.
dengan lingkungan fisik 4. Gunakan teknik
ü Melaporkan merasa
dingin § Mengekspresikan kepuasan hati panas dan dingin
dengan hubungan sosial sesuai anjuran untuk
ü Melaporkan merasa meminimalkan nyeri.
panas § Mengekspresikan kepuasan
spiritual 5. Pilihlah variasi
ü Melaporkan perasaan dari ukuran
tidak nyaman § Melaporkan kepuasan dengan pengobatan
tingkat kebebasan (farmakologis,
ü Melaporkan kurang
nonfarmakologis, dan
senang dengan situasi § Mengekspresikan kepuasan
hubungan atar pribadi)
tersebut dengan kontrol nyeri
untuk mengurangi
ü gelisah 2. Menunjukkan Ansietas dengan nyeri
indikator:
Faktor yang Berhubungan: 6. Ajari untuk
1. Menunjukkan fleksibilitas peran menggunakan tehnik
ü Gejala terkait penyakit non-farmakologi (spt:
2. Keluarga menunjukkan biofeddback, TENS,
ü Sumber yangtidak
hypnosis, relaksasi,
adekuat (misalnya 3. fleksibilitas peran para
terapi musik, distraksi,
dukungan finansial dan anggotanya
terapi bermain,
sosial)
4. Melibatkan angoota keluarga acupressure, apikasi
ü Kurang pengendalian dalam membuat keputusan hangat/dingin, dan
lingkungan pijatan ) sebelum,
5. Mengekspresikan perasaan dan sesudah dan jika
kebebasan emosional memungkinkan,
selama puncak nyeri ,
6. Menunjukkan strategi penurunan
sebelum nyeri terjadi
stress
atau meningkat, dan
sepanjang nyeri itu
masih terukur

7. Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri
Penurunan Ansietas

8. Gunakan
pendekatan yang
menenangkan

9. Nyatakan denga
n jelas harapan terha
dap pelaku pasien

10. Temani pasien u


ntuk memberikan kea
manan dan
mengurangi takut

11. Dorong keluarga


untuk menemani anak

12. Lakukan back /


neck rub

13. Dengarkan
dengan penuh
perhatian

14. Identifikasi tingkat


kecemasan

15. Bantu pasien me


ngenal situasi yang m
enimbulkan
kecemasan

16. Dorong pasien u


ntuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi

17. Berikan obat


untuk mengurangi
kecemasan

Kolaborasi

18. Kolaborasikan
dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

19. Kolaborasi
prosedur pembedahan
:

a. Pelepasan
chordee dan tunneling

b. uretroplasty

Health Education

20. Berikan informasi


faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis Managemen
Tekanan

21. Jelaskan semua p


rosedur dan apa yang
dirasakan selama
prosedur

22. Instruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi

Post Operasi NOC NIC

2. Nyeri akut 1. Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri

Definisi: 2. Tingkat Kenyamanan 1. Kaji secara


komphrehensif
Pengalaman emosional dan 3. Tingkatan nyeri tentang nyeri,
sensori yang tidak
Tujuan dan Kriteria Hasil: meliputi: lokasi,
menyenangkan yang karakteristik dan
muncul dari kerusakan Setelah dilakukan tindakan onset, durasi,
jaringan secara aktual dan keperawatan selama 2x24 jam klien frekuensi, kualitas,
potensial atau menunjukkan mampu : intensitas/ beratnya
adanya kerusakan nyeri, dan faktor-faktor
(Assosiation for Study of · Mengontrol nyeri, dengan
presipitasi.
Pain) : serangan mendadak indikator :
atau perlahan dari 2. Lakukan penilaian
intensitas ringan sampai v Mampu mengenali faktor penyebab nyeri secara
berat yang diantisipasi atau komprehensif dimulai
diprediksi durasi nyeri v Mampu melaporkan gejala pada dari lokasi,
kurang dari 6 bulan. tenaga kesehatan karakteristik, durasi,

Batasan Karakteristik: v Mampu mengenali gejala-gejala frekuensi, kualitas,


nyeri intensitas dan
ü Melaporkan nyeri secara penyebab.
verbal dan nonverbal · Mempertahankan tingkat
kenyamanan, dengan indikator : 3. Gunakan
ü Menunjukkan kerusakan komunikasi terapeutik
v Dapat melakukan aktivitas seperti agar pasien dapat
ü Posisi untuk mengurangi biasa tanpa harus merasakan nyeri. menyatakan
nyeri pengalaman nyerinya
· Menunjukan tingkat nyeri,
serta dukungan dalam
Faktor-Faktor yang dengan indikator :
merespon nyeri.
berhubungan:
v Mampu melaporkan adanya nyeri,
4. Tentukan dampak
Agen cedera (biologi, frekuensi nyeri dan episode lamanya
nyeri terhadap
psikologi, kimia, fisika) nyeri.
kehidupan sehari-hari
v Tanda-tanda vital kembali normal. (tidur, nafsu makan,
aktifitas, kesadaran,
mood, hubungan
social, performance
kerja dan melakukan
tanggung jawab sehari-
hari

5. Modifikasi
tindakan mengontrol
nyeri berdasarkan
respon pasien.

6. Tingkatkan
tidur/istirahat yang
cukup.

Pemberian Analgetik

7. Menentukan
lokasi, karakteristik,
mutu, dan intensitas
nyeri sebelum
mengobati klien.
8. Cek riwayat alergi
obat.

9. Tentukan jenis
analgesic yang
digunakan (narkotik,
non narkotik atau
NSAID) berdasarkan
tipe dan tingkat nyeri.

10. Tentukan
analgesic yang cocok,
rute pemberian dan
dosis optimal.

11. Mengevaluasi
efektivitas analgesic
pada interval tertentu,
terutama setelah dosis
awal, pengamatan juga
dilakukan melihat
adanya tanda dan
gejala buruk atau tidak
menguntungkan (
berhubungan dengan
pernapasan, depresi,
mual muntah, mulut
kering dan konstipasi).

Kolaborasi

12. Kolaborasikan
dengan pasien, orang
terdekat dan tenaga
profesional lain untuk
memilh teknik non
farmakologi

13. Kolaborasikan
dengan dokter jika
terjadi perubahan
obat, dosis, rute
pemberian, atau
interval, serta
membuat rekomendasi
spesifik berdasar pada
prinsip equianalgesic.

Health Education

14. Berikan informasi


tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa
lama terjadi, dan
tindakan pencegahan.

15. Anjurkan pasien


untuk memonitor
sendiri nyeri.

3. Resiko Infeksi NOC NIC

Definisi: 1. Status Imun Kontrol Infeksi

Kenaikan resiko karena 2. Kontrol Infeksi 1. Batasi jumlah


diserang oleh organisme pengunjung/pembezuk
penyakit. .

Batasan Karakteristik: Tujuan dan Kriteria Hasil: 2. Gunakan sabun


Setelah dilakukan tindakan anti mikroba untuk
ü Penyakit kronik
keperawatan selama 2x24 mencuci tangan
ü Mendapatkan kekebalan jam klienmampu untuk: dengan benar.
yang tidak adekuat
1. Menunjukan status imun, dengan 3. Cuci tangan
ü Pertahanan utama yang indikator : sebelum dan sesudah
tidak adekuat (e.g., melakukan perawatan
kerusakan kulit, jaringan · Tidak adanya infeksi berulang, pada pasien.
yang luka, pengurangan tidak adanya tumor,Reaksi tes kulit 4. Gunakan aturan
cocok dengan pembukaan, Kadar zat
dalam tindakan, perubahan umum.
pada sekresi PH, mengubah terlarut pada antibody dalam batas
gerak peristaltic) normal 5. Gunakan sarung
tangan yang bersih.
ü Pertahanan kedua yang 2. Menunjukan kontrol infeksi,
tidak adekuat (pengurangan degan indikator : 6. Jaga lingkungan
hemoglobin, leucopenia, · Mendeskripsikan mode transmisi, agar tetap steril
respon yang menekan mendeskripsikan factor-faktor yang selama insersi di
sesuatu yang menyebabkan menyertai transmisi, mendeskripsi-
radang) kan tanda-tanda dan gejala, tempat tidur.
Mendeskripsikan aktivitas-aktivitas
ü Pertambahan pembukaan meningkatkan daya tahan terhadap 7. Jaga lingkungan
lingkungan pada pathogen agar tetap steril ketika
infeksi.
mengganti saluran dan
ü Agen farmasi (ex: zat botol TPN.
yang menghambat reaksi
imun) 8. Tutup/jaga
kerahasiaan system
ü Membran amniotic pecah ketika melakukan
sebelum waktunya pemeriksaan invasive
ü Memperpanjang hemodynamic.
perpecahan pada 9. Ganti peripheral
membrane amniotic IV dan balutan
ü Trauma/luka berat berdasarkan petunju
CDC.
ü Destruksi jaringan
10. Pastikan keadaan
steril saat menangani
IV.

11. Tingkatkan
pemasukkan nutrisi
yang tepat.

12. Tingkatkan
pemasukan cairan
yang tepat.

13. Lakukan terapi


antibiotic yang tepat.

Health Education

14. Ajarkan mencuci


tangan untuk
memperbaiki
kesehatan pribadi.

15. Ajarkan teknik


mencuci tangan yang
benar.

16. Ajarkan pasien dan


keluarga tentang
tanda-tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus melaporkannya
pada tim kesehatan.

17. Ajarkan pasien


untuk memakan
antibiotic sesuai resep.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipospadia merupakan suatu kelainan kongenital yang dapat di deteksi ketika atau segera
setelah bayi lahir, atau instilah lainya yaitu adanya kelainan pada muara uretra pria. Dan biasanya
tampak disisi ventral batang penis. Kelainan tersebut sering diasosiasikan sebagai suatu chordee yaitu
penis yang menekuk kebawah. Terapi untuk hipospadia adalah dengan pembedahan untuk
mengembalikan penampilan dan fungsi normal penis. Pembedahan biasanya tidak di jadwalkan
sampai bayi berusia 1-2th ketika ukuran penis dinyatakan sebagai ukuran yang layak di operasi.
Komplikasi potensial mliputi infeksi dan obstruksi uretra.

B. Saran

Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hipospadia
merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan
khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung
jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan
secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Budi. (2005-2006). NANDA. Prima Medika

Anonim. 2014. Makalah ASKEP HIPOSPADIA(http://.wordpress.com/2010/02/03/) diakses tanggal 28

DES 2017 Pukul 20.00 WITA

Anonim. 2014. Askep Hipospadia (http://blogspot.com/2010/02/arie-noki/askep-hipospadia) diakses

tanggal 11 Mei 2014 Pukul 20.00 WITA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Askep tentang
“Hipospadia” tugas ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak.

Adapun Askep tentang Hipospadia telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan tugas ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka
saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga saya dapat memperbaiki tugas ini.

Akhirnya kami mengharapkan semoga dari Askep tentang Hipospadia dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Kendari 28 desember 2017


TUGAS: SISTEM URINARIA

DOSEN:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS HISPOPADIA

OLEH:

RISNAWATI ARIFUDDIN P201501137


RIMARWATI P201501140
AMIR P201501141
MUH. ISRAN AMIR P201501143
DEWIYANA P201501123
ISTIQAMAH P201501144
SITTI HASMIRAT P201501136
YUNARTIN P201501153
AYU DIAN HAERANI P201501134
FERDHANU KAJAYA P201501111
ROSNIAWATI P201401067
STIKES MANDALA WALUYA KENDARI

PRODI S1 KEPERAWATAN

2017

Você também pode gostar