Você está na página 1de 47

ANALISIS PERSEPSI KETIDAKCUKUPAN ASI (PKA) PADA

IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 0-12 BULAN


DI WILAYAH KERJA PUSKESMA X
KOTA PALEMBANG

Oleh

DINA MEGAWATI
14.13101.10.37

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2015

BAB I
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Visi Indonesia Sehat 2010 telah dicanangkan sejak tahun 1999, dan telah

ditetapkan 50 indikator keberhasilan Indonesia Sehat 2010, salah satunya adalah

keberhasilan pelayanan kesehatan yang didalamnya ditandai dengan persentase

bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, selama minimal 6 bulan

dengan target mencapai 80% bayi yang mendapat ASI Eksklusif

(Kepmenkes,2003).

Indikator derajat kesehatan penduduk yang mencerminkan derajat

kesehatan masyarakat lainnya adalah Angka Kematian Bayi (AKB), Angka

Kematian Kasar (COR), status gizi dan umur harapan hidup. Besarnya indikator

tersebut berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga, sistem nilai dan adat

istiadat, kebersihan dan kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan yang

tersedia.

Secara nasional, cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih rendah pada

tahun 2010 menunjukan bahwa baru 33,6% bayi Indonesia yang mendapatkan

ASI eksklusif (Harnowo, 2012). Hasil survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SKDI) tahun 2007, menyebutkan di Indonesia hanya sepertiga (32%) bayi

berumur dibawah enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, 41% bayi yang

berumur dibawah empat bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, dan hanya 48%

anak berumur kurang dari dua bulan yang mendapatkan ASI eksklusif.
Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2010 menunjukan

pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang

menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Berdasarkan profil

kesehatan Sumatera Selatan pada tahun 2009 sebesar 64,4%, pada tahun 2010

sebesar 64,4% dan pada tahun 2011 yaitu sebesar 71,8%. Cakupan ibu yang

memberikan ASI eksklusif di Sumatera Selatan dan di setiap kabupaten masih

dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 80% (Kementerian Kesehatan

RI, 2011).

Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi

bayi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi

semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama

hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang

disebabkan berbagai penyakit yang umumnya menimpa anak-anak seperti diare

dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu

menjarangkan kelahiran.

Menurut ahli gizi anak United Nation Childrens Fund (UNICEF), Felicity

Savage King mengatakan, pemberian ASI eksklusif akan berdampak pada sistem

endokrin yakni pelepasan hormon prolaktin dan oxitosin yang akan

mempengaruhi sikap dan pola asuh ibu terhadap perkembangan emosional dan

otak anak, sehingga anak-anak yang tidak mendapatkan ASI cenderung lebih

beresiko terkena depresi dan masalah emosional lainnya.7


Puskesmas diketahui merupakan ujung tombak pelaksanaan pelayanan

kesehatan di suatu daerah Indonesia dan merupakan unit organisasi yang bersifat

menyeluruh dan terpadu yang paling dekat dengan masyarakat. Puskesmas adalah

unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab

terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan

menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan

yang optimal.

Hasil penelitian menyimpulkan mengenai ASI eksklusif diukur dari

pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dukungan suami, dukungan petugas

kesehatan, dukungan keluarga (Sari, 2013), paritas, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

(Nyoman, 2012).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variable independen yang

meliputi umur, pendidikan, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), paritas, dukungan

keluarga, pekerjaan, dan bimbingan laktasi prenatal. Sedangkan variabel

dependennya persepsi ketidakcukupan ASI.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menganggap perlu atau ada nilai

akademisnya untuk melakukan penelitian ini “Analisis Persepsi Ketidakcukupan

ASI (PKA) Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan

Di Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Palembang ”


1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahuinya tentang Persepsi Ketidakcukupan ASI (PKA) Pada

Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas X Kota

Palembang.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apa yang mempengaruhi Persepsi Ketidakcukupan ASI (PKA) Pada Ibu

Yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas X Kota

Palembang.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Diketahui Persepsi Ketidakcukupan ASI (PKA) Pada Ibu Yang Memiliki

Bayi Usia 0-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Palembang.

1.4.2 Tujuan khusus

1) Diketahuinya gambaran Persepsi Ketidakcukupan ASI (PKA) Pada Ibu Yang

Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas X Kota

Palembang

2) Diketahuinya hubungan antara faktor ibu, faktor bayi, dan faktor laktasi

dengan persepsi ketidakcukupan ASI pada ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-12

Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Palembang

3) Diperolehnya informasi secara mendalam mengenai gambaran faktor ibu,

faktor bayi, dan faktor laktasi yang mempengaruhi persepsi ketidakcukupan


ASI pada ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan Di Wilayah Kerja

Puskesmas X Kota Palembang

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan penelitian ini dapat

bermanfaat bagi :

1.5.1 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menerapkan

ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku kuliah dan menambah

wawasan serta pengalaman penulis khususnya mengenai ASI eksklusif dan

permasalahan kesehatan masyarakat.

1.5.2 Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

pertimbangan dalam pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan untuk

melakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai ASI Eksklusif.

1.5.3 Bagi STIK Bina Husada

Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan tambahan literatur di

perpustakaan, serta dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa, serta dapat

dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.


1.5.4 Bagi kader di posyandu dan ibu menyusui

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi bagi kader

tentang ASI eksklusif, khususnya untuk ibu hamil agar memberikan ASI segera

setelah anak lahir.


ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, April 2014

DINA MEGAWATI
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Plaju Ilir Palembang Tahun 2014
(xvii + 104 Halaman + 10 Tabel + 9 Gambar + 15 Diagram + 6 Lampiran)

ASI Eksklusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. ASI memberi semua energi dan
gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Plaju Ilir tahun 2014. Desain penelitian ini merupakan
metode kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini
berjumlah 60 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
Accidental Sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan
dengan pemberian ASI eksklusif dengan p value 0,177 (PR=0,587), tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif dengan p value
0,357 (PR=0,759), ada hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif
dengan p value 0,021 (PR=1,871), ada hubungan antara pengetahuan dengan
pemberian ASI eksklusif dengan p value 0,047 (PR=1,759), ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif dengan p value 0,033
(PR=1,758), ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI
eksklusif dengan p value 0,042 (PR=1,750), tidak ada hubungan antara dukungan
petugas kesehatan di tempat melahirkan/persalinan dengan pemberian ASI
eksklusif dengan p value 1,000 (PR=0,903).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif, pendidikan ibu, dukungan
petugas kesehatan di tempat melahirkan/persalinan dan ada hubungan bermakna
antara IMD, pengetahuan ibu, dukungan keluarga, dan dukungan suami dengan
pemberian ASI eksklusif. Untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif
hendaknya ibu menambah pengetahuan dan wawasan tentang ASI eksklusif
dengan cara mencari informasi tentang ASI eksklusif, dan meningkatkan peran
serta keluarga khususnya suami dalam program ASI eksklusif.

Kata Kunci : ASI eksklusif


Daftar Pustaka: 31 (2001-2013)

ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Student Thesis, APRIL2014
DINA MEGAWATI
Factors in related exclusive breastfeeding at Plaju Ilir sub-district
Palembang in year 2014
(xvii + 104 pages + 10 Table + 9 Pictures + 15 Diagram + 6 attachments)

Exclusive breastfeeding is giving only breast milk without any other food
and beverages for infants from birth to age 6 months . Breast milk provides all the
energy and nutrients needed a baby during the first 6 months of life .
The purpose of this study was to determine the factors in related exclusive
breastfeeding at Plaju Ilir sub-district Palembang in year 2014 . Research design is
quantitative methods with cross sectional design . Sample was 60 respondents.
Sampling was done by using accidental sampling.
The results showed that there was no correlation between job with
exclusive breastfeeding with p value 0.177 ( PR = 0.587 ) , there was no
correlation between education and exclusive breastfeeding with p value 0.357 (
PR = 0.759 ) , there was a correlation between IMD with exclusive breastfeeding
with p value of 0.021 ( PR = 1.871 ) , there was a correlation between knowledge
with exclusive breastfeeding with p value 0.047 ( PR = 1.759 ) , there was a
correlation between family support exclusive breastfeeding with p value of 0.033 (
PR = 1.758 ) , there was a correlation between husband to support exclusive
breastfeeding with a p value of 0.042 ( PR = 1.750 ) , there was no correlation
between support health workers in the place of birth / labor with exclusive
breastfeeding with p value 1,000 ( PR = 0.903 ) .
The study concluded that there was no significant correlation between
maternal activities with exclusive breastfeeding , maternal education , support
health workers in the place of birth / labor and there was a significant correlation
between IMD , mother's knowledge , family support , and the support of her
husband with exclusive breastfeeding . To increase exclusive breastfeeding
mother should improve knowledge and insight about exclusive breastfeeding by
seeking information about exclusive breastfeeding , and increase participation in
the husband's family , especially exclusive breastfeeding program .

Keyword : Exclusive breastfeeding


References : 31 (2001-2013)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara

2.1.1 Anatomi payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kalenjar yang terletak di bawah kulit, di

atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk menutrisi

bayi. Manusia mempunyai sepasang kalenjar payudara, yang beratnya lebih 200

gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

Corpus mammae merupakan bagian yang paling besar, yang merupakan

bagian dari struktur payudara selain kulit dan jaringan subkutan (jaringan

dibawah kulit). Corpus mammae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim

merupakan suatu struktur yang terdiri dari :

a. Duktus laktiferus (duktus)

b. Duktulus

c. Lobus

d. Alveolus

Sedangkan stroma, jaringan penyangga pada karpus mammae tersusun atas

bagian-bagian sebagai berikut :

a. Jaringan ikat
b. Jaringan lemak

c. Pembuluh lemak

d. Saraf

e. Pembuluh limpa

2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah

Merupakan daerah sekitar puting susu yang berpigmentasi lebih atau bagian

tengah yang kehitaman. Letaknya yang mengelilingi puting susu dan bewarna

kegelapan disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulit ibu.

Selama kehamilan, warnanya akan menjadi lebih gelap dan warna ini akan

menetap untuk selanjutnya. Aerola mammae mengandung sejumlah kelenjar

seperti kelenjar keringat dan kelenjar lemak.

3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

2.1.2 Fisiologis pengeluaran ASI

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara

rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu

dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan

yang lebih besar dibandingkan yang lain.


11

Ada dua pengertian laktasi yang berbeda, pertama pembentukan ASI dan

kedua pengeluaran ASI ,yaitu :

1) Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin)

Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya

payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus

dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada

payudara.

2) Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/Pelepasan ASI)

Proses pelepasan ASI atau sering disebut sebagai refleks “letdown” berada

dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu

akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel

mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat,

keluar dari aveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya mengalir

melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi

bayi.

Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks “letdown/pelepasan ASI”

ini yaitu pada saat ibu :

1) Melihat bayi

2) Mendengarkan suara bayi

3) Mencium bayi

4) Memikirkan untuk menyusui bayi


12

Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks “letdown/pelepasan

ASI” ini yaitu pada stres seperti :

1) Keadaan bingung/psikis kacau

2) Takut

3) Cemas

4) Lelah

5) Malu

6) Merasa tidak pasti/merasakan nyeri

2.2 Air Susu Ibu (ASI)

ASI adalah istilah untuk cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar

payudara wanita melalui proses laktasi. Komposisi ASI tidak sama selama periode

menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali

lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama

periode laktasi. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat

kehamilan.

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. Tidak ada satupun makanan

lain yang dapat mengganti ASI, karena ASI mempunyai kelebihan yang meliputi

4 aspek, yaitu : aspek gizi, aspek kekebalan, aspek ekonomi, dan aspek kejiwaan

berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan

kecerdasan anak .
13

2.3 ASI Eksklusif

2.3.1 Pengertian ASI Eksklusif

Menurut World Health Organization (2006), definisi ASI Eksklusif adalah

bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta

memberikan ASI dari ibu tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain,

kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.14 ASI eksklusif

adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa dicampur dengan tambahan cairan

lain seperti susu formula, madu, jeruk, air teh, air putih dan tanpa makanan padat

seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim. Setelah usia bayi 6

bulan barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI

ddapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih.

Bayi yang diberi ASI dengan ditambah susu formula akan kesulitan untuk

beralih gaya menyusu pada saat menyusu ASI. Bayi akan cenderung menerapkan

gaya menyusu botolnya pada saat menyusu ASI, akibatnya aliran ASI akan tidak

lancar dan berkurang karena sedotan yang tidak maksimal, sementara bayi juga

sudah terbiasa menyusu secara cepat.

Walaupun kesadaran mengenai ASI semakin meningkat, terutama di

perkotaan, tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah.

Kurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya promosi susu

formula membuat banyak ibu gagal menyusui.


2.3.2 Keuntungan menyusu eksklusif secara umum

Memberikan nutrisi yang optimal dalam hal kualitas dan kuantitas bagi

bayi. Dalam ASI terkandung kolostrum, yang merupakan cairan kental dan

bewarna kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada

periode akhir atau trimester ketiga kehamilan kolostrum dikeluarkan pada hari-

hari pertama setelah kelahiran.

Kolostrum sangat penting bagi bayi, karena :

1) Kolostrum pada hari pertama sampai hari keempat merupakan cairan emas

yang istimewa, kaya akan zat nutrisi dan antibodi.

2) Jumlah kolostrum bervariasi antara 10-100 ml per-hari dengan rata-rata 30

ml.

3) Jumlah kolostrum akan bertambah dan mencapai komposisi ASI biasa / matur

sekitar 3-14 hari.

4) Kolostrum memberi nutrisi dan melindungi terhadap infeksi dan alergi.

5) Kolostrum merupakan cairan emas yang mengandung antibodi 10-17 kali

lebih banyak dari ASI biasa/matur.

 Hari ke-1 mengandung 800 mg SigA/100cc kolostrum


 Hari ke-2 mengandung 600 mg SigA/100cc kolostrum
 Hari ke-3 mengandung 400 mg SigA/100cc kolostrum
 Hari ke-4 mengandung 800 mg SigA/100cc kolostrum


6) Memberikan imunisasi pertama, ASI dapat dikatakan sebagai “Cairan

Hidup”.

7) Kolostrum juga mengandung:


15

 Laxansia (laktasi/pencahar) yang membersihkan mekonium.

 Growth factor, yang membantu mematangkan usus.

 Kaya vitamin A, yang dapat mencegah berbagai infeksi dan mencegah

penyakit mata (kebutaan).

 Acid (DHA dan AA) untuk pertumbuhan otak dan retina.

2.4 Komposisi ASI

Tahapan produksi ASI adalah kolostrum, ASI Peralihan, dan ASI Matur.

Kolostrum adalah ASI yang bewarna kekuning-kuningan atau jernih dan lebih

kental, dan hanya diproduksi sekali pada hari-hari pertama bayi lahir. Setiap kali

meyusui, ASI yang dihasilkan mempunyai macam atau jenis yang berbeda yaitu

sebagai berikut :

1) Foremik adalah ASI yang encer yang diproduksi pada awal proses menyusui

dengan kadar air tinggi dan mengandung banyak protein, laktosa serta nutrisi

lainnya tetapi rendah lemak.

2) Hindmilk adalah ASI mengandung tinggi lemak yang memberikan banyak zat

tenaga/energi dan diproduksi menjelang akhir proses menyusui.

Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan

(kenyang), sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi

menghisap, lebih banyak ASI yang diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan

bayi menyebabkan produksi ASI berkurang.


Komposisi di dalam ASI dibedakan menjadi 3 macam, diantaranya

kolostrum, ASI masa transisi, dan ASI mature, yaitu :

1) Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang agak kental bewarna kekuning kuningan,

lebih kuning dibanding dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena

mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan kasiat kolostrum sebagai

berikut :

a. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir (BBL) sehingga saluran

pencernaan siap untuk menerima makanan.

b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga

dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.

c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari

berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan.

2) ASI masa transisi

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.

3) ASI mature

ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya

2.5 Kolostrum

2.5.1 Pengertian kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah

melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan

ASI matang, atau cairan tahap pertama ASI yang dihasilkan selama masa
17

kehamilan dan berakhir beberapa hari setelah kelahiran bayi (2-4 hari), bewarna

kuning keemasan, dengan volume 150-300 ml/hari, serta lebih kental

dibandingkan dengan cairan susu tahap berikutnya. Kolostrum mempunyai

kandungan yang tinggi akan protein, vitamin yang terlarut dalam lemak, mineral-

mineral dan imunoglobulin. Imunoglobulin ini merupakan antibodi dari ibu untuk

bayi yang juga berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi. Kolostrum juga

merupakan pembersih usus bayi yang membersihkan mekonium sehingga mukosa

usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.

18

2.6 Faktor –faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI dalam masa-masa

menyusui, diantaranya :

1) Frekuensi Penyusuan

Produksi ASI akan optimal jika ASI dipompa lebih dari 5 kali per hari selama

bulan pertama setelah melahirkan. Berdasarkan hal ini direkomendasikan

penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah lahir.

2) Berat bayi

Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan

kekuatan menghisap. Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini

meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi
berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan

oksitosin dalam memproduksi ASI.

3) Umur Kehamilan saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intake ASI. Hal ini

disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34

minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif , sehingga

produksi ASI lebih rendah dibandingkan bayi yang lahir tidak prematur.

4) Umur dan Paritas

Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan

produksi ASI. Hal ini karena pemenuhan gizi bayi dan ibu setiap orang

berbeda-beda.

5) Stres dan Penyakit Akut

Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi

produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan

berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman.

6) Konsumsi Rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon

prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.

7) Konsumsi Alkohol

Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu

merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namaun

disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.


8) Pil Kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin bekaitan

dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya

mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI.

2.7 Keuntungan Pemberian ASI dan Kerugian Pemberian Susu Botol

2.7.1 Keuntungan pemberian ASI

a. Bagi Bayi

1) ASI mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi.

2) Secara alamiah, ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia

kelahiran bayi (seperti untuk bayi prematur, ASI memiliki kandungan protein

lebih tinggi dibanding ASI untuk bayi yang cukup bulan).

3) ASI juga bebas kuman karena diberikan secara langsung.

4) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

5) ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi.

6) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari

kerusakan.

7) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu membentuk otot pipi

yang baik.

8) ASI memberikan keuntungan psikologis.

b. Bagi Ibu

1) Aspek Kontrasepsi
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode

kontrasepsi yang efesien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila

diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali,

karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat

terjadinya ovulasi/pematangan telur sehingga menunda kesuburan.

2) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh

kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah

terjadinya pendarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya

pendarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.

Kejadian karsinorna mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah

dibandingkan yang tidak menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh

ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Penelitian membuktikan ibu

yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker

payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibandingkan ibu yang tidak

menyusui secara eksklusif.

3) Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke

berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah

berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh.

Cadangan lemak ini memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses

produksi ASI.

4) Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk

ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh

semua manusia.

c. Bagi Keluarga

1) Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk

membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Dan

penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang

sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

2) Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga

suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan

keluarga.

3) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.

Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus

dibesihkan serta minta tolong orang lain.

d. Bagi Negera

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status

gizi bayi yang baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa

penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak


dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran

pernapasan akut bagian bawah. Bayi yang diberi ASI terlindung dari diare

karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri lebih kecil, mendapatkan

antibodi terhadap Shigela dan imunitas seluler dari ASI, memacu

pertumbuhan flora usus yang berkompetisi terhadap bakteri. Adanya antibodi

terhadap Helicobacter jejuni dalam ASI melindungi bayi dari diare oleh

mikroorganisme tersebut.

2) Menghemat devisa negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui

diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar yang seharusnya

dipakai untuk membeli susu formula.

3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan

serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.

4) Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga

kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.7.2 Kerugian pemberian susu botol atau susu formula


1) Komposisinya tidak sesuai karena bahan dasarnya adalah susu sapi.

2) Tidak mempunyai manfaat seperti ASI.

3) Bisa terjadi salah pengenceran.

4) Kemungkinan terjadi kontaminasi.

5) Dapat menyebabkan gejala alergi.

6) Dapat menyebabkan diare akut, yang dapat berlanjut menjadi diare kronik.

7) Penggunaanya bisa saja berdasarkan indikasi yang salah.

2.8 Perawatan Payudara

Perawatan payudara selama kehamilan bertujuan agar selama masa

menyusui kelak, produksi ASI cukup, tidak terjadi kelaianan pada payudara dan

agar bentuk payudara tetap baik setelah menyusui. Perawatan payudara dan puting

susu tidak hanya dilakukan selama masa kehamilan, tetapi juga dilakukan setelah

melahirkan dengan tujuan sama yaitu untuk melancarkan sirkulasi darah dan

mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga mempelancar pengeluaran ASI.

2.8.1 Perawatan payudara

1) Cuci tangan sebelum memasage/mengurut. Lalu tuangkan minyak

kelapa/krem kedua belah telapak tangan secukupnya.

2) Pengurutan dimulai dengan ujung jari, caranya :

a. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan

dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir

dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.


b. Buat gerekan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan

berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan gerakan ini

pada payudara kanan.

c. Gerakan selanjutnya, letakkan kedua telapak tangan diantara dua payudara.

Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan

lepaskan keduanya perlahan. Gerakan ini dilakukan kurang lebih 30 kali.

Variasi lainya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari

diatas dan 4 jari lainnya dibawah.

2.9 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif

2.9.1 Pekerjaan ibu

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan

keluarganya dimana pekerjaan itu tidak ada yang mengatur dan dia bebas karena

tidak ada etika yang mengatur.

Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrion and Helath

Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller

Internasional di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8

pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan

bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan diperkotaan antara 4%-12%, sedangkan
di pedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan diperkotaan berkisar

antara 1%-13%, sedangkan di pedesaan 2%-13%. Hal ini disebabkan para ibu

yang bekerja, mendapatkan masa cuti hamil/melahirkan yang begitu singkat

sehingga mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif.

Roesli meneliti bahwa bekerja bukan alasan untuk menghentikan

pemberian ASI eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6

bulan, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu

yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif. Dalam tulisannya dia

mengutip Rusli.

Ulfa meneliti di Wilayah kerja Puskesmas Keramas Palembang yang

menunjukan bahwa dari 46 responden ibu yang bekerja dan memberikan ASI

eksklusif sebanyak 12 (50,0%) dari 24 responden lebih besar dibandingkan

dengan ibu yang bekerja dan memberikan ASI eksklusif 3 (13,6%) dari 22

responden. Berdasarkan penelitian ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian

ASI eksklusif.

2.10.2 Pendidikan ibu

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat

agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara

(mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya.

Perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti


mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

pendidikan non formal. Selain itu dukungan dari keluarga juga merupakan faktor

pendukung dari pemberian ASI eksklusif.

Menurut Hendrick L.Bloom (1974) peran pendidikan dalam faktor

heriditas bahwa ibu-ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan

status kesehatan kepada anak-anak mereka, orang tua yang sehat dan gizi yang

baik akan mewariskan kesehatan yang baik.

Amanda meneliti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan dengan pemberian ASI segara lahir. Hal ini terlihat bahwa untuk

semua kategori pendidikan, persentase ibu yang memberikan ASI segera pada

bayi baru lahir lebih kecil daripada ibu yang tidak memberikan ASI segera pada

bayi baru lahir. Dalam tulisannya dia mengutip punya Rusli.

2.10.3 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini (early initation) atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Protokol evidence based

yang baru telah diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir

untuk satu jam pertama menyatakan bahwa : bayi harus mendapat kontak kulit ke

kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus

dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa

bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan,menunda


semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai

dengan inisiasi menyusu selesai dilakukan.

Ida meneliti bahwa persentase ibu yang melakukan IMD masih rendah.

Hasil uji hubungan antara IMD dengan perilaku pemberian ASI eksklusif 6 bulan

didapatkan bahwa secara statistik terdapat hubungan bermakna antara IMD

dengan perilaku pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan atau dapat dikatakan ada

perbedaan proporsi perilaku pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan antara ibu

yang melakukan IMD dengan ibu yang tidak melakukan IMD. Ibu yang

melakukan IMD berpeluang 2,368 kali berperilaku memberikan ASI eksklusif

6bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan IMD.

2.10.4 Dukungan keluarga

Saparina Sadli (1982) menggambarkan hubungan individu dengan 37

lingkungan yang saling mempengaruhi adalah lingkungan keluarga. Lingkungan

keluarga adalah kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan,

sedangkan dukungan keluarga adalah dukungan dalam melakukan kegiatan

kesehatan. Misalnya seorang ibu yang tidak mau menyusui anaknya mungkin

karena dia tidak ada minat dan niat untuk memberikan ASI atau barang kali tidak

mendapat dukungan dari masyarakat sekitarnya, mungkin juga kurang atau tidak

memperoleh informasi yang kuat tentang manfaat pemberian ASI.

2.11 Kontra Indikasi

2.11.1 Stress
Ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak seringkali merasa kurang

percaya diri sehingga timbul stres. Masalah-masalah yang dihadapi ibu yang

kurang percaya diri dalam menyusui antara lain :

a. Ibu masih “takut” untuk memegang, menggendong maupun menyusui

bayi.

b. Lingkungan terdekat seperti suami, orang tua, metua atau saudara yang

tinggal serumah tidak memberi dukungan

2.11.2 Puting susu datar atau terbenam

untuk mengetahui apakah puting susu datar/terbenam yaitu dengan cara

menjepit areola antara ibu jari telunjuk dibelakang puting susu. Bila puting

menonjol berarti puting susu tersebut normal, namun bila puting tidak menonjol

berarti puting susu datar/terbenam.

2.11.3 Puting susu lecet/nyeri

Puting susu dapat mengalami lecet, retak atau terbentuk celah-celah.

Puting susu lecet ini sering terjadi saat minggu pertama setelah bayi lahir, hal ini

biasa disebabkan oleh :

a. Kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi hanya menyusu pada puting susu

saja tidak sampai ke areola.

b. Adanya monilisir pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu

c. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya untuk

mencuci puting susu


d. Bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang pendek, menyebabkan bayi

hanya dapat menghisap sampai puting susu ibu saja.

e. Ibu menghentikan menysu kurang hati-hati.

2.11.4 Payudara bengkak/Engorgement

Banyak penyebab atau faktor-faktor yang menyebabkan payudara

membengkak, antara lain :

a. Hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI

terkumpul dalam payudara yang terjadi karena produksi ASI yang berlebihan

b. ASI tidak disusu dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem

duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.

c. Posisi menyusu yang salah

d. Puting susu datar/terbenam

e. BH yang terlalu kuat

f. Puting susu yang tidak bersuh menyebabkan sumbatan pada duktus.

2.11.5 Saluran ASI tersumbat

Kelenjar ASI memiliki 15-20 saluran ASI. Satu atau lebih saluran ini bisa

tersumbat karena:

a. Tekanan jari ibu saat menyusui

b. Posisi bayi
c. BH terlalu ketat

d. Adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak segera teratasi.

2.11.6 Mastitis/radang payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi

merah, bengkak, nyeri dan panas. Ibu bisa mengalami demam bahkan disertai

menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan

akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi.

2.11.7 Abses payudara

Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat diobati. Ibu

tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba

mengandung cairan berupa nanah. 10

2.11.8 ASI kurang/Sindrom ASI kurang

Sindrom ASI kurang adalah keadaan dimana ibu merasa bahwa ASI-nya

kurang.Beberapa alasan ibu ASI-nya kurang, antara lain :

a. Payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan

ibu untuk memproduksi ASI

b. Payudara tampak mengecil, lembek atau tidak penuh/merembes lagi, padahal

ini suatu tanda bahwa produksi ASI telah sesuai dengan keperluan lagi.

c. ASI yang tampak berubah kekentalannya, misalnya lebih encer, disangka telah

berkurang, padahal kekentalan ASI bisa saja berubah-ubah.


d. Bayi sering menangis disangka kekurangan ASI, padahal banyak faktor yang

bisa menyebabkan bayi menangis.

e. Bayi lebih sering minta disusui, karena :

 ASI lebih mudah dicerna

 Bayi memerlukan ASI yang cukup untuk tumbuh kembang

 Bayi memerlukan belaian, kehangatan dan kasih sayang.

f. Bayi minta disusui pada malam hari, penting karena :

 Bayi memerlukan dekapan dan ASI pada malam hari

 Menyusui pada malam hari dapat memperbanyak produksi ASI dan

mencegah sumbatan payudara.

g. Bayi lebih cepat selesai menyusu dibanding sebelumnya, hal ini karena bayi

telah biasa menyusu.

2.11.9 Ibu melahirkan dengan bedah Seksio Caesaria

Jika ibu dan bayi dalam keadaan baik, sebenarnya ibu dapat segera

menyusui bayi di ruang pemulihan dengan bantuan bidan/perawat setelah

pembedahan selesai. Bedah seksio caesaria dengan anestesi lokal tidak

menghambat kontak dini ibu dan bayi setelah lahir, dengan posisi menyusui yang

telah dijelaskan sebelumnya, atau sebagai berikut:

a. Posisi ibu berbaring miring dengan bahu kepala yang ditopang bantal. Bayi

disusukan dengan kaki kearah ibu.

b. Bila ibu sudah dapat duduk, tidurkan bayi di bantal diatas pangkuan ibu dengan

posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu, yaitu dibawah lengan ibu.
c. Posisi memegang bola (footbal position), yaitu ibu terlentang dengan bayi

berada diketiak ibu dengan kaki kearah atas dan tangan ibu memegang kepala

bayi.

2.11.10 Ibu sakit

a. Pada umumnya, ibu yang sakit masih tetap dapat menyusui bayinya karena

 Ibu yang terkena gangguan jiwapun masih dianjurkan menyusui bayinya

dibawah pengawasan.

 Jika ibu terpaksa dirawat terpisah dari bayinya, ASI harus tetap dikeluarkan

setiap 3 jam sekali atau bila terasa penuh, yang bertujuan untuk menjamin

kelangsungan produksi ASI sehingga ibu dapat menyusui bayi kembali

setelah sembuh.

 Bila ibu mengidap penyakit infeksi akut, susui bayi dengan cara yang aman

(seperti ibu menggunakan masker).

 Ibu memerlukan bantuan orang lain untuk mengurus bayi dan keperluan

rumah tangga, karena ibu juga memerlukan istirahat yang lebih banyak.

 Sebaiknya ibu mengatakan pada dokter yang mengobati penyakitnya, bahwa

ibu sedang menyusui, karena banyak obat yang bisa terkandung dalam ASI

dan dapat mempengaruhi bayi.

2.11.11 Ibu dengan penyakit Hepatitis (HbSAg+) dan HIV-AIDS

Ibu yang menderita hepatitis atau AIDS tidak diperkenankan menyusui

bayinya karena dapat menularkan virus kepada bayinya melalui ASI. Namun,
faktor resiko penularan virus pada bayinya saat menyusui masih menjadi

kontroversi.

2.12 Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

2.12.1 Pengertian perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Skineer (1938) seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa perilaku merupakan

suatu respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Skinner membedakan adanya dua respon, antara lain :

1) Respondent response atau reflexive yakini respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut


45
eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respon yang relatif tetap.

Respondent response ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya

mendengar berita musibah mkenjadi sedih atau menangis, lulus ujian

meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2) Operant response atau instrumental response, yakni merespon yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena

memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan

melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau

job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dan dan atasannya (stimulus


baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam

melaksanakan tugasnya.

Menurut Notoatmodjo ,2007 perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon

organisme terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, respon tersebut terdiri

dari 2 (dua) jenis yaitu :

1) Respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri individu dan tidak dapat

langsung terlihat oleh orang lain, seperti : berpikir, tanggapan/sikap batin dan

pengetahuan, sedangkan perilakunya masih terselubung yang disebut “covert

behaviour”.

2) Bentuk aktif, yang apabila perilaku jelas dapat diobservasi secara langsung

dan sudah kelihatan dalam bentuk tindakan yang nyata yang disebut “Over

behaviour”.

Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku seseorang dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar individu, oleh

karena perilaku tersebut terbentuk dan dapat mengalami perubahan melalui proses

interaksi manusia dengan lingkungannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan

menjadi dua, antara lain :

1) Faktor internal, meliputi : pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi, dan

sebagainya untuk mengelola rangsangan dari luar.

2) Faktor eksternal, meliputi : lingkungan sekitar yang baik fisik maupun non

fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.


2.12.2 Domain perilaku kesehatan

Benyamin Bloom dalam Notoatmojo,2007 , seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain ranah atau

kawasan yaitu : kognetif (cognetive), efektif (affective), psikomotor

(psychomotor) dalam perkembanganya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan menjadi :

1) Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(knowledge).

2) Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan (attitude).

3) Praktik (praksis), atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan

dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).

2.12.3 Determinan perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi

karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun

eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3

aspek, yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari tiga aspek tersebut

sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara

lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala

kejiwaan, seperti pengerahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi,

sikap dan sebagainya.


Gambar 2.7
Asumsi Determinan Perilaku Manusia

Pengalaman - Pengetahuan
- Persepsi
Keyakinan - Sikap
Fasilitas - Keinginan Perilaku
- Kehendak
Sosial Budaya - Motivasi
- Niat
Sumber Notoatmodjo, 2003

2.13 Pencapaian peran ibu dalam pemberian ASI eksklusif

Pentingnya pemberian ASI Eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu pada

tahun 2006 WHO (World Health Organization) mengeluarkan Standar

Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia yang isinya adalah

menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6

bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil

tetap disusui hingga usianya mencapai 2 tahun. Sejalan dengan peraturan yang di

tetapkan oleh WHO, Di Indonesia juga menerapkan peraturan terkait pentingnya

ASI Eksklusif yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor

33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban

ibu untuk menyusui bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan.

Meskipun menyusui dan ASI sangat bermanfaat, namun belum terlaksana

sepenuhnya, diperkirakan 85% ibu-ibu di dunia tidak memberikan ASI secara

optimal. Data mengenai pemberian ASI pada bayi di Indonesia sebesar 48,68%.

Ibu sangatlah berperan penting dalam pemberian ASI Eksklusif, karena keyakinan

bahwa menyusui adalah kewajiban dan kodrat ibu, kebanggaan ibu ketika melihat
anaknya sehat karena mendapatkan ASI, kepercayaan ibu bahwa ASI adalah

makanan terbaik bayi, dan kebiasaan dan tradisi pada masyarakat untuk menyusui

bayi, sehingga semua ibu harus menyusui bayinya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metoda

campuran (Mixed Methods). Penelitian metoda campuran (mixed methods)

merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasi atau mengasosiasikan

bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Pendekatan ini lebih kompleks dari

sekedar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data, tetapi juga melibatkan

fungsi dari dua pendekatan penelitian secara kolektif sehingga kekuatan penelitian

ini secara keseluruhan (Creswell Research Design, 2009).

Ditinjau dari segi kuantitatif, penelitian ini menggunakan desain

deskriptif dengan metoda Cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan Persepsi Ketidakcukupan ASI (PKA)

pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan. Sedangkan dari segi kualitatif,

dilakukan dengan menggunakan desain studi kasus, yaitu menggali

kesatuan/fenomena tunggal (kasus) yang dibatasi oleh waktu dan aktifitas. Metoda

kualitatif dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang persepsi

informan mengenai ketidakcukupan ASI.


3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010).27

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang

memiliki bayi yang berumur 0-12 bulan di Puskesmas X kota Palembang

3.2.2 Sampel penelitian

3.2.2.1 Besar sampel

Kriteria sampel dari penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0-

12 bulan dan telah berhenti memberikan ASI-nya secara eksklusif atau berhenti

menyusui dengan alasan apapun.

Rumus besar sampel penelitian cross-sectional dengan jumlah populasi yang

belum diketahui :

Keterangan :

N = Jumlah sampel minimal yang diperlukan


Z 1-α/2 = 1,64 (nilai untuk derajat kepercayaan 90%)
P = Proporsi fenomena ibu yang memiliki persepsi ketidakmampuan
laktasi
d = Persisi mutlak sebesar 5% (0,05)

kriteria Inklusi :

1) Ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan

2) Bayi yang dilahirkan sehat dan tidak memiliki cacat bawaan

3) Pada saat hamil, bersalin dan nifas, ibu sehat dan tidak mengalami komplikasi

4) Bersedia untuk menjadi responden atau diwawancari

5) Bertempat tinggal tetap di tempat penelitian

Kriteria Eksklusi :

1) Melakukan persalinan di dukun / bukan tenaga kesehatan

3.3.2.2 Tehnik pengambilan sampel :

Pengambilan sampel data pada penelitian ini dilakukan melalui dua

pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif atau pendekatan dengan

metoda campuran (mixed methods). Teknik pengumpulan data untuk pendekatan

kuantitatif dengan menggunakan cara wawancara dengan menggunkan kuisioner

sebagai alat ukurnya. Kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang

menggambarkan variable independen dan dependen. Dengan kuisioner ini akan

diketahui kelompok ibu yang berhenti menyusui secara eksklusif karena alasan
persepsi ketidakcukupan ASI (PKA). Setelah penelitian kuantitatif dilakukan,

selanjutnya akan dilakukan penelitian dengan pendekatan kualitati pada kelompok

ibu yang berhenti menyusui secara eksklusif karena alasan ketidakcukupan ASI.

3.3 Kerangka Konsep

Karena beberapa keterbatasan peneliti, maka penelitian ini hanya

dirancang untuk meneliti beberapa variabel saja, seperti yang terlihat pada gambar

berikut ini :

Gambar 3.1
Kerangka konsep penelitian bersumber dari Green (1980), dalam

Notoatmodjo (2007).

Variabel Independen Variabel Dependen

Predisposing Factors

1. Pekerjaan
2. Pendidikan
3. Inisiasi menyusu dini (IMD)
4. Umur
5. Paritas Persepsi
ketidakcukupan
ASI

Reinforcing Factors

1. Dukungan keluarga
2. Bimbingan laktasi pranatal
3.4 Definisi Operasional

Definisi Cara dan Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional ukur Ukur
Variabel Independen

1 Umur Umur Ibu - Wawancara


saat - Kuesioner Nominal
menjadi
responden

2 Pendidikan Jenjang - Wawancara 1. Pendidikan Rendah


pendidikan - Kuesioner (<SMA) Ordinal
2. Pendidikan Tinggi (≥
formal
SMA)
terakhir Sumber UU No.23
yang (2003)
pernah
diikuti oleh
ibu

3 Inisiasi Pengakuan - Wawancara 1. Tidak IMD


Menyusu ibu tentang - Kuesioner 2. IMD Nominal
Dini (IMD) dilakukan
atau tidak
prosses
menyusui
segera
setelah lahir

4 Paritas Jumlah - Wawancara 1 = jika 1-2


anak yang - Kuesioner 0= jika ≥ 3 kali Ordinal
telah
- Wawancara
dilahirkan
oleh mendalam
responden,
baik hidup
maupun
mati

5 Dukungan Perhatian, - Wawancara 1. Tidak mendukung


Keluarga kepedulian - Kuesioner 2. Mendukung Nominal
(Nursalam, 2003)
serta
motivasi
yang
diberikan
keluarga
untuk ibu
menyusui
dalam
memberika
n ASI
eksklusif
pada bayi

6 Pekerjaan Kegiatan - Wawancara 1= jika bekerja


yang - Kuesioner 0= jika tidak bekerja / Nominal
dilakukan - Wawancara IRT
responden mendalam
dan
menghasilk
an uang
untuk
membantu
penghasilan
keluarga
7 Bimbingan Informasi - Wawancara 1= tidak mendapat Nominal
Laktasi yang - Kuesioner bimbingan, jika
pranatal didapat - Wawancara responden tidak
mendalam mendapatkan nasehat/
responden
informasi mengenai ASI
mengenai eksklusif
pemberian 0=mendapat bimbingan,
ASI dari jika responden mendapat
bidan atau nasehat/ informasi
petugas mengenai ASI eksklusif
kesehatan
selama
kunjungan
atau kontak
ANC
Variabel Dependen

1 Persepsi Keadaan - Wawancara 1 = Ya, jika ibu


Ketidakcuk perasaan - Kuesioner memberikan alasan
upan ASI atau pikiran - Wawancara berhenti menyusui secara
responden mendalam eksklusif terkait dengan
yang kurang/ketidakcukuapan
memiliki ASI
bayi usia 0- 0= Tidak, jika ibu
12 bulan memberikan alasan
mengenai berhenti menyusui secara
suplai ASI eksklusif tidak terkait
yang dengan kurang/tidak
kurang/tida cukup suplai ASI
k cukup Dimodifikasi dari
untuk Komalasari, 2011)
memenuhi
kebutuhan
bayinya.

3.5 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpul kemudian diolah dalam bentuk tabulasi, dengan

bantuan komputer. Adapun tahap pengolahan data menurut , sebagai berikut :

1) Editing, merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir

atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah :

a. Lengkap : semua pertanyaan apakah sudah terisi jawabannya

b. Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca


c. Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan

d. Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawaban konsisten

2) Coding, merupakan kegiatan merubah data yang berbentuk huruf menjadi

data yang terbentuk angka atau bilangan.

 Perhitungan hasil variabel pekerjaan ibu: 1- tidak bekerja, 2-bekerja.

 Perhitungan untuk variabel pendidikan ibu : dikatakan pendidikan tinggi,

bila ≥ SMA dan pendidikan rendah bila ≤ SMA.

 Perhitungan untuk variabel Inisiasi Menyusu Dini (IMD) : perhitungan

dilakukan dengan pernyataan ibu, apakah melakukan IMD atau tidak.

 Perhitungan untuk variabel pengetahuan ibu : dikatakan baik jika

responden dapat menjawab pertanyaan atau kuesioner ≥70%, dan

dikatakan kurang baik jika responden tidak bisa menjawab kuesioner ≤

70 %.

 Perhitungan untuk variabel dukungan keluarga : dikatakan mendukung

jika keluarga menyarankan atau menganjurkan memberika ASI

Eksklusif, dan sebaliknya dikatakan tidak mendukung apabila keluarga

tidak menyarankan memberikan ASI saja selama 6 bulan.

 Perhitungan untuk variabel dukungan suami : dikatakan mendukung jika

suami memberikan motivasi, membantu, menyarankan atau

menganjurkan memberika ASI Eksklusif, dan sebaliknya dikatakan tidak

mendukung apabila suami tidak menyarankan memberikan ASI saja

selama 6 bulan.
 Perhitungan untuk variabel dukungan petugas kesehatan : dikatakan

mendukung jika petugas kesehan menyarankan atau menganjurkan

memberika ASI Eksklusif, dan sebaliknya dikatakan tidak mendukung

apabila petugas kesehatan tidak menyarankan memberikan ASI saja

selama 6 bulan.

3) Proccesing, setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, serta juga

sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses

data agar dapat dianalisis ke paket.

4) Cleaning, merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry

apakah ada kesalahan atau tidak.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis univariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi dari

masing-masing variabel yang diteliti baik variabel independen maupun variabel

dependen.

3.6.2 Analisis bivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang

bermakna antara variabel independen dan variabel dependen, dilakukan uji

statistik dengan Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% dan α = 0,05.

Apabila p≤α (p≤0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya tidak ada
hubungan antara variabel independen dan dependen, tetapi apabila p>α (p>0,05)

maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara variabel independen dan dependen.

Você também pode gostar