Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
dengan semakin pesatnya dunia industri, maka semakin meningkat aktivitas yang
mampu bersaing dengan perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa sejenis.
Perusahaan juga harus dapat menentukan strategi yang tepat agar dapat
Oleh karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu perusahaan. Kegiatan
biaya iklan, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran lainnya atau dapat di katakan
Salah satu rencana kegiatan yang di buat oleh manajemen dalam upaya
menentukan kas minimal ini adalah dengan menyusun anggaran kas. Anggaran kas
adalah estimasi terhadap posisi kas untuk periode tertentu di masa yang akan
1
datang. Dengan menyusun anggaran kas dapat diketahui kapan perusahaan dalam
kredit kas yang beredar. Oleh karena itu, penyusunan anggaran kas bagi perusahaan
cukup penting guna menjaga tingkat proyeksi likuiditas perusahaan. Semakin besar
jumlah kas dalam perusahaan artinya perusahaan tersebut semakin tinggi pula
tingkat proyeksi likuiditasnya. Dengan anggaran kas pula maka akan dapat
diketahui apabila terdapat perbedaan di dalam waktu dan volume dari aliran kas
masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow) yang dapat menimbulkan
kesulitan, karena hal ini berpengaruh terhadap besarnya uang kas yang tertahan di
dalam perusahaan.
Tingkat likuiditas suatu perusahaan merupakan salah satu faktor yang sangat
yang berlebihan (Over Liquid) dan likuiditas yang rendah (Under Liquid).
2
Kelebihan atau kekurangan dana untuk mempunyai dampak yang kurang
pada akhirnya akan mempengaruhi laba operasi, kekurangan dana tunai akan
di mana keadaan tingkat likuiditas tersebut yaitu adanya selisih jumlah yang cukup
antara aliran kas yang likuid dan produktif di dalam saldo kas yang tertahan.
Dengan adanya saldo kas yang likuid dan produktif , maka akan dapat di pastikan
bahwa untuk menetapkan saldo kas tiap periode akan mempengaruhi pada kegiatan
operasional perusahaan.
Dari data tersebut diatas dapat dilihat bahwa perusahaan dalam memenuhi
kegiatan pokok perusahaannya dari defensive asset pada tahun 2012 dengan tingkat
hari, sedangkan pada tahun 2013 dengan perputaran persediaan 6,16 kali mampu
3
tingkat perputaran persediaan 6,54 kali kemampuan memenuhi kegiatan pokoknya
89 hari yang lebih singkat dari tahun 2013, hal ini terjadi karena pada tahun 2014
biaya meningkat tajam sehingga rata-rata pengeluaran kas untuk biaya harian
perusahaan meningkat yaitu sebesar Rp. 234.300,82. Pada tahun 2015 tingkat
harga pokok penjualan yang rendah dengan rata-rata persediaan yang tinggi yang
4
Berdasarkan hasil pengukuran variabel-variabel penelitian yang dianalisis
Y = 70,603 +3,458 X
Dari analisis korelasi diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar +0,928 yang
Berdasarkan uji hipotesis dua sisi pada tingkat keyakinan 95% diperoleh nilai
sebesar 4,966 dan nilai sebesar 2,776 dimana lebih besar dari Hal tersebut
yang besarnya 86,12% (r2 * 100%) pada tingkat keyakinan 95% adalah signifikan.
keuangan seperti tersebut di atas PT. PLN melakukan kegiatan penganggaran kas
5
yang merupakan suatu fungsi penting bagi keberhasilan usaha. Penerapan prinsip
penganggaran yang tepat dan pelaksanaan fungsi penganggaran yang efisien dan
3. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud
dalam skripsi ini penulis membatasi masalah anggaran kas yang berhubung dengan
tingkat likuiditas pada PT. PLN Jawa Barat
6
4. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penurunan anggaran kas pada PT. PLN Jawa Barat?
2. Bagaimana kenaikan anggaran kas?
3. Seberapa besar pengaruh anggaran kas terhadap tingkat likuiditas pada
PT PLN (Persero) Jawa Barat?
5.Tujuan Penelitian
5. kerangka berpikir
X: Menurut Any Agus Kana, (2001: 225) dalam buku Anggaran
Perusahaan mengemukakan bahwa :
“Anggaran kas adalah perencanaan posisi kas dalam jangka waktu
tertentu yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan penerimaan
kas (aliran kas masuk) dan perencanaan pengeluaran kas (aliran
kas keluar)”.
G. Hipotesis
Ho P = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara anggara kas
terhadap tingkat likuiditas terhadap pt pln
Ha P terdapat pengaruh yang signifikan antara anggaran kas
terhadap tingkat likuiditas terhadap pt pln
H. Sistematika penulisan
Bab I pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian,
identifikasi, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kerangka ber[ikir, serta sistematika penulisan.
Bab II tinjauan pustaka
Bab ini menguraikan TENTANG tinjauan pustaka yang berisi landasan teori
dan penelitian terdahulu
Bab III metode penelitian
7
BAB II
Tinjauan pustaka
2.1 Anggaran
yaitu merupakan suatu rencana yang menyatakan dalam bentuk tertulis mengenai
anggaran umumnya tidak lebih dari satu tahun, hal ini dikarenakan perusahaan
W. Hilton, dan Paul N. Gordon yang dalam Purwatiningsih dan Maudy Warouw
8
(2003:1), sebagai berikut :
9
“Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis,
(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang
akan datang. “
secara formal dan terperinci dalam bentuk kuantitatif dan dalam suatu periode
tertentu. Dalam anggaran itu termasuk juga serangkaian tindakan antisipasi untuk
karena itu anggaran juga dipakai sebagai alat koordinasi dan implementasi antara
yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang
10
untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang telah
dianggarkan
lingkup yang luas. Seluruh kegiatan yang ada di dalam perusahaan akan terkait
satu akan berbeda dengan anggaran lain baik dari segi isi, bentuk, maupun
fungsinya.
“ Penggolongan Anggaran :
11
1. Anggaran Biaya (Expense Budget) terdiri dari :
diukur.
12
yang berbeda.
Anggaran penjualan
overhead pabrik.
Anggaran kas
13
Anggaran piutang
Anggaran persediaan
Anggaran hutang
Anggaran neraca
yang dibentuk bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk
tujuan lain.
diukur dari segi manfaat yang ingin diperoleh dari penggunaan sistem itu di dalam
pelaksanaannya.
14
“ Ada tiga fungsi yaitu :
1. Fungsi Perencanaan
pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata
2. Fungsi Pelaksanaan
3. Fungsi Pengawasan
anggaran adalah:
dan menaksirkan sesuatu dari pengalaman yang lalu. Selain itu anggaran
15
2. Anggaran sebagai “plafon” atau bisa juga dijadikan sebagai “alat
standar yang benar akan berfungsi sebagai alat penilai efisiensi, karena
biaya realisasi biaya yang melebihi atau kurang dari jumlah uang yang
perlu disadari bahwa anggaran tidak lepas dari keterbatasan, sebagaimana yang
antara lain :
serta taksiran
terus maka mau tidak mau kita harus terus-menerus secara periodik
tidak akan dapat menggantikan posisi pimpinan dan tidak dapat pula
5. Memerlukan dana/perhatian/resources
17
dan bisa negatif.
untuk kepentingannya.
persyaratan ini tidak bisa dipenuhi maka tujuan budget bisa saja
adalah :
yang akan dihadapi di masa yang akan datang serta cara mengatasinya.
18
Adapun pemilihan prosedur penyusunan anggaran menurut Mulyadi
(2007:718) adalah :
manajemen puncak.
(operasional) “.
berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi-laba, laporan
19
dalam penyusunan akuntansi harus sama dengan rekening-rekening yang
laporan akuntansi yang berkaitan dengan operasi, input, output, dan posisi
Metode dan teknik yang diterapkan dalam akuntansi harus diterapkan juga
pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang dipola lebih dulu sesuai
20
pokok variabel.
anggaran perusahaan. “
kas masa depan dan terdiri dari empat unsure: penerimaan kas, pengeluaran
kas, perubahan bersih dalam kas untuk suatu periode, dan kebutuhan dana
yang baru. “
realisasinya disebut laporan arus kas atau laporan sumber dan belanja kas. Dalam
selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa penerimaan
21
Selanjutnya Mundar (Munandar, 2001:311-312) menjelaskan budget kas
sebagainya.
sebagainya.
perubahannya yaitu tentang kas masuk dan kas keluar yang direncanakan pada akhir
22
periode tertentu.
dan mengendalikan penerimaan dan pengeluaran kas masa sekarang dan merupakan
suatu tinjauan tentang pola arus kas yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
manajer keuangan masih mempunyai cukup waktu untuk mengambil tindakan yang
“ 1. Memberikan taksiran posisi kas pada setiap akhir periode sebagai hasil
terus menerus “.
“ 1. Membuat taksiran posisi kas pada setiap akhir periode sebagai hasil dari
23
kegiatan operasi perusahaan baik periode bulanan maupun tahunan.
periode tertentu.
Anggaran kas memiliki manfaat pokok antara lain sebagai pedoman kerja,
sebagai alat pengkoordinasian kerja, dan sebagai alat pengawasan kerja atau dapat
24
yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya
2. Menilai kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas
yang datang.
25
4. Menilai perusahaan untuk memasukan kas ke perusahaan di masa
6. Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi
tertentu.
Dengan adanya anggaran kas juga perusahaan akan dapat mengetahui kapan
perusahaan sedang mengalami defisit atau surplus kas sebagai akibat dari operasi
perusahaan, mengetahui kelebihan atau kekurangan kas yang sedang terjadi pada
menganggur untuk investasi, dapat menetapkan dasar perkreditan yang sehat untuk
Safety Cash Balance (SCB) yaitu jumlah minimal kas yang harus dipertahankan
agar dapat memenuhi kewajiban finansialnya setiap saat. Safety Cash Balance ini
dipengaruhi oleh faktor perbandingan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar,
penyimpangan aliran kas yang diperkirakan, dan adanya hubungan baik dengan
bank.
anggaran lain, maka bagian keuangan harus bekerja sama dengan manajer-manajer
lain. Penyusunan anggaran kas harus realistis dan harus ada keseimbangan antara
26
tersedianya kas dengan kegiatan-kegiatan yang memerlukan kas. Perencanaan dan
pengendalian cash inflow, cash outflow dan yang berkaitan dengan pembelanjaan
berikut :
kelebihan kas secara efektif. Tujuan utama penyusunan anggaran kas adalah
umumnya disusun untuk jangka waktu satu tahun, yang dibagi dalam interval
setiap bulanan, kwartalan dan enam bulanan. Pada dasarnya anggaran kas dapat
dibedakan dalam dua bagian, yaitu estimasi penerimaan kas dan estimasi
pengeluaran kas.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun anggaran kas
disbursement approach) :
27
pembayaran tunai, misalnya pembelian bahan baku, upah
dividen.
pendekatan ini, penyusunan aliran kas mulai dari laporan rugi laba,
yang termuat di dalamnya harus cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan
28
“ 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kas adalah sebagai
berikut :
a. Budget penjualan
d. Syarat pembayaran
29
perusahaan terdapat hubungan timbal balik antara satu kegiatan dengan kegiatan
lainnya. Menurut James D. Wilson dan John B. Campbell dalam Tjintjin Fenix
yaitu anggaran penjualan, laporan perhitungan laba rugi yang ditaksirkan, berbagai
anggaran operasi dan rencana strategis jangka panjang. Sebenarnya anggaran kas
yang diharapakan. Dapat pula diperkirakan bahwa anggaran kas adalah suatu alat
operasi tercapai maka hasilnya akan tercermin dalam posisi kas, sebaliknya apabila
gagal mencapai sasaran anggaran maka bagian keuangan terpaksa harus mencari
sumber tambahan kas. Anggaran kas dapat menduduki prioritas yang tergantung
dari pada posisi kas atau posisi keuangan perusahaan. Banyak para eksekutif yang
diproyeksikan, dan oleh karena itu dapat mengambil tempat nomor satu dalam
meskipun hanya merupakan awal sekaligus akhir dari setiap aktivitas perusahaan.“
perubahan yang terjadi dalam anggaran neraca dan anggaran laba rugi yang
Jadi anggaran kas meskipun merupakan bagian dari rencana induk, setiap
30
fungsinya sangat penting. Karena merupakan awal dan sekaligus akhir dari setiap
aktivitas perusahaan. Jelaslah bahwa anggaran kas harus selalu didahului dengan
Rasio keuangan dapat dijadikan dalam dua cara yang pertama, untuk
membuat perbandingan keadaan keuangan pada saat yang berbeda. Dan kedua,
rasio merupakan alat analisis yang berguna apabila dibandingkan dengan rasio
standar, terdapat dua macam rasio standar yang lazim digunakan. Yang pertama
adalah rasio yang sama dari laporan keuangan tahun-tahun lalu, yang kedua adalah
rasio dari perusahaan lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan
perusahaan yang dianalisis. Rasio standar kedua ini lazim disebut rata-rata rasio
standar.
dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. Suatu
rasio akan menjadi bermanfaat, bila rasio tersebut memperlihatkan suatu hubungan
yang mempunyai makna. Rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang
sebagai berikut :
berbeda.
31
perusahaan lain.
“ 1. Rasio Likuiditas
dapat diperoleh.
2. Rasio Efisiensi
32
Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur seberapa efisien
3. Rasio Leverage
4. Rasio Profitabilitas
BAB III
33
METODE PENELITIAN
Jadi deskriptif artinya yaitu suatu metode analisis yang dilaksanakan dengan cara
mengumpulkan data, kemudian berdasarkan fakta dan kejadian yang ada termasuk
mengenai hal tersebut. Data yang dikumpulkan kemudian disusun dan diolah secara
pendekatan penelitian ini akan diperoleh hubungan yang signifikan antar variabel
yang di teliti.
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data ini diperoleh langsung dari PT. PLN (Persero) Distribusi
Jawa Barat, baik dari hasil wawancara ataupun hasil dari observasi langsung
34
dengan bagian-bagian terkait untuk memperoleh data yang diperlukan. Data
yang diperoleh antara lain adalah data laporan Anggaran Kas dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2009 (10 tahun) dan Laporan Keuangan berupa neraca
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time
series yaitu pengambilan data pada beberapa waktu tertentu. Pengumpulan data
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
secara langsung dengan pihak yang berhubungan dengan objek yang sedang
atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat,
dan ide-idenya.
35
b. Observasi (pengamatan). Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Jadi observasi dalam penelitian ini
yaitu melakukan pencatatan data dari sumber-sumber tertulis yang tersedia dan
c. Dokumentasi
dokumentasi yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas dalam
penulisan laporan penelitian sebagai data sekunder dengan cara membaca dan
berikut :
a. Asumsi Klasik
penelitian ini hanya diuji tiga asumsi klasik yang dianggap peneliti yang sangat
1) Uji Autokorelasi
Uji kedua yang akan dilakukan adalah uji autokorelasi untuk mendeteksi
autokorelasi atau tidak, dapat dilihat pada nilai d statistik. Apabila (4 – dL)
36
< d < 4 atau 0 < d < dL maka terdapat autokorelasi di dalam model regresi,
tapi jika 2 < d < (4 – du) atau du < d < 2 maka tidak ada autokorelasi di
pengujian tidak meyakinkan (grey area). Jika nilai d jatuh pada grey area
maka orang tidak dapat menyimpulkan apakah autokorelasi ada atau tidak
ada. Dalam kasus ini orang bisa melanjutkan tes berikutnya atau diperbaiki
Outlier adalah pengamatan yang jauh dari pusat data yang mungkin
pencilan harus dilihat terhadap posisi dan sebaran data yang lainnya
penting dalam pengujian untuk model regresi karena residual itu sendiri
b. Analisis Regresi
Penulis dalam hal ini menganalisis regresi linear dengan persamaan menurut
37
Sugiyono (2008 : 204-206 ) adalah sebagai berikut :
Y = a + bX
∑ X2 ∑ Y – ∑ X ∑XY
a=
n ∑ X2 – ﴾ ∑ X ﴿2
n ∑ XY – ∑ X ∑ Y
b=
n ∑ X2 – ﴾ ∑X ﴿2
a = Konstan
b = Koefisien regresi
n = Jumlah Sampel
c. Analisis Korelasi
antara kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan derajat atau
rumus yang digunakan menurut Sugiyono (2008 : 210) adalah sebagai berikut:
n ∑ XY – ∑ X ∑Y
r =
√ [ n ∑ X2 – ( ∑ X ﴿2 ] [ n ∑Y² – ( ∑ Y )2 ]
n = Jumlah Data
38
Y = Variabel Dependen (tingkat proyeksi likuiditas)
Bila r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan kedua variabel sangat lemah atau
variabel dependen.
Bila -1 < r < 0, maka korelasi antara kedua variabel dapat dikatakan negatif atau
sebaliknya.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut.
39
Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi
d. Analisis Determinasi
nilai koefisien determinasi yang diperoleh dengan rumus menurut Subana (2001 :
Kd = r² X 100 %
40
BAB IV
4.1.1.1 Sejarah PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
Sejak masa penjajahan Belanda sampai tahun 1942, di Indonesia dikenal suatu
badan atau perusahaan yang menyediakan pasokan tenaga listrik milik pemerintah,
MR. Andriaan Hendrik Van Ophuysen – Nomor 213 Tanggal 31 Desember 1919.
dilasanalkan Djawa Denki Djigyo Sha Bandoeng Shi Sha, dengan wilayah kerja di
Indonesia.
41
Maka pada 27 Desember 1957, GEBEO diambil alih oleh Pemerintah RI
pemerintah nomor 18 tahun 1959 tentang Penentuan Perusahaan Listrik dan Gas
Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU – PLN) sebagai wadah
pimpinan PLN. PLN Bandung pun diganti dengan nama PLN Exploitasi wadah
kesatuan BPU – PLN Jawa Barat, di luar DKI Jaya dan Tangerang.
1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara, yang menyebutkan status PLN
dan tata kerja Perusahaan Umum Listrik Negara, maka PLN Mengadakan
jawa Barat.
tahun 1994 tanggal 16 juni 1994 maka bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara
Distribusi Jawa Barat diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan
sebutan PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat sejak tanggal 30 juli 1994, akta
42
Distribusi Jawa Barat diubah menjadi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi
Jawabarat.
Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, pada saat beberapa
perusahaan Belanda, antaralain pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangakit
tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Kelistrikan untuk keman paatan umum mulai
pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu NV NIGN yang semula bergerak
Waterkracht Bedrijven (LB) yaitu perusahaan listrik negara yang menelola PLTA
Giringan diMadiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonsea lama di Sulawesi Utara
Dunia II maka Indonesia Dikuasi Jepang, oleh karna itu Perusahaan Listrik dan Gas
yang ada diambil alih oleh orang – orang Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ke tangan
43
buruh Listrik dan gas untuk mengambil alih perusahaan listrik dan gas yang
dikuasai Jepang.
Setelah berhasil merebut perusahan Listrik dan gas dari tangan kekuasaan
Jepang, kemudian pada buan September 1945, Delelegasi dari buruh / Pegawai
listrik dan gas yang diketuai oleh kobarsjih menghadap Pimpinan KNI Pusat yang
waktu diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo untuk melaporkan hasil perjuangan
tahun 1945 No. 1 tertanggal 27 Oktober 1945 maka dibentuklah Jawatan Listrik dan
menggabungkan diri pada kantor – kantor jawatan listrik dan Gas di daerah-daerah
kristalisasi dari semangat jiwa mosi tersebut tertuang dalam ketetapan Parlemen RI
44
Sejalan meningkatnya perjuang bangsa Indonesia untuk membebaskan irian
jaya dari cengkraman penjajah Belanda maka dikeluarkan undang – undang Nomor
Pemerintah Nomor 18 tahun 1958 tentang nasionalisasi listrik dan gas milik
Belanda. Dengan Undang – Undang tersebut, maka perusahaan listrik Belanda ada
dikenal sebagai Hari Listrik dan Gas, hari tersebut telah diperingati untuk pertama
kali pada tanggal27 Oktober 1946 bertempat di Gedung Badan Pekerja Komite
27 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik dan Gas berdasarkan keputusan Menteri
digabung dengan hari Kebaktiaan pekerja Umum dan Tenaga Listrik yang jatuh
pada 3 Desember , Mengingat pentingnya semangat dan nilai – nilai hari listrik,
2769/04/600.1/2002.
45
Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
1. Visi Perusahan
PT. PLN (Persero) Distibusi Jawa barat dan Banten Bandung, mengemban
2. Misi Perusahaan
kehidupan masyrakat.
3. Tujuan Perusahaan
hidup perusahaan
46
f. Menghadirkan suatu hubungan yang baik terhadap pelanggan dengan
4.1.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas PT. PLN (Persero) Distribusi
Jenjang Pertama Lapisan Ketiga, Keempat, dan Pejabat Fungsional pada Kantor
1. Menimbang
a. Bahwa sesuai Organisasi PT. PLN (Persero) Distribusi yang diatur dalam
16 Januari dan Organisasi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan
Banten yang di atur dalam keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor
Ketiga, Keempat dan Pejabat Fungsional pada Kantor Distribusi di PT. PLN
47
Keempat dan Pejabat Fungsional pada Kantor Distribusi di PT. PLN
Keputusan General Manager PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan
Banten.
2. Mengingat
3. Menetapkan
48
Ketiga : (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalh sebagqaimana
1. Bidang Perencanaan
49
Jangka Panjang Perusahaan (RJP), dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan
(RKAP)
finansialnya
pengaturannya
2. Bidang Niaga
g. Menyusun ketentuan data induk pelanggan (DIL) dan data induk saldo
50
penyempurnaannya
3. Bidang Distribusi
penerapan nya
penerapannya
distribusi
4. Bidang Keuangan
keuangan
c. Melakuan analisis dan evaluasi laporan keuangan unit – unit serta menyusun
pelaksanaannya
pelaksanaannya
manusia
manajemen kantor
52
d. Menyusun kebijakan administrasi
perusahaan
7. Audit Internal
perusahaan
4.1.2 Kondisi Anggaran Kas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan
Banten
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten menyajikan laporan
anggaran kas, yang terdiri dari anggaran penerimaan kas dan anggaran pengeluaran
kas. Anggaran penerimaan kas antara lain berasal dari penjualan, pembayaran piutang
dan pinjaman bank. Sedangkan anggaran pengeluaran kas antara lain berasal dari
53
investasi.
Laporan anggaran kas yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan PT. PLN
selalu melaporkan anggaran kas tersebut dalam dua periode yaitu periode tahun
berjalan dan periode tahun sebelumnya. Anggaran kas perusahaan pada tahun yang
anggaran kas PT. PLN (Persero) yang akan dijabarkan pada tabel 4.1 berikut
ini :
kebijakan PT PLN untuk periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2016,
54
terdiri dari penjualan tenaga listrik, subsidi listrik pemerintah, penyambungan
pelanggan dan lain-lain yang timbul sebagai kebijakan laporan anggaran kas
PT. PLN.
penjualan dapat menjadi faktor utama dalam kenaikan dan atau penurunan penerimaan
kas PT PLN (Persero) karena memiliki proporsi yang paling besar dari seluruh jumlah
komponen lainnya.
yang meliputi :
langsung produksi, yaitu pembelian bahan baku yang secara langsung digunakan
konsumsi, biaya personel dalam daftar gaji, tunjangan-tunjangan di luar gaji, biaya
perawatan personel, perjalanan dinas dalam negeri, perjalanan dinas luar negeri,
biaya personel lain-lain, biaya financial, biaya pajak, biaya reparasi dan
55
Pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap tidak bergerak
seperti: tanah, bangunan dan hanggar, dan sebagainya.
Pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap bergerak
seperti : mesin-mesin, peralatan, tool & jig, kendaraan, dan
sebagainya.
Pengeluaran untuk pembelian aktiva tidak berwujud
PLN (Persero), akan dijabarkan selanjutnya pada tabel 4.2 berikut ini :
PT PLN (Persero)
Anggaran Pengeluaran Kas
Periode Tahun 2012 sampai dengan 2016
Bahan Bakar
Pembelian tenaga dan minyak Penyusutan
Thn listrik pelumas Pemeliharaan Kepegawaian Aktiva Tetap Lain-lain JUMLAH
4.2 Pembahasan
anggaran penerimaan kas dan komponen pengeluaran kas pada tabel 4.1 dan tabel
4.2, maka dapat diketahui besar anggaran kas PT PLN (Persero) yang dapat
56
PT. PLN (Persero)
Anggaran Kas (Akhir)
Periode Tahun 2012 sampai dengan 2016
(dalam rupiah)
Tahun Anggaran Kas Jumlah
Saldo Awal Penerimaan Total Pengeluaran Saldo Akhir
A B C=A+B D E=C-D
2012 1,029,941,153,405 5,818,483,548,942 6,848,424,702,347 425,368,506,251 6,423,056,196,096
Anggaran kas (akhir) merupakan selisih dari hasil saldo awal ditambah rencana
Berdasarkan tabel 4.5, anggaran kas periode tahun 2012 sampai dengan tahun
tahun 2013 Rp. 7.995.936.762.718, naik pada tahun 2014 menjadi Rp.
2016.
Selama periode penelitian besar anggaran kas PT. PLN (Persero) memiliki nilai
anggaran yang paling besar terjadi pada tahun 2015 sebesar Rp 11,483,518,494,243,00.
Sedangkan nilai anggaran kas yang paling kecil terjadi pada tahun 2016 sebesar Rp
1,929,966,279,028
Dari hasil penelitian dapat diketahui persentase anggaran kas dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2016 yang terjadi pada PT. PLN (Persero). Dari hasil
penghitungan persentase dari periode waktu tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6
57
sebagai berikut :
Dari hasil penyusunan anggaran kas selama sepuluh tahun dapat dilihat bahwa
sebagian besar atau cenderung mengalami fluktuatif. Tahun 2013 naik sebesar Rp.
1.572.880.566.622 atau naik sebesar 24.49% dari tahun sebelumnya. Tahun 2014 naik
sebesar Rp. 1.880.401.533.871 atau naik sebesar 23.52% dari tahun sebelumnya. Tahun
2015 naik sebesar Rp. 1.607.180.197.654 atau naik sebesar 16.27% dari tahun
kenaikan, hal ini disebabkan jumlah anggaran penerimaan kas yang banyak
Adapun perubahan anggaran kas dari sisi anggaran penerimaan kas dan
anggaran pengeluaran kas ini diakibatkan timbulnya pendapatan usaha dan beban
usaha. Beban usaha inilah yang mengakibatkan adanya pengeluaran kas yaitu
58
perusahaan tentang cara menilai dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan
tersebut.Alat ukur rasio tingkat likuiditas yang penulis gunakan adalah Current
ratio.
Current Ratio merupakan rasio antar aktiva lancar. Rasio ini dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membiayai hutang-hutang lancarnya
pada saat jatuh tempo. Berikut rumus dari Current Ratio :
Current Ratio :
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
59
PT. PLN (Persero)
Analisis Current Ratio
periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebagai berikut :
(dalam rupiah)
Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Proyeksi Current Kondisi
Ratio
A B C = (A/B) Likuiditas
2012 1,029,941,153,405 85287162125 Likuid
12.08
2013 1,015,878,244,107 93471790205 Likuid
10.87
2014 895,899,474,545 1.68663E+11 Likuid
5.31
2015 Likuid
546,787,551,145 353,515,214,601 1.55
2016 Likuid
642,939,399,724 374,402,367,115 1.72
Tingkat Current ratio PT PLN (Persero) pada tahun 2012 adalah sebesar 12,08
kali, hal ini menunjukkan bahwa proyeksi current ratio pada tahun 2012 berada
pada titik likuid. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada setiap Rp
1,00 hutang lancar dapat dijamin oleh Rp 12,08,00 aktiva lancar.
Tingkat Current ratio PT PLN (Persero) pada tahun 2013 adalah sebesar 10,87
kali, hal ini menunjukkan bahwa proyeksi current ratio pada tahun 2013 berada
pada titik likuid. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada setiap Rp 1,00 hutang
kali, hal ini menunjukkan bahwa proyeksi current ratio pada tahun 2014 berada
pada titik likuid. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada setiap Rp 1,00 hutang
kali, hal ini menunjukkan bahwa proyeksi current ratio pada tahun 2015 berada
pada titik likuid. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada setiap Rp 1,00 hutang
60
lancar dapat dijamin oleh Rp 1,55,00 aktiva lancar.
Tingkat Current ratio PT PLN (Persero) pada tahun 2016 adalah sebesar 1,72
kali, hal ini menunjukkan bahwa proyeksi current ratio pada tahun 2016 berada
pada titik likuid. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada setiap Rp. 1,00 hutang
(current ratio) perusahaan PT PLN (Persero) dari tahun 2012 sampai dengan tahun
2013 10.87
(10.02)
2014 5.31
(51.15)
2015
1.55 (70.81)
2016 0.17
1.72
Dari hasil penyusunan tingkat Current Ratio pada tabel selama sepuluh
tahun pada PT PLN (Persero), penurunan terbesar terjadi antara tahun 2014 dan tahun
Dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, tingkat Current Ratio pada PT.
PLN mengalami penurunan sebesar 10.2 dari 12,08 pada tahun 2012 menjadi 10,87
Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014, tingkat Current Ratio pada PT.
PLN mengalami penurunan sebesar 51.15 dari 10,87 pada tahun 2013 menjadi 5,31
61
pada tahun 2014.
Dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2015, tingkat Current Ratio pada PT.
PLN mengalami penurunan sebesar 79.81 dari 5,31 pada tahun 2014 menjadi 1,55
Dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016, tingkat Current Ratio pada PT.
PLN mengalami kenaikan sebesar 0.17 dari 1,55 pada tahun 2015 menjadi 1,72 pada
tahun 2016.
Dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2005, tingkat Current Ratio pada PT.
PLN mengalami penurunan sebesar 0,53 dari 1,72 pada tahun 2016 menjadi 1,19
terjadi pada tahun 2012 dengan putaran tingkatan sebesar 12,08 dan putaran
tingkatan minimum terjadi pada tahun 2016 sebesar 0,17 dengan rata-rata sebesar
1,72.
ini dapat dikatakan likuid karena besarnya lebih dari standar likuiditas 1,00, hal ini
karena jumlah hutang lancar yang cenderung sangat kecil tidak diimbangi dengan
hanya mempunyai proporsi hutang lancar yang sangat kecil. Dimana PT PLN
(Persero) tidak melakukan pinjaman pada bank, untuk kegiatan operasi perusahaan.
PT PLN (Persero) hanya menggunakan dana kas/ modal yang dimiliki perusahaan.
Tetapi kendala yang dihadapi adalah ketika perusahaan ingin berkembang, karena
62
4.2.3 Analisis Pengaruh Perubahan Anggaran Kas Terhadap Tingkat
1. Asumsi Klasik
a. Auto Korelasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
Watson adalah 1.244, hal ini berarti adanya korelasi antara variabel X dan variabel
Y.
b. Residual Statistik
Untuk melakukan uji residual statistic maka digunakan diagram plot sebagai
berikut:
63
Dari table tersebut diketahui bahwa sebaran angka pada posisi 45 sehingga
2. Analisis Regresi
Analisis regresi linier digunakan untuk mengetahui arah dan hubungan yang
ada antara variabel X (anggaran kas) dengan variabel Y (tingkat proyeksi likuiditas).
Untuk dapat mencari regresi linier, maka penulis melakukan pengolahan data
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Dari penghitungan regresi pada tabel 4.14 yang telah diolah, diperoleh
nilai a sebesar 0.460 dan nilai b sebesar -4.882. Dari hasil tersebut, maka
Y = -4.882+ 0.460X
64
Dari persamaan regresi di atas, dapat diartikan bahwa :
3. Analisis Korelasi
antara kedua variabel koefisien korelasi ini besar jika tingkat hubungan antar
variabel kuat sebaliknya demikian. Jika tingkat hubungan tidak kuat maka
Dari hasil pengolahan data tersebut pada tabel 4.15 , maka dapat diketahui
nilai koefisien korelasi yaitu sebesar 0.449. Dari pernyataan di atas dapat diartikan
bahwa tingkat korelasi anggaran kas dengan tingkat likuiditas bersifat positif. Dan
65
internal seperti yang sudah dijabarkan pada tabel 3.2 di Bab III, dapat dilihat bahwa
sedang.
3. Analisis Determinasi
pengaruh anggaran kas terhadap tingkat likuiditas dan seberapa besar yang
Dari hasil penghitungan pada tabel 4.16, r Square adalah 0.201, hal ini
berarti koefisien determinasi yaitu sebesar 0.201 atau 20.1%. Dari penghitungan
66
BAB V
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
fluktuatif. Tahun 2013 naik sebesar Rp. 1.572.880.566.622 atau naik sebesar
2015 naik sebesar Rp. 1.607.180.197.654 atau naik sebesar 16.27% dari
Current Ratio mengalami fluktuasi naik dan turun, namun secara keseluruhan
mengalami kecenderungan naik. Pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2015
mengalami kenaikan sebesar 4,21. Pada tahun 2015 sampai dengan tahun
2016 mengalami kenaikan sebesar 8,30. Diketahui dari data tingkat proyeksi
likuiditas PT Nusantara Turbin dan Propulsi dari tahun 2014 sampai dengan
likuiditasnya lebih dari 2,00. Hal ini karena jumlah hutang lancar yang
cenderung sangat kecil tidak diimbangi dengan jumlah aktiva lancar yang
sangat besar.
67
2. Tingkat likuiditas (current ratio) PT PLN (Persero) setiap tahunnya berubah-
ubah, namun jumlah tingkat likuiditas dalam 10 (sepuluh) tahun ini dapat
dikatakan likuid karena besarnya lebih dari standar likuiditas 1,00, hal ini
karena jumlah hutang lancar yang cenderung sangat kecil tidak diimbangi
dengan jumlah aktiva lancar yang sangat besar. Tingkat proyeksi likuiditas
proporsi hutang lancar yang sangat kecil. Dimana PT PLN (Persero) tidak
berkembang.
diketahui nilai koefisien korelasi yaitu sebesar 0.449. Dari pernyataan di atas
dapat diartikan bahwa tingkat korelasi anggaran kas dengan tingkat proyeksi
dijabarkan pada tabel 3.2 di Bab III, dapat dilihat bahwa hubungan antara
68
anggaran kas.
5.2 Saran
1. Laporan anggaran kas yang telah dibuat hendaknya dapat dijadikan sebagai acuan
tahun ke depan.
yang berpengaruh terhadap jalannya usaha di masa yang akan datang agar lebih
baik. Adapun tingkat likuiditas yang telah dicapai oleh perusahaan hendaknya
69
DAFTAR PUSTAKA
Brigham F. Eugene dan Housten F. Joel, 2001, alih bahasa Dodo Suharto dan
Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002, Analisis Laporan Keuangan , Edisi
N. Robert, Anthony, Dearden John dan M. Bedford Norton, alih bahasa Agus
Bandung.
70
Syafaruddin Alwi, 1993, Alat Analisis Pembelanjaan Perusahaan,
BPFE, Yogyakarta.
Empat, Jakarta.
Tjendera,
Jakarta
71
72