Você está na página 1de 19

Metode Pengambilan dan Analisa Debu

Analisa Kimia Air, Tanah dan Udara


Dosen: Anna Azizah, ST.

KELOMPOK 1
Anita Wan A. EAK10150003
Nurmeila Yati EAK10150022
Puri Kusuma A. EAK10150024
Rabiatul Yulianty EAK10150025
Rina Firanti EAK10150028
Rinawati Darmaningsih EAK10150029
Rubiati EAK10150032

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN
BANJARMASIN
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “”.
Proses pembuatan makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Anna Azizah, ST. selaku dosen dan dan pembimbing makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat di masa yang akan datang dan dapat menambah
wawasan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan, baik dari bahasa maupun sistematika penulisannya. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bermanfaat untuk
menyempurnakan karya tulis ini di masa yang akan datang.

Banjarmasin, November 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Manusia memerlukan udara untuk bernapas dan melaksanakan matabolisme
dalam tubuh yang nantinya menghasilkan energi yang digunakan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dalam udara yang kita hirup, tidak selamanya
bersih. Kadang kala udara tersebut terkandung partikel pencemar yang disebut
polutan. Salah satu polutan tersebut ialah berupa butiran debu yang banyak
ditemukan pada industri.
Dewasa ini, keberadaan sektor industri di Indonesia semakin meningkat dari
tahun ke tahun, peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi negara.
Dengan majunya industri maka terbukalah lapangan kerja buat masyarakat, daerah
di sekitar perindustrian juga berkembang dalam bidang sarana transportasi,
komunikasi, perdagangan dan bidang lain.
Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup,
tetapi berbagai dampak negatif juga bisa terjadi pada masyarakat. Salah satu
dampak negatif adalah terhadap paru para pekerja dan masyarakat di sekitar
daerah perindustrian. Hal ini disebabkan pencemaran udara akibat proses
pengolahan atau hasil industri tersebut. Berbagai zat dapat mencemari udara
seperti debu batubara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas beracun, dan lain-
lain. Selain itu pula, pada lingkungan tersebut banyak melibatkan proses mekanis.
Tergantung dari jenis paparan yang terhisap, berbagai penyakit paru dapat
timbul pada para pekerja. Pengetahuan yang cukup tentang dampak debu terhadap
paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan yang terjadi dan melakukan
usaha pencegahan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat dan karakteristik debu?
2. Apa saja jenis dan sumber debu?
3. Bagaimana cara pengukuran debu di udara?
4. Bagaimana pengaruh debu terhadap kesehatan manusia?
5. Bagaimana pengendalian paparan debu?

1
1.3. Tujuan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat dan Karakteristik Debu


Debu adalah partikel-partikel zat yang disebabkan oleh pengolahan,
penghancuran, pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik
maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam,arang batu, butir-butir zat
padat dan sebagainya (Suma’mur,1988). Debu umumnya berasal dari gabungan
secara mekanik dan meterial yang berukuran kasar yang melayang-layang di
udara yang bersifat toksik bagi manusia. Menurut Departemen Kesehatan RI yang
dikutip oleh Sitepu (2002), partikel-partikel debu di udara mempunyai sifat:
1. Sifat Pengendapan
Adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap proporsi partikel yang
lebih daripada yang ada di udara.
2. Sifat Permukaan Basah
Permukaan debu akan cendrung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air yang
sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu di dalam tempat kerja.
3. Sifat Penggumpalan
Oleh karena permukaan debu yang selalu basah maka dapat menempel antara
debu satu dengan yang lainnya sehingga menjadi menggumpal Turbuelensi
udara membantu meningkatkan pembentukkan gumpalan.
4. Sifat Listrik Statis
Sifat listrik statis yang dimiliki partikel debu dapat menarik partikel lain yang
berlawanan sehingga mempercepat terjadinya proses penggumpalannya.
5. Sifat Optis
Partikel debu yang basah/lembab dapat memancarkan sinar sehingga dapat
terlihat di dalam kamar yang gelap.
Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari
proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan , dan
pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang
berdiameter antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan produk-produk

3
pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai diameter 0,1-1 mikron
terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol fotokimia (Fardiaz,1992).
Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui sistem
pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan terutama terjadi pada sistem
pernafasan. Faktor lain yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan
terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang menentukan
seberapa jauh penetrasi partikel ke dalam pernafasan. Debu-debu yang berukuran
5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas, sedangkan yang
berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan pernafasan (Yunus, 1997).
Penyakit paru kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh partikel, uap, gas
atau kabut yang berbahaya yang menyebabkan kerusakan paru bila terinhalasi
selama bekerja. Saluran nafas dari lubang hidung sampai alveoli menampung
14.000 liter udara di tempat kerja selama 40 jam keja satu minggu (Aditama,
2006). American Lung Association membagi penyakit paru akibat kerja mejadi
dua kelompok besar : Pneumoconiosis disebabkan karena debu yang masuk ke
dalam paru serta penyakit hipersensitivitas seperti asma yang disebabkan karena
reaksi yang berlebihan terhadap polutan di udara (Suma’mur, 1996).
2.2. Jenis Debu
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya perbedaan
daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di paru juga
akan berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga
akan berbeda pula. Faridawati (1995) mengelompokkan partikel debu menjadi dua
yaitu debu organik dan anorganik, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
No. Jenis Debu Contoh (Jenis Debu)
I Organik
a. Alamiah

4
1. Fosil Batu bara, karbon hitam, arang, granit
2. Bakteri TBC, antraks, enzim, bacillus
3. Jamur Histoplasmosis, kriptokokus, thermophilic
4. Virus Cacar air, Q fever, psikatosis
5. Sayuran Padi, gabus, serat nanas, alang-alang
6. Binatang Kotoran burung, ayam
b. Sintesis
1. Plastik Politetrafluoretilen, toluene diisosianat
2. Reagen Minyak isopropyl, pelarut organic

Anorganik
II a. Silika bebas
1. Crystaline Quarz, trymite cristobalite
2. Amorphous Diatomaceous earth, silica gel
b. Silika
1. Fibosis Asbestosis, sillinamite, talk
2. Lain-lain Mika, kaolin, debu semen
c. Metal
1. Inert Besi, barium, titanium, alumunium, seng
2. Bersifat keganasan Arsen, kobal, nikle, uranium, khrom
Tabel 2.1. Jenis Debu Yang Dapat Menimbulkan Gangguan Kesehatan Pada
Manusia
2.3. Sumber-sumber Debu
Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite particulate
matter adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini
segera mengendap karena ada daya tarik bumi. Suspended particulate matter
adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap (Yunus,
1997). Sumbersumber debu dapat berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin
maupun akibat aktivitas manusia yang tertiup angin.
2.4. Pengukuran Kadar Debu di Udara
Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui apakah kadar
debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya sesuai dengan kondisi

5
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Dengan kata lain, apakah
kadar debu tersebut berada di bawah atau di atas nilai ambang batas (NAB) debu
udara. Hal ini penting dilaksanakan mengingat bahwa hasil pengukuran ini dapat
dijadikan pedoman pihak pengusaha maupun instansi terkait lainnya dalam
membuat kebijakan yang tepat untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat
bagi pekerja, sekaligus menekan angka prevalensi penyakit akibat kerja.
Pengambilan/pengukuran kadar debu di udara biasanya dilakukan dengan
metode gravimetric, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam
volume tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring. Alat-alat yang biasa
digunakan untuk pengambilan sampel debu total (TSP) di udara seperti:
1. High Volume Air Sampler
Alat ini menghisap udara ambien dengan pompa berkecepatan 1,1 - 1,7
m³/menit, partikel debu berdiameter 0,1-10 mikron akan masuk bersama aliran
udara melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini dapat
digunakan untuk pengambilan contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan
partikel debu sangat tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6 - 8
jam.
2. Low Volume Air Sampler
Alat ini dapat menangkap debu dengan ukuran sesuai yang kita inginkan
dengan cara mengatur flow rate 20 liter/menit dapat menangkap partikel
berukuran 10 mikron. Dengan mengetahui berat kertas saring sebelum dan
sesudah pengukuran maka kadar debu dapat dihitung.
3. Low Volume Dust Sampler
Alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama dengan alat low
volume air sampler.
4. Personal Dust Sampler (LVDS)
Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara atau
debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernafas. Untuk
flow rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat
ini biasanya dugunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang
pekerja karena ukurannya yang sangat kecil.

6
2.5. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk Debu
Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang
dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari
untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Kegunaan NAB
ini sebagai rekomendasi pada praktek higiene perusahaan dalam melakukan
penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya
terhadap kesehatan. Nilai ambang batas kadar debu yang ruangan didasarkan
pada Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1999, dan disesuaikan dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19
November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara
penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja perkantoran. Adapun kandungan
debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8 jam
adalah 0,15mg/m³.
2.6. Pengaruh Debu terhadap Kesehatan Manusia
Partikel debu akan berada di udara dalam kurun waktu yang relatif lama dalam
keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat
mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi
kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi pertikel yang sangat rumit
karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang
relatif berbeda-beda (Pujiastuti, 2002).
Ada tiga cara masuknya bahan polutan seperti debu dari udara ke tubuh
manusia, yaitu melalui inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan
dari udara dapat menyebabkan gangguan di paru dan saluran nafas. Bahan polutan
yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran cerna. Selain itu juga batuk
merupakan suatu mekanisme untuk mengeluarkan debu-debu tersebut. Bahan
polutan dari udara juga dapat masuk ketika makan atau masuk ke saluran cerna.
Bahan polutan dari udara juga dapat menjadi pintu masuk bahan polutan di udara,
khusunya bahan organik dapat melakukan dan dapat menimbulkan efek sistemik
(Aditama, 1992).

7
Paparan debu di udara selain mengganggu jalan pernafasan dapat pula
memberikan dampak negatif lain apabila ditinjau dari aspek biologisnya. Menurut
Riyadina (1996), efek biologis paparan debu di udara terhadap kesehatan manusia
atau pekerja terdiri dari:
1. Efek Fibrogenik
Debu fibrogenik sebagai debu respirabel dari kristal silika (asbestos),
debu batubara, debu berrylium, debu talk, dan debu dari tumbuhan.
Konsentrasi massa dari sisa debu yang respirabel sebagai faktor tunggal yang
paling penting pada perkembangan/kemajuan keparahan pneumokoniosis pada
pekerja.
2. Efek Iritan
Pengaruh iritan dari debu yang berbeda tidak spesifik, sehingga keadaan
ini tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan pengaruh dari debu.
Tetapi secara klinis atau dengan tes fungsional ataupun pemeriksaan secara
morfologi dapat diperlihatkan kasus dimana efek yang timbul berasal dari
debu.
3. Efek Alergi
Debu dari tumbuhan hewan mempunyai sifat dapat meningkatkan reaksi
alergi. Beberapa reaksi kekebalan biasanya membentuk respon secara
psikologi berupa iritasi. Secara patologi dapat ditentukan melalui tes alergi
sebagai penyakit akibat kerja pada saluran pernafasan yang umumnya berupa
asma bronchial. Debu organik yang menyebabkan alergi meliputi tepung,
pollen (serbuk sari), rambut hewan, bulu unggas, jamur, cendawan dan
serangga.
4. Efek Karsinogenik
Penyebab yang berperan penting dalam pertumbuhan kanker pada manusia
adalah debu asbestos, arsenik, chromium dan nikel. Akan tetapi, penyebab
tersebut kurang lebih 2000 substansi kimia diketahui sebagai penyebab
timbulnya kanker.
5. Efek Sistemik Toksik
Banyak substansi yang berbahaya menyebabkan efek sistemik toksik
sebagai hasil dari debu yang masuk melalui sistem saluran pernafasan.

8
Paparan debu untuk beberapa tahun pada kadar yang rendah tetapi di atas
batas limit paparan, menunjukkan efek sistemik toksik yang jelas.
6. Efek pada Kulit
Partikel-partikel debu yang berasal dari material yang berbentuk pita dan
tebal seperti fiberglass, dan material tahan api sering sebagai penyebab
dermatitis.
Beberapa faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan akibat
paparan debu bagi pekerja di ruang kerja. Menurut Yunus (1997) dan Suma’mur
(1996), dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan
atau penyakit akibat pekerja yang bekerja di ruangan akibat paparan debu adalah :
1. Faktor Fisik, meliputi : Jenis bahan, Ukuran Partikel, Bentuk Partikel, Daya
penetrasi, Konsentrasi, Daya larut, Luas permukaan (Higroskopisitas), Lama
waktu paparan dan Turbulensi udara.
2. Faktor Kimia, meliputi : Tingkat keasaman dan kebasahan (Alkalinitas),
Kecendrungan untuk bereaksi dengan bahan dalam paru-paru, dan jenis
persenyawaan.
3. Faktor Individual Pekerja, meliputi : Umur, Jenis Kelamin, Anatomi dan
fisiologi,
Daya tahan tubuh (Immunologis), Genetik, dan Emosi (Psikologis), Keadaan
gizi, Kepekaan tubuh, Motivasi kerja dan pengaruh lingkungan (Habituasi).
Tergantung dari lamanya paparan dan kepekaan individual terhadap debu,
berbagai gangguan atau penyakit dapat timbul pada pekerja. Debu yang masuk ke
dalam saluran pernafasan menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan
non spesifik berupa bersin dan batuk. Pneumokoniosis biasanya timbul setelah
pekerja terpapar selama bertahun-tahun. Penyakit akibat paparan debu yang lain
seperti asma kerja, bronchitis industri.
Umumnya penyakit paru akibat debu mempunyai gejala dan tanda yang mirip
dengan penyakit paru lainnya yang tidak disebabkan oleh debu di tempat kerja.
Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis yang teliti meliputi
riwayat pekerjaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan, karena
penyakit biasanya baru timbul setelah paparan yang cukup lama. Pengetahuan

9
yang cukup tentang dampak debu terhadap paru diperlukan untuk dapat mengenali
kelainan yang terjadi serta cara melakukan pencegahan (Yunus, 1997).
2.7. Pengendalian Paparan Debu di Ruangan Kerja
Menurut Siswanto, sebagaimana yang dikutip oleh Simatupang (2005) bahwa
pengendalian yang paling efektif adalah pengendalian secara tehnik dan
merupakan alternatif pertama yang dianjurkan. Pengendalian secara tehnik ini
dapat dilakukan dengan mendesain mesin-mesin pemotong kayu dengan alat
penghisap debu. Kemudian alat penghisap debu tersebut dihubungkan pipa dan
keseluruhan alat ini bekerja secara otomatis.
Riyadina (1996), membagi upaya pencegahan terhadap paparan debu dari
lingkungan kerja menjadi 2 macam yaitu melalui pengukuran secara teknis dan
pemeriksaan secara medis.
1. Pengukuran secara Teknis
Kondisi lingkungan kerja perlu dikontrol dengan melakukan pengukuran
kadar debu udara untuk jangka waktu tertentu dan dilakukan secara kontinu,
khususnya di tempat yang potensial menghasilkan debu. Monitor terhadap
konsentrasi debu udara sangat penting untuk mengetahui kadarnya apakah
berada di bawah atau di atas nilai ambang batas debu udara. Selanjutnya usaha
agar konsentrasi/kadar debu tidak melampaui batas, maka dengan pemasangan
alat penyedot dan pengatur udara akan sangat membantu untuk kontrol debu
udara pada suatu ruangan. Untuk proteksi bagi pekerja dengan kondisi
lingkungan yang potensial menghasilkan debu yang banyak, diharuskan
memakai alat pelindung diri terutama alat pelindung pernafasan berupa
masker. Masker yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan ukurannya
sehingga pemakaian masker tidak mengganggu aktivitas dan kenyamanan
pemakainya.
2. Pemeriksaan secara Medis
Pemeriksaan secara medis dilakukan dengan pemeriksaan status kesehatan
pekerja yang terpapar secara teratur dan biasanya dilakukan oleh dokter
perusahaan. Upaya ini merupakan suatu langkah untuk mengetahui dan
memonitor kondisi kesehatan pekerja serta sebagai suatu deteksi awal terhadap
masalah kesehatan yang mungkin ditemui. Pemeriksaan kesehatan yang

10
lengkap akan memberikan bukti yang akurat dari pekerja yang terpapar
sehingga dapat membantu dokter dalam menentukan diagnosa penyakit yang
timbul akibat kerja. Umumnya pencegahan paparan debu ataupun kadar debu
di ruangan kerja dapat dilakukan dengan cara ventilasi umum, yaitu
mengalirkan udara ke ruangan kerja melalui jendela dan pintu, ventilasi lokal
dengan cara menghisap debu dari tempat sumber debu yang dihasilkan dengan
menggunakan pompa hisap. Selain itu, Pencegahan juga dapat dilakukan
dengan menghindari masuknya debu organik yang ada di udara ke dalam paru
pekerja dengan jalan penggunaan alat pelindung diri (masker) pada pekerja
yang bekerja di tempat tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Sembiring (1999) dalam Khumidal, (2009) bahwa penggunaan masker dengan
ukuran 3-5µ dapat menurunkan kadar debu yang masuk ke paru-paru pekerja
hingga 87,6%.
Alat pelindung pernafasan yang digunakan dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 2.1. Alat Pelindung Pernafasan

11
BAB III
PENGAMBILAN DAN ANALISA DEBU
3.1. Metode Pengambilan Sampel (Debu)
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode gravimetri untuk debu
(partikel) dengan menggunakan peralatan Low Volume Air Sampel. Prinsip dari
metode ini adalah menentukan kadar debu yang ada di udara dengan
menggunakan pompa isap. Udara yang terhisap disaring dengan filter, sehingga
debu yang ada di udara akan menempel pada filter tersebut. Berdasarkan jumlah
udara yang terhisap dan berat debu yang menempel pada filter, akan diketahui
kadar debu yang ada di udara.
3.2. Metode Analisa LVS (Low Volume Air Sampel)
Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (bulat) dengan porositas 0,3 -
0,45 μm, kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan Suspensi
Partikulate Mat-ter ini adalah 10 – 30 lpm.

Gambar. 3.1. Alat LVS

3.3. Prosedur Kerja


I. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk mengukur kadar debu total di udara.
II. Prinsip Dasar
Debu total diudara tempat kerja diambil contohnya (sampelnya)
dengan cara mengisap udara yang terkontaminasi debu dengan

12
menggunakan media kertas filter dengan memakai alat Vakum Pump yang
dihubungkan dengan selang silicon. Selanjutnya debu yang dihisap
ditangkap pada permukaan kertas filter. Penentuan kadar debu total di
udara ditentukan secara gravimetric.
III. Bahan dan Peralatan
A. Bahan
– Filter hidrofobik seperti fiberglass, dengan ukuran pori
filter 0,8 um
– Kertas label
B. Peralatan
– Pompa Vakum LVS
– Timbangan analitik,sentivitas 0,001 mg
– Pinset
– Desikator
– Flowmeter
– Filter holder
– Obeng kecil
– Wadah penyimpanan sampel
IV. Tata Cara Pengambilan Sampel
1. Filter fiber glass disimpan di dalam desikator selama 24 jam
agar mendapatkan kondisi stabil
2. Filter fiber glass kosong ditimbang sampai diperoleh berat
konstan, misalnya 3 kali penimbang, sehingga diketahui berat
filter sebelum pengambilan contoh. Catat berat filter blanko
dan filter contoh masing-masing dengan berat B1 (mg), W1
(mg).
3. Taruh masing-masing filter yang telah ditimbang kedalam
wadah filter, kemudian beri nomor (kode) dengan kertas label.
4. Simpankan filter blanko dan filter sampel sesuai kebutuhan
5. Masukan kertas filter untuk sampel ke dalam dust holder
6. Hubungkan vakum pump dengan dust holder menggunakan
selang silicon

13
7. Hidupkan vakum pump, lakukan kalibrasi dengan flowmeter 5
L/menit s/d 10 L/menit (sesuai kondisi), lakukan kalibrasi,
menimal tiga kali. Catat flowratenya.
8. Lakukan pengambilan sampel selama 45 menit s/d 8 jam kerja
(sesuaikan dengan kondisi kadar debu di tempat kerja).
9. Setelah selesai sampling simpan filter sampel ke dalam wadah
sampel, dan bawa ke laboratorium, simpan di dalam desikator,
menimal selama 24 jam .

14
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Tata Cara Analisis
1. Filter blangko sebagai pembanding dan filter sampel ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik yang sama, sehingga diperoleh berat filter
blangko dan sampel masing-masing B2(mg) dan W2 (mg).
2. Catat hasil penimbangan berat filter blangko dan filter contoh sesudah
pengukuran.
4.2. Perhitungan
1. Kadar debu respirabel di udara dihitung dengan menggunakan rumus:
C = {(W2-W1) - (B2 – B1)}/V *103 (mg/m3)
V = Flowrate * waktu pengambilan sampel
Keterangan,
C, adalah kadar debu respirabel di udara (mg/m3)
W2, adalah berat filter sampel setelah pengambilan sampel (mg)
W1, adalah berat filter sampel sebelum pengambilan sampel (mg)
B2, adalah berat fileter blangko setelah pengambilan sampel (mg)
B1, adalah berat filter balangko sebelum pengambilan sampel (mg)
V, adalah volume udara pada waktu pengambilan sam-pel (L)

2. Kadar debu respirabel selama 8 jam kerja, dihitung dengan menggunakan


rumus;
8 jam (TWA)= {(C1 – T1) – (C2 –T2)}/ 8 Jam
Keterangan :
TWA, adalah Time Weighted Average
C1, adalah kadar debu respirabel pada sampel-1. Sewaktu sampling ke-1
(mg/m3)
C2, adalah kadar debu respirabel pada sampel-2. Sewaktu sampling ke-2
(mg/m3)
T1, adalah waktu pengukuran jam ke-1 (jam)
T2, adalah waktu pengukuran jam ke-2 (jam)

15
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Debu adalah partikel-partikel zat yang disebabkan oleh pengolahan,
penghancuran, pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik
maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam,arang batu, butir-butir zat
padat dan sebagainya. Debu terbagi menjadi dua, yaitu debu organik dan
anorganik.
Pengambilan/pengukuran kadar debu di udara biasanya dilakukan dengan
metode gravimetric, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam
volume tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring.
Nilai ambang batas kadar debu yang ruangan didasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor: 41 Tahun 1999, dan disesuaikan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002, pada
lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran maksimal di dalam udara ruangan dalam
pengukuran debu rata-rata 8 jam adalah 0,15mg/m³.
Partikel debu dalam kurun waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-
layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan.
Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya
tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia. Upaya
pencegahan terhadap paparan debu dari lingkungan kerja terbagi menjadi 2
macam yaitu melalui pengukuran secara teknis dan pemeriksaan secara medis.

16

Você também pode gostar

  • GAMBARAN PEMERIKSAAN CA 19-9 DI RSUD ULIN
    GAMBARAN PEMERIKSAAN CA 19-9 DI RSUD ULIN
    Documento24 páginas
    GAMBARAN PEMERIKSAAN CA 19-9 DI RSUD ULIN
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • S
    S
    Documento5 páginas
    S
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • VVCC
    VVCC
    Documento1 página
    VVCC
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Pk1 - Ilmu Patologi Klinik
    Pk1 - Ilmu Patologi Klinik
    Documento33 páginas
    Pk1 - Ilmu Patologi Klinik
    Muhammad Arief Tohari
    100% (1)
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Documento11 páginas
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Documento1 página
    Surat Pernyataan
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2 Tinjauan Pustaka
    Bab 2 Tinjauan Pustaka
    Documento16 páginas
    Bab 2 Tinjauan Pustaka
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka: Consumption Atau Pthisio Dan Semula Dianggap Sebagai Penyakit
    Bab Ii Tinjauan Pustaka: Consumption Atau Pthisio Dan Semula Dianggap Sebagai Penyakit
    Documento14 páginas
    Bab Ii Tinjauan Pustaka: Consumption Atau Pthisio Dan Semula Dianggap Sebagai Penyakit
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Kel 1
    Kel 1
    Documento11 páginas
    Kel 1
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Golongan Darah dan Transfusi Darah
    Golongan Darah dan Transfusi Darah
    Documento9 páginas
    Golongan Darah dan Transfusi Darah
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • FFFFFF
    FFFFFF
    Documento6 páginas
    FFFFFF
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • BB
    BB
    Documento1 página
    BB
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • KETUHANAN DAN IMAN
    KETUHANAN DAN IMAN
    Documento16 páginas
    KETUHANAN DAN IMAN
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Kel 5
    Kel 5
    Documento33 páginas
    Kel 5
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Biologi Molekuler Gen
    Biologi Molekuler Gen
    Documento4 páginas
    Biologi Molekuler Gen
    Jimmi Mamahit
    Ainda não há avaliações
  • Lembaga Perguruan Tinggi
    Lembaga Perguruan Tinggi
    Documento1 página
    Lembaga Perguruan Tinggi
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Analisa Sperma
    Makalah Analisa Sperma
    Documento22 páginas
    Makalah Analisa Sperma
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Agama Ujiaaan
    Agama Ujiaaan
    Documento16 páginas
    Agama Ujiaaan
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Infeksi Jamur
    Infeksi Jamur
    Documento3 páginas
    Infeksi Jamur
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengant
    Kata Pengant
    Documento31 páginas
    Kata Pengant
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Surat Ke Mts
    Surat Ke Mts
    Documento1 página
    Surat Ke Mts
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Masyarakat Madani
    Masyarakat Madani
    Documento60 páginas
    Masyarakat Madani
    basir annas sidiq
    Ainda não há avaliações
  • A AINDIKATOR
    A AINDIKATOR
    Documento11 páginas
    A AINDIKATOR
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Mading FIx
    Proposal Mading FIx
    Documento8 páginas
    Proposal Mading FIx
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Presensi Baksos BG Smbako
    Presensi Baksos BG Smbako
    Documento1 página
    Presensi Baksos BG Smbako
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Surat Ke Mts
    Surat Ke Mts
    Documento1 página
    Surat Ke Mts
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Toksikologi Klinik
    Toksikologi Klinik
    Documento1 página
    Toksikologi Klinik
    Ema Ciie Kyuhyun
    Ainda não há avaliações
  • Soal PKN Xi - 8
    Soal PKN Xi - 8
    Documento9 páginas
    Soal PKN Xi - 8
    phygo
    Ainda não há avaliações