Você está na página 1de 43

KATA PENGANTAR

Perkembangan teknologi perancangan bangunan gedung tahan gempa terus mengalami


perubahan, terutama setelah menerima pengalaman-pengalaman gagal struktur akibat gempa
Northidge di California pada 1994 dan gempa Hyogoken-Nambu di kobe pada 1995.

Perubahan-perubahan itu akan mempunya efek yang sangat signifikan pada desain dan
penditailan komponen-komponen struktur, terutama yang terletak di wilayah gempa dengan
resiko tinggi.

Gempa yang melanda Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah telah menimbulkan
kerusakan yang sangat parah, lebih dari 6000 orang tewas, dan ribuan rumah rusak berat,
terutama di Kabupaten Bantul, Kabupaten Klaten dan sebagian Kabupaten Sleman. Dari
pengamatan di lapangan bangunan yang rusak terutama karena tidak mengikuti kaedah
engineering, terutama tidak didesain tahan gempa.

Bangunan-bangunan lama yang menggunakan kayu dan bambu sudah digantikan


dengan bangunan dinding bata yang berat tanpa perkuatan yang memadahi. Bangunan
yang berat akan menerima gaya inersia (gaya yang ditimbulkan gempa) yang lebih besar
daripada bangunan yang ringan. Bangunan dari batu-bata tanpa perkuatan yang memadahi
akan bersifat getas dan mudah runtuh. Pengalaman menunjukkan bangunan dari
kayu/bambu justru lebih tahan gempa karena bangunan tersebut lebih ringan dan daktail
(liat).

Teknik pembuatan bangunan kayu/bambu merupakan warisan nenek moyang kita


yang sudah teruji selama ratusan tahun. Nenek moyang kita selalu meng “upgrade”
manakala bangunan tersebut rusak kena gempa dan mencoba teknik-teknik baru, dan ini
berlangsung selama ratusan tahun sampai bentuk yang sekarang ini. Mereka cukup teliti
dalam membangun, terutama pada bagian sambungan-sambungan antar elemen bangunan.

Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat
seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas/runtuh akibat
gempa. Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yang
cukup kuat diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan
yang tepat.
PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat resiko terhadap gempa bumi yang
cukup tinggi, hal ini disebabkan karena wilayah kepulauan Indonesia berada di antara 4 (empat)
sistem tektonik yang aktif. Yaitu tapal batas lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng
Filipina dan lempeng Pasifik. Di samping itu Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis
pantai terpanjang di dunia sehingga selain rawan terhadap gempa juga rawan terhadap tsunami
Gempa bumi 27 Mei 2006 telah memporak-porandakan daerah istimewa Yogyakarta dan
sebagian Jawa Tengah. Gempa bumi dengan kekuatan 6,3 Skala Richter tersebut terjadi pada
pagi hari pukul 06.55, dengan durasi 52 detik. Karena gempa berasal dari kedalaman yang relatif
dangkal yaitu 33 km di bawah permukaan tanah, maka goncangan di permukaan bumi lebih
dahsyat dari pada gempa yang terjadi pada lapisan yang lebih dalam. Maka terjadi kerusakan
yang cukup besar khususnya Kabupaten Bantul di Propinsi Yogyakarta dan Kabupaten Klaten di
Propinsi Jawa Tengah. Gempa tersebut telah mengakibatkan lebih dari 5000jiwa meninggal dan
3700 orang luka-luka.1 Pengetahuan tentang gempa bumi penting bagi masyarakat agar
masyarakat memahami akibatnya dan membangun rumah yang tahan gempa untuk mengurangi
risiko ketika getaran gempa menerpa bangunan. Pada pembahasan kali ini akan lebih ditekankan
pada kajian perencanaan struktur atap terhadap gempa.
Struktur adalah susunan atau pengaturan bagian-bagian gedung yang menerima beban
atau konstruksi utama dari bangunan tanpa mempedulikan apakah konstruksi tersebut kelihatan
atau tidak kelihatan. Struktur bangunan umumnya terdiri atas konstruksi pondasi, dinding,
kolom, pelat lantai, dan kuda-kuda atap. Kuda-kuda atap adalah konstruksi (salah satu contoh;
kayu) yang terdiri dari balok melintang (yang menerima gaya tarik), balok sebagai penopang
atau tiang (yang menerima gaya tekan) guna menyangga dari gording dan kasau serta pelapis
atap. Walaupun atap itu ringan, pengaruh luar terhadap konstruksi dan penutupnya baik terhadap
suhu (sinar matahari), cuaca (air hujan dan kelembaban udara), serta keamanan terhahap gaya
horizontal (angin dan gempa) dan kebakaran harus tetap dijamin.
ada konstruksi atap terdapat bahan bangunan utama seperti salah satu contohnya; kuda-
kuda kayu. sedangkan sebagai bahan penutup adalah genting flam, genting pres, sirap, seng
gelombang, serta genting atau pelat semen berserat. Konstruksi yang dipilih maupun bahan
penutup akan mempengaruhi atau menentukan kemiringan atap2.

Filosofi Bangunan Tahan Gempa


Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada
komponen non-struktural (dinding retak,genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah,dsb) maupun
pada komponen strukturalnya (kolom dan balok retak, pondasi amblas, dsb). Bila terjadi Gempa
Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-strukturalnya akan tetapi
komponen structural tidak boleh rusak.
BAB 1
PENGANTAR

1.1 PENGERTIAN GEMPA

Gempa bumi adalah sebuah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan yang
terjadi pada kerak bumi. Beban kejutan ini di sebapkan oleh banyak hal misalnya benturan
pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi permukaan bumi. Lokasi gempa bumi disebut
sebagai faultzones. Kejutan berkaitan dengan benturan tersebut akan menjelma menjadi
gelombang yang sifatnya menjalar pada saat bangunan bergetar maka akan timbul gaya-gaya
pada struktur bangunan karena adanya kecendrungan massa bangunan untuk
mempertahankan dirinya dari gerakan gaya yang timbul ini disebut dengan gaya inesia.

Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko gempa


yang tinggi, diantara beberapa daerah gempa diseluruh dunia. Data-data terakhir yang berhasil
direkam menunjukan bahwa rata-rata setiap tahun terjadi sepuluh kegiatan gempa bumi yang
mengakibatkan kerusakan yang cukup besar di Indonesia.

Oleh karena itu sebagai seorang Arsitektur, hal ini harus di perhatikan dengan baik.
Adapun prinsip-prinsip bangunan tahan gempa yang dapat di terapkan dalam desain, guna
meminimalisir kerusakan yang di akibatkan oleh gempa bumi adalah :

1.2 Denah yang sederhana dan simetris

Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah bangunan yang


sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horizontal yang simetris. Struktur seperti
ini dapat menahan gaya gempa lebih baik karena kurangnya efek torsi dan kekuatannya yang
lebih merata.

1.3 Bahan bangunan harus seringan mungkin

Karena ketersediannya suatu bangunan tertentu, seorang Arisitek dan sarjana sipil harus
menggunakan bahan bangunan yang berat. Namun jika mungkin alangka baiknya digunakan
bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan besarnya beban inersia gempa sebanding
dengan berat bahan bangunan. Sebagai contoh penutup genteng diatas kuda-kuda kayu
menghasilkan beban gempa horiziontal sebesar 3x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup
atap seng diatas kuda-kuda kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasilkan
beban sebesar 15x beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu.

1.4 Perlunya system konstruksi penahan beban yang memadai

Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat disalurkan
dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya horisiontal yang kemudian
memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah. Hal yang penting yaitu struktur utama
penahan gaya horiziontal itu bersifat kenyal. Tetapi pada beberapa tempat tertentu, terjadi
leleh terlebih dulu. Suatu contoh misalnya deformasi paku pada batang kayu terjadi sebelum
keruntuhan akibat momen lentur pada batangan.

Cara dimana gaya-gaya tersebut dialirkan biasanya disebut jalur lintasan gaya. Tiap-tiap
bangunan harus mempuyai jalur lintasan gaya yang cukup untuk dapat menahan gaya gempa
horiziontal.

Untuk memberikan gambaran yang jelas, disini terdapat sebuah contoh rumah sederhana
dengan tiga hal utama yang akan di bahas, yaitu struktur atap, dinding dan pondasi.
Jika tidak terdapat batang pengaku (Bracing) pada struktur atap yang menahan beban gempa
dalam arah X maka keruntuhan akan terjadi seperti pada gambar di bawah ini.

System batang pengaku yang di perlukan diperhatikan pada gambar di bawah ini. Jika lebar
bangunan lebih besar bangunan di mungkinkan diperlukan 2 atau 3 batang pengaku pada tiap-
tiap ujungnya.

Dengan catatan bahwa pengaku ini harus merupakan sistim menerus sehingga semua gaya
dapat dialirkan melalui batang-batang pengaku tersebut. Gaya-gaya tersebut kemudian
dialirkan ke ring balok pada ketinggian langit-langit. Gaya dari batang pengaku dan beban tegak
lurus bidang pada dinding menghasilkan momen lentur pada ring balok seperti pada gambar di
bawah ini
Jika panjang dinding pada arah lebar (arah pendek) lebih besar dari 4 meter, maka di
perlukan batang pengaku horisiontal pada sudut untuk memindahkan beban dari batang
pengaku pada bidang tegak dinding arah x dimana elemen-elemen struktur yang menahan
beban gempa utama. Sekali lagi ring balok juga haru lurus menerus sepanjang dinding dalam
arah X dan arah Y ebagai pengganti penggunaan batang pengaku diagonal pada sudut 2 ( dua)
alternative yang dapat dipilih oleh perancang.

Ukuran ring balok dapat diperbesar dalam arah horisiontal misalnya 15 cm menjadi 30
cm atau sesuai dengan yang dibutuhkan dalam perhitungan. Ring balok ini dipasang diatas
dinding dalam arah X. dipakai di langit-langit sebagai diafragma, misalnya playwood. Untuk
beban gempa arah Y system struktur di buat untuk mencegah keruntuhan. Untuk mengalikan
gaya dari atap kepada dinding dalam arah Y. salah atu alternative di atas dapat dipilih yaitu
penggunaan batang pengaku horisiontal ring balok atau memakai langit-langit sebagai
diafragma.

Gaya-gaya aksial dalam ring balok harus ditahan oleh deinding. Pada dinding bata gaya
gaya tersebut ditahan oleh gaya tekan diagonal yang diuraikan menjadi gaya tarik. Gaya aksial
yang berkerja pada ring balok juga dapat menimbulkan gerakan berputar pada dinding putaran
ini ditahan oleh berat sendiri dinding berat atap yang berkerja diatasnya dan ikatan sloof ke
pondasi.

Jika momen guling lebih besar dari momen guling lebih besar dari momen penahannya
maka panjang dinding harus diperbesar.kemungkinan lain untuk memperkaku dinding adalah
sistim diafragma dengan menggunakan playwood, particle board atau sejenisnya, atau
pengaku diagonal kayu untuk dinding bilik. Penggunan dinding diafragma lebih dianjurkan
karena sering terjadi kesulitan untuk memperoleh sambungan ujung yang lebih pada sistim
pengaku diagonal

Beban gempa yang bekerja pada arah Y ditahan dengan cara yang sama dengan arah
sebagai system struktur utama yang mana dinding harus mampu menahan beban gempa yang
searah dengan bidang dinding, dinding juga harus mampu menahan beban gempa yang searah
dengan bidang dinding. Dengan alas an ini maka dinding bata (tanpa tulang) harus diperkuat
dengan kolom praktis dengan jarak yang cukup dekat. Sebagai pengganti kolom praktis ini
daoat dipakai tiang kayu.
Struktur pondasi berperan penting untuk memindahkan beban gempa dari dinding
ke tanah. Pertama pondasi harus dapat menahan gaya tarik vertical dan gaya tekan dari
dinding. Ini berarti sloof menerima gaya geser dan momen lentur sebagai jalur lintasan gaya
terakhir sebelum gaya-gaya tersebut mencapai tanah.

Akhirnya sloof memindahkan gaya gaya datar terebut ke pada tanah yang ditahan
oleh daya dukung tanah dan tekanan tanah lateral.

Rumah yang terbuat dari kayu dengan lantai kayu dan pondasi kayu seperti gambar-
gambar di bawah ini memerlukan batang pengaku untuk mencegah keruntuhan.
Dari uraian diatas, goncangan gempa dan
cara menghitung harga pembebanan gempa
untuk suatu bangunan, dapat disimpulkan
bahwa

1.kekenyalan struktur sangat ditekankan


sekali untuk mencegah keruntuhan
bangunan.

2. gaya gempa hannya dapat ditahan oleh


istem strukturnya yang menerus
(jalurlintasan gaya yang menerus) dari puncak
bangunan ketanah.
BAB 2
STRUKTUR DAN KONTRUKSI BANGUNAN TAHAN GEMPA PADA KAYU

2.1 PENGERTIAN

Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan
kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan
lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan
tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari
pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam
penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh
jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu
mahal.

2.2 JENIS-JENIS KAYU

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan
dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat
kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis
kayu yaitu :

1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding
selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta
lignin (non karbohidrat).

2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika
diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).

3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau
melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu
udara disekelilingnya.

4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam
keadaan kering
A. Sifat Fisik Kayu

1. Berat dan Berat Jenis

Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat
ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu
mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa)
sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan
semakin kuat pula.

2. Keawetan

Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak


kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan
adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat
ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga
pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.

3. Warna

Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam
kayu yang berbeda-beda.

4. Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu


digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur
sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti
dll).
5. Arah Serat

Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah
serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin
dan serat diagonal (serat miring).

6. Kesan Raba

Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu
(kasar, halus, l icin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda
tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.

7. Bau dan Rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara
terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan
bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya
bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.

8. Nilai Dekoratif

Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan
pemuncula n riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat
sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.

9. Higroskopis

Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab
udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan
dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban
udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture
Content).
10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :

1. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan
elastisitas kayu.

2. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang


suara.Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak
dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).

11. Daya Hantar Panas

Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk
membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.

12. Daya Hantar Listrik

Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran
listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu
akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung
air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya
hantar air.

B. Sifat Mekanik Kayu

1. Keteguhan Tarik

Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :

1. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan

2. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.


Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah
serat.Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik
sejajar arah serat.

2. Keteguhan tekan / Kompresi

Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. T


erdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :

1. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan

2. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.

Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan
kompresi sejajar arah serat.

3. Keteguhan Geser

Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat
suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapa t 3 (tiga)
macam keteguhan yaitu :

1. Keteguhan geser sejajar arah serat

2. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan

3. Keteguhan geser miring

Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser
sejajar arah serat.

4. Keteguhan lengkung (lentur)

Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menaha n gaya-gaya yang


berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain
beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
1. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara perlahan-lahan.

2. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang


mengenainya secara mendadak.

5. Kekakuan

Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau


lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.

6. Keuletan

Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif
besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-
ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang
permanen dan kerusakan sebagian.

7. Kekerasan

Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik
atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan
merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.

8. Keteguhan Belah

Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang


berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam
pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik
untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang
jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat
mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik
kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :

1. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan


dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.

2. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.

C. Macam Penggunaan Kayu

Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu
yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis kayu yang mempunyai
persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai berikut :

1. Bangunan (Konstruksi)

Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang
tinggi.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara,
rasamala.

2. Veneer biasa

Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya
sedang.

Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.

3. Veneer mewah

Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif.

Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru,
sonokembang.

4. Perkakas (mebel)
Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah
dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.

Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang, ramin.

5. Lantai (parket)

Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup
kuat.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.

6. Bantalan Kereta Api

Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas, ulin.

7. Alat Olah Raga

Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat
lurus dan panjang, kaku, cukup awet.

Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling.

8. Alat Musik

Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi
baik.

Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni.

9. Alat Gambar

Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih.

Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus.

10. Tong Kayu (Gentong)

Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau.


Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang.

11. Tiang Listrik dan Telepon

Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus.

Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.

12. Patung dan Ukiran Kayu

Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan
berwarna gelap.

Jenis kayu : jati, s onokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni.

13. Korek Api

Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api),
elastis dan tidak mudah pecah (kotak).

Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang, pinus.

14. Pensil

Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak
merah, berserat lurus.

Jenis kayu : a gathis, jelutung, melur, pinus.

15. Moulding

Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku.
Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.

Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll.

16. Perkapalan

Lunas

Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut.


Jenis kayu : ulin, kapur.

Gading

Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.

Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.

Senta

Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.

Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.

Kulit

Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut.

Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah.

Bangunan dan dudukan mesin

Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran mesin.

Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai.

Pembungkus as baling-baling

Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam.

Jenis kayu : nangka, bungur, sawo.

Popor Senjata

Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil.

Jenis kayu : waru, salimuli, jati.

17. Arang (bahan bakar)

Persyaratan teknis : BJ tinggi.


Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, kayu malas, nyirih,
rasamala, puspa, simpur.

2.3 KONSTRUKSI KAYU TAHAN GEMPA

Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh
elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas atau runtuh akibat gempa.
Tetapi pada skala tertentu jika memang bangunan tersebut akan roboh karena kekuatan gempa
yang besar, paling tidak bangunan tersebut masih mempunyai waktu untuk bertahan dari
goncangan untuk memberikan waktu kepada penghuninya menyelamatkan diri dan
mengevakuasi anggota keluarga yang lain.

Berikut adalah salah satu konsep rumah tahan gempa yang terbuat dari kayu dengan berbagai bentuk
pondasi yang disadur dari buku PEDOMAN TEKNIS, Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa, milik
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM.

a. Konstruksi Kayu

Rumah konstruksi kayu adalah bangunan rumah dengan menggunakan sistem struktur rangka
pemikul dari bahan kayu. Biasa disebut sebagai rumah kayu, ciri-cirinya yaitu seluruh komponen balok
dan kolom serta dinding yang digunakan adalah kayu. Rumah dengan struktur rangka kayu harus
menggunakan sambungan-sambungan takik yang dikencangkan dengan menggunakan paku minimal 4.
Panjang paku yang digunakan minimal 2,5 kali tebal kayu yang terkecil. Apabila struktur kayu ini
memikul beban berat (seperti struktur kayu untuk bangunan gudang atau garasi kendaraan), maka
sambungan kayu harus dikencangkan dengan menggunakan bout berdiameter minimum 10 mm. Semua
kayu yang digunakan harus kering dan bila perlu diawetkan sesuai dengan persyaratan pengawetan
kayu.

b. Rumah Kayu dengan pondasi Umpak


 Pondasi setempat/umpak yang dimaksudkan di dalam pedoman teknis ini adalah pondasi
umpak yang terbuat dari beton kosong (tanpa tulangan) campuran 1PC : 1 1/2 Psr : 2 1/2
Krl.
 Bentuk pondasi umpak adalah prisma terpancung dengan ukuran penampang atas 25 cm
x 25 cm, penampang bawah 60 cm x 60 cm, dan tinggi 90 cm
 Bagian yang tertanam dari pondasi umpak sekurang-kurangnya 30 cm atau sampai tanah
keras. Jarak maksimum antar pondasi adalah 1,5 m.
 Pembuatan papan duga (bowplang) sebagai acuan penempatan harus dibuat sedemikian
rupa sehingga setiap baris pondasi berada tepat dibawah sumbu memanjang balok, seperti
ditunjukkan pada Gambar 15
 Setiap pondasi umpak harus terikat satu sama lain dengan balok pengikat, seperti pada
Gambar 16

c. Rumah kayu dengan pondasi menerus


 Bahan pondasi ini dibuat dari pasangan batu kali dengan adukan untuk spesi 1PC: 4 Psr.
 Struktur bangunan atas harus terikat pada pondasi dengan menggunakan angkur besi
berdiameter 12 mm dan jarak maksimum 1,5m
 Apabila menggunakan papan sebagai dinding, maka jumlah paku yang digunakan
sekurang-kurangnya 2 buah, dan sambungan pada papan satu dengan lainnya digunakan
sambungan alur lidah.
 Untuk mendapatkan bangunan yang kokoh, maka pada setiap detail sambungan pada
struktur rangkanya sebaiknya mengunakan sambungan takik yang dikencangkan dengan
paku.
 Detail A merupakan detail sambungan pada sudut bangunan antara ring balok kayu
dengan kolom:

1. a. Sambungan ring balok kayu disudut digunakan sambungan takik.


2. b. Sambungan kolom dengan ring balok menggunakan sambungan pasak.
3. c. Untuk menambah kekakuan, maka antara ring balok dengan kolom dipasang sekur-
sekur dari papan 2/20 cm dan dipaku.

merupakan ilustrasi dari rumah kayu dinding papan dengan pondasi tiang. Ini adalah
hubungan Pondasi Tiang dengan Balok Penguat Horisontal (Detail A) Untuk mendapatkan
kekokohan struktur bawah dari rumah panggung ini, maka sistem sambungan yang digunakan
adalah sistem sambungan takik dengan penguat paku dan pasak masing-masing untuk
sambungan sekur dan sambungan balok - kolom. (sumber : buku PEDOMAN TEKNIS, Rumah dan
Bangunan Gedung Tahan Gempa, milik DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM)
BAB 3
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN TAHAN GEMPA PADA BETON

3.1 PENGERTIAN BETON

Beton yaitu suatu campuran yang berisi pasir, krikil/ batu pecah/ agregat lain yang
dicampurkan menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air yang membentuk
suatu masa yang sangat mirip seperti batu. dapat digunakan untuk membuat pondasi, balok, plat
cangkang, plat lantai. Dll

Kelebihan dan Kekurangan Beton


beton dalam keadaan mengeras akan sangat keras bagaikan batu dengan kekuatan tinggi. tapi
dalam keadaan segar beton seperti bubur sehingga mudah dibentuk sesuai keinginan. beton juga
sangat tahan terhadap serangan api juga sangat tahan terhadap serangan korosi. sehingga secara
umum kelebihan dan kekurangan beton adalah :

1.kelebihan beton :
a.dapat dibentuk sesuai keinginan
b.mampu memikul beban tekan yang berat
c.tahan terhadap temperatur tinggi
d.biaya pemeliharaan rendah / kecil

2.kekurangan beton
a.bentuk yang sudah dibuat sulit untuk diubah
b.pelaksanaa pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggi
c.berat
d.daya pantul suara besar
e.membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk
f.tidak memiliki kekuatan tarik
g.setelah dicampur beton segera mengeras
h.beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di daur ulang
3.2 JENIS JENIS BETON

1. Beton siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa , perbedaannya ialah pada beton ini digunakan
ukuran agregat yang relative besar2.beton ini digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan,dan
sebagainnya.ukuran agregat kasar dapat sampai 20 cm,namun proporsi agregat yang lebih besar dari
biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20 persen dari agregat seluruhnya.

2. Beton Ringan
Beton jenis ini sama dengan beton biasa perbedaannya hanya agregat kasarnya diganti dengan
agregat ringan. Selain itu dapat pula dengan beton biasa yang diberi bahan tambah yang mampu membentuk
gelembung udara waktu pengadukanbeton berlangsung.beton semacam ini mempunyai banyk pori sehingga
berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa.

3. Beton non pasir


Beton jenis ini dibuat tanpa pasir , jadi hanya air,semen, dan kerikil saja.karena tanpa pasir maka
rongga rongga kerikil tidak terisi. Sehingga beton berongga dan berat jenisnya lebih rendah daripada beton
biasa. Selain itu Karena tanpa pasir maka tidak dibutuhkan pasta2 untuk menyelimuti butir2 pasir sehingga
kebtuhan semen relative lebih sedikit.

4. Beton hampa
Seperti yang telah diketahui bahwa kira2 separuh air yag dicampurkan saja yang bereaksi dengan
semen,adapun separuh sisanya digunakan untuk mengencerkan adukan.beton jenis ini diaduk dan dituang
serta dipadatkan sebagaimana beton biasa,namun setelah beton tercetak padat kemudian air sisa reaksi
disedot dengan cara khusus. Seperti cara vakum. Dengan demikian air yang tertinggal hanya air yang
digunakan untuk reaksi dengan semen,sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.

5. Beton bertulang
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya tekan, batang baja
dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk membantu beton. Beto yang dimasuki batang baja
pada bagian tariknya ini disebut beton bertulang.

6. Beton prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah batangnya baja yang dimasukkan
ke dalam beton ditegangkan dahulu . batang baja ini tetap mempunyai tegangan sampai beton yang dituang
mengeras.bagian balok beton ini walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.
7. Beton pracetak
Beton biasa dicetak /dituang di tempat.namun dapat pula dicetak di tempat lain,fungsinya di cetak di
tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih baik.selain itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat
terbatas.sehingga sulit menyediakan tempat percetakanperawatan betonnya.

8. Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara volume dan permukaannya besar.
Bila dimensinya lebih besar dari 60 sm. Pondasi besar,pilar, bendungan. Harus diperhatikan perbedaan
temeratur.

9. Fero semen
Suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan ortar semen suatu tulangan yang
berupa suatu anyaman kawat baja.

10. Beton serat


Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat berupa
batang2 5 sd 500mm,panjang 25-100mm.serat asbatos,tumbuh2an , serat plastic, kawat baja.

11. Lain-Lain
Beton mutu tinggi,polimer beton,beton modifikasi blok,polimer impregnated concrete,beton kinerja
tinggi, dll.

3.3 STRUKTUR BETON TAHAN GEMPA

a. Pengertian Bangunan Tahan Gempa

Membangun bangunan yang dapat menahan beban gempa adalah tidak ekonomis. Oleh
karena itu prioritas utama dalam membangun bangunan tahan gempa adalah terciptanya suatu
bangunan yang dapat mencegah terjadinya korban, serta memperkecil kerugian harta benda. Dari
hal tersebut pengertian bangunan tahan gempa adalah:

 Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada
komponen non-struktural maupun pada komponen strukturalnya.
 Bila terjadi Gempa Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-
strukturalnya (plafond runtuh, dinding retak) akan tetapi komponen struktural (kolom, balok,
sloof) tidak boleh rusak.
 Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen
non-struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap
selamat, artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan
untuk keluar.
b. Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh

Menyatunya antar elemen dalam suatu bangunan akan mereduksi kerusakan bangunan yang
terkena gempa.

3.4 Sistem Tahan Gempa yang harus di terapkan

a. Pondasi

Membangun pondasi memang sederhana, tapi pondasi yang kuat memerlukan pengetahuan
yang cukup. Sehingga fondasi bangunan yang baik haruslah kokoh dalam menyokong beban dan
tahan terhadap perubahan termasuk getaran. Penempatan fondasi juga perlu diperhatikan kondisi
batuan dasarnya.Pada dasarnya fondasi yang baik adalah seimbang atau simetris. Dan untuk
pondasi yang berdekatan harus dipisah, untuk mencegah terjadinya keruntuhan local (Local Shear)

b. Desain Kolom
Kolom harus menggunakan kolom menerus (ukuran yang mengerucut/ semakin mengecil
dari lantai ke lantai). Dan untuk meningkatkan kemampuan bangunan terhadap gaya lateral akibat
gempa, pada bangunan tinggi (high rise building) acapkali unsur vertikal struktur menggunakan
gabungan antara kolom dengan dinding geser (shear wall).

c. Denah Bangunan harus simetris

Bentuk Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, dan dipisahkan (pemisahan


struktur). Untuk menghindari adanya dilatasi (perputaran atau pergerakan) bangunan saat gempa.
Namun dilatasi ini pun menimbulkan masalah pada bangunan yaitu :
 2 atau beberapa gedung yang dilatasi akan mempunyai waktu getar alami yang berbeda,
sehingga akan menyebabkan benturan antar gedung,
 Ketidak efektifan dalam pemasangan interior, seperti : plafond, keramik, dll
 Perlunya konstruksi khusus (balok korbel).
Konstruksi Balok Korbel untuk dilatasi struktur adalah sebagai berikut.
d. Bahan bangunan harus seringan mungkin
Berat bahan bangunan adalah sebanding dengan beban inersia gempa. Sebagai contoh
penutup atap GENTENG menghasilkan beban gempa horisontal sebesar 3X beban gempa yang
dihasilkan oleh penutup atap SENG. Sama halnya dengan pasangan dinding BATA menghasiIkan
beban gempa sebesar 15X beban gempa yang dihasilkan oleh dinding KAYU.

e. Struktur Atap

Jika tidak terdapat batang pengaku (bracing) pada struktur atap yang menahan beban
gempa dalam arah horizontal, maka keruntuhan akan terjadi seperti, diperlihatkan pada gambar
berikut:
f. Konsep Desain Kapasitas (Capasity Design)
Konsep Desain Kapasitas adalah dengan meningkatkan daktalitas elemen- elemen struktur
dan perlindungan elemen- elemen struktur lain yang diharapkan dapat berperilaku elastik. Salah
satunya adalah dengan konsep “strong column weak beam”. Dengan metode ini, bila suatu saat
terjadi goncangan yang besar akibat gempa, kolom bangunan di desain akan tetap bertahan,
sehingga orang- orang yang berada dalam Gedung masing mempunyai waktu untuk menyelamatka
diri sebelum Bangunan roboh seketika. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendesain kolom
yang kuat antara lain :

 Pengaturan jarak antar sengkang,


 Peningkatan mutu beton, dan
 Perbesaran penampang.
 Serta untuk struktur bangunan dengan baja, bisa dimodifkasi sambungan hubungan antara
balok dengan kolom. Berikut ini adalah ilustrasi pembentukan sendi plastis dalam perencanaan
bangunan tahan gempa.

Tiap Negara mempunyai desain sendiri dalam merencanakan tingkat daktilitas untuk
keamanan bangunan yang mereka bangun, hal ini tergantung dari letak geologi negara masing-
masing. Misalnya Jepang yang menerapkan tingkat daktilitas 1. Dengan desain ini, bangunan di
desain benar- benar kaku (full elastic). Berikut ini adalah macam- macam tingkat daktlitas beserta
kondisi yang ditimbulkan :

a. Daktilitas 1 : Keadaan elastis, dengan konsep ini tulangan di desain besar- besar untuk membuat
bangunan menjadi kaku (full elastic). Contohnya : Jepang. Konsekuensinya, saat gempa melebihi
rencana, maka Gedung akan langsung roboh tanpa memberi tanda (peringatan) terlebih dahulu.
Kalo kata Dosen saya, ini Konsep desain bangunan yang 'menantang' kekuatan Tuhan.
Hhehehehehe...

b. Daktilitas 2 : Keadaan Plastis (intermediete)


c. Daktilitas 3 : Keadaan plastis dengan struktur yang daktil, perecanaan struktur dengan
metode Capasity Design. Nah, ini dia yang menjadi dasar perencanaan bangunan tahan gempa di
Indonesia, yaitu dengan pembentukan sendi plastis di balok, sehingga saat ada gempa Bangunan
akan memberi 'tanda' atau peringatan terlebih dahulu, sehingga orang- orang dalam gedung
mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri.

Berikut ini contoh kegagalan bangunan akibat kolom yang lemah (soft story)
Kasus Konstruksi Bangunan karena Soft Story (Desain kolom yang terlalu kecil)

Soft story adalah istilah yang sering digunakan dalam pembahasan tentang struktur
gedung tahan gempa. Soft story kalo diterjemahkan mentah-mentah ya artinya lantai lunak.
Maksudnya? Apakah berarti ada juga istilah Hard Story? Hehehe... Sekedar analogi, kita bisa
misalkan gedung bertingkat sebagai lapisan-lapisan batu bata yang ditumpuk di atas sebuah
meja. Tiap lapisan batu bata merinpresentasikan lantai gedung. Sementara itu ada tumpukan
batu bata lain. Tapi di tengah- tengah tumpukan tersebut, ada satu lapisan yang batu batanya
mempunyai rongga yang cukup besar di dalamnya. Kasus kegagalan bangunan di atas terjadi
saat Gempa di Padang beberapa tahun lalu, terlihat kan...? bahwa bangunannya memang
kurang direncanakan dengan matang. Seperti iniloh ilustrasinya.

Sekarang, misalkan kita guncang meja tersebut ke arah horizontal secara acak dan bolak
balik. Dengan goncangan yang sama, ternyata kedua tumpukan batu mempunyai perilaku yang
berbeda. Tumpukan pertama bisa saja masih bertahan selama goncangan berlangsung. Akan
tetapi tumpukan kedua sudah runtuh akibat lapisan batu bata "palsu" yang ada di tengah-
tengah tadi yang tidak kuat menahan gaya dorong "fiktif" yang bekerja secara lateral dan bolak
balik.

Lapisan batu bata lunak ini bisa di interpresentasikan sebagai soft story. Jika lapisan
lunak ini berada di lantai paling atas, tentu bukan masalah. Justru yang jadi masalah adalah
kalau lantai lunak ini berada pada lapisan atau lantai yang paling bawah. Dan.. kenyataannya
memang seperti ini yang banyak dijumpai di lapangan. Mengapa demikian?

Berikut ini kami coba berikan dua contoh faktor yang menyebabkan keruntuhan karena
pengaruh soft story.

g. Kekakuan Dinding Bata Diabaikan.

Gedung-gedung tinggi yang bertipe gedung perkantoran, hotel, atau apartemen,


khususnya di kota-kota besar, pada umumnya mempunyai lobi yang berada di lantai dasar atau
lantai ground. Ciri-ciri lantai lobi adalah :

1. Tinggi antar lantainya biasanya lebih besar daripada lantai tipikal di atasnya.
Arsitek biasanya menginginkan hal ini agar ruangan lobi terlihat lebih besar, luas, dan
megah.
2. Karena ingin luas, maka di lantai lobi, penggunaan dinding bata relatif lebih
sedikit daripada di lantai-lantai atas yang memang membutuhkan dinding-dinding sekat
antar ruangan.

Lantai Lunak Akibat Bukaan yang Lebih Banyak

Akibatnya, seperti yang terlihat pada gambar di atas, lantai paling bawah menjadi lantai
yang paling lunak (kurang kaku) dibandingkan lantai di atasnya. Salah satu solusinya adalah
menambah ukuran kolom sebesar mungkin sehingga bisa mengimbangi kekakuan- kekakuan
lantai di atasnya.
h. Kekeliruan Antara Desain dan Pelaksanaan

. Tumpuan yang di Desain Sebagai Jepit Kenyataannya, Tumpuan Berperilaku Sendi

Kenyataannya, tumpuan berperilaku sendi. Contoh di atas adalah contoh kasus yang
sepele namun dampaknya luar biasa. Tumpuannya didesain jepit, akan tetapi pada
pelaksanaannya, justru tumpuan tersebut berperilaku sendi.

Kenapa sih tumpuan itu bisa sendi? Ada beberapa penyebabnya, antara lain:

1. Tidak ada yang mentransfer momen dari kolom ke pondasi.


Ketika menentukan sebuah tumpuan itu adalah jepit, maka perlu diperhatikan bahwa
akan ada momen lentur di kaki kolom (tumpuan), dan.. harus ada yang bisa mentransfer
momen tersebut ke pondasi dan terus ke tanah. Jika pondasinya tipe tiang (pile) baik itu
pancang atau bor, setidaknya harus ada pilecap yang cukup kuat untuk menahan momen dari
kolom tersebut. Jika pondasinya pondasi tapak, sebaiknya kolom tidak didesain sebagai jepit.
Pondasi tapak tidak efektif dalam menahan momen lentur akibat reaksi tumpuan jepit.

2. Pondasi tidak didesain untuk menahan momen.


Kadang pondasi tapak sudah didesain untuk menahan momen, tetapi pada
kenyataannya, jika ada momen yang terjadi pada pondasi, akan ada perbedaan tekanan pada
tanah di daerah ujung-ujung pondasi. Akibatnya bisa terjadi perbedaan settlement. Jika ada
perbedaan settlement di ujung-ujung pondasi tapak, maka akan timbul rotasi. Adanya rotasi
menyebabkan perilaku jepit menjadi tidak sempurna lagi.
Gambar Adanya Rotasi yang Menyebabkan Perilaku Jepit Menjadi Tidak Sempurna

Rotasi pada pondasi tapak mengurangi kekuatan penjepitan


Kurang lebih 2 hal itulah yang paling banyak menyebabkan kegagalan soft-story. Lantas, apa
yang sebaiknya dilakukan oleh perencana?

 Lantai yang dianggap "lunak" sebaiknya kekakuan kolomnya agak dilebihkan. Berbicara
kekakuan artinya kita berbicara tentang variabel E, I, dan L. Menaikkan E berarti meninggikan
mutu beton, hal ini relatif jarang dilakukan jika hanya mau meningkatkan kekauan satu lantai
saja. Mengurangi nilai L (tinggi antar lantai) juga sulit dilakukan karena tinggi lantai yang sudah
ditentukan oleh arsitek biasanya tidak bisa diubah lagi. Yang paling mungkin adalah menambah
momen inersia, I, yaitu dengan memperbesar ukuran kolom. Hal ini memang membutuhkan
koordinasi dengan pihak arsitek.

 Yang paling ideal adalah, kekakuan dinding bata juga sebaiknya dimasukkan ke dalam
perhitungan. Akan tetapi di Indonesia khususnya, belum ada pedoman mengenai hal ini, apalagi
dalam perencanaan bangunan tahan gempa. Sebenarnya boleh saja kita tidak memasukkan
kekauan dinding bata ke dalam perhitungan, akan tetapi hal ini berarti dalam pelaksanaannya
nanti dinding bata tersebut harus "terlepas" (tidak diikat) dari struktur utama. Hal ini tentu
sangat berbahaya karena dinding tersebut sewaktu-watu bisa rubuh dan menimpa orang yang
ada di dekatnya.

 Jika pondasinya tidak didesain untuk menahan momen, sebaiknya tidak menggunakan
tumpuan jepit.
3.5 DETAIL STRUKTUR DAN KONSTRUKSI TAHAN GEMPA

A. Kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat kurang baiknya pendetailan adalah :


1.Penampang kurang daktil (secara umum, daktilitas berarti kemampuan struktur untuk
mengalami lendutan yang besar tanpa mengalami keruntuhan.secara teknik, daktilitas adalah
perbandingan antara lendutan sebelum runtuh dengan lendutan saat mulai rusak)
2.Kerusakan akibat penjangkaran yang kurang panjang
3.Tertekuknya tulangan tekan (artinya perletakan tulangan beton yang tidak sesuai dengan
peruntukanya)

“Karena peran daktilitas sangat besar pada kemampuan struktur untuk memancarkan
energy pada waktu terjadi gempa besar, maka pendetailan yang baik sangat penting sekali
dalam perencanaan struktur beton” (Ir. Gideon H. Kusuma M.Eng dalam Dasar-dasar
Perencanaan Beton Bertulang)

Banyak ahli struktur mengatakan "Dalam Perencanaan Bangunan Di daerah Rawan


Gempa Pendetailan Struktur Sama Pentingya Dengan Analisa Stuktur Bahkan Lebih Penting",
Karena beban gempa itu sangat sulit diperkirakan dan dihitung distribusi gayanya. (Ir. Gideon
H. Kusuma M.Eng dalam Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang)

“Metode Pekerjaan Penulangan Beton”.Kenapa kita pilih detail joint atau pertemuan
antara komponen struktur, karena dari hasil pengamatan para ahli pasca terjadinya gempa
yang menimbulkan kerusakan pada bangunan, pada lokasi inilah yang banyak terjadi
kerusakan. Semoga dalam tulisan kedepan dapat disajikan kerusakan-keruskan akibat gempa
dan cara memperbaikinya.

B. Detail Sambungan Pada Sloof meliputi sambungan antara sloof dng sloof dan sloof dengan
kolom

Detail penulangan sloof pada ilustrasi gambar disebutkan juga dengan detail penulangan
balok fondasi. Sebenarnya telah kita uraikan pada posting sebelumnya (ilustrasinya bikin
sendiri), akan tetapi tidak ada salahnya kita ulang lagi pada tulisan kali ini dengan ilusrasi yang
berbeda supaya lebih hapal.
c. Detail sambungan kolom dan balok
Pada detail pertemuan balok dan kolom, disini kita ilustrasikan dengan detail Sambungan tahan gempa
ilustrasi gambar diatas ada detail sambungan yang benar ditandai dengan tanda centang hijau
sedang detail yang salah ditandai dengan tanda silang merah, pada ilustrasi di atas juga terdapat cara
penyambungan (pojok kanan bawah) disebut dengan sambungan lewatan. Ilustrasi sambungan di atas
sesuai dengan kaidah pada “Metode Pekerjaan Penulangan Beton “ bahwa ujung tulangan baja tulangan
polos harus dibuat kait atau penjangkaran.

d. Detail Sambungan Pada Kolom, Balok dan Sloof Tampak Samping

Pada ilustrasi gambar di bawah ini sebenarnya adalah tambahan keterangan point 1 dan 2 di atas,
hanya saja ilustrasi dibawah ini adalah tampak samping dari detail prinsip sambungan pada poin-point di
atas.
e. Detail Pada Gunungan Atap
Pada ilustrasi gambar dibawah ini kita sebut dengan detail Dinding Amping .

detail pada gunungan atap atau amping (pada ilustrasi di atas) merupakan bagian yang penting
untuk anda laksanakan. Pengalaman penulis dulu ketika gempa jogja 2006 banyak yang terjadi
kerusakan pada bagian ini karena tidak ada betonnya pada gunungan ini atau jika memang ada
betonya maka metode penulangan yang tidak benar. Bagian gunungan ketika gempa menjadi
bagian yang menderita gaya yang besar karena posisinya yang tinggi dari tanah, nah ketika
bagian ini mengalami kerusakan dan sampai hancur akan jauh lebih membahayakan lagi
adalah bongkahan pasangan bata yang rusak bisa menimpa penghuni dibawahnya (ketika
gempa jogja tahun 2006 hal ini banyak penulis temui bongkahan bata di atas ranjang tidur
pemilik rumah).
Kegagalan atau kesalahan pendetailan sambungan struktur bisa berakibat seperti foto-foto di bawah
ini:
DOSEN PEMBIMBING

MAKALAH SUHARTO PAPUTUNGAN, ST.,MT

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN TAHAN GEMPA PADA KAYU DAN BETON

DISUSUN OLEH

NAMA : ANITA AGUSTINA KASIM

NPM : 0726 14 11 043

KELAS : A (GANJIL)

MATKUL : BANGUNAN TAHAN GEMPA

Você também pode gostar