Você está na página 1de 9

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Industri Detergen di Indonesia sangat berkembang pesat. Terbukti


dengan telah banyaknya beredar berbagai merek Detergen yang ada di pasaran, seperti
Detergen Rinso, Daia, Attack, So Klin dan masih banyak lagi merek yang lainnya serta
berbagai variasi, mulai dari Detergen bubuk, cair, dan bahkan produsen juga memasarkan
Detergen khusus untuk mesin cuci (matic). Keanekaragaman sabun Detergen yang ada
sekarang ini memudahkan konsumen dalam memilih sabun Detergen yang mereka
butuhkan.
Sabun Detergen sudah tertanam dibenak konsumen, karena itu para produsen
berlomba-lomba untuk memberikan kualitas terbaik dari produknya. Semua lapisan
masyarakat menggunakan sabun Detergen untuk mencuci pakaian yang kotor dan bau
keringat yang menempel pada baju mereka.Pakaian yang bersih dan wangi akan membuat
seseorang menjadi pede dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.Dengan begitu,
pemilihan sabun detergen yang digunakan untuk mencuci pakaian sangatlah penting, salah
satunya adalah detergen Rinso.
Rinso merupakan salah satu merek Detergen yang populer di dunia, termasuk di
Indonesia. Rinso adalah merek yang paling lazim digunakan di Amerika Serikat, Inggris,
dan Australia sejak tahun 1918. Pada tahun 1970, setelah menyadari potensi pasar Tanah
Air, Unilever menjadikan Indonesia sebagai pangkalan Rinso. Hal ini terbukti merupakan
langkah yang cerdas karena Rinso memang merupakan pemimpin di pasar Detergen
Indonesia. Rinso memberikan proses pencucian yang efektif dan lebih mudah dan
pengalaman mencuci terbaik.
Detergen Rinso sebagai merek pertama dan pemain utama dalam pasar Detergen di
Indonesia, selalu terdepan dalam melakukan inovasi produk dan memberikan pilihan
rangkaian produk yang lengkap baik dan disesuaikan dengan kebutuhan Ibu di Indonesia.
Kini Rinso terdiri dari berbagai varian antara lain: Rinso Anti Noda, Rinso Molto Ultra,
Rinso Color and Care, Rinso Cair, Rinso Molto Ultra Cair, Rinso Matic Top Load, dan
Rinso Matic Front Load. (Ciputraentrepreneursih.com).
Detergen Rinso merupakan produk yang diproduksikan oleh PT. Unilever
Indonesia Tbk. PT. Unilever Indonesia Tbk adalah produsen sabun bubuk yang sudah lama
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Semua lapisan masyarakat Indonesia sudah sangat
familiar dengan sabun bubuk detergen merek Rinso adalah merek yang dikeluarkan oleh
PT. Unilever Indonesia Tbk.(Unilever.co.id). Hal ini dapat dilihat pada Top Brand Index
(TBI) Detergen rinso dengan pesaingnya dua tahun terakhir. Detergen Rinso yang
diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia Tbk tidak hanya bersaing dengan So Klin yang
diproduksi oleh PT. Wings Surya Surabaya Indonesia dan Attack oleh PT. KAO Indonesia
saja. Tetapi juga dengan merek-merek lain yang Hal tersebut akan mempengaruhi perilaku
konsumen dalam menentukan pilihan (Dharma dan Putu 2015).
PT Wings Surya adalah perusahaan yang didirikan pada tahun 1948, di Surabaya.
Berawal dari industri kecik kini menjelma menjadi perusahaan raksasa. Mereka
menghasilkan produk-produk berkualitas internasional dengan harga yang ekonomis.
Wings Group menjadi pemimpin pasar untuk produk kebutuhan rumah tangga seperti
sabun, deterjen, shampo, pasta gigi. Brand produk mereka sudah akrab dengan kehidupan
masyarakat Indonesia dan menjadi salah satu pilihan terbaik. Tidak hanya untuk kebutuhan
dalam negeri, Wings juga melakukan ekspansi dengan mengirimkan produknya ke manca
negara. Mereka selalu melakukan inovasi dalam pengembangan produk, memberikan
kepuasan bagi konsumer.
Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi. Deterjen digunakan untuk mencuci pakaian dan kain. Wings Group juga
hadir dengan produk deterjen, bermerek Daia. Deterjen ini mengandung bahan-bahan yang
dapat mengangkat kotoran dan noda, membuat baju bersih dan bebas noda. Daia
membantu ibu dalam mencuci pakaian dalam jumlha banyak, bekerja efektif dan cepat
membersihkan pakaian. Daia memiliki busa yang banyak dan lembut untuk tangan.
Deterjen ini tidak membuat tangan panas. Untuk pakaian putih, Daia menghadirkan Daia
Putih yang membuat pakaian lebih putih dan tampil cermelang. Daia Bunga Dan Daia
Lemon menawarkan produk yang membuat cucian bersih dan harum (wangi bunga dan
lemon). Daia Plus Softener, dengan daya cuci yang dahsyat namun membuat cucian
menjadi lembut. Selain deterjen, Daia hadir juga dengan produk softener.

So Klin Liquid juga sama seperti Daia yaitu berada dibawah naungan Wings
Group. So Klin Liquid ialah Detergent cair konsentrat yang efektif membersihkan
pakaian dengan mudah dan cepat. Menghilangkan noda dan membersihkan noda
dengan sempurna. 50% Ekstra Konsentrat dibanding deterjen cair lainnya, formula
barunya Clean and Soft Formula mampu membersihkan/mencuci pakaian 2x lebih
bersih, 2x lebih lembut dan harum. PLUS Anti Bacterial (Tidak bau meski direndam
lama). NODA HILANG, BERSIH SEMPURNA.

So Klin Liquid Perfume Collection adalah persembahan terbaru dari So Klin.


Dengan perpaduan perfum istimewa membuat Anda bisa menikmati kemewahan
perfum kelas dunia setiap saat pada pakaian anda. Anti-bacterial formula yang selalu
hadir dalam So Klin Liquid mampu membuat baju Anda bebas kuman setiap saat.

Pada akhirnya keputusan pembelian konsumen dapat dilihat sebagaisuatu proses


dimana konsumen akan mengevaluasi produk dengan melihatkekuatan berbagai atribut
produk dan citra yang dimiliki oleh produk tersebut(Akyopomare et, al 2012). Adapun
faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen membeli produk Detergen Rinso karena
kebutuhan akan produk tersebut, atribut produk, citra merek, dan juga pengaruh iklan di
televisi.

Keputusan pembelian merupakan hak dari konsumen. Konsumen bebas memilih


produk dan merek yang akan dibelinya. Konsumen akan berusaha membuat keputusan
terbaik dan cenderung setia terhadap merek yang sudah dipilihnya. Pada saat konsumen
tidakdapat mengevaluasi barang yang akan dibeli, maka kecenderungan bagi konsumen
untuk menggunakan harga sebagai dasar menduga kualitas barang yang akan dibeli.
Konsumen biasanya berasumsi bahwa harga yang tinggi mewakili kualitas yang tinggi atau
dengan kata lain semakin mahal harganya maka semakin bagus kualitasnya.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka perlu dilakukan analisis
mengenai “Pengaruh Atribut Produk dan Citra Merek terhadap Keputusan
Pembelian antara Detergen Rinso, Daia dan Soklin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa
Kampus ITM”.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian antara Detergen
Rinso, Daia dan So Klin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa Kampus ITM
2. Bagaimana pengaruh harga terhadap keputusan pembelian Detergen Rinso, Daia dan
So Klin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa Kampus ITM ?
3. Bagaimana pengaruh kemasan terhadap keputusan pembelian Detergen Rinso, Daia
dan So Klin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa Kampus ITM ?
4. Bagaimana pengaruh label terhadap keputusan pembelian Detergen Rinso, Daia dan So
Klin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa Kampus ITM ?
5. Bagaimana pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian Detergen Rinso, Daia
dan So Klin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa Kampus ITM ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam menyusun penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada
Detergen Rinso, Daia dan So Klin Liquid.
2. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pada Detergen
Rinso, Daia dan So Klin Liquid.
3. Untuk mengetahui pengaruh kemasan terhadap keputusan pembelian pada Detergen
Rinso, Daia dan So Klin Liquid .
4. Untuk mengetahui pengaruh label terhadap keputusan pembelian pada Detergen Rinso,
Daia dan So Klin Liquid.
5. Untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian pada Detergen
Rinso, Daia dan So Klin Liquid.
1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian dan penyusunan proposal ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi
penulis, umumnya bagi penulis berikutnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu pemasaran
pada umumnya, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi atribut produk
dan citra merek terhadap keputusan pembelian.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan mengenai gambaran,
informasi pandangan dan saran agar mengetahui secara jelas apa saja yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deterjen

Deterjen adalah bahan pembersih pakaian (seperti sabun) yang tidak dibuat dari
lemak atau soda dan berupa tepung atau cairan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1989). Deterjen juga didefinisikan sebagai bahan yang digunakan untuk menghilangkan
kotoran atau noda.5

2.2. Konsumen

Menurut Undang-undang No 8 tahun 1999 yang berisi tentang perlindungan


konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun untuk
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (Aida, 2005). Secara umum,
konsumen didefinisikan sebagai seseorang yang mengenali adanya kebutuhan atau
keinginan, melakukan pembelian dan menghabiskan produk dalam tiga tahap proses
konsumsi, yaitu tahap pra pembelian, pembelian dan pasca pembelian (Solomon, 1992).
Konsumen sering dibedakan menjadi dua jenis konsumen, yakni konsumen individu dan
konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan
secara langsung oleh individu dan sering disebut sebagai pemakai akhir. Konsumen
tersebut mungkin membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, digunakan oleh
anggota keluarga yang lain, atau mungkin untuk dihadiahkan kepada orang lain.
Sedangkan konsumen organisasi membeli barang atau jasa untuk menjalankan seluruh
kepentingan organisasinya (Sumarwan, 2004).

2.3. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku
dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup
mereka. Perilaku konsumen penting dipelajari untuk memahami konsumen dan
mengembangkan strategi pemasaran dengan mengetahui apa yang dipikirkan (kognisi),
dirasakan (pengaruh) dan dilakukan oleh konsumen (Peter dan Olson, 1999).
Menurut Engel et al (1994), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Tidak jauh berbeda, Schiffman
dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang
diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan
mereka. Perilaku konsumen berfokus pada bagaimana individu membuat keputusan dalam
menghabiskan sumber daya yang dimilikinya (waktu, uang dan tenaga) untuk
mengkonsumsi barang-barang yang berhubungan dengannya. 2.4. Keputusan Pembelian
Kotler (2000) mengemukakan bahwa dalam proses pembelian sebuah produk, konsumen
akan melewati lima tahap, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Kelima tahapan tersebut
bisa dilihat pada Gambar 1. Tahapan tersebut tidak berlaku untuk pembelian dengan
tingkat keterlibatan yang rendah. Konsumen bisa saja tidak melewati seluruh tahapan
tersebut atau terbalik dalam beberapa tahap.

2.5. Perilaku Pembelian

Pengambilan keputusan konsumen bervariasi bergantung pada jenis keputusan


pembelian. Assael dalam Kotler (2000) mengemukakan bahwa perbedaan antar merek dan
keterlibatan konsumen bisa digunakan untuk mengidentifikasi tipe perilaku pembelian
konsumen. Assael membagi perilaku pembelian menjadi empat tipe, yaitu: tipe perilaku
pembelian rumit (complex buying behaviour), tipe perilaku pembelian pengurang
ketidaknyamanan (dissonance-reducing buying behaviour), tipe perilaku pembelian
pencari variasi (variety-seeking buying behaviour) dan tipe perilaku pembelian
berdasarkan kebiasaan (habitual buying behaviour). Keempat tipe perilaku pembelian
tersebut bisa dilihat pada Gambar 2.
2.6. Merek

Definisi merek menurut Undang-undang No. 15 Tahun 2001 adalah tanda berupa
gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
Disebutkan pula bahwa merek merupakan ‘suatu tanda pembeda’ atas barang atau jasa
bagi satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai tanda pembeda maka merek
dalam satu klasifikasi barang/jasa tidak boleh memiliki persamaan antara satu dan lainnya
baik pada keseluruhan maupun pada pokoknya.6 Merek memang dibuat untuk
memudahkan konsumen melakukan identifikasi produk dan evaluasi alternatif. Namun,
bisa saja terjadi konsumen tidak terlalu menyadari adanya perbedaan tersebut. Atau
dengan kata lain perbedaannya tidak terlalu signifikan. Besar kecilnya perbedaan antar
merek ini mempengaruhi perilaku konsumen. Perbedaan merek yang signifikan cenderung
membuat konsumen untuk lebih banyak mencari informasi untuk mendapat keputusan
terbaik. Konsumen akan melakukan perbandingan kelebihan dan kekurangan antara merek
yang satu dengan merek yang lain. Sebaliknya, perbedaan yang tidak terlalu signifikan
cenderung membuat konsumen tidak terlalu berpikir panjang dalam mengambil keputusan
pembelian.

2.7. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)

Salah satu hal yang mempengaruhi seorang konsumen dalam mengambil keputusan
adalah persepsi konsumen terhadap kualitas produk atau perceived quality. Persepsi
kualitas berbeda dengan kualitas itu sendiri. Aaker dalam Simamora (2003) menyatakan
bahwa persepsi kualitas adalah kualitas produk menurut pemikiran subjektif konsumen.
Schiffman dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa konsumen sering menilai kualitas
produk dan jasa berdasarkan petunjuk-petunjuk yang memberikan informasi berhubungan
dengan produk dan jasa tersebut, baik petunjuk intrinsik maupun ekstrinsik. Petunjuk
intrinsik berkaitan dengan karakteristik fisik produk itu sendiri, seperti ukuran, warna, rasa
dan aroma. Sedangkan contoh petunjuk ekstrinsik adalah kemasan dan harga. Cleland dan
Bruno dalam Simamora (2002) memberikan tiga prinsip tentang perceived quality, yakni:

1. Kualitas bersumber pada aspek produk dan bukan produk atau seluruh kebutuhan
bukan harga (nonprice needs) yang dicari konsumen untuk memuaskan
kebutuhannya. Mereka mengukur kualitas dari banyaknya atribut.
2. Kualitas ada kalau bisa masuk dalam persepsi konsumen.
3. Perceived quality diukur secara relatif terhadap pesaing.

Você também pode gostar