Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
So Klin Liquid juga sama seperti Daia yaitu berada dibawah naungan Wings
Group. So Klin Liquid ialah Detergent cair konsentrat yang efektif membersihkan
pakaian dengan mudah dan cepat. Menghilangkan noda dan membersihkan noda
dengan sempurna. 50% Ekstra Konsentrat dibanding deterjen cair lainnya, formula
barunya Clean and Soft Formula mampu membersihkan/mencuci pakaian 2x lebih
bersih, 2x lebih lembut dan harum. PLUS Anti Bacterial (Tidak bau meski direndam
lama). NODA HILANG, BERSIH SEMPURNA.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian antara Detergen
Rinso, Daia dan So Klin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa Kampus ITM
2. Bagaimana pengaruh harga terhadap keputusan pembelian Detergen Rinso, Daia dan
So Klin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa Kampus ITM ?
3. Bagaimana pengaruh kemasan terhadap keputusan pembelian Detergen Rinso, Daia
dan So Klin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa Kampus ITM ?
4. Bagaimana pengaruh label terhadap keputusan pembelian Detergen Rinso, Daia dan So
Klin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa Kampus ITM ?
5. Bagaimana pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian Detergen Rinso, Daia
dan So Klin Liquid Pada Seluruh Mahasiswa Kampus ITM ?
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam menyusun penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada
Detergen Rinso, Daia dan So Klin Liquid.
2. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pada Detergen
Rinso, Daia dan So Klin Liquid.
3. Untuk mengetahui pengaruh kemasan terhadap keputusan pembelian pada Detergen
Rinso, Daia dan So Klin Liquid .
4. Untuk mengetahui pengaruh label terhadap keputusan pembelian pada Detergen Rinso,
Daia dan So Klin Liquid.
5. Untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian pada Detergen
Rinso, Daia dan So Klin Liquid.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian dan penyusunan proposal ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi
penulis, umumnya bagi penulis berikutnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu pemasaran
pada umumnya, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi atribut produk
dan citra merek terhadap keputusan pembelian.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan mengenai gambaran,
informasi pandangan dan saran agar mengetahui secara jelas apa saja yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deterjen
Deterjen adalah bahan pembersih pakaian (seperti sabun) yang tidak dibuat dari
lemak atau soda dan berupa tepung atau cairan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1989). Deterjen juga didefinisikan sebagai bahan yang digunakan untuk menghilangkan
kotoran atau noda.5
2.2. Konsumen
Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku
dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup
mereka. Perilaku konsumen penting dipelajari untuk memahami konsumen dan
mengembangkan strategi pemasaran dengan mengetahui apa yang dipikirkan (kognisi),
dirasakan (pengaruh) dan dilakukan oleh konsumen (Peter dan Olson, 1999).
Menurut Engel et al (1994), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Tidak jauh berbeda, Schiffman
dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang
diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan
mereka. Perilaku konsumen berfokus pada bagaimana individu membuat keputusan dalam
menghabiskan sumber daya yang dimilikinya (waktu, uang dan tenaga) untuk
mengkonsumsi barang-barang yang berhubungan dengannya. 2.4. Keputusan Pembelian
Kotler (2000) mengemukakan bahwa dalam proses pembelian sebuah produk, konsumen
akan melewati lima tahap, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Kelima tahapan tersebut
bisa dilihat pada Gambar 1. Tahapan tersebut tidak berlaku untuk pembelian dengan
tingkat keterlibatan yang rendah. Konsumen bisa saja tidak melewati seluruh tahapan
tersebut atau terbalik dalam beberapa tahap.
Definisi merek menurut Undang-undang No. 15 Tahun 2001 adalah tanda berupa
gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
Disebutkan pula bahwa merek merupakan ‘suatu tanda pembeda’ atas barang atau jasa
bagi satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai tanda pembeda maka merek
dalam satu klasifikasi barang/jasa tidak boleh memiliki persamaan antara satu dan lainnya
baik pada keseluruhan maupun pada pokoknya.6 Merek memang dibuat untuk
memudahkan konsumen melakukan identifikasi produk dan evaluasi alternatif. Namun,
bisa saja terjadi konsumen tidak terlalu menyadari adanya perbedaan tersebut. Atau
dengan kata lain perbedaannya tidak terlalu signifikan. Besar kecilnya perbedaan antar
merek ini mempengaruhi perilaku konsumen. Perbedaan merek yang signifikan cenderung
membuat konsumen untuk lebih banyak mencari informasi untuk mendapat keputusan
terbaik. Konsumen akan melakukan perbandingan kelebihan dan kekurangan antara merek
yang satu dengan merek yang lain. Sebaliknya, perbedaan yang tidak terlalu signifikan
cenderung membuat konsumen tidak terlalu berpikir panjang dalam mengambil keputusan
pembelian.
Salah satu hal yang mempengaruhi seorang konsumen dalam mengambil keputusan
adalah persepsi konsumen terhadap kualitas produk atau perceived quality. Persepsi
kualitas berbeda dengan kualitas itu sendiri. Aaker dalam Simamora (2003) menyatakan
bahwa persepsi kualitas adalah kualitas produk menurut pemikiran subjektif konsumen.
Schiffman dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa konsumen sering menilai kualitas
produk dan jasa berdasarkan petunjuk-petunjuk yang memberikan informasi berhubungan
dengan produk dan jasa tersebut, baik petunjuk intrinsik maupun ekstrinsik. Petunjuk
intrinsik berkaitan dengan karakteristik fisik produk itu sendiri, seperti ukuran, warna, rasa
dan aroma. Sedangkan contoh petunjuk ekstrinsik adalah kemasan dan harga. Cleland dan
Bruno dalam Simamora (2002) memberikan tiga prinsip tentang perceived quality, yakni:
1. Kualitas bersumber pada aspek produk dan bukan produk atau seluruh kebutuhan
bukan harga (nonprice needs) yang dicari konsumen untuk memuaskan
kebutuhannya. Mereka mengukur kualitas dari banyaknya atribut.
2. Kualitas ada kalau bisa masuk dalam persepsi konsumen.
3. Perceived quality diukur secara relatif terhadap pesaing.