Você está na página 1de 6

Asal Usul Tradisi Peh Cun / Bacang

Menurut penanggalan Imlek, tanggal 5 bulan 5 kalender lunar adalah hari Duan Wu,
mungkin kalau di Indonesia lebih dikenal sebagai hari Peh Cun yang terkenal akan Bacang-nya.
Menurut tradisi orang Tionghoa, Peh Cun termasuk salah satu dari tiga hari besar orang
Tionghoa selain hari raya Imlek dan hari raya Tiong Jiu (kue bulan).
Ada empat hal yang sering dilakukan masyarakat Tiongkok bila merayakan hari ini, yaitu:
1. Membuat dan Makan Bacang
2. Mendirikan Telur
3. Mengadakan lomba perahu naga (Dragon Boat Festival)
4.Mandi Tengah Hari
Festival Peh Cun (端午节 Peh Cun Jie) yang diamati pada hari 5 bulan 5 kalender lunar
Cina. Festival ini juga dikenal di Barat sebagai Festival Perahu Naga,karena balap perahu
berbentuk seperti naga dan konsumsi kue beras adalah dua elemen utama yang mencirikan
festival ini.
Festival ini juga kadang-kadang disebut Double Kelima Festival (重五节 Chongwu
Jie) karena tanggal pada bulan yang diadakan (yaitu 5 / 5). Hal ini juga dapat disebut Festival
Extreme Yang (端阳节Duanyang Jie) karena menurut metafisika Cina, hari ini terjadi untuk
mewujudkan energi terkuat sepanjang tahun. Nama tambahan lain untuk festival ini juga
termasuk Festival Bulan Kelima (五月节 Wuyue Jie), Festival Hari Kelima (五日节 Wuri
Jie), dan Festival Summer (夏节 Xia Jie).
Ada beberapa teori ditawarkan untuk asal-usul festival ini, tetapi yang paling populer
menyangkut tokoh sejarah Qu Yuan (屈原) (c. 340 SM - 278 SM) yang merupakan sarjana
patriotik dan menteri yang setia di negara Chu (楚国) selama periode Negara Berperang. Duan
「端」adalah singkatan dari Kai Duan「開端」 yang bermakna awal Chu「初」, orang zaman
dulu menyebut tanggal 1 sebagai Chu Yi 「初一」, maka tanggal 5 sebagai sinonimnya : Duan
Wu 「端五. Orang kuno juga biasa menyebut 5 / Wu sebagai siang hari Wu Ri「午日 maka dari
Qu Yuan disukai kebijakan kerjasama diplomatik dengan kerajaan lainnya, itu juga dinamakan
Duan Wu 「端午a dari periode sebagai cara untuk melawan agresi negara Qin ( 秦国 ) yang
mengancam akan menaklukkan mereka semua (Qin akhirnya menyatukan seluruh Cina dan
kemudian mendirikan qin dinasti).

Dia berhasil dalam mendapatkan raja untuk mengadopsi kebijakan, dan ia difitnah dan
dibuang ke pengasingan setelah menteri korupsi lainnya meyakinkan raja untuk percaya pada
tuduhan-tuduhan palsu mereka tentang dia. Pada tahun 278 SM, ketika Qu Yuan mendengar
bahwa pasukan Qin menyerbu Ying (郢), ibukota Chu, ia menulis puisi Ratapan untuk
Ying (哀郢 Ai Ying) di derita sebelum menenggelamkan diri di Sungai Miluo ( 汨罗江 Miluo
Jiang ) ( terletak di provinsi Hunan sehari-sekarang).

Ritual bunuh diriNya dilakukan untuk memprotes korupsi yang menyebabkan jatuhnya
negara rumahnya.Menurut legenda, penduduk desa berpacu perahu mereka di sungai untuk
mencari tubuhnya, atau mereka mendayung perahu mereka sambil memukul drum untuk
menakut-nakuti ikan dan roh-roh jahat sehingga mereka tidak akan mengganggu tubuhnya.
Mereka juga melemparkan bungkus beras ke dalam sungai yang baik dimaksudkan untuk makan
ikan sehingga mereka tidak mau makan tubuhnya, atau sebagai persembahan untuk Roh qu
yuan.Legenda lain juga mengatakan bahwa Qu Yuan muncul dalam mimpi teman-temannya dan
mengatakan kepada mereka bahwa ia telah melakukan bunuh diri karena tenggelam dan bahwa
mereka harus membuang nasi yang dibungkus dalam sutra ke sungai untuk menenangkan sungai
naga. Ini adalah legenda yang memunculkan kebiasaan tradisional balap perahu naga
(龙舟 longzhou) dan makan kue beras ( 粽子 zongzi ) pada peringatan kematian Qu Yuan yang
diamati setiap tahun pada hari 5 bulan lunar ke-5.
Legenda Qu Yuan adalah cerita yang paling populer disebut sebagai asal dari Duan Wu
Festival, tetapi ada juga cerita alternatif lain juga melibatkan tokoh-tokoh sejarah lainnya. Satu
cerita alternatif melibatkan Wu Zixu (伍子胥) (526 SM SM?Untuk 484) dari periode Musim
Semi; Musim Gugur yang merupakan sarjana, setia, dan umum militer negara Wu
(吴国). saranNya untuk mencegah invasi oleh negara tetangga telah diabaikan oleh raja dan ia
dipaksa untuk bunuh diri dengan pedang.Dia mengatakan kepada raja untuk menghilangkan bola
setelah bunuh diri dan menggantung mereka di atas gerbang kota sehingga ia dapat menyaksikan
serangan itu. Tubuhnya dibuang ke sungai setelah kematiannya, tetapi ia kemudian didewakan
sebagai dewa sungai yang disebut Dewa Gelombang ( 涛神Taoshen ).

Cerita lain alternatif melibatkan anak perempuan berbakti Cao E (曹娥) (130 CE untuk 143
M) dari dinasti Han yang tenggelam mencari ayahnya, Cao Xu (曹盱), seorang dukun yang jatuh
ke sungai saat melakukan ritual keagamaan untuk dewa sungai - Wu mantan Zixu.

Ada juga teori lain yang mengatakan Festival Peh Cun awalnya adalah festival agraria
untuk merayakan panen gandum musim dingin, atau festival keagamaan untuk berlatih
menyembah naga atau mencegah penyakit. Kegiatan tradisional yang dikenal selama Festival
Peh Cun adalah menampilkan gambar dari Zhong Kui (钟馗) (dewa Tao yang menangkap hantu
dan roh jahat), minum anggur realgar (雄黄酒 Jiu xionghuang), mengambil lama berjalan,
memakai sachet herbal wangi (香包 xiangbao), dan menutup telepon jerangau / bendera manis
(菖蒲 changpu) dan mugwort Cina (艾草 aicao) ( karena tanaman aromatik digunakan untuk
menangkal serangga yang berkembang biak sebagai cuaca menjadi hangat di bulan lunar
kelima ). Semua praktik ini memiliki tema umum mengusir kekuatan negatif dan menjaga
kesehatan yang baik.

Makan Bakcang

Tradisi makan bakcang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Peh
Cun. Berdasarkan catatan sejarah, pada zaman Qun Chiu (Tahun 722 – 481 S.M.), menggunakan
daun untuk membungkus beras dijadikan berbentuk tanduk sapi juga ada yang menggunakan
tabung bambu diisi beras ditutup rapat dan dipanggang sampai matang, disebut “Bacang
Tabung”. Ini boleh dibilang adalah cikal bakal Bacang. Bentuk bakcang sebenarnya juga
bermacam-macam dan yang kita lihat sekarang hanyalah salah satu dari banyak bentuk dan jenis
bakcang tadi. Di Taiwan, di zaman akhir Dinasti Ming, bentuk bakcang yang dibawa oleh
pendatang dari Fujian adalah bulat gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita
lihat sekarang. Isi bakcang juga bermacam-macam dan bukan hanya daging. Ada yang isinya
sayur-sayuran, ada pula yang dibuat kecil-kecil namun tanpa isi yang kemudian dimakan
bersama serikaya, gula manis.

Pada bulan 5 (kalender Imlek), saat musim panas memakan kue pendingin tubuh terbuat
dari beras, yang dibungkus dengan daun dan dimasak sampai matang, aroma wanginya terasa
unik, sesudah menyantapnya bisa menetralisir panas-dalam dan menurunkan sifat api dalam
tubuh, terasa nyaman bagi pencernaan, sungguh suatu makanan yang sesuai dengan musimnya.

Pada saat itu, orang-orang berganti busana musim kemarau dan mengutamakan yang serba
ringan dan sejuk.Dilihat dari tradisi berpakaian dan makananya, hari Duan Wu dianggap ada
hubungan yang akrab dengan tibanya musim kemarau, tentu ada benarnya juga.
Mengenang Qu Yuan:

Kebiasaan adat istiadat yang berkaitan dengan hari Duan Wu tidak sedikit, mengenai asal
usulnya terdapat tidak hanya 1 dongeng saja, umumnya diperkirakan hari Duan Wu berawal dari
peringatan Qu Yuan (baca: chu yuen) hingga tersebar luas. Konon pada masa Zhan Guo (Negara
Saling Berperang, tahun 403 – 221 SM), Raja Chu, Huai Wang menolak nasihat Qu Yuan untuk
berkoalisi dengan Negara Qi dan berperang melawan Qin, akhirnya Raja diperdayai oleh Zhang
Yi di Negara Qin, ia dipaksa merelakan wilayah berikut kota-kotanya. Kemudian terdengar kabar
bahwa Raja Huai Wang telah terbunuh oleh konspirasi negara Qin. Qu Yuan yang setia lagi-lagi
mengusulkan secara tertulis kepada sang pengganti: Raja Qing Xiang, dengan harapan beliau
bisa menjauhi para pejabat pengkhianat, akan tetapi Raja Qing Xiang selain tidak bisa
menampung aspirasi tulus Qu Yuan, malah membuangnya. Negara Qin melihat peluang sudah
matang dan dengan segara mengirimkan bala tentara, dalam waktu singkat maka Negara Qu
telah kehilangan sebagian besar teritorialnya, rakyatnya dibantai. Qu Yuan yang masih setia,
menyaksikan semuanya ini, hatinya bagaikan teriris, dalam kesedihan yang amat sangat maka
pada tahun 278 SM, kalender Imlek tanggal 5 bulan 5, dia bunuh diri dengan menceburkan
dirinya ke Sungai Mi Luo.
Para nelayan mendengar berita tersebut menggunakan perahu berusaha mengangkat
jenazah Qu Yuan namun gagal, maka akhirnya mereka berbondong-bondong menceburkan
makanan ke dalam sungai, dengan harapan agar para ikan, udang dan kepiting sesudah makan
kenyang tidak sampai mengganggu jenazah Qu Yuan. Kejadian tersebut dikaitkan dengan tradisi
makan kue Bacang, lomba perahu naga dan lain sebagainya dengan meloncatnya Qu Yuan ke
dalam sungai.
Hari Raya Naga dan lomba Perahu Naga :

Cendekiawan patriot terkenal, Tuan Wen Yiduo di dalam tesisnya “Kajian Duan Wu”
berpendapat: Suku bangsa kuno Yue menjadikan naga sebagai totem mereka, kala itu karena
orang-orang merasa terancam kekuatan alam, beranggapan suatu makhluk memiliki kekuatan
alami supranatural, oleh karena itu menganggap makhluk-makhluk tersebut adalah leluhur dan
dewa pelindung seluruh suku mereka, yang di zaman kini disebut sebagai “Totem Naga”.

Maka mereka menato makhluk berupa naga pada tubuhnya dan di atas peralatan sehari-
harinya, agar memperoleh perlindungan dari Totem Naga, demi menunjukkan bahwasanya
mereka berstatus “anak naga”, mengokohkan hak dilindungi bagi dirinya sendiri. Mereka tidak
saja bertradisi memotong rambut dan menato tubuh, bahkan pada setiap tanggal 5 bulan 5
kalender Imlek, mengadakan sebuah persembahan besar Totem Naga. Di antaranya terdapat
permainan yang mirip dengan perlombaan pada dewasa ini, itulah asal usul tradisi lomba naga
ketika dimulai.
Namun lomba perahu naga bukan hanya adat istiadat orang Yue, tapi suku bangsa lainnya
juga memiliki kebiasaan itu, di dalam penemuan benda-benda kuno zaman Zhan Guo dapat
terlihat sedikit kecenderungan tersebut, waktu terselenggaranya lomba perahu naga juga sama.
Saat ini, Dragon Boat Festival dirayakan di China, Taiwan, Singapura, Malaysia, Indonesia dan
beberapa negara lain.

Menggantungkan Rumput Ai dan Changpu :

Peh Cun yang jatuh pada musim panas biasanya dianggap sebagai bulan-bulan yang
banyak penyakitnya, sehingga rumah-rumah biasanya melakukan pembersihan, lalu
menggantungkan rumput Ai (Hanzi: 艾草) dan changpu (Hanzi: 菖埔) di depan rumah untuk
mengusir dan mencegah datangnya penyakit.

Jadi, festival ini juga erat kaitannya dengan tradisi menjaga kesehatan di dalam masyarakat
Tionghoa.
Mandi Tengah Hari :

Tradisi ini cuma ada di kalangan masyarakat yang berasal dari Fujian (Hokkian, Hokchiu,
Hakka), Guangdong ( Thiochiu, HokChiu, Hakka) dan Taiwan. Mereka mengambil dan
menyimpan air pada tengah hari festival Peh Cun ini, karena dipercaya dapat digunakan untuk
menyembuhkan penyakit bila dengan mandi ataupun diminum setelah dimasak. Kalau di
Indonesia, ada yang mandi di sungai ketika tengah hari karena dipercayai saat itu air naga datang
( kota tanjung balai, Sumatera Utara ).

Mendirikan Telur :

Anda pernah mencoba membuat telur berdiri? Dari cerita orang-orang tua dulu hanya satu
hari dalam setahun dimana telur dapat berdiri yaitu pada hari bacang (peh cun). Fenomena alam
ini terjadi setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan kalender imlek tepat jam 12 siang.

Fenomena ini jelas ada di kalender imlek sebagai hari raya Duanwu (China), di Taiwan
juga disebut sebagai “Twan Yang” (saat matahari memancarkan cahaya paling kuat, Gaya
gravitasi di tanggal ini adalah yang terlemah, sehingga menyebabkan telor ayam mentah bisa
berdiri), saat ini matahari berada di "posisi istimewa" yaitu tepat di atas khatulistiwa, sehingga
mendirikan telur juga merupakan bagian dari festival budaya ini, selain tentunya menyantap
Bacang.

Syarat dan Kondisi Telur :

-Telur tidak boleh dicuci


-Telur tidak boleh di masukan ke dalam kulkas
-Telur jangan direbus.

Você também pode gostar