Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh :
2015/2016
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena kasih-nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga peyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hormon Seksualitas
Pada Perempuan”. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing mata kuliah
Anatomi dan Fisiologi Manusia sehingga kita bisa menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia di program
studi Farmasi pada Universitas Ma Chung, Malang. Makalah ini dibuat dalam rangka
memperdalam pemahaman tentang pengaruh hormon seksual pada perempuan.
Penyusun sadar bahwa isi dari makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun sehingga kedepannya
bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, Terima Kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan oleh
darah. Kelenjar penghasil hormon ini tidak mempunyai saluran khusus sehingga sering disebut
sebagai kelenjar buntu atau kelenjar endokrin. Kata hormon berasal dari kata hormaeni yang berarti
memacu atau menggiatkan. Hormon diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun
mempunyai pengaruh yang amat besar. Bila tubuh kekurangan suatu hormon, maka hormon
dalam tubuh kita dapat di tambah dengan hormon sejenis dari luar. Namun bila tubuh kita
kelebihan suatu hormon, maka kelebihan itu akan mengakibatkan berbagai gangguan kerja organ
tubuh.
Seluruh manusia di dunia ini memiliki naluri seksual yang dianugerahkan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Naluri ini penting, karena membuat eksistensi (keberadaan) manusia bisa terus
berlanjut sehingga kehidupan manusia akan dilanjutkan oleh keturunannya. Akan tetapi, naluri
seksual yang salah bisa menimbulkan kekacauan.Tidak hanya pada dirinya, namun juga
berdampak pada masyarakat. Manusia sudah membuat norma dan tata nilai yang mengatur
hubungan seksual. Pada setiap masyarakat, keabsahan hubungan seksual dibuat melalui
pernikahan.
Di balik fungsinya yang mengagumkan, terkadang hormon bisa menjadi biang keladi
terhadap berbagai masalah. Misalnya siklus haid yang tidak teratur atau jerawat yang tumbuh
membabi buta di wajah. Hormon pula yang kadang membuat kita senang atau malah sedih tanpa
sebab. Semua orang pasti pernah mengalami hal ini, terutama pada saat pubertas.
Setiap hormon memiliki fungsi yang sangat spesifik pada masing-masing sel sasarannya.
Tak heran, satu macam hormon bisa memiliki aksi yang berbeda-beda sesuai sel yang
menerimanya saat dialirkan oleh darah.
Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk mengungkap banyak hal tentang pengaruh
hormon terhadap tubuh manusia. Terutama pengaruh hormon seksual yang berperan pada sistem
tubuh perempuan. Penyusun akan membahas secara detail mengenai ”Hormon Seksualitas Pada
Perempuan”.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup
yang biasanya disebut dengan insting/naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-
laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan
manusia.
Seksual secara umum adalah : sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal
yang berhubungan dengan perkara hubungan intim manusia. Secara dimensi psikologis
seksualitas erat kaitanya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhuk seksual identitas
peran/jenis {BKKBN 2006}
Hurlock (1991) mengemukakah tanda-tanda kelamin sekunder pada remaja putera adalah
tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat dll. Sedangkan pada
remaja putri adalah pinggul ,melebar, payudarah mulai tumbuh rambut kemaluan dan mulai
mengalami menstruasi.
Seiring dengan Pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja kearah kematangan yang
sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal ini
merupakan sesuatu yang wajar, karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi
untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakkan dan
mempertahankan keturunan.
2.2 Hormon Seksualitas
Hormon-hormon seks adalah senyawa kimia yang kuat yang dikendalikan oleh kelenjar
utama di otak, yaitu kelenjar pituitari.
Dua kelompok hormon seks adalah hormon estrogen dan androgen. Hormon estrogen
adalah kelompok hormon seks yang mendominasi dalam wanita dan diproduksi terutama oleh
ovarium. Hormone androgen adalah kelompok hormon yang mendominasi dalam diri pria,
diproduksi oleh testis dan kelenjar adrenal yang ada pada pria, ataupun wanita. Testosterone
adalah hormone androgen. Hormon Estrogen dan androgen ini dapat mempengaruhi motivasi
seksual di kedua jenis kelamin.
Laki-laki akan terlibat dalam hubungan seksual hanya selama musim tahunan atau dua
tahunan ketika mereka memproduksi sperma. Sementara itu, wanita cenderung memiliki minat
seksual yang lebih besar ketika mereka berovulasi dan mampu menjadi hamil. Menariknya,
wanita tidak menunjukkan preferensi ini untuk laki-laki jantan ketika mereka menilai laki-laki
sebagai mitra mental yang potensial, hanya sebagai pasangan seks potensial. mungkin untuk
alasan ini, perempuan lebih mungkin untuk tertarik secara seksual kepada orang lain selain
pasangan mereka ketika mereka sedang berovulasi.
2.3 Hormon Seksual Pada Wanita
Hormon wanita terutama dibentuk di ovarium. Baik pria maupun wanita, pada dasarnya
memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya kadarnya yang berbeda. Hormon seksual wanita
antara lain progesteron dan estrogen :
- ESTROGEN
Estrogen merupakan bentukan dari androstenidion yang dihasilkan ovarium. Selain
androstenidion, ovarium juga mengeluarkan testosteron dan dehidroepiandrosteron, tapi dalam
jumlah yang sedikit.
- HORMON PROGESTERON.
Hormon ini merupakan bentukan dari pregnenolon yang dihasilkan oleh kelenjar dan berasal
dari kolesterol darah.
Hormon seks wanita yang utama adalah estrogen dan progesteron yang diproduksi
terutama dalam ovarium pada masa-masa reproduksi. Dalam setiap tahapan kehidupan wanita,
fungsi dan produksi hormon seks ini juga bervariasi.
Masa kanak-kanak Meski hormon baru aktif pada usia pubertas, sebenarnya hormon
sudah memengaruhi tubuh sejak di dalam kandungan. Apabila kita perhatikan, sering kali bayi
yang baru lahir (laki-laki atau perempuan) memiliki payudara yang terlihat besar, terkadang juga
diikuti dengan keluarnya sedikit susu. Hal tersebut terjadi karena mengalirnya hormon estrogen
dari tubuh ibu ke janin selama kehamilan. Namun, kondisi ini hanya bersifat sementara dan
menghilang dalam beberapa minggu. Meski pada beberapa bayi perempuan pembesaran payudara
ini mungkin masih akan tinggal hingga anak berusia 2 tahun sebelum akhirnya benar-benar
menghilang.
Pubertas Pada usia ini pelepasan hormon seks akan memengaruhi perkembangan seksual,
karateristik seksual, dan kesuburannya. Tonggak penting masa pubertas pada anak perempuan
adalah bertumbuhnya tunas payudara, munculnya rambut di daerah pubik dan ketiak, serta haid.
Proses pubertas ini berlangsung sekitar 4 tahun. Selama masa pubertas, kelenjar pituitari seorang
gadis mulai meningkatkan sekresi dua hormon kunci, yaitu folicle stimulating hormone (FSH)
dan luteinizing hormone (LH). Kedua jenis hormon ini berperan penting terhadap terjadinya
pelepasan sel telur dan menstruasi.
Kehamilan Jika sel telur dapat dibuahi dan terjadi kehamilan, terjadi perubahan hormon
secara dramatis dalam tubuh seorang perempuan. Biasanya penurunan kadar estrogen dan
progesteron yang lazim terjadi pada akhir siklus haid tidak terjadi. Sebagai gantinya, hormon
baru, human chorionic gonadotrohin (HCG), diproduksi untuk perkembangan plasenta,
merangsang ovarium menghasilkan lebih banyak estrogen dan progesteron yang diperlukan
selama kehamilan. Pada usia kehamilan 4 bulan, plasenta mengambil alih tugas ovarium sebagai
penghasil utama estrogen dan progesteron. Hormon ini membuat dinding rahim lebih tebal,
meningkatkan volume sirkulasi darah, dan melemaskan otot di rahim sehingga tersedia lebih
banyak ruang untuk bayi. Menjelang kelahiran, hormon lain mengambil alih peran untuk
membantu rahim berkontraksi selama dan setelah persalinan. Hormon ini juga merangsang
produksi air susu ibu.
Setelah melahirkan Setelah persalinan, kadar estrogen, progesteron, dan hormon lainnya
menurun drastis sehingga terjadi perubahan fisik. Rahim akan kembali ke ukuran semula sebelum
kehamilan, otot panggul meningkat, dan volume sirkulasi darah kembali normal. Perubahan
hormon yang dramatis ini sering kali menyebabkan depresi pasca-melahirkan.
Menopause Perubahan hormon yang signifikan lainnya terjadi saat perempuan memasuki
usia menopause. Pada 3-5 tahun sebelum akhir siklus menstruasi, fungsi normal ovarium mulai
menurun. Hal ini membuat siklus menstruasi lebih pendek atau lebih lama. Terkadang ovarium
menghasilkan estrogen sedikit sehingga dinding rahim tidak menebal hingga akhirnya tidak
terjadi menstruasi.
Dalam keseluruhan hidup perempuan, estrogen membantu melindungi jantung dan tulang,
selain juga menjaga agar payudara, rahim, dan vagina dalam kondisi sehat. Itu sebabnya,
penurunan kadar estrogen selama dan setelah menopause bisa memengaruhi kesehatannya, selain
juga memicu gejala yang tidak nyaman. Kehilangan sejumlah besar estrogen menyebabkan
perempuan lebih berisiko terkena penyakit jantung dan osteoporosis. Masalah lainnya adalah
vagina menjadi kering dan tidak nyaman ketika berhubungan seksual.
Selain itu, pada perempuan, penumpukan lemak di pinggul dan paha lagi-lagi hasil
pengaruh hormon estrogen secara fisik. Dalam tahap perkembangan anak laki-laki, bukan lemak
yang meningkat, melainkan otot. Pada perempuan, peningkatan jumlah lemak diatur khusus untuk
menyimpan tenaga yang akan dibutuhkan di masa kehamilan dan produksi susu.
a. Tahap istirahat (tidak terangsang) Dalam keadaan tidak terangsang, vagina dalam keadaan kering
dan kendur.
b. Tahap rangsangan (excitement) melibatkan stimuli sensoris Pada saat minat seksual timbul,
karena stimuli / rangsangan psikologis atau fisik, mulailah tahap rangsangan / excitement. Pada
pria maupun wanita ditandai dengan vasokongesti (bertambahnya aliran darah ke genitalia-rongga
panggul) dan myotonia (meningkatnya ketegangan/tonus otot, terutama juga di daerah genitalia)
(Halstead and Reiss,2006). Selama fase gairah, klitoris, mukosa vagina dan payudara
membengkak akibat peningkatan aliran darah. Tejadi lubrikasi vagina, ukuran labia minora, labia
mayora dan klitoris meningkat, uterus terangkat menjauhi kandung kemih dan vagina, dan puting
susu menjadi ereksi (Hendersons, 2006). Vasokongesti dan myotonia merupakan syarat utama
tahap excitement dan menyebabkan basahnya vagina (vaginal sweating) dan ereksi klitoris pada
wanita (tidak selalu).
c. Tahap plateu (pendataran) Jika kegairahan meningkat, orang akan masuk tahap plateu yaitu
vasokongesti dan mytonia mendatar tetapi minat seksual tetap tinggi. Fase plateu dapat singkat
atau lama tergantung rangsangan dan dorongan seksual individu, latihan sosial dan konstitusi/
tubuh orang itu. Sebagian orang menginginkan orgasme secepatnya, orang lain dapat
mengendalikannya, yang lain lagi menginginkan plateu yang lama sekali (Chandra, 2005). Saat
wanita mencapai fase plateu, lapisan ketiga terluar dari vagina membengkak akibat aliran darah
dan distensi, klitoris mengalami retraksi dan “sex flush” (Masters and Johson ,1966) yang
merupakan suatu ruam seperti campak, dapat meyebar dari payudara ke semua bagian tubuh
(Hendersons, 2006).
d. Tahap orgasme ; melibatkan ejakulasi, kontraksi otot Tahap orgasme relatif singkat saja.
Ketegangan psikologis dan otot dengan cepat meningkat, begitu juga aktifitas tubuh, jantung dan
pernapasan. Orgasme dapat dicetuskan secara psikologis dengan fantasi dan secara somatik
dengan stimulasi bagian tubuh tertentu, yang berbeda bagi tiap orang (vagina, uterus pada wanita).
Selama fase orgasme, ketegangan otot mencapai puncaknya dan kemudian 13 ketegangan otot
tersebut akan menurun karena darah didorong keluar dari pembuluh darah yang membengkak.
Denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah meningkat dan terjadi kontraksi ritmis uterus.
Orgasme disertai dengan sensasi kenikmatan yang intens. Kemudian tiba-tiba terjadi
pelepasan/release ketegangan seksual, disebut klimaks/orgasme. Tahap resolusi (mencakup pasca
senggama) Sesudah orgasme, pria biasanya segera memasuki fase resolusi menjadi pasif dan tidak
responsif, penis mengalami detumescence, sering pria tertidur dalam fase ini. Sebagian wanita
juga mengalami seperti itu, tetapi sebagian besar umumnya masih responsif secara seksual,
bergairah dan masuk ke dalam fase plateu lagi, orgasme lagi sehingga terjadi orgasme multipel.
Sesudah orgasme, baik pria maupun wanita kembali (mengalami resolusi) ke fase istirahat.
Keduanya mengalami relaksasi mental dan fisik, merasa sejahtera. Banyak pria dan wanita
merasakan kepuasan psikologis atau relaksasi tanpa mencapai orgasme yang lain merasa kecewa
bila tanpa orgasme (Chandra, 2005).
1. Lesbian / Lesbi
Lesbian / lesbi adalah kelaianan di mana seseorang menyukai orang lain sesama jenis.
2. Sadomasokisme dan Masokisme
3. Ekshibisionisme / Ekshibisionis
Adalah penyimpangan seks yang senang memperlihatkan alat vital / alat kelamin kepada
orang lain. Penderita penyimpangan seksual ini akan suka dan terangsang jika orang lain
takjub, terkejut, takut, jijik, dan lain sebagainya.
4. Fetishisme / Fetishi
Fetishisme adalah suatu perilaku seks meyimpang yang suka menyalurkan kepuasan
seksnya dengan cara onani / masturbasi dengan benda-benda mati seperti gaun, bando,
selendang sutra, bh, sempak, kancut, kaus kaki, dsb.
5. Voyeurisme / Voyeur
Pelaku penyimpangan seks ini mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat atau
mengintip orang lain yang sedang melakukan hubungan suami isteri (Scoptophilia), sedang
telanjang, sedang mandi, dan sebagainya.
Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks / kontak fisik yang
merangsang dengan anak di bawah umur.
7. Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti
kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
8. Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti
antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengan anak cowok.
9. Necrophilia / Necrofil
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi
mayat / orang mati.
10. Zoophilia
Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan
seks dengan hewan.
11. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik
pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan.
Yaitu suatu bentuk kelainan seksual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan
seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan
di tempat publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar yang mempunyai fungsi
sungguh penting dalam kehidupan manusia, walaupun jumlahnya hanya sedikit dari hormon yang
dibutuhkan namun mempunyai pengaruh yang cukup besar.
Hormon berfungsi dalam banyak proses pertumbuhan, metabolisme, reproduksi,
dan tingkah laku. Namun hormon lebih banyak dibutuhkan pada saat reproduksi. Reproduksi atau
perkembangbiakan adalah kemampuan organisme untuk menghasilkan organisme baru yang
sama dengan dirinya. Bagi organisme, tujuan perkembangbiakkan adalah agar suatu jenis
makhluk hidup tidak mengalami kepunahan atau tetap lestasi.
Hormon juga dibutuhkan pada saat pertumbuhan alat-alat reproduksi manusia, antara lain
pertumbuhan sex primer pada wanita dan pria, juga pertumbuhan sex sekunder pada wanita dan
pria. Hormon banyak berpengaruh dalam tubuh manusia baik laki-laki ataupun perempuan,
hormon yang mempengaruhi reproduksi laki-laki adalah testoterone, dan hormon juga sangat
berpengaruh terutama pada wanita. Seorang wanita dipengaruhi oleh banyak hormon pada saat
pertumbuhannya, sejak dia kecil sampai dia dewasa atau bahkan sampai tua. Hormon tersebut
adalah estrogen dan progesterone yang banyak mempengaruhi dan membantu wanita pada saat
menstruasi, proses kehamilan dan pada saat proses kelahiran, bahkan ketika seorang wanita
mengalami masa menopause pun hormon masih mempengaruhi walaupun dalam jumlah sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.scribd.com/doc/286183205/PENGARUH-HORMON-SEKSUAL-TERHADAP-Wanita-1-pdf#scribd
http://www.oocities.org/idaparida/sehat/hormon.html
http://id.harunyahya.com/id/books/4734/KEAJAIBAN-HORMON/chapter/10377/Hormon-Seksual
http://digilib.unila.ac.id/2417/10/Bab%202.pdf
http://health.kompas.com/read/2011/01/05/11461228/Mengenal.Hormon.Seks.Perempuan
layananebook.tripod.com/hormon.htm