Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Umur : 37 tahun
No. RM : 048828
.Diagnosa Post-Operatif : P2002A1 post eksplorasi laparatomi SOD a/i KET H+1
Insisi Abdomen Pfannestiel di perdalam lapis demi lapis sampai cavum abdomen terbuka
Di lakukan salpingektomi sinistra, uterus dalam bentuk normal, tuba ovarium (D) normal
37
Tutup lap. Operasi lapis demi lapis
Operasi selesai
38
BAB IV
ANALISA KASUS
Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang
(1)
dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri . Sedangkan
yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik
yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.
Dari hasil anamnesis pada tanggal 16 Agustus 2017, didapatkan data bahwa
pasien merasa hamil 1 bulan. Pasien telah memiliki 2 orang anak dari pernikahannya
yang pertama dan pernikahan yang kedua, anak pertama anak laki – laki, dulu
bersalin di Bidan Rumah Sakit, umur anak pertama 14 tahun, usia kehamilan anak
pertama yaitu 9 bulan, persalinan normal dengan berat badan lahir 3100 gram, anak
kedua perempuan, usia kehamilannya dulu 9 bulan, bersalin di Bidan Rumah Sakit,
umur anak kedua 16 bulan, dengan berat badan bayi 3100 gram, kemudian riwayat
abortus usia kehamilan 3 bulan dan di lakukan kuret oleh dr. SpOG. dan saat ini
merasa hamil ± 1 bulan.
Bila dihitung dari HPHT yakni 28 Juni 2017, usia kehamilan saat ini apabila
dilihat dari HPHT nya adalah 6-7 minggu.
Pasien datang ke poli RSUD dr. Moh Shaleh Probolinggo (11 Agustus
2017) pkl. 11.00 wib dengan keluhan nyeri perut bagian atas sejak 1 minggu yang
lalu, di rasakan bertambah nyeri sejak kemarin, nyeri perut tiba tiba dan terus
menerus yang tidak di pengaruhi dengan perubahan posisi, pusing (-), mual (-),
muntah (-), BAK (+), BAB (+), sebelumnya tgl 7 Agustus 2017 pkl. 08.00 wib,
pasien datang ke IGD dr. Moh. Shaleh Probolinggo dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah sejak tadi pagi , nyeri tiba-tiba dan hilang timbul, nyeri tekan (+),
pusing, mual dan muntah, keluar darah sedikit dari vagina, badan terasa lemas,
kemudian di observasi di IGD selama 12 jam dengan diagnosa ISK , terapi obat dari
IGD di berikan tab. Cefixime 200 mg 2x1, tab. Nonemi 1x1, tab. Ranitidine 2x1,
setelah itu pasien mengatakan nyeri perut berkurang dan di perbolehkan pulang pkl.
20.00 wib, , pasien juga mengatakan tidak mengalami haid sejak 1,5 bulan yang lalu
39
dan telah melakukan tes kehamilan dengan hasil positif, riwayat penggunaan AKDR
yaitu IUD(+).
Pada laporan kasus ini yang saya ajukan adalah seorang wanita usia 37 tahun
dengan diagnosa kehamilan ektopik terganggu. Sampai saat ini banyak kasus
kehamilan ektopik yang belum diketahui penyebab terjadinya. Secara teori, segala
sesuatu yang menghambat migrasi embrio ke rongga endometrium dapat
mempengaruhi terjadinya kehamilan ektopik Faktor predisposisi pada pasien tersebut
kemungkinan karena umur pasien 37 tahun dimana tingkat tertinggi kehamilan
ektopik terjadi pada wanita usia 35-44 tahun, 3 sampai 4 kali lipat meningkatan risiko
terjadinya kehamilan ektopik dibandingkan dengan wanita usia 15-24 tahun. Hal
tersebut diperkirakan hubungan penuaan yang mempengaruhi motilitas tuba.(3)
Diagnosa kehamilan ektopik terganggu ditegakan berdasarkan gejala yang
timbul, keluhan yang di sampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa waktu
atau terjadi gangguan siklus haid di sertai nyeri perut bagian bawah, dapat terjadi ada
atau tidak adanya perdarahan pervaginam, kemudian hal yang menonjol pada
penderita tampak kesakitan, pucat, dan pada pemeriksaan di temukan tanda-tanda
syok serta perdarahan dalam rongga perut melalui pemeriksaan USG, di temukan
hasil (+) pada test kehamilan / plano test (+). kadar Hb yang cenderung menurun,
kemudian pada pemeriksaan ginekologi di dapatkan nyeri goyang pada serviks dan
kavum douglas yang menonjol di sertai dengan nyeri raba, pada pasien ini
mengatakan terlambat haid sejak ± 1,5 bulan yang lalu, kemudian melakukan test
kehamilan dengan menggunakan test pack hasilnya positif, pasien juga mengeluh
nyeri yang hebat pada perut bagian bawah awalnya, 1 minggu kemudian nyeri pada
perut bagian atas, tidak ada perdarahan pervaginam, wajah agak pucat, pada saat
pemeriksaan dalam di dapatkan rasa nyeri goyang pada serviks dan ada penonjolan
pada cavum douglasnya, kemudian riwayat penggunaan AKDR yaitu IUD pada
pasien, dari anamnesa riwayat penggunaan kontrasepsi membantu dalam penilaian
kemungkinan kehamilan ektopik. Pada kasus-kasus kegagalan kontrasepsi pada
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) , rasio kehamilan ektopik dibandingkan dengan kehamilan intrauterin adalah
lebih besar daripada wanita-wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi.
40
Kejadian kehamilan ektopik pada akseptor AKDR dilaporkan 12 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan pemakai kondom.
Pada pasien ini hasil dari pemeriksaan darah di dapatkan kadar Hb 10.00 g/dl,
lekosit 14.070/cmm, plano test (+), yang mana termasuk dari gejala sub akut dari
kehamilan ektopik terganggu yaitu menurunnya kadar hemoglobin akibat
perdarahandi rongga abdomen, tetapi kadar lekosit umumnya normal atau sedikit
meningkat, hasil negatif dari pengukuran kadar beta hCGakan menyingkirkan
kehamilan ektopik dengan spesifitas lebih dari 99%.
Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang berarti
hemodinamik pasien masih baik. Pada palpasi abdomen fundus uteri tidak teraba.
Selain itu tidak didapatkan pembukaan dari pemeriksaan dalam juga ditemukan hal
serupa, besar serta konsistensi corpus uteri sesuai UK 6-8 minggu. Cavum douglas
yang menonjol.
Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran
cairan bebas intraperitoneal+++ , suggestif intraperitoneal bleeding ec. Susp KET.
Pada tanggal 11 Agustus 2017 pkl. 14.30 WIB di lakukan eksplorasi
laparatomi salpingektomi sinistra di dapatkan perdarahan pada cavum uteri ±500 cc,
di dapatkan rupture kehamilan tuba pars Ampula Sinistra
41
BAB V
KESIMPULAN
42
DAFTAR PUSTAKA
43