Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH:
Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny.C dengan Gout Arthritis yang telah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Keluarga.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
membantu mendukung untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan
dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing,
orang tua yang tiada henti memberi kasih sayang dan tidak pernah letih mendoakan
serta teman-teman yang selalu memberikan semangat untuk kita semua.
Pada makalah ini kelompok menyadari masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, segala kritik dan saran yang baik kelompok dapat menerimanya dengan
senang hati demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja, khususnya para mahasiswa
serta seluruh pembaca.
Kelompok Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan
kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang berdampak
terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia). Sehingga jumlah
penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih
cepat (Nugroho, 2000). Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2009,
pada tahun 1980 penduduk penduduk Lansia baru berjumlah 7,9 juta jiwa
atau 5,4 % dari jumlah seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 52, 2
tahun. Dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 23,9 juta orang atau 9,8 %
dari keseluruhan jumlah penduduk dan dengan usia harapan hidup 70,6
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lansia meningkat secara
konsisten dari waktu ke waktu.
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin yang dapat berasal
dari makanan atau sel tubuh sendiri. Umumnya darah manusia dapat
menampung asam urat sampai tingkat tertentu. Kadar asam urat dalam darah
manusia normalnya 7 mg/dl pada pria dan pada wanita ratarata dibawah 6
mg/dl. Tetapi apabila kadarnya melebihi standar tersebut maka darah tidak
mampu menampung asam urat dan harus dibuang ke berbagai organ
terutama paling banyak ke sendi, ginjal, ujung kaki dan tangan. Seseorang
dengan riwayat pernah cek asam urat diatas 7 mg/dl kemungkinan untuk
menjadi gout semakin besar. Biasanya 25 % orang dengan kadar asam urat
tinggi akan menjadi penyakit gout. Hal ini disebut awal stadium,
asimtomatik tanpa gejala. Pada setiap orang berbeda-beda, ada yang
bertahun-tahun sama sekali tidak muncul gejalanya, tetapi ada yang muncul
diusia 20 tahun, 30 tahun atau 40 tahun ( Depkes, 2009 ).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga pada
lanisa, pada Ny. C dengan gangguan sistem muskulokeletal yaitu
asam urat
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. C
b. Mahasiswa mampu merumuskan dan menegakkan diagnosa
keperawatan pada Ny. C
c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan Ny. C
d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan
pada Ny. C
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada Ny.
C
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian asuhan
keperawatan pada klien Ny. C dengan gangguan asam urat pada lansia
meliputi tahapan pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi,
evaluasi dan pada Ny. C
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu
metode yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau
keadaan yang sedang berlangsung melalui proses keperawatan. Adapun
teknik-teknik yang digunaan untuk memperoleh data dan informasi
dengan cara:
1. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan klien untuk mendapatkan
data subjektif dari klien.
2. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literature dan tinjauan teoritis, mengenai
konsep dasar penyakit maupun konsep asuhan keperawatan.
3. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan
mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi untuk
memperoleh data dan mencatat hal-hal penting termasuk
pemeriksaan fisik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Lansia
1. Pengertian
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa
dekade. Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang
akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan
merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo,
2007).
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan
pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang
karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan
sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan (Khoiriyah, 2011)
2. Klasifikasi Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho
(2000), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
3. Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada
lansia adalah:
a. Mudah Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
b. Mudah Lelah
Disebabkan oleh:
1) Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan
depresi)
2) Gangguan organis
3) Pengaruh obat-obat
c. Berat Badan Menurun
Disebabkan oleh:
1) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah
hidup atau kelesuan
2) Adanya penyakit kronis
3) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan
makanan terganggu
4) Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun)
d. Sukar Menahan Buang Air Besar
Disebabkan oleh:
1) Obat-obat pencahar perut
2) Keadaan diare
3) Kelainan pada usus besar
4) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum
usus)
e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan
Disebabkan oleh:
1) Presbiop
2) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)
3) Kekeruhan pada lensa (katarak)
4) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)
4. Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat
erat hubungannya dengan proses menua yakni:
a. Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh
darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal
b. Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus,
klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid
c. Gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau
penyakit kolagen lainnya
d. Berbagai macam neoplasma
2. Etiologi
Menurut Iskandar, 2012 penyebab asam urat darah tinggi
(hiperurisemia) terjadi karena:
3. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari gout bermacam-macam yaitu, serangan akut gout,
serangan gout berulang, gout menahun disertai tofus, hiperurisemia
tak bergejala. Keluhan utama saat serangan akut adalah nyeri sendi
yang teramat sangat disertai bengkak, hangat, memerah dan nyeri
tekan, biasanya disertai dengan demam. Persendian yang pertama kali
terkena yaitu ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah,
sedangkan pada gout menahun akan terjadi pembentukan tofus. Tofus
merupakan benjolan dari kristal monosodium urat yang menumpuk di
jaringan lunak tubuh, (Setiyohadi,2006) Sari (2010) menyebutkan
tanda-tanda seseorang menderita gout adalah sebagai berikut :
4. Patofisiologi
Penyakit arthritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi
sendi yang paling sering ditemukan, ditandai dengan adanya
penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar
persendian (Zahara, 2013). Asam urat merupakan kristal putih
tidak berbau dan tidak berasa lalu mengalami dekomposisi
dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN) sehingga cairan
ekstraseslular yang disebut sodium urat. Jumlah asam urat dalam
darah dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat dalam
tubuh, dan banyaknya ekskresi asam urat (Kumalasari, 2009).
Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara
produksi (10% pasien) dan ekskresi (90% pasien). Bila
keseimbangan ini terganggu maka dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut dengan
hiperurisemia (Manampiring, 2011)
5. Patoflowdiagram
6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain:
a. Penyakit ginjal
b. Batu ginjal (endapan kristal)
c. Hipertensi
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Seorang dikatakan menderita asam urat apabila pemeriksaan
laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah diatas
7mg/dl Untuk pria dan lebih dari 6mg/dl untuk wanita, selain itu
kadar asam dalam purin lebih dari 760-1000mg/24jam dengan
diet biasa. Sering juga dilakukan pemeriksaan darah lengkap
seperti ureum, kreatinin, disertai pemeriksaan lemak darah
untuk menguatkan diagnosis. Ureum dan kreatinin diperiksa
untuk mengetahui normal tidaknya fungsi ginjal , sedangkan
pemeriksaan profil lemak darah dijadikan penanda ada tidaknya
gejala aterosklerosis.
1) Gout radiologis
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat proses yang
terjadi dalam sendi dan tulang serta untuk melihat proses
pengapuran di dalam tofus itu sendiri (Junaidi, 2012).
Proses ini dilakukakan pada sendi yang terserang , hasil
pemeriksaan akan menunjukkan tidak terdapat perubahan
pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang
progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang
yang berada di bawah sinovial sendi.
2) Pemeriksaan cairan sendi
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan dibawah mikroskop,
dengan tujuan untuk melihat kristal urat atau monosodium
urate dalam cairan sendi (Junaidi,2012).
3) Pemeriksaan rontgen
Menurut Kertia (2009), pemeriksaan dengan rotgen
baiknya dilakukan pada awal setiap kali pemeriksaan cairan
sendi dan lebih efektif jika pemeriksaan ini dilakukan pada
penyakit sendi yang kronis. Pemeriksaan ini perlu
dilakukan untuk melihat kelainan baik pada sendi maupun
tulang dan jaringan disekitar sendi.
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Junaidi, 2012), secara umum penatalaksanaan gout adalah
dengan memberikan edukasi, pengaturan diet, istirahatkan sendi , dan
pengobatan. Penatalaksanaan gout ada dua macam, yaitu
penatalaksanaan farmakologi dan penatalaksanaan non farmakalogi.
a. Terapi Farmakologi
1) Medis
a) Allopurinol
Obat yang menghambat pembentukan asam urat di dalam
tubuh, yang memiliki kadar asam urat yang tinggi dan batu
ginjal atau mengalami kerusakan ginjal. Pemberian
allopurinal bisa mencegah pembentukan batu ginjal .
allopuriol dapat menyebabkan gangguan pencernaan,
memicu munculnya ruam kulit, berkurangnya jumlah sel
darah putih dan kerusakan hati. Allopurinol digunakan jika
produksi asam urat berlebihan, dan terutama efektif pada
gout.
b) Urikosurik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat asam urat
di tubuli ginjal. Obat ini meliputi probenesid yang
mempunyai toksisitas kecil, diberikan dalam dosis 1-3
gram sehari , disesuaikan dengan kadar asam urat serum.
Sementara itu, sulpinpirazon diberikan dalam dosis 200-
400 mg sehari. Efek samping kedua obat ini adalah
gangguan pada saluran pencernaan dan juga terdapat
insufisiensi ginjal.
c) Kolkisin
Kolkisin yang diberikan 0,55mg – 0,6mg dua kali sehari
bisa efektif untuk mencegah arthritis berulang pada pasien
yang tidak terlihat memiliki tophi dan konsentrasi serum
uratnya sedikit naik. Pasien yang merasakan onset
serangan akut harus meningkatkan dosis menjadi 1mg tiap
2 jam, umumnya serangan akan hilang setelah 1 atau 2 mg.
Pasien dengan riwayat gout berulang dan konsentrasi
serum asam urat yang naik signifikan mungkin paling
baik dirawat dengan terapi penurun asam urat.
a. Anamnesi
Identitas (meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat, agama,status perkawinan)
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengumulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara
umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat
analgesic dan allopurinol.
c. Riway at penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab
yang m e n d u k u n g terjadinya gout (misalnya
penyakit gagal ginjal kronis,
l e u k e m i a , hiperparatiroidisme) masalah lain yang perlu
ditanyakan adalah pernakah klien dirawat dengan maslah
yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan,
penggunaan obat diuretic.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai
keluhan yang sama dengan klien karena gout dapat dipengaruhi
oleh genetik
e. Aktif itas dulu dan sekarang
Seseorang yang tak pernah berolahraga atau diikut
sertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran
dalam memulai suatu program latihan di usia lanjut, terutama
jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.
f. Pola Nutrisi
Menggabarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan,
kesulitan menelan.
g. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, defekasi dan ada tidaknya
masalah defekasi.
h. Personal Hygiene
Berbagai kesulitan melakukan aktivitas pribadi.
i. Neonsesori
Kebas atau kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan,
pembengkakan pada sendi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan agen injuri
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan aktivitas
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mendapatkan
informasi
d. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
e. Resiko jatuh berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik
f. Resiko injuri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
bergerak.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan agen injuri
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakn keperawatan diharapkan klien
dapat:
a) Klien dapat mengetahui penyebab nyeri
b) Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk
mencari pertolongan
c) Klien mampu mengenal skala nyeri, intensitas, frekuensi
dan lamanya nyeri
d) Klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e) Tanda-tanda vital dalam batas normal
f) Ekspresi wajah tenang
2) Intervensi
1) Kaji secara komprehensif tentang nyeri
2) Observasi isyaran non verbal dari ketidak nyamanan
3) Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
mengekspresikan rasa nyeri
4) Kaji latarbelakang budaya klien
5) Kaji pengalaman individu terhadap nyeri
6) Berikan informasi tentang nyeri
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan aktivitas
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakn keperawatan diharapkan klien
dapat:
a) Klien menunjukan penampilan yang seimbang
b) Klien menunjukan pergerakan sendi
c) Klien melakukan ambulasi
d) Klien menunjukan penggunaan alat bantu yang benar
e) Klien dapat melakuakn aktivitas sehari-hari secara mandiri
2) Intervensi
a) Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan
dirumaaah dan kebutuhan akan peralatan pengobatan
b) Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
c) Bantu klien untuk mengenal ambulasi dini sesuai
kebutuhan
d) Pantau penggunaan alat bantu mobilitas
e) Berikan penguatan positif selama aktivitas
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mudah lupa,
misinterpretasi informasi ditandai dengan klien mengungkapkan
adanya masalah, klien mengikuti instruksi tidak akurat.
1) Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x24 jam
diharapkan pengetahuan klien tentang proses penyakit meningkat
(Knowledge Disease Process).
2) Kriteria Hasil:
a) Menjelaskan proses penyakitnya
b) Menjelaskan penyebab dan patofisiologis penyakit
c) Menjelaskan tanda dan gejala penyakitnya
d) Menjelaskan tindakan-tindakan unutk meminimalkan keluhan
selama proses penyakit
3) Intervensi:
Pendidikan kesehatan: Proses penyakit (Teaching Disease Process)
a) Kaji tingkat pengetahuan klien berhubungan dengan proses penyakit
yang spesifik
b) Tentukan motivasi klien untuk mempelajari informasi-informasi
yang khusus misalnya: status psikologis, orientasi, nyeri, keletihan,
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, keadaan emosional dan
adaptasi terhadap penyakit
c) Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman klien,
mengulang informasi bila diperlukan
d) Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
e) Berikan informasi kepada klien tentang kondisinya
f) Berikan informasi tentang tindakan diagnostic yang dilakukan
g) Diskusikan tentang perubahan perilaku yang dapat mencegah
komplikasi
h) Sediakan waktu bagi klien untuk menanyakan beberapa pertanyaan
dan mendiskusikan permasalahannya
i) Ikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain bila
memungkinkan
j) Rencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama klien
mengikuti kemampuan klien mengikuti penanganan yang dianjurkan
k) Berinteraksi kepada klien dengan cara yang tidak menghakimi untuk
memfasilitasi pengajaran
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Berdasarkan terminology NIC, implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap implementasi dengan mencatat
tindakan tersebut.
Ketika mengimplementasikan program keperawatan, perawat terus
mengkaji kembali klien pada setiap kontak, dengan mengumpulkan
data tentang respons klien terhadap tindakan keperawatan dan tentang
masalah baru yang mungkin muncul.
5. Evaluasi Keperawatan
c. Riwayat Kesehatan
1) Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
Ny. C mengeluh nyeri di kedua kakinya, Ny.C mengatakan
nyeri karena penyakit asam uratnya, nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk, skala nyeri 4-5, nyeri dirasakan hilang timbul,
nyeri dirasakan seperti menyebar dari pinggang sampai kaki,
Ny.C mengatakan sulit berjalan. pada pinggang sampai kaki,
hingga menyebabkan susah untuk berjalan dan Ny.C terlihat
berjalan dengan bantuan, kaki Ny.C tidak tampak kemerahan,
bengkak di telapak kaki.
2) Masalah kesehatan keluarga/ keturunan
Ny. C mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti
Hipertensi, DM, Asma, Jantung.
d. Kebiasaan Sehari-Hari
1) Biologis
a) Pola Makan
Ny. C mengatakan biasa makan sehari 3 kali, tetapi
semenjak sakit Ny. C kurang nafsu makan karena perutnya
terasa kembung sehingga makan 1x/hari, tidak ada mual,
tidak ada muntah, tidak ada keluhan muntah.
b) Pola Minum
Ny. C mengatakan minum air putih 5-7 perhari, dan
terkadang minum segelas teh di pag hari.
c) Pola Tidur
Ny. C mengatakan sebelum sakit tidur malamnya ± 5-6
jam, tetapi semenjak sakit Ny. C jadi kurang tidur.
d) Pola Eliminasi (B.A.B / B.A.K)
Ny. C mengatakan BAK sehari bisa 4-5 kali/hari,
sedangkan BAB sehari sekali.
e) Kebersihan Diri
Ny. C mengatakan mandi 2 kali/hari, sikat gigi 2 kali/hari,
dan keramas 2 hari sekali. Ny. C secara keseluruhn tampak
bersih, tidak bau badan.
2) Psikologis
a) Keadaan Emosi
Ny. C mengatakan perasaan hari ini baik-baik saja, emosi
stabil, hanya saj
3) Sosial
a) Dukungan Keluarga
Ny. C tidak memiliki anak, Ny. C hanya tinggal berdua
dengan suaminya (Tn. ), hanya suaminya yang terkadang
merawat Ny. C dan memberi dukungan kepada Ny. C
b) Hubungan Antar Penghuni
Ny. C hanya tinggal bersama suaminya dalam satu rumah,
komunikasi berjalan baik,
c) Hubungan Dengan Orang Lain
Ny. C berhubungan baik dengan tetangganya, Ny. C suka
mengobrol dengan tetangganya di rumah Ny. C.
4) Spiritual / Kultural
a) Pelaksanaan Ibadah
Ny. C tetap sholat 5 waktu, biasanya sebelum sakit Ny. C
suka ikut pengajian di sekitar rumahnya.
b) Keyakinan tentang Kesehatan
Ny. C mengatakan mempunyai sakit asam urat, dan tidak
tau mengenai penyebab dari penyakitnya
5) Aktifitas sehari-hari
Ny. C mengatakan masih melakukan aktivitas sehari-harinya
seperti masak nyuci pakaian dan menyapu rumah, hanya saja
sekarang semenjak sakit sekitar pinggang hingga kaki
membuat Ny. C tidak mampu untuk mengangkat benda berat,
Ny.C mengatakan kesulitan berjalan, Ny.C mengatakan lebih
banyak menghabiskan waktu dengan duduk dan tidak kuat
untuk beridir lama, Ny.C mengatakan pernah jatuh dirumah,
Ny.C mengatakan pandangan terlihat kabur. Ny.C tampak
kesulitan berjalan dan menggunakan tongkat untuk berjalan,
Ny.C menunjukkan daerah kaki yang lemah, kekuatan otot 5
(eks.atas kanan), 5 (eks.atas kiri), 4 (eks.bawah kanan), 4(eks.
bawah kiri)
6) Rekreasi
Ny. C jarang melakukan rekreasi di luar rumah, hanya duduk
dan mendengrkan radio untuk menghilangkan stresnya
7) Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda Vital Ny. C, keadaan umum klien sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi
93 x/menit, Pernapasan 17 x/menit dan Suhu 37,00 C. Tinggi
badan 150 cm. Berat badan 57 kg. Hasil IMT 25,03 (over
weight). Kepala atau rambut tidak ada ketombe, tidak ada
benjolan atau luka, simetris dan rambut sudah beruban.
Pemeriksaan mata tampak konjungtiva ananemis, sklera
anikterik, pupil isokor, simetris, tidak ada cekungan pada
mata, dan reaksi pupil 2 mm/ 2 mm, klien mengalami rabun
dekat. Pada pemeriksaan telinga tampak bersih, tidak ada
serumen, tidak ada bengkak, tidak ada luka, tidak ada
kemerahan dan simetris. Pemeriksaan hidung tampak bersih,
tidak ada sumbatan, tidak ada cairan yang keluar dan hidung
tampak simetris. Keadaan mulut tampak bersih, gigi putih,
terdapat karang gigi, mukosa bibir lembab, dan tidak ada
sariawan. Pemeriksaan leher, yaitu tidak ada kesulitan
menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada distensi vena
jugularis, dan tidak ada tanda peradangan sekitar leher.
Pemeriksaan dada (thorax), yaitu dada tampak simetris, suara
napas bronkovesikuler, tidak ada bunyi gallop dan murmur
serta tidak ada lesi disekitar dada. Pemeriksaan abdomen,
yaitu tidak ada nyeri tekan, perut klien terasa kembuung, dan
tidak ada lesi pada bagian abdomen. Pemeriksaan ekstremitas
atas, yaitu tidak ada nyeri, gerakan tak terbatas, mampu fleksi
dan ekstensi, tidak ada benjolan, tidak ada bengkak, tidak ada
lesi, kekuatan otot normal 5/5. Pemeriksaan ekstremitas
bawah, yaitu ada nyeri, gerakan terbatas, kaki terasa
kesemutan dan terkadang kebas, otot kaki mengalami
pengecilan, mampu fleksi dan ekstensi, tidak ada benjolan,
tidak ada bengkak, tidak ada lesi, kekuatan otot normal 4/4.
Pemeriksaan kulit, yaitu turgor kulit elastis, bibir lembab, CRT
< 3 detik, mata tidak cekungtidak ada sianosis, tidak ada lesi
dan warna kulit kuning langsat. .
8) Keadaan Lingkungan sekitar
Lingkungan rumah Ny. C tampak bersih, tidak ada sampah
berserakan, terdapat tempat sampah dan sampah yang sudah
terkumpul akan di bakar di halaman rumahnya. Sumber
pencahayaan pada siang hari cukup dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah. Penerangan pada malam hari
menggunakan listrik. Sirkulasi udara cukup baik karena
terdapat ventilasi dan pintu rumah sering dibuka. Sumber air
bersih menggunakan pompa listrik, air yang dihasilkan bersih,
tidak berwarna dan tidak berbau. Pembungan air limbah
langsung ke selokan.
e. Informasi Penunjang
1) Diagnosa Medis : Gout Artritis
2) Laboratorium pada tanggal 22 April 2017
Asam urat : 7,0 mg/dl
3) Terapi Medis
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
TTV: TD = 140/90mmHg
Nadi: 93x/mnt
Rr: 17x/mnt
Suhu: 37oC
Kebutuhan fisiologis: Cairan
- Ny. C mengatakan minum air - Turgor kuit rlastis
putih sebanyak 5-7 gelas/hari - Mukosa bibir tampak lembab
- Ny. C mengatakan terkadang - CRT <3 detik
minum segelas teh di pagi hari - Mata tampak tidak cekung
- Ny. C mengatakan BAK 4-5 - Tidak ada sianosis
kali/hari
ANALISA DATA
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan agen injuri
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan aktivitas
c. Resiko jatuh berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mendapatkan
informasi
3. Perencanaan Keperawatan
Mmmmmmmmmmmmmmm
Rencana tindakan :
Mencegah jatuh (Fall Prevention)
1) Identifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan tingkat fungsi
fisik, kognitif dan riwayat perilaku selanjutnya
2) Identifikasi perilaku dan faktor yang berpengaruh terhadap resiko
jatuh
3) Kaji riwayat jatuh klien dan keluarga
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mendapatkan
Data subjektif: Ny. C mengatakan tidak mengetahui mengenai asam
urat, Ny. C mengatakan penyebab asam urat karena makan seperti
kacang-kacangan dan sayuran hijau, Ny. C mengatakan tidak
mengetahui akibat dari asam urat, Ny. C mengatakan tidak pernah
sekolah, Ny. C mengatakan sudah mempunyai asam urat sejak 2 tahun
yang lalu, Ny. C mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan
mengenai asam urat
Data Objektif: Ny. C tampak bingung saat ditanya mengenai asam
urat, Ny. C tidak dapat menjawab saat ditanya pengertian dan akibat
dari asam urat
Ny. C aktif bertanya mengenai masalah yang di derita.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pengetahuan klien tentang proses penyakit meningkat
(Knowledge Disease Process).
Kriteria Hasil: Menjelaskan proses penyakitnya, Menjelaskan
penyebab dan patofisiologis penyakit, Menjelaskan tanda dan gejala
penyakitnya, Menjelaskan tindakan-tindakan unutk meminimalkan
keluhan selama proses penyakit
Rencana Tindakan:
Pendidikan kesehatan: Proses penyakit (Teaching Disease Process)
1) Kaji tingkat pengetahuan klien berhubungan dengan proses
penyakit yang spesifik
2) Tentukan motivasi klien untuk mempelajari informasi-informasi
yang khusus misalnya: status psikologis, orientasi, nyeri, keletihan,
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, keadaan emosional dan
adaptasi terhadap penyakit
3) Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman klien,
mengulang informasi bila diperlukan
4) Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
5) Berikan informasi kepada klien tentang kondisinya
6) Berikan informasi tentang tindakan diagnostic yang dilakukan
7) Diskusikan tentang perubahan perilaku yang dapat mencegah
komplikasi
8) Sediakan waktu bagi klien untuk menanyakan beberapa pertanyaan
dan mendiskusikan permasalahannya
9) Ikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain bila
memungkinkan
10) Rencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama klien
mengikuti kemampuan klien mengikuti penanganan yang
dianjurkan
11) Berinteraksi kepada klien dengan cara yang tidak menghakimi
untuk memfasilitasi pengajaran
e. Implementasi Keperawatan
Hari pertama:
Diagnosa I:
Diagnosa II:
Diagnosa III:
Diagnosa IV:
a. Mengkaji tingkat pengetahuan klien berhubungan dengan proses
penyakit yang spesifik dengan hasil: Klien mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakit asam uratnya.
b. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman klien,
mengulang informasi bila diperlukan dengan hasil: klien
mengatakan sudah memahami dan tahu apa itu asam urat, tanda dan
gejala, dan komplikasi yang terjadi pada penyakit asam urat.
c. Memberikan informasi kepada klien tentang kondisinya dengan
hasil: Klien mengatakan sudah mengerti dan memahami informasi
tentang penyakit asam urat yang sudah diberikan oleh perawat
d. Berikan informasi tentang tindakan diagnostic yang dilakukan
dengan hasil : perawat sudah memberikan informasi tentang tujuan
test asam urat yang perawat lakukan.
e. Mendiskusikan tentang perubahan perilaku yang dapat mencegah
komplikasi dengan hasil : Ny.C mengatakan akan mengurangi
konsumsi makanan yang tinggi protein.
f. Menyediakan waktu bagi klien untuk menanyakan beberapa
pertanyaan dan mendiskusikan permasalahannya dengan hasil :
Memberikan kesempatan kepada Ny.C untuk bertanya Setelah
perawat memberikan informasi tentang penyakit asam urat.
g. Mengikutsertaka keluarga atau anggota keluarga lain bila
memungkinkan dengan hasil : Adik Ny.C ikut hadir menemani Ny.C
mengenai pemberian informasi penyakit asam urat yang perawat
lakukan.
Hari kedua:
Diagnosa I:
Diagnosa II:
Diagnosa III:
a. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan tingkat
fungsi fisik, kognitif dan riwayat perilaku selanjutnya dengan hasil:
Klien mengatakan berjalan dengan hati-hati, menghindari lantai
yang licin, dan kondisi penerangan di rumah yang cukup baik.
b. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang berpengaruh terhadap
resiko jatuh dengan hasil: Klien mengatakan suka lupa
mengeringkan kaki setelah klien selesai mencuci baju.
c. Mengkaji riwayat jatuh klien dan keluarga dengan hasil: klien
mengatakan pernah jatuh sebulumnya.
d. Memotivasi keluarga untuk membantu klien dengan hasil : keluarga
klien mengatakan akan membantu kebutuhan Ny.C
Hari ketiga:
Diagnosa I:
Diagnosa II:
Diagnosa III:
f. Evaluasi Keperawatan
Hari Pertama
Diagnosa 1
O : Klien tampak meringis saat nyeri timbul dan mennjukan lokasi nyeri,
perawat telah menggunakan komunikasi terapeutik dengan Bahasa yang
mudah dipahami oleh klien, perawat telah memberi informasi kepada Ny.
C mengenai penyebab munculnya nyeri akibat tingginya asam urat.
P : Lanjutkan intervensi
Diagnosa II
P : Lanjutkan Intervensi
Diagnosa III
P :Lanjutkan intervensi
Hari kedua
Diagnosa I
P : Lanjutkan intervensi
Diagnosa II
P : Lanjutkan Intervensi
Diagnosa III
P ; Lanjutkan Intervensi
Hari ketiga
Diagnosa I
P : Lanjutkan intervensim
Diagnosa II
P : Lanjutkan Intervensi
Diagnosa III
P : Lanjutkan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Riwayat penyakit sekarang
Menurut teori penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic
dan allopurinol, sedangkan pada kasus Ny.C tidak mengkonsumsi obat-
obatan yang diminum secara rutin dan cara mengatasi nyerinya dengan
meninum obat herbal yaitu tawon liar.
C. Perencanaan Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Menurut teori implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Sedangkan pada kasus
diagnosa kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan aktivitas tidak dilakukan implementasi mengajarkan dan bantu
klien untuk berpindah sesuai kebutuhan karena Ny.C sudah dapat
melakukan aktivitas sehari hari dengan berhati-hati apabila nyeri asam urat
kambuh, implementasi membantu klien untuk mengenal ambulasi dini
sesuai kebutuhan tidak dilakukan pada klien dikarenakan Ny.C sudah
mengetahui cara ambulasi dengan benar, dibuktikan dengan klien
mengatakan apabila nyeri timbul cara beraktivitas dengan cara dari duduk
ke berdiri dengan cara berhati lalu berjalan dengan berpegangan dengan
dinding.
Pada diagnosa keperawatan pada kasus kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang paparan, mudah lupa, misalnya interpretasi informasi
ditandai dengan klien mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti
instruksi tidak akurat, tidak dilakukannya impelemtasi menentukan motivasi
klien untuk mempelajari informasi-informasi yang khusus misalnya: status
psikologis, orientasi, nyeri, keletihan, tidak terpenuhinya kebutuhan dasar,
keadaan emosional dan adaptasi terhadap penyakit dikarenakan klien
merasa tidak putus asa dalam penyakitnya dan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar masih dapat terpenuhi secara mandiri dikarenakan Ny.C hidup sendiri
dirumahnya. Pada implementasi menyediakan lingkungan yang kondusif
untuk belajar tidak dilakukan dikarenakan lingkungan rumah klien sudah
kondusif seperti penerangan yang sudah cukup dan menghindari lantai licin
agar Ny.C tidak cedera. Implementasi merencanakan penyesuaian dalam
penanganan bersama klien mengikuti kemampuan klien mengikuti
penanganan yang dianjurkan tidak dilakukan,dikarenakan klien jarang
memeriksakan penyakit asam uratnya ke pelayanan kesehatan dan apabila
nyeri timbul hanya meminum obat herbal saja. Berinteraksi kepada klien
dengan cara yang tidak menghakimi untuk memfasilitasi pengajaran tidak
dilakukan dikarenakan klien merasa dihakimi oleh kehadiran perawatan
ataupun saat diberikan penkes tentang asam urat.
E. Evaluasi Keperawatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Terdapat
beberapa macam penyakit yang sering dijumpai pada lansia, salah
satunya adalah gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout
arthritis, atau penyakit kolagen lainnya. Dalam kasus yang terdapat
makalah ini klien lansia (Ny.C) mengalami gout arthtritis. Gout atristis
adalah penyakit inflamasi sendi yang paling sering ditemukan, yang
ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun
di sekitar persendian. Monosodium urat ini berasal dari metabolisme
purin.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatra Utara. ___. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39919/Chapter%20II.pdf;jsessi
onid=CEA71C1B133AFAEFE40FFB32A9742F91?sequence=4 27 April 2017 pukul 13.30
Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan kedua.
Jakarta : Salemba Medika.