Você está na página 1de 6

KIMIA ORGANIK ALAM

KHASIAT DAN MANFAAT EKSTRAK DAUN

KEJI BELING DALAM MENINGKATKAN SISTEM IMUN

DAN PENYEMBUHAN PENYAKIT BATU GINJAL

Disusun Oleh :

Sukaina Adibi

A1F015005

Dosen Pengampu :

Dr. Agus Sundaryono,M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2018
KHASIAT DAN MANFAAT EKSTRAK DAUN

KEJI BELING DALAM MENINGKATKAN SISTEM IMUN

DAN PENYEMBUHAN PENYAKIT BATU GINJAL

Saat ini Infeksi nosokomial sering terjadi di ruang rawat inap. Bahkan di negara besar
seperti Amerika mengeluarkan dana sebesar $ 4,1 miliar - $11 miliar untuk mengatasi dua juta
pasien per tahun yang terserang infeksi nosokomial. Banyaknya bakteri yang ditemukan resisten
terhadap antibiotik dianggap sebagai penyebab infeksi nosokomial dan salah satu bakteri yang
teridentifikasi sering menyebabkan infeksi nosokomial yaitu Staphylococcus aureus sebesar
21,7%. Saat ini diketahui sekitar 40% bakteri S.aureus yang dapat diisolasi di rumah sakit
resisten terhadap beberapa jenis antibiotic turunan β-laktam dan sefalosporin, tetapi masih
sensitif terhadap antibiotik vankomisin dan klindamisin.

Staphylococcus adalah bakteri intraseluler, sehingga sistem imun seluler berperan


penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit ini. Fagosit baik mononuklear maupun
polimorfonuklear berperan dalam menghambat replikasi bakteri. Sel-sel imunokompeten dapat
membunuh mikroba dengan dua cara yaitu fagositosis bakteri intraseluler oleh makrofag dan
lisis sel yang terinfeksi oleh limfosit T dan sel NK. Dalam proses fagositosis terdapat tiga fase
yaitu fase pengenalan, degranulasi, dan pembunuhan atau killing. ROI (Reactive Oxygen
Intermediate) terdiri atas radikal peroksida, radikal hidroksil dan singlet oksigen, ROI sangat
reaktif dalam proses membunuh bakteri. Prosesnya sendiri terjadi beberapa saat setelah
fagositosis dan dikenal sebagai respiratory burst (percepatan respirasi) yang terjadi karena
stimulasi jalur metabolic (Setyawan,2016:3).
Selain itu saat ini juga penderita penyakit batu ginjal semakin meningkat. Batu ginjal
merupakan keadaan yang tidak normal di dalam ginjal dan mengandung komponen kristal serta
matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat
mengendap di ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar mengandung batu
kalsium berupa kalsium oksalat atau kalsium fosfat, secara bersama dapat dijumpai sampai 65 –
85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal. Batu ginjal bisa menyebabkan infeksi saluran kemih.
Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih sehingga
terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke
saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Dharma,dkk, 2014 : 34).

Pengobatan batu ginjal dengan obat modern belum memberikan hasil yang memuaskan,
selain harganya relatif mahal juga memberikan efek samping yang tinggi, oleh karena itu upaya
pada umumnya yang dilakukan adalah pengambilan batu dengan cara pembedahan atau
pemecahan batu. Akan tetapi cara – cara tersebut masih belum dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat karena biayanya yang tinggi dan kekurangan tenaga ahli. Selain itu
Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan tanaman obat di Indonesia biasanya hanya
berdasarkan pengalaman empiris yang biasanya diwariskan secara turun temurun dan belum
teruji secara ilmiah. Untuk itu diperlukan penelitian tentang obat tradisional, sehingga nantinya
obat tersebut dapat digunakan dengan aman dan efektif. Sekitar 80% individu dari negara
berkembang menggunakan pengobatan tradisional dengan bahan yang berasal dari tanaman obat.
Penggunaan ekstrak dan zat fitokimia tanaman yang memiliki kandungan antimikroba dapat
menjadi dasar penemuan antibiotik baru dalam terapi kasus infeksi bakteri.
Ekstrak daun keji beling memiliki aktivitas yang tinggi sebagai antibakteri, secara
invitro terbukti terhadap bakteri S.aureus dan Bacillus cereus. Aktivitas antibakteri yang tinggi
dari ekstrak daun S.crispus karena adanya beberapa senyawa kimia dalam ekstrak daun ini,
seperti polifenol, catechin, kafein, alkaloid, tanin, ß-sitosterol, dan stigmaste (Setyawan,2016:5).
Keji beling juga merupakan salah satu tanaman yang dapat meluruhkan batu ginjal maupun batu
di kandung kemih. Kalium yang ada di dalam tanaman kejibeling bersifat sebagai diuretik yang
kuat serta dapat melarutkan batu dari garam kalsium, sehingga keji beling dapat digunakan
sebagai peluruh batu (Dharma,dkk, 2014 : 35).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyawan, dkk (2016) Pemberian ekstrak
daun kejibeling dapat meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag dan produksi ROI makrofag
pada mencit putih strain Swiss yang diinfeksi S.aureus dengan dosis efektif pada 300mg/kgBb.
Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dharma, dkk (2014) Ekstrak etanol daun
kejibeling (Strobilanthes crispa (L) Blume) memiliki daya melarutkan batu ginjal, dimana
semakin tinggi dosis ekstrak maka semakin besar jumlah komponen batu ginjal (kalsium dan
oksalat) yang terlarut dalam urin.
Tanaman keji beling memiliki ciri khas diantaranya sebagai berikut :
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Family : Acanthaeceae
Genus : Strobilanthes
Spesies : Strobilanthes cripus BI
2. Nama Daerah
Keji Beling (Strobilanthes cripus BI) memiliki nama daerah yang berbeda-beda
diantaranya adalah picah beling (Sunda), Enyoh kelo ( Jawa), Remek daging (Pasundan),
dan lire (Ternate).
3. Morfologi
Tumbuhan keji beling (Strobilanthes cripus BI)tergolong tumbuhan semak,
biasanya hidup menggerombol, tinggi 1-2 meter pada tumbuhan dewasa. Morfologi dari
tumbuhan keji beling memiliki batang beruas, bentuknya bulat dengan diameter antara
0,1-0,7 cm, berbulu kasar. Jenis daunnya tunggalm bentuk daunnya bulat telur sampai
lonjong. Permukaan daunnya memiliki bulu halus, tepi daunnya beringgit, ujung daun
meruncing, pangkal daun meruncing, panjang helai daun berkisar 5-8 cm, lebar 2-5 cm
dan warna permukaan daun bagian atas hijau tua sedangkan bagian bawah hijau muda.
Benang sari empat dan warna bunga putih agak kekuningan. Keji beling memiliki buah
berbentuk bulat, buahnya jika masih muda berwarna hijau dan setelah masak berwana
hitam.
4. Habitat
Tumbuhan kejibeling mudah berkembangbiak pada tanah subur agak terlindung
dan di tempat terbuka. Tumbuhan ini dapat hidup pada daerah dengan kondisi ekologis
sebagai berikut :
 Ketinggian tempat 1-1000 m diatas permukaan laut dengan curah hujan tahunan
2.500-4000 mm/tahun
 Iklimnya bulan basah (diatas 100 mm/tahun) 8-9 bulan
 Hidup di suhu udara 20◦ C– 50 ◦ C dengan kelembapan sedang
 Penyinaran sedang
 Tekstur tanah pasir sampai tanah liat
 Drainase sedang
 Kedalaman air tanah 25 cm dari permukaan tanah
 Kedalaman perakaran 5 cm dari permukaan tanah, keasamana (pH) 5,5 -7
kesuburan sedang
5. Kandungan kimia dan manfaat
Tanaman keji beling mengandung zat-zat kimia antaralain _ kalium, natrium,
kalsium, asam silikat, alkaloida, saponin, flavonoida dan polifenol. Flavonoida terdapat
pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tapung sari dan akar. Mekanisme kerja
flavonoida adalah menggangu aktivitas transpeptidase peptidoglikan sehingga
pembentukan dinding sel terganggun dan sel mengalami lisis.
Tanaman keji beling banyak dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat. Keji
beling dipercaya mampu mengobati diabetes dan juga menyembuhkan penyakit ginjal
maupun tipus. Masyarakat mengkonsumsi keji beling dengan cara direbus dan kemudian
air rebusannya diminum hingga penyakitnya sembut. Masyarakat memilih untuk direbus
karena akan lebih mudah dan lebih bersih dalam penyajiannya (Jaka, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, surya dkk. 2014. pengaruh ekstrak etanol daun kejibeling (strobilanthes crispa (l)
blume) terhadap kelarutan kalsium dan oksalat sebagai komponen batu ginjal pada urin
tikus putih jantan. http://www/scientia vol. 4 no. 1. (diakses 7 Maret 2018)

Jaka. 2013. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Keji Beling, http://newbietora.com/2013/02/06/


klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-keji-beling-strobilanthes-crispus-bi/ (diakses 7 Maret
2018)

Setyawan, annaas dkk. 2016. pembuktian ekstrak daun kejibeling dalam meningkatkan sistem
imun. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas (diakses 7 Maret 2018)

Você também pode gostar