Você está na página 1de 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan
dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan
maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang
banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma. Asma adalah satu
diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total.
Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat
akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena
pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu
berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya
pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh
penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan
waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
Dengan yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes
(Stegomyia). Selama dua dekade terakhir, frekuensi kasus dan epidemi
penyakit demam dengue (dengue fever, DF), demam berdarah (dengue
hemorragic fever, DHF), dan sindrom syok dengue (dengue syok syndrom,
DSS) menunjukkan peningkatan yang dramatis di seluruh dunia. The World
Health Report 1996, menyatakan bahwa”kemunculan kembali penyakit
infeksisus merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang telah diraih
sampai sejauh ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan dan
kemakmuran sia-sia belaka”. Laporan tersebut lebih jauh menyebutkan
bahwa” penyakit infeksius tersebut berkisar dari penyakit yang terjadi di
daerah tropis (seperti malaria dan DHF yang sering terjadi di negara
berkembang) hingga penyakit yang ditemukan di seluruh dunia (seperti
hepatitis dan penyakit menular seksual [PMS], termasuk HIV/AIDS) dan
penyakit yang disebarkan melalui makanan yang mempengaruhi sejumlah
besar penduduk dunia baik di negara miskin maupun kaya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Asma ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Asma pada anak ?
3. Apa yang dimaksud dengan DHF ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan DHF pada anak ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Asma dan DHF pada anak
2. Untuk mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan asma dan
DHF pada anak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asma pada Anak


1. Pengertian
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat berulang namun
reversible, dan diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat
keadaan ventilasi yang lebih normal. (Sylvia dan Wilson,2006)
Asma sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Assma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif
terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu
binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi. Gejala
kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa
datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya, risiko kematian bisa datang. Gangguan asma
bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berekerutnya otot polos saluran
pernafasan, pembengkakakn selaput lender, dan pembentukan
timbunan lender yang berelebihan
b. Asma kardial
Asma yang timbul karena adanya kelainan jantung. Gejala
asma kardial biasanya terjadi malam hari, disertai sesak nafas
yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea.
Biasanya terjadi pada sedang tertidur.

3
2. Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belu
diketahui dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan
dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respons saluran nafas yang
berlebihan ditandai dengan adanya kalor, tumor, dolor dan function
laesa. (Sudoyo dkk,2009)
Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa infeksi
(infeksi virus RSV). Iklim, inhalan, makanan, obat, kegiatan fisik, dan
emosi.

3. Manifestasi klinis
a. Wheezing, dyspnea, batuk
b. Penggunaan otot bantu pernafasan
c. Sputum dengan sedikit mucus
d. Takikardi
e. Malaise
f. Ronchi basah

4. Pemeriksaan
a. Spirometer
b. Sputum
c. Uji kulit
d. RO dada
e. Sinar x dada

5. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan asma dalah meningkatkan dan
mempertahanakan kualitas hidup agar penderita asma dappat hidup
normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Program penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu:
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)

4
a. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortality.
Edukasi tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga
tetapi juga pihak lain yang membutuhkan seperti pemegang
keputusan, pembuat perencanaan bidang kesehatan/asma,
profesi kesehatan.
b. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma
oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan
asma. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain:
1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan
perubahan terapi
2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami
perubahan pada asmanya
3) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu
direview, sehingga membantu penanganan asma terutama
asma mandiri.
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
f. Control secara teratur
g. Pola hidup sehat

6. Klasifikasi Asma pada anak.


Pembagian asma menurut (Phelan dkk,1983) adalah sebagai berikut :
a. Asma episodik jarang.
Golongan ini merupakan 70–75% dari populasi asma anak.
Biasanya terdapat pada anak umur 3–6 tahun. Serangan
umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran napas atas.
Banyaknya serangan 3–4 kali dalam satu tahun. Lamanya
serangan paling lama hanya beberapa hari saja dan jarang

5
merupakan serangan yang berat. Gejala-gejala yang timbul lebih
menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung sekitar 3–
4 hari dan batuknya dapat berlangsung 10–14 hari. Waktu
remisinya bermingu-minggu sampai berbulan-bulan. Manifestasi
alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan. Tumbuh
kembang anak biasanya baik. Di luar serangan tidak ditemukan
kelainan lain.
b. Asma episodik sering
Golongan ini merupakan 28% dari populasi asma anak. Pada
dua pertiga golongan ini serangan pertama terjadi pada umur
sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan
dengan infeksi saluran pernapasan atas. Pada umur 5–6 tahun
dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang
tua menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya
alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyaknya serangan 3−4 kali
dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai
beberapa minggu. Frekuensi serangan paling banyak pada umur
8−13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar
dibedakan dengan golongan asma kronik atau persisten.
Umumnya gejala paling buruk terjadi pada malam hari dengan
batuk dan mengi yang dapat mengganggu tidur. Pemeriksaan
fisik di luar serangan tergantung pada frekuensi serangan. Jika
waktu serangan lebih dari 1−2 minggu, biasanya tidak
ditemukan kelainan fisik. Hay fever dan eksim dapat ditemukan
pada golongan ini. Pada golongan ini jarang ditemukan
gangguan pertumbuhan.
c. Asma kronik atau persisten.
Pada 25% anak serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan,
75% sebelum umur 3 tahun. Pada 50% anak terdapat mengi
yang lama pada 2 tahun pertama dan pada 50% sisanya serangan
episodik. Pada umur 5−6 tahun akan lebih jelas terjadinya

6
obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir selalu
terdapat mengi setiap hari. Dari waktu ke waktu terjadi serangan
yang berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Obstruksi
jalan napas mencapai puncaknya pada umur 8–14 tahun.
Pada umur dewasa muda 50% dari golongan ini tetap menderita
asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas
mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik dapat
terjadi perubahan bentuk toraks seperti dada burung (pigeon
chest), dada tong (barrel chest) dan terdapat sulkus Harrison.
Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan, yaitu
bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisiknya sangat berkurang,
sering tidak dapat melakukan kegiatan olahraga dan kegiatan
biasa lainnya. Sebagian kecil ada juga yang mengalami
gangguan psikososial.

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma
adalahmengancam pada gangguan keseimbanga asam basa dan gagal
nafas,pneumonia, bronkhiolitis, chronic persistent bronchitis,
emphysema.

B. Asuhan Keperawatan Asma pada Anak


1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu,
udara dingin
c. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat
dingin.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
e. Kaji Status mental : lemas, takut, gelisah

7
f. Faktor pencetus ; stress, latihan, kebiasaan dan rutinitas,
perawatan sebelumnya.
g. Kaji pengetahua anak dan orang tua tentang penyakit dan
pengobatan
h. Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman
pernafasan.penggunaan otot asesori pernafasan, cuping hidung,
i. Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
j. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah

2. Pemeriksaan fisik
a. Insfeksi: Contour, Confek, tidak ada defresi sternum, Diameter
antero posterior lebih besar dari diameter
transversal, Keabnormalan struktur Thorax,Contour dada
simetris, Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak,
distribusi warna merata, RR dan ritme selama satu menit.
b. Palpasi : Temperatur kulit, Premitus : fibrasi
dada, Pengembangan dada,Krepitasi, Massa, Edema
c. Auskultasi : Vesikuler, Broncho vesikuler, Hyper
ventilasi, Rochi, Wheezing,Lokasi dan perubahan suara napas
serta kapan saat terjadinya.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Spirometri : Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas. Tes provokasi: Untuk menunjang adanya hiperaktifitas
bronkus. Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes
spirometri. Tes provokasi bronchial, Untuk menunjang adanya
hiperaktivitas bronkus , test provokasi dilakukan bila tidak
dilakukan test spirometri. Test provokasi bronchial seperti : Test
provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani,
hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua
destilata.

8
b. Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang
spesifik dalam tubuh. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E
spesifik dalam serum. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen
foto dada normal. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.danPemeriksaan
sputum.

4. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.1 Auskultasi bunyi 1.1 Beberapa derajat
bersihan jalan tindakan keperawata nafas, catat adanya spasme bronkus
nafas b/d n selama bunyi nafas, misalnya terjadi dengan
akumulasi mucus 3x24 jam : wheezing, ronkhi. obstruksi jalan nafas.
Jalan nafas kembali Bunyi nafas redup
efektif. dengan ekspirasi
Kriteria hasil: mengi (empysema),
 Sesak tak ada fungsi nafas
berkurang, (asma berat)
batuk 1.2 Kaji / pantau 1.2 Takipnea biasanya
berkurang, frekuensi pernafasan ada pada beberapa
 klien dapat catat rasio inspirasi derajat dan dapat
mengeluarkan dan ekspirasi. ditemukan pada
sputum, penerimaan selama
 wheezing strest/adanya proses
berkurang/hilan infeksi akut.
g, vital dalam Pernafasan dapat
batas normal melambat dan
RR :16-20 kali frekuensi ekspirasi
per menit. memanjang dibanding

9
keadaan umum inspirasi.
baik.
1.3 Kaji pasien untuk 1.3 Peninggian kepala
posisi yang aman, tidak mempermudah
misalnya : peninggian fungsi pernafasan
kepala tidak duduk dengan menggunakan
pada sandaran. gravitasi.

1.4 Observasi 1.4 Batuk dapat


karakteristik batuk, menetap tetapi tidak
menetap, batuk efektif, khususnya
pendek, basah. Bantu pada klien lansia,
tindakan untuk Sakit akut/kelemahan.
keefektipan
memperbaiki upaya
batuk.
1.5 Berikan air hangat. 1.5 Penggunaan cairan
hangat dapat
menurunkan spasme
bronkus.

1.6 Kolaborasi obat 1.6 Membebaskan


sesuai indikasi spasme jalan nafas,
mengi dan produksi
mukosa.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 2.1 Kaji frekuensi 2.1 Kecepatan
pola nafas b/d tindakan keperawata kedalaman pernafasan biasanya mencapai
penurunan n selama dan ekspansi dada. kedalaman pernafasan
ekspansi paru. 3x24 jam Pola nafas Catat upaya bervariasi tergantung
kembali efektif. pernafasan termasuk derajat gagal nafas.
Kriteria hasil : penggunaan otot bantu Expansi dada terbatas

10
 Pola nafas pernafasan / pelebaran yang berhubungan
efektif, bunyi nasal. dengan atelektasis dan
nafas normal atau atau nyeri dada
bersih,
 TTV dalam batas 2.2 Auskultasi bunyi 2.2 Ronki dan
normal TD:120 nafas dan catat adanya wheezing menyertai
mmHg bunyi nafas seperti obstruksi jalan nafas /
N:60-100 kali krekels, wheezing. kegagalan pernafasan.
per menit 2.3 Tinggikan kepala 2.3 Duduk tinggi
RR: 16-20 kali dan bantu mengubah memungkinkan
permenit posisi ekspansi paru dan
 batuk berkurang, memudahkan
ekspansi paru pernafasan.
mengembang. 2.4 Observasi pola 2.4 Kongesti alveolar
batuk dan karakter mengakibatkan batuk
sekret. sering/iritasi.

2.5 Dorong/bantu 2.5 Dapat


pasien dalam nafas meningkatkan/banyak
dan latihan batuk. nya sputum dimana
gangguan ventilasi
dan ditambah ketidak
nyaman upaya
bernafas.
2.6 Kolaborasi : Berik 2.6 Memaksimalkan
an oksigen bernafas dan
tambahan, Berikan menurunkan kerja
humidifikasi nafas, memberikan
tambahan kelembaban pada
misalnya : membran mukosa dan

11
nebulizer membantu
pengenceran sekret.
3 Kurangnya Setelah dilakukan 5.1 Diskusikan aspek 5.1 Informasi dapat
pengetahuan tindakan keperawata ketidak nyamanan dari manaikkan koping dan
tentang proses n selama penyakit, lamanya membantu
penyakitnya 3x24 jam penyembuhan, dan menurunkan ansietas
berhubungan pengetahuan klien harapan kesembuhan. dan masalah
dengan kurangnya tentang proses berlebihan.
informasi penyakit menjadi 5.2 Berikan informasi 5.2 Kelemahan dan
bertambah. Dengan dalam bentuk tertulis depresi dapat
kriteria hasil : dan verbal. mempengaruhi
 Klien mengerti kemampuan untuk
tentang definisi mangasimilasi
asma informasi atau
 Klien mengerti mengikuti program
tentang penyebab medik.
dan pencegahan 5.3 Tekankan 5.3 Selama awal 6-8
dari asma pentingnya minggu setelah
 Klien mengerti melanjutkan batuk pulang, pasien
komplikasi dari efektif atau latihan beresiko besar untuk
asma pernafasan. kambuh dari
penyakitnya.
5.4 Identifikasi tanda 5.4 Upaya evaluasi
atau gejala yang dan intervensi tepat
memerlukan waktu dapat
pelaporan pemberi mencegah
perawatan kesehatan. meminimalkan
komplikasi.

12
5.5 Buat langkah 5.5 Menaikan
untuk meningkatkan pertahanan alamiah
kesehatan umum dan atau imunitas,
kesejahteraan, membatasi terpajan
misalnya : istirahat pada patogen.
dan aktivitas
seimbang, diet baik.

C. Demam Hemoragic Fever (DHF) pada anak


1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang
masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suriadi, 2001 : 57)
Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat
yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh
permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat,
sindrom syok kehilangan protein. (Nelson, 2000 : 1134)

2. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui
vektor nyamuk Aedes Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain.
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti: Badannya kecil, warnanya
hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya
datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari
sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan senang
menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan

13
berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat.

3. Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi demam dengue menurut WHO (1975),
diantaranya:
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan
spontan, uji turnikel positif, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan
atau perdarahan lain.
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah,
hipotensi kulit dingin, lembab, gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah
tidak dapat diukur.

4. Manifestasi Klinik
Manifestasi bervariasi menurut umur dan dari penderita ke
penderita. Pada bayi dan anak kecil (muda) penyakit mungkin tidak
terdiferensiasi atau ditandai oleh demam 1-5 hari, radang faring,
rhinitis, dan batuk ringan. Pada wabah sebagian besar yang terinfeksi
adalah anak yang lebih tua dan orang dewasa mempunyai kebanyakan
tanda-tanda yang diuraikan berikut ini.
Sesudah masa inkubasi 1-7 hari, ada demam yang mulai
mendadak, yang dengan cepat naik sampai 39,4-41,1°C (103-106°F),
biasanya disertai dengan nyeri frontal retroorbital. Kadang-kadang,
nyeri punggung mendahului demam. Ruam sementara, makular,
menyeluruh yang memucat pada penekanan dapat dilihat selama 24-48
jam pertama demam. Frekuensi nadi mungkin lambat relatif terhadap
tingkat demam. Mialgia atau artralgia terjadi segera sesudah mulai dan
bertambah parah. Keterlibatan sendi mungkin terutama berat pada

14
penderita dengan infeksi chikungunya atau O’nyongnyong. Dari
demam hari ke 2-ke 6, mual dan muntah tepat terjadi, dan limfadenopati
menyeluruh, hiperparestesia kulit atau hiperalgesia, penyimpangan rasa,
dan anoreksia yang menonjol dapat terjadi.
Satu sampai dua hari sesudah demam turun, ruam morbiliformis,
makulopapular, menyeluruh muncul, kecuali telapak tangan dan kaki.
Ruam menghilang dalam 1-5 hari; pengelupasan mungkin terjadi.
Jarang ada adema telapak tangan dan kaki. Sekitar waktu itu ruam
kedua muncul, suhu tubuh, yang sebelumnya telah turun menjadi
normal, dapat menjadi sedikit naik dan membentuk kurva suhu bifasik.
Epistaksis, petekie, dan lesi purpura tidak biasa tetapi dapat
terjadi pada setiap studium. Darah yang tertelan dari epistaksis
dimuntahkan atau lewat melalui rektum, mungkn secara salah
diinterpretasi sebagai perdarahan saluran cerna. Pada orang dewasa dan
mungkin pada anak, keadaan-keadaan yang mendasari, bersama dengan
diatesis perdarahan akibat-dengue, dapat menyebabkan perdarahan
yang berarti secara klinis. Konvulsi dapat terjadi selama demam tinggi,
terutama pada demam chikungunya.Tidak sering, sesudah stadium
demam, asthenia yang lama, depresi, muntah, bradikardia, dan
ekstrasistole ventrikuler dapat terjadi pada anak.

5. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan
terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C 3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
mealui endotel dinding itu.

15
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya
plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan
hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian.

16
6. Pathways

17
Sumber: http://www.riyawan.com/2013/06/asuhan-keperawatan-pada-kasus-
dhf-dbd.html

7. Pemeriksaan Laboratorium
Pansitopenia dapat terjadi pada hari ke 3-4 sakit; neutropenia
mungkin menetap atau muncul kembali selama stadium kedua
penyakit dan dapat berlanjut sampai konvalesen. Angka sel darah
putih serendah 2.000/mm3 telah terekam. Trombosit jarang dibawah
100.000 sel/mm3. Koagulasi vena, waktu perdarahan dan protrombin,
serta fibrinogen plasma dalam kisaran normal. Uji torniquet jarang
positif. Asidosis ringan, hemokonsentrasi, kenaikan angka
transaminase, dan hipoproteinuria dapat terjadi selama beberapa
infeksi virus dengue primer. Demam berdarah dengue-sindrom syok
dangue klasik dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu imun-
dengue. Bradikardi sinus, fokus ventrikuler ektopik, gelombang T
datar dan pemanjangan interval PR dapat teramati dengan
elektrokardiografi.

8. Penatalaksanaan
a. Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
b. Antipiretik jika terdapat demam.
c. Antikonvulsan jika terdapat kejang.
d. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien
mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung
meningkat

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata/Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak
berumur <15 tahun. Endemik didaerah Asia tropik.

18
b. Keluhan Utama
Panas / demam.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun
dengan tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung
teraba dingin dan lembab. Demam disertai lemah, nafsu makan
berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung,
sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF
bisa berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada
hubungannya dengan penyakit yang pernah diderita dahulu.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu
keluarga ada yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular
itu besar.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini
adalah lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari,
banyak genangan air, vas and ban bekas.
g. Riwayat Tumbuh Kembang Anak
Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
h. ADL
1) Nutrisi: Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
2) Aktifitas: Lebih banyak berdiam di rumah selama musim
hujan dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, menurunnya aktifitas bermain.
3) Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala
dan nyeri.
4) Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.

19
5) Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh
saat panas dapat meningkatkan
ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
i. Pemeriksaan
1) Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C),
menggigit hipotensi,nadi cepat dan lemah.
2) Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
3) Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah
kotor (kadang).
4) Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
5) Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe
pada keadaan dehidrasi turgor kulit menurun.
6) Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/
konstipasi.
7) Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
j. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
1) Hb dan PCV meningkat (≥20%).
2) Trombositopenia (≤100.000/ml).
3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4) Ig.D.dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan:
hipoprotinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Urium dan PH darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
8) SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.

2. Diagnosa
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan
dengan proses infeksi virus.

20
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan.
e. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan,
malaise sekunder akibat DHF.

21
3. Perencanaan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Peningkatan suhu Tujuan : Setelah dilakukan 1.1. Monitor temperatur tubuh. 1.1.Perubahan temperatur dapat
tubuh (hipertermi) tindakan keperawatan terjadi pada proses infeksi akut.
berhubungan dengan selama 3x24 jam Anak 1.2. Observasi tanda-tanda vital 1.2.Tanda vital merupakan acuan
proses infeksi virus. menunjukkan suhu tubuh dalam (suhu, tensi, nadi, pernafasan tiap untuk mengetahui keadaan umum
batas normal. 3 jam atau lebih sering). pasien.
Kriteria hasil : 1.3. Anjurkan pasien untuk minum 1.3.Peningkatan suhu tubuh
a. Suhu tubuh 36-37 0C banyak 1 ½ -2 liter dalam 24 jam. mengakibatkan penguapan tubuh
b. Pasien bebas dari demam. meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan yang
banyak.
1.4. Berikan kompres dingin. 1.4.Menurunkan panas lewat
konduksi.
1.5. Berikan antipiretik sesuai 1.5.Menurunkan panas pada pusat
program tim medis. hipotalamus.
2. Kekurangan volume Tujuan : Setelah dilakukan 2.1.Kaji keadaan umum pasien 2.1. Menetapkan data dasar untuk
cairan berhubungan tindakan keperawatan selama mengetahui dengan cepat
dengan peningkatan 3x24 jam anak menunjukkan penyimpangan dari keadaan

22
permeabilitas kapiler, tanda-tanda terpenuhinya normalnya.
perdarahan, muntah, kebutuhan cairan. 2.2.Observasi tanda-tanda syok (nadi 2.2. Mengetahui tanda syok sedini
dan demam. Kriteria hasil : lemah dan cepat, tensi menurun mungkin sehingga dapat segera
a. TTV (nadi, tensi) dalam batas akral dingin, kesadaran menurun, dilakukan tindakan.
normal : gelisah)
TD : 120 mmHg 2.3.Monitor tanda-tanda dehidrasi 2.3 Mengetahui derajat dehidrasi
RR : 16-20 kali per menit (turgor kulit turun, ubun-ubun (turgor kulit turun, ubun-ubun
cekung produksi urin turun). cekung produksi urin turun).
b. Turgor kulit kembali dalam 1 2.4.Berikan hidrasi peroral secara 2.4. Asupan cairan sangat
detik. adekuat sesuai dengan kebutuhan diperhatikan untuk menambah
c. Ubun-ubun datar. tubuh. volume cairan tubuh.
d. Produksi urine 1 cc/ kg/ BB/ 2.5.Kolaborasi pemberian cairan 2.5. Pemberian cairan ini sangat
jam. intravena RL, glukosa 5% dalam penting bagi pasien yang
e. Tidak terjadi syok half strenght NaCl 0,9%, Dextran mengalami defisit volume
hipovolemik. L 40. cairan dengan keadaan umum
yang buruk karena cairan ini
langsung masuk ke pembuluh
darah.
3. Gangguan pemenuhan Tujuan : mengontrol berat badan 3.1. Monitor intake makanan 3.1. Memonitor intake kalori dan

23
nutrisi kurang dari Kriteria hasil : insufisiensi kualitas konsumsi
kebutuhan a. Adanya minat/ selera makan. makanan.
berhubungan dengan b. Porsi makansesuai kebutuhan. 3.2. Memberikan perawatan mulut 3.2. Mengurangi rasa tidak nyaman
mual, muntah dan c. BB dipertahankan sesuai usia. sebelum dan sesudah makan. dan meningkatkan selera makan.
anoreksia. d. BB meningkat sesuai usia. 3.3. Sajikan makanan yang menarik, 3.3. Meningkatkan selera makan
merangsang selera dan dalam sehingga meningkatkan intake
suasana yang menyenangkan. makanan.
3.4. Berikan makanan dalam porsi 3.4. Makan dalam porsi besar/
kecil tapi sering. banyak lebih sulit dikonsumsi
saat pasien anoreksia.
3.5. Timbang BB setiap hari. 3.5. Memonitor kurangnya BB dan
efektifitas intervensi nutrisi
3.6. Konsul ke ahli gizi. yang diberikan.
3.6. Memberikan bantuan untuk
menetapkan diet dan
merencanakan pertemuan secara
individual bila diperlukan.
4. Perubahan perfusi Tujuan: Setelah dilakukan 4.1. Kaji dan catat tanda-tanda vital 1.1. Tanda vital merupakan acuan
jaringan perifer tindakan keperawatan selama (kualitas dan frekuensi nadi, untuk mengetahui penurunan

24
berhubungan dengan 3x24 jam anak menunjukkan tensi, capilary reffil). perfusi ke jaringan.
perdarahan. tanda-tanda perfusi jaringan 4.2. Kaji dan catat sirkulasi pada 1.2. Suhu dingin, warna pucat pada
perifer yang adekuat. ekstrimitas (suhu kelembaban, ekstrimitas menunjukkan
Kriteria hasil : dan warna). sirkulasi darah kurang adekuat.
a. Suhu ekstrimitas hangat, tidak 4.3. Nilai kemungkinan kematian 1.3. Mengetahui tanda kematian
lembab, warna merah muda. jaringan pada ekstrimitas seperti jaringan ekstrimitas lebih awal
b. Ekstrimitas tidak nyeri, tidak dingin, nyeri, pembengkakan, dapat berguna untuk mencegah
ada pembengkakan. kaki. kematian jaringan.
c. CRT kembali dalam 1 detik.
5. Gangguan rasa Tujuan : Setelah dilakukan 5.1. Kaji tingkat nyeri yang dialami 5.1. Mengetahui nyeri yang dialami
nyaman (nyeri) tindakan keperawatan selama pasien dengan memberi rentang pasien sehingga perawat dapat
berhubungan dengan 3x24 jam rasa nyaman pasien nyeri (0-10). menentukan cara mengatasinya.
keletihan malaise terpenuhi dengan kriteria nyeri 5.2. Dengan mengetahui faktor-
sekunder akibat DHF. berkurang atau hilang. 5.2. Kaji faktor-faktor yang faktor tersebut maka perawat
Kriteria hasil: mempengaruhi reaksi pasien dapat melakukan intervensi
a. Mampu mengontrol terhadap nyeri. yang sesuai dengan masalah
kecemasan klien.
b. Mengontrol nyeri 5.3. Posisi yang nyaman dan situasi
c. Kualitas tidur dan istirahat 5.3. Berikan posisi yang nyaman dan yang tenang dapat membuat

25
adekuat ciptakan suasana ruangan yang perasaan yang nyaman pada
tenang. pasien.
5.4.Dengan melakukan aktifitas
5.4. Berikan suasana gembira bagi lain pasien dapat
pasien, alihkan perhatian pasien sedikit mengalihkan
dari rasa nyeri dengan mainan, perhatiannya terhadap nyeri.
membaca buku cerita. 5.5.Obat analgesik dapat
5.5. Kolaborasi pemberian obat- menekankan rasa nyeri.
obatan analgesik.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif
intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Berdasarkan
penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma gabungan.
Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya
serangan asma bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor
presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/
aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan
dengan :
1. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
2. Menghindari kelelahan
3. Menghindari stress psikis
4. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
5. Olahraga renang, senam asma
DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi : 2001)
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui
gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor
utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Adanya vektor tesebut
berhubungan dengan :
1. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-
hari.

27
2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3. Penyedaiaan air bersih yang langka.
DBD dapat dicegah dengan rutin melakukan 3M,menjaga sanitasi lingkungan
tetap bersih, mengkonsumsi makanan-makanan bergizi

28
DAFTAR PUSTAKA

Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.

Riyawan, 2013, ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS DHF / DBD,


http://www.riyawan.com/2013/06/asuhan-keperawatan-pada-kasus-dhf-
dbd.html, diakses tanggal 19 Maret 2018

Asuhan keperawatan praktis berdasarkan penerapan diagnosa Nanda, NIC, NOC


dalam berbagai kasus 2016

Purwaningsih, wahyu & fatmawati, siti. 2010 Asuhan Keperawatan Maternitas,


Jogjakarta

http://ickeyuliscday.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-anak-
dengan.html

29

Você também pode gostar