Você está na página 1de 6

Klasifikasi vegetable oil berdasarkan bilangan iodine yaitu :

Non – Drying, dimana bilangan iodine yang dimiliki yaitu kurang dari 120, contohnya yaitu
cottonseed, coconut, rapeseed, castor oil

Semi – Drying, dimana bilangan iodine yang dimiliki sekitar 120 – 150. Contohnya yaitu
safflower, sunflower, soybean, tobaccoseed,

Drying, dimana bilangan iodine lebih dari 150. Contohnya leenseed, perilla, dan tung oil

Untuk tambahan, minyak diklasifikasikan berdasarkan kandungan asam linoleic menjadi:

Yellowing dan Non Yellowing. Dimana jenis minyak semi – drying secara umum termasuk dalam
kategori non yellowing oils, seperti soybean oil yang hanya memiliki 10% asam linoleic, dan hence
dan tidak dapat diperkirakan menjadi lebih baik daripada safflower dan sunflower oil dalam hal
sifat non – yellowing nya. Terakhir dua jenis minyak secara umum memiliki kandungan yang lebih
sedikit dari 1% asam linoleic

Jenis Non – Drying oils biasanya berupa non – yellowing dan mereka dapat digunakan sebagai
media plastizing pada proses finishing tinta hitam atau putih. Minyak lebih jauh dapat
diklasifikasikan menjadi edible dan tipe industrial, dimana beberapa diantaranya memiliki banyak
tujuan seperti :

Contoh edible oil yaitu : cottonseed, peanuts, olive, dan coconut

Contoh dual properties : Rapeseed, Sunflower, Sallflower, dan Soybean

Contoh industrial yaitu : Linseed, Perilla, Tung, Oiticica, dan Castor

TIPE DAN VARIASI DARI MINYAK

Jenis Leenseed oil juga disebut sebagai Flaxseed oil, yang dimana digunakan dalam coating.
Sebagai salah satu minyak yang sangat reaktif pada drying – oils, leenseed oil memiliki kemanpuan
potensial oksidasi dan dengan kondisi yang demikian leenseed oil banyak digunakan sebagai
media dari cat dan varnish. Reaktivitas dari leenseed oil memiliki kandungan yang tinggi akan
asam linoleic (sekitar 50%). Dan hal ini asam lemak berpengaruh pada warna kuning pada
pembentukan film, sehingga penggunaan minyak ini dan resin digunakan secara terbatas untuk
finishes exterior atau finishes interior dimana retensi warna tidak begitu penting.

Leenseed oil dapat digunakan sebagai raw atau boiled untuk extending cat oil base, tetapi harus
alkali – refined untuk pembuatan resin alkyd. Non – breaking oil tidak cocok untuk latter purpose,
walaupun mengandung sedikit stabilized break dimana akan precipitate ketika bereaksi dengan
gliserol pada tahap monogliserid

Safflower oil yang juga dikenal dengan nama kardiseed oil, minyak ini sangat baik, mengandung
sedikit asam linoleic dan sangat cocok untuk untuk penggunaan permukaan cat yang non –
yellowing. Minyak ini mengandung sangat sedikit materi break, dan menawarkan sifat heat –
bleach yang memuaskan., ini dapat bleaching dengan aktived bleach dan digunakan tanpa proses
lanjutan sebagai raw material dalam pembuatan alkyd resin. Safflower oil memiliki kandungan
oleic oil sepeti olive oil dimana mengandung sekitar 80% asam oleic, dan memiliki bilangan iodine
yang rendah yaitu sekitar 80% dan digunakan untuk tujuan edible.

Sunflower oil hampir mirip dengan Safflower oil, walaupun memiliki kandungan gum yang tinggi.
Sunfflower oil memiliki perbedaan dengan Safflower oil, dan mengandung seedcoat waxes yang
dapat dihilangkan dengan cara filtrasi dingin sebelum oil diproses menjadi resin, walaupun cara
ini tidak selalu dibutuhkan.

Soybean oil, banyak digunakan sebagai bahan margarin, dan shortening, dan juga digunakan
secara ekstensif dalam pembuatan resin. Soybean oil mentah memiliki kandungan phosphatides
yang banyak dan secara normal prosedur de gum oil secara langsung dilakukan setelah ektraksi
dari bean. Seperti sunflower oil,proses degumisasi soybean oil dapat bleaced dan dapat digunakan
secara langsung tanpa pengolahan lanjut pemurnian alkali untuk pembuatan resin alkyd

Rappesed oil secara dominan digunakan sebagai edible oil, walaupun digunakan juga untuk
formulasi lubricant dan pada saat yang sama sebagai caulking compounds, dan memiliki
kandungan asam eruric yang rendah yaitu sekitar 5%

Castoi oil, banyak digunakan dalam surface coating dan industry lainnya. Dua tingkatan castor oil
yang tidak diproses banyak disediakan. FIRST PRESSING castor oil adalah secara umum
mengunakan ektraksi dingin mekanik. Dan produknya banyak digunakan untuk medicine grade.
COMMERCIAL castor oil biasanya mengandung ekstrasi solvent sebagai residu. Castor oil
mengandung lebih dari 80% dari asam ricinoleic atau asam hidroksi oleic dimana berdampak pada
viskositas yang tinggi, massa jenis yang tinggi, kelarutan dalam alcohol, dan kemampuan reduksi
pada solven hidrokarbon. Salah satu kegunaan utama dari castor oil dalam surface coating adalah
sebagai “dehydrated” castor oil, yaitu drying oil dengan struktur conjugated diane dan terbentuk
akibat aksi the parent oil dari variasi dehydrating agents.

Tung oil yang disebut juga wood oil dapat ter reduksi dengan penggunaan yang sesuai dari
pengering dan dapat dieliminasi dengan perawatan panas. Surface coating industry banyak
menggunakan heat – treated form, dimana memberikan film drier yang clear dan lebih resistant
terhadap air dan alkali daripada leenseed oil.

Oiticica oil dapat digunakan dalam beberapa formulasi cat secara stabil. Oiticicaa adalah pasta
semi liquid dimana untuk banyak kegunaan yang dapat dilakukan. Pemanasan pada suhu 2350 C
memberikan efek “permanent liquid” dari oiticica oil. Oiticica oil memiliki kandungan lebih dar
80% asam licanic, dan triple conjugated dari asam keto. Seperti tung oil, oiticica oil banyak
digunakan untuk pembentukan heat bodied, tetapi dried film lebih tahan air dan alkali lebih dari
leenseed oil, dan lebih inferior dari tung oil.

Tall oil bukanlah fixed oil tetapi merupaka campuran dari asam lemak dengan asam rosin,

ALKYD RESIN

Merupakan polyester yang dibuat dari polimerisasi kondensasi dari tiga komponen yaitu

a. Polyols
b. Polybasic acid
c. Fatty acid atau Triglyceride oil.

Karena sifatnya yang distinctive , alkyd sering diklasifikasikan terpisah dari polyester lainnya
menurut ensiklopedia. Pengugunaan alkyd secara dominan yaitu untuk surface coating (cat,
enamel, lacquers, dan varnish) dengan fungsi resin sebagai binder, membentuk film secara
kontinyu terhadap object yang dilapisi. Alkyd adalah binder cat yang sangat versatile, dan mereka
digunakan secara ekstensif diberbagai kategori coating, architectural, industrial, dan tujuan
special. Secara estimasi bahwa sepertiga dari semua aplikasi cat organic menggunakan alkyd
sebagai binder utama, dan sekitar seperempat dari semua coating mengandung sedikit alkyd.

Alkyd juga penting dalam binder tinta, kegunaan lainnya untuk chaulk, adhesive, dan plasticizer.
Komersial relative dari polimer, alkyd resin memiliki temperatut transisi glass yang rendah. Alyd
memiliki sifat viscous, tacky material yang susah ditangani. Problem penanganan datang dari
kelarutan resin dalam solven organic untuk memberikan solution yang dapat poured dan pumped.
Sifat yang berguna yaitu sebagai binder cat yang biasa ditambahkan crosslinking atau reaksi curing
yang akan membuat harden film cat yang sudah diaplikasikan.Biasanya crosslinking didapat dari
reaksi antara film cat dengan oksigen dari udara. Pada kasus lain, resin kedua tercampur terhadap
cat untuk membantu efek crosslinking.

Alkyds secara pasti ditambahkan pada acrylic dan nitrocellulose lacquers, dimana perannya adalah
sebagai plasticizer dari resin thermoplast.

DEFINISI DAN KLASIFIKASI ALKYD RESIN

Alkyd resin didefinisikan sebagai sebuah resin sintetik yang terbuat dari polihidris alcohol dan
polybasic acid dan secara umum dimodifikasi dengan resin, fatty oils atau fatty acid.

KLASIFIKASI

1. Tipe Fatty acid, ada dua grup besar yaitu :


a. Drying alkyd mengandung banyak fatty acid yang tidak jenuh yang dapat menjadi curing
dengan bantuan oksigen
b. Non Drying Alkyd mengandung lebih sedikit level fatty acid yang tidak jenuh dan tidak
berpolimerisasi dengan menggunakan oksigen. Lebih spesifik partikel oil digunakan dalam
preparasi dari resin.

2. Fatty Acid Amount yaitu jenia klasifikasi berdasarkan jumlah minyak. Dimana pembagian
ini berdasarkan kandungan minyak atau asam lemak yang ada dalam alkyd, dimana “
Short Oil Alkyd kandungan minyak atau fatty acid nya yaitu 35 – 45%
Medium Oil Alkyd kandungan minyak atau fatty acid nya yaitu 46 – 55%
Long oil alkyd kandungan minyak atau fatty acidnya yaitu sekitar 56 -70%
Dan very long oil alkyd memiliki kandungan minyak atau fatty acidnya yaitu <= 71%

Spesifikasi oil length sebaiknya ditinjau untuk beberapa alasan, pertama beberapa
kimiawan menggunakan formula lebih kompleks untuk menghitung oil length karena
dengan formula yang simple seperti diatas tidak memperhitungkan air dari reaksi dengan
fatty acid atau gliserol yang mengandung oil. Kedua, presentase yang ada tidak secara
standar dan beberapa authors menyarankan untuk lebih kompleks system nomeclature yang
digunakan. Despite secara definisi menjadi bodoh dan klasifikasi ini digunakan secara luas.

Konstituen lain, dimana polyol dan polybasic acid tidak spesifik dalam mendiskripsikan
alkyd, yang kemudian mengandung gliserol dan phtalic anhidrat, sebagai bahan yang
paling sering dijumpai. Bahan lain yang biasa digunakan yang dapat mendiskripsikan resin
yaitu “Isophtalic alkyd”
Modifikasi alkyd biasanya tetapi tidak selalu diklasifikasikan menurut generic tipe dari
modifernya, contohnya “A Styrenated Alkyd”

BAHAN BAKU
Biasanya resin ini mengandung minimum tiga monomers dan biasanya lima sampai tujuh.
1. Polyols (alcohol \, polohidris seperti etile glycol,gliserol, Alkyd yang diproduksi
secara alkoholisis selalu mengandung gliserol. Pada tambahan polyols lainnya
digunakan untuk alkyd atau campuran isi polyols.
Proses fatty acid, memperbolehkan penggunaan beberapa polyols atau campuran
polyol untuk mencapai spectrum yang diinginkan. Biasanya gliserol dipilih atau dapat
juga pentaerythritol yang juga popular karena membangun percabangan polimer yang
tinggi dan harganya yang tidak mahal. Campuran dari pentaerythritol dan etilene glikol
dapat digunakan sebagai substitusi rendah untuk gliserol. 1,1,1 Timetilol propan juga
merupakan alternative sintetis popular pengganti gliseol.

2. Poly Basic Acids dan Anhidratnya, sebagian besar alkyd mengandung phthalic anhidrat
dengan alasan ekonomi. Isophtalic acid popular untuk tipe premium
performance,Trimellitic anhidrat, asam karboksilat aromatis biasa digunakan untuk
alkyd yang mereduksi air. Banyak alkyd yang mengandung sedikit presentasi dari asam
maleic dimana dapat menurunkan warna dan dapat meningkatkan crosslinking.
Polybasic acid tidak pernah digunakan, tetapi internal siklis anhidris nya digunakan.
Bentuk anhidris dari nominal,dengan komponen polimer komposisi asam, tetapi
mereka mudah di handel, mudah untuk berpolimerisasi, lebih stabil, dan biayanya
murah. Pada skala besar, phtalic anhidrat dan asam maleic tetap panas dan dihandel
dalam bentuk liquid, dan ekonomi tidak feasible dengan asam dengan melting tinggi.

3. Minyak trigliserida dan asam lemak


Dimana Fat and Fatty Oils, Fatty Acid, Drying Oils, dimana trigliserid mengandung
asam lemak campuran dan tidak jenuh, dan berbentuk cair walaupun berada di suhu
00C. Sebagai contoh leenseed oil mengandung campuran dengan jumlah asam lemak
C18.Drying alkyds terbuat dari oil yang memiliki bilangan iodine lebih dari 125. Non
drying alkyd dibuat dari beberapa oil jenuh, biasanya coconut.
Beberapa jenis oils seperti tung oil, oiticica, dan dehydrated castor memiliki struktur
konjugasi dan atau ikatan rangkap trans yang dapat digunakan untuk pengeringan air
secara cepat pada alkyds.
Fatty acids digunakan pada produksi alkyd yang dibuat dengan hidrolising,
saponifikasi atau splitting trigliseride oil yang mengandung campuran asam lemak.

Você também pode gostar