Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
”
Seorang G2P1A0, 27 tahun hamil 39 mnggu, datang ke Klinik Bersalin dengan keluhan
mengeluarkan lender jernih dari jalan lahir disertai perut terasa mual sejak 2 jam yang lalu. Pasien
tersebut rutin memeriksakan kehamilannya di Puskesmas. Pasien tersebut memiliki riwayat
hipertensi sejak umur kehamilan 6 bulan, dan mendapatkan pengobatan rutin.
Dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam oleh dokter didapatkan keadaan umum baik,
tekanan darah 120/150 mmHg, denyut nadi 80 kali/menit, frekuensi napas 22 kali/menit, suhu
tubuh 36,5oC. Terdapat edema pada tungkai bawah. Pada pemeriksaan abdomen tampak distended,
teraba janin tunggal, intra uterin, preskep, denyut jantung janin 150 kali/menit, tinggi fundus uteri
: 25 cm, his 3 kali/10 menit/kuat. Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan protein urin
negative.
Kemudian dilakukan pemeriksaan obstretik, didapatkan pembukaan serviks uteri 4 cm dengan
darah warna hitam, kepala sudah turun di Hodge II. Hasil pemeriksaan tersebut ditulis dalam
lembar patograf (terlampir). Kemudian dokter mempersiapkan peralatan persalinan, termasuk alat
pelindung diri. Klinik bersalin ini belum memiliki mesin sterilisator, sehingga sterilisasi alat
pesalinan dipanaskan dalam air mendidih. Setelah 4 jam, pesalinan masuk kala II. Setengah jam
dipimpin mengejan, bayi lahir dengan APGAR Score 8-9-10.
JUMP 1
Distended
o Distended adalah proses kenaikan abdominal sehingga menekan dinding perut.
Preskep
o Preskep merupakan singkatan dari presentasi kepala.
His
o HIS (kontraksi uterus) adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus
yang dimulai dari daerah fundus uteri pada daerah di mana tuba falopii memasuki
dinding uterus.
APGAR Score
o APGAR merupan singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration. Apgar skor merupakan suatu metode untuk menilai keadaan umum
bayi sesaat setelah kelahiran yang dilakukan 5 menit setelah bayi lahir, lalu 15
menit setelah pemeriksaan pertama.
Patograf
o Patograf merupakan lembar grafik untuk mematau persalinan, untuk mentau
adanya kelainan atau tidak, untuk memantau kondisi ibu dan janin.
Hodge II
o Hodge adalah garis khayal panggul untuk mengetahi penurunan kepala. Sedngkan
posisi Hodge II adalah sejajar dengan hodge I dibawah shymphisis ossis pubis.
Kala II
o Kala II merupakan fase persalian dimulai dari dilatai penuh serviks dan exspulsi.
Protein urin negative
o Protein urin negative merupakan metode pemeriksaan untuk untuk memeriksa
kehemilan ibu khususnya pre – eklamsia.
JUMP 2
1. Bagaimana interpretasi dari keluar lendir jernih dan mules?
2. Apa tanda – tanda ibu mau melahirkan?
3. Bagaimana tahapan persalinan?
4. Bagaimana cara membaca patograf?
5. Apakah normal pada saat pemeriksaan obtretik didapatkan darah warna hitam?
6. Apa pengahruh hipertensi pada ibu hamil dan pengobatan apa yang diperbolehkan?
7. Bagaimana interpretasi pemeriksaan dalam dan luar?
8. Bagaimana interpretasi APGAR Score?
9. Bagaimana perubahan patologis ibu hamil dikaitkan dengan keluhan?
10. Apa saja alat – alat untuk persiapan kelahiran dan alat – alat pelindung diri? Dan tujuannya
untuk apa?
11. Apa faktor yang mempengaruhi persalinan?
12. Mengapa bias terjadi edema pada tungkai bawah?
JUMP 3
1. Bagaimana interpretasi dari keluar lendir jernih dan mules?
Lendir yang keluar berasal dari sumbatan lendir pada leher rahim yang terbentuk
selama kehamilan. Saat mendekati persalinan, leher rahim akan membuka dan
menipis, hal ini menyebabkan lendir keluar dari jalan lahir.Sedangkan untuk mules
pada persalinan sendiri disebabkan karena adanya kontraksi dari otor uterus yang
berupa gelombang yang berjalannya dari muara tuba uterine kea rah bawah (bagian
servix).
2. Apa tanda – tanda ibu mau melahirkan?
Tanda pendahuluan
Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul.
Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi- kontraksi
lemah uterus, kadang-kadang disebut "false labor pains".
Serviks menjadi lembek; mulai mendatar; dan sekresinya bertambah,
mungkin bercampur darah (bloody show).
Tanda pasti persalinan
Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan
Dalam observasi :
His perlu dinilai, frekuensi, durasi dan kekuatannyaDJJ perlu dinilai:
frekuensi maksimal, minimal, normal (144-160 kali per menit). Sekarang observasi
DJJ dilakukan dengan stetoskop monoaural Laenec, sudah ada dopler bahkan CTG
(cardio toco graft).
2. Kala II (kala pengeluaran)
Pada persalinan normal kala II berlangsung hanya beberapa menit. Kadang
bisa berlangsung seperti berikut :
- Primigravida bisa maksimal 2 jam
- Multigravida maksimal 1 jam Batasan normal untuk kala II adalah
Dua jam untuk primigravida dan satu jam untuk multigravida. Bila dalam 1
jam (primi) atau ½ jam multi kepala janin tidak turun atau putar paksi tidak terjadi,
maka hal ini disebut kala II tidak maju. Dalam keadaan ini, maka persalinan harus
diakhiri dengan tindakan medis misalnya ekstraksi vakum atau forceps.
Posisi persalinan:
1. Vertical. Misalnya berdiri, duduk, jongkok atau di atas lutut.
2. Horizontal atau semihorizontal, missal berbaring, terlentang,
miring, setengah berbaring, merangkak (knee-elbow position)atau
litotomi.
Penelitian menunjukkan bahwa dengan posisi vertical, si ibu dapat
mengahasilkan tekanan intraabdominal 30% lebih kuat daripada posisi horizontal
sehingga lama persalinan lebih pendek dan lebih sedikit komplikasinya.
Pada kala II ini his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit
sekali. Oleh karena biasanya pada fase ini kepala sudah masuk ke dalam ruang
panggul, maka si ibu akan merasakan desakan kepala janin pada otot-otot dasar
panggul. Desakan ini secara reflektoris akan menimbulkan rasa mengedan pada ibu.
Si ibu juga merasakan tekanan pada rectum sehingga juga menimbulkan sensasi
ingin defekasi. Kemudian perineum menonjol dan melebar dengan anus membuka.
Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada saat his. Bila otot-otot panggul sudah lebih relaksasi, maka kepala janin tidak
masuk lagi sewaktu tidak ada his. Dengan his dan kekuatan maksimal, kepala dapat
dikeluarkan dengan suboksiput di bawah simphisis, sedang dahi, muka dan dagu
melewati perineum. Setelah istirahata sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan
badan dan anggota badan bayi.
Penatalaksanaan Kala II
1. Kekuatan pada kala II adalah his dan hejan perut. Pasien disuruh
mengejan kalau hanya ada his supaya lebih efisien dan tidak
kelelahan.
2. Bila kepala sudah membuka pintu, pengeluaran jangan terlalu cepat.
Bila oksiput janin sudah keluar di bawah symphisis, ekstensi kepala
di atur dengan perasat Ridgen agar tidak terlalu cepat karena bila
terlalu cepat dapat merobek perineum. Tangan kanan operator
memegang perineum dengan bantalan kain steril, jari-jari di
belakang anus ibu. Ekstensi kepala diatur dengan menekan muka
bayi ke arah simphisis, sedangkan tangan yang lain mengontrol
kecepatan lahirnya kepala.
3. Episiotomy dilakukan pada wanita pimigravida atau pada wanita
yang kaku perineumnya. Dilakukan pada saat kepala tampak dengan
diameter 3-4 cm di introitus.
4. Setelah kepala lahir, ia ditahan sambil mengadakan putar paksi luar.
5. Muka diusap dengan kain steril, lendir di hidung, rongga mulut dan
tenggorokan dihisap dengan halus.
6. Bila terdapat lilitan tali pusat, segera kendorkan, klem atau
dipotong.
7. Bahu dilahirkan dengan cara kepala dipegang pada kedua os
parietal, atau tangan satu di muka dan tangan lain dioksiput. Kepala
ditekan ke bawah untuk melahirkan bahu depan, lalu diangkat untuk
melahirkan bahu belakang. Perlu ditekankan bahwa operator hanya
menekan dan mengangkat kepala untuk memudahkan lahirnya bahu.
Ia tidak boleh melakukan tarikan ke atas karena dapat merusak
plektus brachialis. Kekuatan yang mendorong keluarnya janin selain
tenaga dari si ibu juga dengan bantuan dorongan ringan tangan
asistem dari arah fundus.
8. Bila bahu telah lahir dengan mangait pada ketiak janin, badan dan
kedua tungkai dapat dikeluarkan dengan mudah.
9. Usahakan resusitasi di lanjutkan, sementara operator memotong tali
pusat caranya : klem di dua tempat kira-kira dengan jarak 10 cm
kemudian potong tali pusat diantara kedua klem tersebut.
5. Apakah normal pada saat pemeriksaan obtretik didapatkan darah warna hitam?
6. Apa pengahruh hipertensi pada ibu hamil dan pengobatan apa yang diperbolehkan?
Hipertensi ibu hamil dijumpai di negara berkembang maupun di negara maju, dan
oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam seventh general programmer of work untuk
tahun 2000 sampai 2004 tercatat sebagai masalah ibu hamil di dunia. Di negara maju,
hipertensi ibu hamil merupakan penyebab kematian maternal, tetapi kematian hipertensi
adalah 150/100.000 kelahiran (Manuaba,2008).
Penyebab kematian ibu yang utama di Indonesia adalah pendarahan, hipertensi
pada kehamilan dan infeksi, secara klinis yang paling sering adalah hipertensi pada ibu
hamil dan juga merupakan salah satu tanda dari penyakit pre-eklampsia. Hipertensi pada
kehamilan masih merupakan penyebab utama kematian maternal dan perinatal terutama
di negara berkembang diperkirakan 15–40% kematian maternal berhubungan langsung
dengan hipertensi pada kehamilan dan sampai 30% janin meninggal khususnya
eklampsia (Depkes, RI, 2008)
Terapi yang diberikan untuk hipertensi pada ibu hamil harus aman dan tepat,
karena obat akan terdistribusi ke dalam uterus kemudian masuk ke janin. Lini pertama
pengobatan hipertensi pada ibu hamil meliputi metildopa, beta bloker dan vasodilator.
Pengobatan lini pertama tidak akan mempengaruhi janin, pengobatan yang tidak tepat
untuk ibu hamil yaitu terapi hipertensi dengan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors
dan Angiotensin Reseptor Blocker, obat jenis ini menurut ADEC (Australian Drug
Evaluation Committee) termasuk dalam golongan D, yaitu berpotensi menyebabkan
kecacatan pada janin dan untuk ibu hamil pada kehamilan berikutnya (Queensland
Health, 2013; JNC VII, 2003; Ayton, 1999).
7. Bagaimana interpretasi pemeriksaan dalam pada pasien?
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada
persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan yang
ada pada partogram.