Você está na página 1de 17

DOWNLOAD RATUSAN MAKALAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar dengan
judul Analisis Butir Soal. Harapan kami semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi para
pembaca. Sehingga dengan Makalah Tentang Analisis Butir Soal ini kita bisa memberikan
sedikit ilmu dan pengetahuan pada para pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar menjadi lebih baik di
masa yang akan datang.

Banjarmasin, Oktober 2012

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3


A. Pengertian Analisis Butir Soal .................................................................... 3
B. Tujuan Analisis ............................................................................................ 3
C. Penganalisaan terhadap Butir Soal .............................................................. 4

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13


A. Simpulan ................................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Evaluasi pembelajaran adalah sistem. Artinya suatu rangkaian kegiatan yang
melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur mempunyai fungsi dan
peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan berpengaruh pada unsur yang
lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan
sama pentingnya dengan proses pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab guru tidak akan
memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi
belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam proses
pembelajaran yang dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan
pekerjaan rutin guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam
pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan. Berdasar pengamatan sepintas di lapangan,
beberapa persoalan tersebut paling tidak berkaitan dengan pemahaman konsep dasar evaluasi,
pelaksanaan dan pemanfaatannya, serta evaluasi program pengajaran.
Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan satu
kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Masing-
masing komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling bergantung. Oleh karena itu ketiga
komponen harus senantiasa sesuai satu sama lainnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk
mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (muridnya, siswa, mahasiswa dan lain-
lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi,
batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (=item, tes). Dalam aplikasinya
mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang
ingin dicapai.
Dan dari uraian di atas maka penulis akan memaparkan makalah yang berjudul
“Analisis Butir Soal”.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat kita rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian analisis butir soal?
2. Apa Tujuannya?
3. Bagaimana penganalisisan terhadap butir soal?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian analisis butir soal
2. Mengetahui tujuan penganalisisan
3. Mengetahui bagaimana penganalisisan terhadap butir soal
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Butir Soal


Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan
memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun.
Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-
benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.
Analisis item soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Dimana tes objektif
merupakan alat evaluasi (hasil belajar mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini
tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat di analisis, akan tetapi memang dalam menganalisis
butir tes uraian belum ada pedoman secara standar.
Tentang kegunaan analisis terhadap item soal pada umumnya dilakukan terhadap
beberapa hal yaitu:
1. Seberapa besar tingkat kesukaran pada butir/item soal
2. Apakah butir item itu mampu membedakan kemampuan antara siswa pandai dan kurang pandai.
3. Apakah butir item tersebut menggunakan distraktor yang baik atau belum.
Maka dari itu dengan analisis item soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan
sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.

B. Tujuan Analisis
Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh instrument
yang berkategori baik. Analisis ini meliputi:
1. Menentukan validitas dan reliabilitas tes, dan
2. Analisis butir tes.
Menurut Thorndike & Hagen, analisis terhadap butir tes yang telah dijawab siswa
suatu kelas mempunyai dua tujuan, yakni:
1. Jawaban-jawaban soal-soal tersebut merupakan informasi diagnosis untuk meneliti pelajaran
dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing kea rah
cara belajar yang baik, dan
2. Jawaban terhadap soal-soal dan perbaikan soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban
tersebut merupakan dasar bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik.
Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang
termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita
memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk
untuk melakukan perbaikan. Dengan melakukan analisis butir setidaknya kita dapat mengetahui
empat hal penting, yaitu:
1. Bagaimana taraf kesukaran setiap butir tes?
2. Apakah setiap soal memiliki daya pembeda baik?
3. Apakah semua alternative jawaban dapat berfungsi secara baik?
4. Sejauh mana tiap butir tes dapat mengukur hasil pembelajaran?

C. Penganalisaan terhadap Butir Soal


1. Teknik Analisa Derajat Kesukaran Item
Analisis tingkat kesukaran soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya
sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab, bukan
dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis
tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang
dan sukar. Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui
dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut.
Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik apabila
butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat
kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Bertitik tolak dari pernyataan tersebut di atas maka
butir-butir item hasil belajar di mana seluruh testee tidak dapat menjawab dengan betul (karena
terlalu sukar) tidak dapat disebut sebagai item yang baik. Demikian pula sebaliknya, butir-butir
item tes hasil belajar dimana seluruh testee dapat menjawab dengan betul (karena terlalu mudah)
juga tidak dapat dimasukkan dalam kategori item yang baik. Pertanyaan yang akan segera
muncul adalah: “Bagaimana cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui butir-butir item tes
hasil belajar tertentu yang dapat dikatakan adalah memiliki derajat kesukaran yang memadai?”
Dalam hubungan ini, Witherington dalam bukunya yang berjudul Psychological Education (hlm.
87) mengatakan, bahwa sudah atau belum memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar
dapat diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item
tersebut. Angka-angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu
dikenal dengan istilah difficulty index (=angka indeks kesukaran item), yang dalam dunia
evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata
proportion (proporsi =proporsa).
Menurut Witherington, angka indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara
0,00 sampai dengan 1,00. Artinya, angka indeks kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan
paling tinggi adalah 1,00. Angka indeks kesukaran sebesar 0,00 (P = 0,00) merupakan petunjuk
bagi tester bahwa butir item termasuk dalam kategori item yang terlalu sukar, sebab disini
seluruh tastee tidak dapat menjawab item dengan betul (yang dapat menjawab dengan betul = 0).
Sebaliknya, apabila angka indeks kesukaran item itu adalah 1,00 (P = 1,00) hal ini mengandung
makna bahwa butir item yang bersangkutan adalah termasuk dalam kategori item yang terlalu
mudah, sebab disini seluruh testee dapat menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan
(yang dapat menjawab dengan butir = 100% = 100 : 100 = 1,00).
Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan rumus yang dikemukakan
oleh Du Bois, yaitu
P = Angka indeks kesukaran item
Np = Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan.
N = Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar
Mengenai bagaimana cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka
indeks kesukaran item, Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam bukunya berjudul
Measurement and Evaluation in Psychology and Education mengemukakan sebagai berikut:
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30 Terlalu sukar
0,30 – 0,70 Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah
Sedangkan menurut Witherington dalam bukunya berjudul Psychology Education
adalah sebagai berikut:
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,25 Terlalu sukar
0,25 – 0,70 Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah

Soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar atau terlalu mudah. Soal
yang terlalu mudah, yakni semua anak dapat mengerjakan dengan benar, adalah tidak baik.
Demikian juga soal yang terlalu sukar, yaitu semua anak tidak dapat mengerjakan soal dengan
benar, juga merupakan soal yang tidak baik. Hal itu disebabkan karena soal yang terlalu mudah
tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Dan soal yang
terlalu sukar menyebabkan peserta didik putus asa serta menjadi tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori
mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah
soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar jumlahnya
seimbang. Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk menentukan
apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan kriteria ini
digunakan judgment dari guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tersebut antara lain adalah :
a. Abilitas yang diukur dalam pertanyaan tersebut
b. Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan
c. Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya, baik luasnya maupun
kedalamannya
d. Bentuk soal
Dalam kaitannya dengan hasil analisis item dari segi derajat kesukarannya seperti
telah dikemukakan di atas, maka tindak lanjut yang perlu dikemukakan oleh tester adalah sebagai
berikut:
Pertama, untuk butir-butir item yang berdasarkan hasil analisis termasuk dalam
kategori baik (dalam arti derajat kesukaran itemnya cukup atau sedang), seyogyanya butir item
tersebut segera dicatat dalam buku bank soal.
Kedua, untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori terlalu sukar, ada tiga
kemungkinan tindak lanjut, (1) butir soal tersebut dibuang/didrop, (2) diteliti ulang, dilacak dan
ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan butir item yang bersangkutan sulit
dijawab oleh testee, (3) Haruslah dipahami bahwa tidak setiap butir item yang termasuk dalam
kategori terlalu sukar itu sama sekali tidak memiliki kegunaan.
Ketiga, untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori terlalu mudah, juga ada
tiga kemungkinan tindak lanjutnya. Yaitu (1) butir soal tersebut dibuang/didrop, (2) diteliti
ulang, dilacak dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan butir item yang
bersangkutan mudah dijawab oleh testee, (3) Seperti halnya butir-butir yang terlalu sukar, butir-
butir item yang terlalu mudah juga masih mengandung manfaat, yaitu bahwa butir-butir item
yang termasuk dalam kategori ini dapat dimanfaatkan pada tes-tes (terutama tes seleksi) yang
sifatnya longgar.

2. Teknik Analisis Daya Pembeda Item


Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat
membedakan (mendiskriminasi) antara kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda item itu
penting sekali bagi salah satu dasar untuk menyusun butir item tes hasil belajar adalah adanya
anggapan.

Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada
anak berprestasi tinggi, hasilnya rendah tetapi bila diberikan kepada anak yang lemah hasilnya
lebih tinggi. Atau bila diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut hasilnya sama saja.
Dengan demikian, tes yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan
gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Akan terlihat aneh
apabila anak pandai tidak lulus tetapi anak bodoh lulus dengan baik tanpa dilakukan manipulasi
oleh tester (si penilai) atau di luar faktor kebetulan.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks daya pembeda
(item discrimination) disingkat D (d besar). Indeks daya pembeda didefinisikan sebagai selisih
antara proporsi jawaban benar pada kelompok atas (peserta didik tes yang mampu/pandai)
dengan proporsi jawaban benar pada kelompok bawah (peserta didik tes yang kurang
mampu/pandai). Umumnya, para ahli tes membagi kelompok ini menjadi 27% atau 33%
kelompok atas dan 27% atau 33% kelompok bawah (Cureton, 1957).
Contoh: Pembagian Kelompok 27%
Responden SKOR BUTIR SOAL SETIAP NOMOR SOAL Total Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8
4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
5 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7
6 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
7 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 6
8 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 6
9 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
10 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 6
11 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 6
12 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 5
13 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5
14 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 5
15 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 5
16 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5
17 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5
18 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 4
19 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3
20 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3
Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai 1,00. Tanda negatif menunjukkan
bahwa peserta didik tes yang kemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan peserta
didik tes yang kemampuannya tinggi menjawab salah. Dengan demikian, soal yang indeks daya
pembedanya negatif menunjukkan terbaliknya kualitas peserta didik tes. Indeks daya pembeda
dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini.
D = indeks daya pembeda
A = jumlah peserta didik tes yang menjawab benar pada kelompok atas
B = jumlah peserta didik tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
nA = jumlah peserta didik tes kelompok atas
nB = jumlah peserta didik tes kelompok bawah
Pada kebanyakan kasus, jumlah peserta didik tes kelompok atas sama dengan jumlah
peserta didik tes kelompok bawah, nA = nB = n. Dengan demikian maka rumus daya pembeda
menjadi:
Kriteria indeks daya pembeda berdasarkan Crocker dan Algina (1986) adalah sebagai
berikut :
Daya Pembeda Kualifikasi
0,00 – 0,19 soal tidak dipakai/dibuang
0,20 – 0,29 soal diperbaiki
0,30 – 0,39 soal diterima tapi perlu diperbaiki
0,40 – 1,00 soal diterima/baik
Contoh:
Tingkat Kesukaran 27% kelompok atas (5 orang dari 20 peserta didik tes)
Responden SKOR BUTIR SOAL SETIAP NOMOR SOAL Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8
4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
5 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7
Xatas 4 5 4 5 4 4 2 4 4 4
Skor maks 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kel. Atas 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
(P) kel. Atas 0.8 1.0 0.8 1.0 0.8 0.8 0.4 0.8 0.8 0.8

Tingkat Kesukaran 27% kelompok bawah (5 orang dari 20 peserta didik tes)
Responden SKOR BUTIR SOAL SETIAP NOMOR SOAL Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor
16 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5
17 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5
18 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 4
19 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3
20 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3
Xatas 3 1 3 2 1 3 0 3 1 3
Skor maks 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kel. Bawah 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
(P) kel. bawah 0.6 0.2 0.6 0.4 0.2 0.6 0 0.6 0.2 0.6

Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item dapat dipergunakan
rumus berikut ini:
D = Discriminatory power (angka indeks diskriminasi item)
PA = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan
PB = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir item yang
bersangkutan
Tabel berikut menunjukkan daya pembeda soal nomor 1 sampai dengan nomor 10
berdasarkan perbedaan 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
Daya Pembeda Soal
Soal Tingkat kesukaran Tingkat kesukaran Daya pembeda Soal (D)
kelompok atas kelompok bawah
1 0.80 0.60 0.20
2 1.00 0.20 0.80
3 0.80 0.60 0.20
4 1.00 0.40 0.60
5 0.80 0.20 0.60
6 0.80 0.60 0.20
7 0.40 0 0.40
8 0.80 0.60 0.20
9 0.80 0.20 0.60
10 0.80 0.60 0.20

Soal nomor 1, 3, 6, 8, dan 10 berdaya pembeda 0.20. Hal ini berarti kelompok lima
soal tersebut mempunyai kualifikasi soal yang harus diperbaiki. Hal ini sesuai dengan
pengklasifikasian daya pembeda oleh Crocker dan Algina yang telah dijelaskan di atas.
Dalam hubungan ini, patokan yang pada umumnya dipegangi adalah sebagai berikut:
Besarnya Angka Indeks
Klasifikasi Interpretasi
Diskriminasi Item
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali (jelek),
Kurang dari 0,20 Poor
dianggap tidak memiliki daya pembeda
yang baik
Butir yang bersangkutan telah memiliki
0,20-0,40 Satisfactory
daya pembeda yang cukup (sedang)
Butir yang bersangkutan telah memiliki
0,40-0,70 Good
daya pembeda yang baik
Butir item yang bersangkutan telah
0,70-1,00 Excellent memiliki daya pembeda yang baik
sekali
Butir item yang bersangkutan daya
Bertanda negatif -
pembedanya negative (jelek sekali)

3. Teknik Analisis Fungsi Distraktor


Distraktor adalah pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini bertujuan menarik
untuk menjawabnya padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan terhadap
fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah menjalankan fungsinya dengan baik dapat
dipakai lagi pada tesnya.
Tujuan utama pemasangan distraktor pada setiap butir itu adalah, agar dari sekian
banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik atau terangsang untuk
memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih itu merupakan
jawaban yang betul.
Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa dari keseluruhan alternative yang
dipasang pada butir item tertentu, sama sekali tidak dipilih oleh testee. Dengan kata lain, testee
menyatakan “blangko”. Pernyataan blangko ini sering dikenal dengan istilah oniet dan biasa
diberi lambing dengan huruf O.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan
memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun.
Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-
benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.
Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang
termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita
memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk
untuk melakukan perbaikan.
Penganalisisan terhadap butir-butir soal dapat dilakukan dari tiga segi yaitu:
1. Teknik analisis kesukaran item soal
Analisis tingkat kesukaran soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya
sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab, bukan
dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.
Angka indeks kesukaran item ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Dubois yaitu:
2. Teknik analisis daya pembeda
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat
membedakan (mendiskriminasi) antara kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda item itu
penting sekali bagi salah satu dasar untuk menyusun butir item tes hasil belajar.
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

3. Teknik analisis fungsi distraktor


Distraktor adalah pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini bertujuan menarik
untuk menjawabnya padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan terhadap
fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah menjalankan fungsinya dengan baik dapat
dipakai lagi pada tesnya.
B. Saran
Analisis butir soal hendaknya kita lakukan untuk dapat mengidentifikasi butir-butir
tes secara baik dan tepat dan dapat memahami informasi yang diperoleh untuk melakukan
perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara


Crocker, Linda & James Algina. 1986. Introduction to Classical & Modern Test Theory. Chicago: Holt,
Rinehart and Winton, Inc
Mudjiji, M.Pd. Drs. Tt. Tes Hasil Belajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Nur, Mohammad. 1987. Pengantar teori tes. Jakarta: P2LPTK Ditjen Diti Depdikbud
Prof. H.M. Sukardi, MS., Ph.D, 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasinya. Jogjakarta: PT.
Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknil Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya
Rafi’i, Suryatna. 1990. Teknik Evaluasi. Bandung: Penerbit Angkasa
Rosnita. 2007. Evaluasi Pendidikan. Bandung: Cita Pustaka Setia
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sudjana, Nana. tt. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Suherman, Herman. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidian Matematika.
Bandung: Wijaya Kusumah
Surapranata, Dr. Sumarna. 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum, Bandung:
Rosdakarya
Thoha, M.A. Drs. M. Chabib, 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan. Cet. 4 Jakarta: PT Raja Garfindo
Persada
Witherington, C.H. 1952. Educational Psychology. Boston: Ginn & Co

Você também pode gostar