Você está na página 1de 11

ALERGI MAKANANAN DAN GANGGUAN TUMBUH

KEMBANG PADA ANAK

Dr Widodo Judarwanto SpA

Dipresentasikan dalam

Talk show “TUMBUH KEMBANG OPTIMAL PADA PENDERITA ALERGI ANAK”


Rumah Sakit Bunda Jakarta 25 maret 2007

Pendahuluan

Dalam dekade terakhir ini ada kecenderungan kasus alergi pada anak meningkat. Masalah alergi
akan menjadi masalah yang cukup dominan kesehatan di masa yang akan datang. Penyakit
infeksi tampaknya akan semakin berkurang karena semakin meningkatnya pengetahuan
masyarakat akan pencegahan penyakit infeksi. Kasus alergi pada anak belum banyak
diperhatikan secara baik dan benar baik oleh para orang tua atau sebagian kalangan dokter
sekalipun.

Penderita yang datang ke dokter spesialis anak atau Pusat Pelayanan Kesehatan Anak lainnya
tampaknya semakin didominasi oleh kelainan alergi pada anak. Ada kecenderungan bahwa
diagnosis alergi ini belum banyak ditegakkan. Pada umumnya tanda dan gejala alergi itu sendiri
masih banyak yang belum diungkapkan oleh para dokter. Sehingga penanganan penderita alergi
belum banyak dilakukan secara benar dan paripurna. Alergi makanan pada anak bila tidak
ditangani dengan benar akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa
orang tua yang mempunyai anak alergi sering terlihat putus asa karena penyakit tersebut sering
kambuh dan terulang. Ditandai dengan seringnya berpindah-pindah dokter anak karena sakit
yang diderita anaknya tidak kunjung membaik.

BBC tahun 1999 melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecendurangan meningkat pesat.
Angka kejadian alergi meningkat pesat dalam 20 tahun terahkir, 30% orang berkembang menjadi
alergi setiap saat. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai
astma. 6 juta orang mempunyai dermatitis. Lebih banyak lagi 9 juta orang hay fever

Di Inggris tahun 2000 dilaporkan 70% penderita alergi mengalami serangan alergi lebih dari 7
tahun Sekitar 50% orang dewasa mengetahui penyebab gejala alergi dalam 5 tahun, tetapi 22%
menderita alergi sebe;um menemukan penyebabnya. Sebanyak 80% penderita alergi mengalami
gejala seumur hidupnya. Di Amerika penderita alergi makanan sekitar 2 – 2,5% pada dewasa,
pada anak sekitar 6 – 8%. Setiap tahunnya diperkirakan 100 hingga 175 orang meninggal karena
alergi makanan. Penyebab kematian tersebut biasanya karena anafilaktik syok, tersering karena
kacang tanah. Lebih 160 makanan dikaitkan dengan alergi makanan. Para ahli berpendapat
penderita alergi di Negara berkembang mungkin lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat

Di Indonesia angka kejadian alergi pada anak belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa ahli
memperkirakan sekitar 25-40% anak pernah mengalami alergi makanan. Di Negara berkembang
angka kejadian alergi yang dilaporkan masih rendah. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya
kesalahan diagnosis atau under diagnosis dan kurangnya perhatian terhadap alergi dibandingkan
dengan penyakit infeksi saluran pernapasan atau diare yang dianggap lebih mematikan.

Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh
yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan
dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi
hipersensitifitas. Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi
alergi murni, tetapi banyak dokter atau masyarakat awam menggunakan istilah alergi makanan
untuk semua reaksi yang tidak diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau non
imunologik. Istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan.
Reaksi ini dapat merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan (hipersensitifitas) atau
intoleransi makanan.

PENYEBAB

Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus
(ketidakmatangan saluran cerna), pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek atau nenek pada penderita. Bila ada orang tua,
keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak
sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan
resiko pada anak sekitar 17 – 40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada anak
meningkat menjadi 53 - 70%.

Gejala dan tanda alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen sebagai penyebab.
Beberapa makanan yang berbeda kadang menimbulkan gejala alergi yang berbeda pula, misalnya
pada alergi ikan laut menimbulkan gangguan kulit berupa urtikaria, kacang tanah menimbulkan
gangguan kulit berupa papula atau furunkel. Sedangkan buah-buahan menimbulkan gangguan
batuk atau pencernaan. Meskipun demikian ada beberapa pakar alergi makanan yang
berpendapat bahwa jenis makanan tidak spesifik menimbulkan gejala tertentu.

Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus. Faktor
pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan, kelelahan, aktifitas
berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress
atau ketakutan. Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut
terjadinya serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai terpapar penyebab alergi maka
keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak terkena penyebab alergi
meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Hal ini yang dapat menjelaskan
kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan atau kelahan seorang penderita asma tidak
kambuh. Berarti saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti
makanan, debu dan sebagainya.

MANISFESTASI KLINIK

Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan pergi
tidak menentu. Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan
depannya diare selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu. Bagaimana keluhan yang
berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar
target organ (organ sasaran).

Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan karena proses alergi pada
seseorang anak yang dapat menggganggu semua sistem tubuh dan organ tubuh anak.. Organ
tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari organ
yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak terungkap. Gejala tergantung
dari organ atau sistem tubuh , bisa terpengaruh bisa melemah. Jika organ sasarannya paru bisa
menimbulkan batuk atau sesak, bila pada kulit terjadi dermatitis atopik. Tak terkecuali otakpun
dapat terganggu oleh reaksi alergi. Apalagi organ terpeka pada manusia adalah otak. Sehingga
dapat dibayangkan banyaknya gangguan yang bisa terjadi.

TANDA DAN GEJALA YANG SERING DIKAITKAN DENGAN ALERGI PADA BAYI
DAN ANAK

MANIFESTASI KLINIS YANG BERKAITAN DENGAN ALERGI PADA BAYI

 Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga
dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut kepala.Timbul bekas
hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran telinga berlebihan.
 Sering MUNTAH/gumoh, kembung,“cegukan/hicups”, buang angin bunyinya keras,
sering “ngeden & mulet”, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3
kali perhari, BAB tidak tiap hari. Beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis,
inguinalis karena sering ngeden.
 Lidah/mulut sering timbul putih, bibir kering
 Napas grok-grok, kadang disertai batuk ringan
 Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB)
 Mata berair atau timbul kotoran mata (belekan) salah satu atau kedua sisi.
 Berat badan turun setelah usia 4-6 bulan.
 Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat, keringat
berlebihan.
 Gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah
bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok.
 Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir
sering gemetar
 Bersin, hidung berbunyi, kotoran hidung banyak. Kepala sering miring ke salah
satu sisi karena salah satu sisi hidung buntu, sehingga beresiko ”kepala peyang”.
 PROBLEM MINUM ASI : sering menangis seperti minta minum sehingga berat
badan berlebihan karena minta minum terus akibat perut tidak nyaman. Sering
menangis belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang. Sering
menggigit puting (agresif) sehingga luka. Minum ASI sering tersedak, karena
hidung buntu & napas dengan mulut. Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi,
karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar
sebelah.

MANIFESTASI KLINIS YANG BERKAITAN DENGAN ALERGI PADA ANAK > 1 tahun
 Sering batuk, batuk lama (>2 minggu), pilek, (TERUTAMA MALAM DAN PAGI
HARI siang hari hilang) sinusitis, bersin, mimisan. tonsilitis (amandel), sesak, suara
serak.
 Pembesaran kelenjar di leher dan kepala belakang bawah.
 Sering lebam kebiruan pada kaki/tangan seperti bekas terbentur.
 Kulit timbul bisul, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit
nyamuk. Sering menggosok mata, hidung atau telinga. Kotoran telinga berlebihan.
 Nyeri otot & tulang berulang malam hari. Sering kencing, Bed wetting (Ngompol)
 Sering muntah , nyeri perut, SULIT MAKAN disertai berat badan kurang (biasanya
setelah umur 4-6 bulan).
 Sering sariawan, lidah sering putih/kotor nyeri gusi/gigi, mulut berbau, air liur
berlebihan, bibir kering.
 Sering Buang air besar (> 2 kali/hari), tidak buang air besar tiap hari, sulit buang
air besar (obstipasi/konstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing,
keras, sering buang angin, berak di celana.
 Tidur larut malam atau gelisah saat memulai tidur. Sering terbangun malam,
mengigau, bruxism (beradu gigi gemeretak).
 Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat.Sering berkeringat (berlebihan)
 Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata, mata sering berkedip, memakai kaca
mata sejak usia sangat muda (usia 6-12 tahun).
 Gangguan hormonal : tumbuh rambut berlebihan, di kaki/tangan, keputihan, tinggi
badan kurang
 Sering sakit kepala atau migrain.

GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Permasalahan alergi pada anak mungkin tidak sesederhana seperti yang kita
bayangkan.Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan
bahaya komplikasi yang terjadi. Bila berlangsung lama tidak dikendakikan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan seringkali terjadi.

GANGGUAN PERTUMBUHAN

Penderita alergi dapat mengakibatkan gangguan gizi ganda pada anak. Gizi ganda artinya dapat
menimbulkan kegemukan dan berat badan lebih atau bahkan sebaliknya terjadi malnutrisi atau
berat badan kurang.

Hubungan alergi dan kegemukan hingga saat ini belum terungkap penyebabnya. Tetapi banyak
penelitian dan laporan kasus menyebut bahwa kegemukan pada anak sering terjadi pada anak
alergi, terutama di bawah usia 2 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Erika von Mutius dkk dari
University Children’s Hospital, Munich, Germany menyebutkan bahwa BMI tampaknya
merupakan factor resiko independent pada terjadinya asma. Sebaliknya didapatkan penelitian
pada penderita asma terdapat resiko gangguan pertumbuhan tinggi badan. Sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Baum mengungkapkan penderita asma sering terjadi peningkatan platelet-
activating factor (PAF) yang ternyata dapat menghambat produksi PGE2 dalam osteobast.
Prostaglandin E2 (PGE2) adalah salah satu faktor lokal yang berperanan penting untuk
pertumbuhan tulang5. Ellul dalam penelitiannya mengungkapkan keterkaitan asma dan penyakit
celiac pada anak. Secara bermakna didapatkan kenaikkan resiko terjadinya asma pada penderita
celiac. Celiac adalah gangguan saluran yang tidak dapat mencerna kandungan gluten dan
sejenisnya. Manifestasi klinis yang timbul adalah gangguan saluran cerna, dermatitis
herpertiformis dan gagal tumbuh4.

Penderita alergi yang terkena gangguan pencernaan sering mengakibatkan sulit makan sehingga
menimbulkan komplikasi kurang gizi atau malnutrisi. Biasanya ditandai dengan berat dan tinggi
badan yang sulit bertambah. Gangguan pencernaan karena alergi sering terjadi pada usia tertentu
seperti 4 – 6 bulan atau di atas 1 tahun. Karena saat usia tersebut sering mulai dikenalkan
makanan baru. Apabila makanan tersebut mengakibatkan alergi dan mengganggu pencernaan
maka akan terjadi sulit makan, sering muntah, sering diare, sering kembung dan sebagainya.
Kesulitan makan atau minum susu tersebut sering disalah artikan karena anak bosan makanan
tertentu atau karena sedang tumbuh gigi. Secara khas biasanya gangguan tersebut disertai
gangguan tidur pada malam hari, seperti bolak-balik, rewel, mengigau, berbicara dan berteriak
dalam tidur atau terbangun tengah malam. Bayi yang mempunyai riwayat gejala pencernaan
seperti kolik pada malam hari pada bayi usia di bawah 1 tahun, ada riwayat berak darah atau
dengan riwayat diare yang berulang. Mempunyai resiko untuk terjadi gangguan pencernaan di
kemudian hari, apabila tidak ditangani secara benar akan beresiko terjadinya masalah berat
badan.

GANGGUAN PERKEMBANGAN DAN PERILAKU

Sistem susunan saraf pusat adalah bagian yang paling lemah dan sensitif dibandingkan organ
tubuh lainnya. Otak adalah merupakan pusat segala koordinasi sistem tubuh dan fungsi luhur.
Beberapa penelitian menunjukkan alergi dengan berbagai akibat yang bisa mengganggu organ
sistem susunan saraf pusat dan disfungsi sistem imun itu sendiri tampaknya menimbulkan
banyak manifestasi klinik yang dapat mengganggu perkembangan dan perilaku seorang anak

GANGGUAN PERILAKU YANG SERING DIKAITKAN DENGAN ALERGI PADA


ANAK

 GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN

Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala
ke belakang, membentur benturkan kepala. Sering bergulung-gulung di kasur,
menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”}, sering memanjat. ”Tomboy” pada anak
perempuan : main bola, memanjat dll.

 GANGGUAN TIDUR MALAM : gelisah/bolak-balik ujung ke ujung, bila tidur posisi


“nungging”, berbicara,tertawa,berteriak saat tidur, sulit tidur, malam sering
terbangun/duduk,mimpi buruk, “beradu gigi” atau bruxism.
 AGRESIF MENINGKAT sering memukul kepala sendiri, orang lain. Sering
menggigit, menjilat, mencubit, menjambak (spt “gemes”)
 GANGGUAN KONSENTRASI: cepat bosan sesuatu aktifitas kecuali menonton
televisi,main game, baca komik, belajar. Mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak
teliti, sering kehilangan barang, tidak mau antri, pelupa, suka “bengong”, TAPI
ANAK TAMPAK CERDAS
 EMOSI TINGGI (mudah marah, sering berteriak /mengamuk/tantrum), keras
kepala
 GANGGUAN SENSORIS & KOORDINASI MOTORIK:

Bolak-balik, duduk, merangkak tidak sesuai usia. Terlambat berjalan, jalan terburu-buru,
mudah terjatuh/ menabrak, jalan jinjit, duduk leter ”W”.

 GANGGUAN ORAL MOTOR :


o KETERLAMBATAN BICARA Tidak mengeluarkan kata umur < 15 bulan,
hanya 4-5 kata umur 20 bulan, kemampuan bicara hilang dari yang
sebelumnya bisa, biasanya > 2 tahun membaik.
o Gangguan menelan-mengunyah, tidak bisa makan makanan berserat
(daging sapi, sayur, keterlambatan makan nasi) Disertai keterlambatan
pertumbuhan gigi.
 IMPULSIF:banyak bicara,tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan
orang lain.
 Memperberat gejala AUTIS dan ADHD

PERMASALAHAN DAN KONTROVERSI ALERGI

Dewasa ini tehnologi kedokteran telah maju demikian pesat terutama ilmu alergi dan imunologi,
Namun tampaknya kasus alergi masih banyak yang belum terungkap terutama patogenesis
penyakit. Manifestasi klinis yang menyerang berbagai organ tubuh belum bisa dijelaskan secara
lengkap. Sehingga penatalaksanaan dan pencegahan alergi belum dapat memuaskan secara
optimal.

Di negara berkembang termasuk Indonesia, perhatian dokter atau klinisi lainnya terhadap kasus
alergi pada anak sangat kurang dibandingkan persoalan infeksi. Sehingga sering terjadi under
diagnosis dalam penegakkan diagnosis. Alergi sering dianggap sebagai penyakit infeksi baik
akut maupun kronis. Sehingga banyak keluhan atau gejala alergi sering di obati dengan
antibiotika. Sering dijumpai keluhan Batuk Kronis berulang atau alergi pencernaan dengan
gangguan kenaikkan berat badan karena alergi sering diobati sebagai penyakit kronis seperti
Tuberkulosis (TBC), infeksi parasit cacing, infeksi saluran kemih atau infeksi kronis lainnya.
Karena memang tanda dan gejala alergi memang mirip dengan gejala infeksi kronis seperti
kronis tersebut.

Sering terjadi orang tua penderita mengetahui kalau anaknya menderita alergi setelah sekian
lama menderita, bahkan banyak juga yang baru mengetahui anaknya alergi setelah berganti
banyak dokter.

Penanganan alergi sering tidak paripurna dan menyeluruh, karena hanya mengandalkan
pemberian obat-obatan tidak memperhatikan pencetus atau pemicunya. Terdapat kecenderungan
pasien akan minum obat dalam jangka panjang. Padahal pemberian obat jangka sangat
berbahaya, terutama obat golongan steroid. Tindakan paling ideal menghentikan gejala alergi
adalah dengan menghindari pencetusnya. Dalam penatalaksanaan alergi yang paling diutamakan
adalah masalah edukasi ke penderita.

Sering kambuh dan berulangnya keluhan alergi, sehingga sering orang tua frustasi akhirnya
berpindah-pindah ke beberapa dokter. Bila penatalaksanaan alergi tidak dilakukan secara baik
dan benar maka keluhan alergi akan berulang dan ada kecenderungan membandel. Berulangnya
kekekambuhan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya kesehatan. Tetapi
yang harus lebih diperhatikan adalah meningkatkannya resiko untuk terjadinya efek samping
akibat pemberian obat. Tak jarang para klinisi memberikan antibiotika dan steroid dalam jangka
waktu yang lama. Setelah berganti-ganti dokter biasanya orang tua pasien baru menyadari
sepenuhnya kalau anaknya alergi setelah mengalami sendiri kalau keluhannya membaik setelah
dilakukan penghindaran makanan tanpa harus minum obat.

Dalam beberapa puluh tahun lamanya mungkin sering dihadapi oleh masyarakat pada umumnya,
masih sering terjadi kontroversi tentang penyakit alergi. Seorang penderita alergi makanan
mendapat advis dari seorang dokter untuk menghindari makanan tertentu untuk mengurangi
keluhan penyakitnya. Tetapi dokter lainnya mengatakan tidak perlu menghindari makanan
tersebut, karena makanan tidak berhubungan dengan penyakitnya. Sebagian dokter berpendapat,
bahwa gejala alergi jarang ditemukan, alergi hanya berkaitan dengan sedikit penyakit dan sangat
jarang menyangkut bahan makanan. Makanan yang diakui sebagai penyebab alergi masih sangat
terbatas misalnya gluten susu dan ikan. Sedangkan kubu dokter lain berpendapat alergi sangat
umum dan bersembunyi dibalik berbagai kelainan yang hingga sekarang tak dapat disembuhkan,
seperti radang sendi (artritis), eksim (dermatitis atau alergi kulit), migren (sakit kepala sebelah).
Mereka ingin mengungkapkan bahwa seluruh permasalahan kesehatan dapat dicetuskan dan
disembuhkan dengan penanganan alergi. Timbul pendapat bahwa penyebab alergi makanan tidak
dibatasi, semua jenis makanan atau minuman dapat dianggap sebagai penyebab alergi. Dalam
menghadapi kontroversi ini tidak heran bila masyarakat semakin bingung tak tahu harus minta
bantuan kemana.

Pemahaman orang tua akan semakin mantap bila akan mengalami sendiri kejadian gangguan
pada anaknya. Ternyata setelah dilakukan eliminasi makanan alergi dalam periode tertentu
tampak keluhan, penderitaan dan perilaku anak akan semain membaik. Dalam keadaan seperti
ini, mungkin masih banyak di lingkungan kita baik orang awam atau dokter yang masih
meragukan pengalaman itu. Bila hal ini terjadi orang tua harus yakin terhadap fakta yang ada,
bahwa beberapa makanan penyebab alergi ternyata menyebabkan banyak gangguan bahkan
sebagian cukup mengkawatirkan.

BAGAIMANA MEMASTIKAN DIAGNOSIS ALERGI

Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui
riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat
pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan
provokasi. Pemeriksaan laboratorium dan tes alergi hanya sebagai penunjang diagnosis bukan
yang utama harus dikerjakan.
Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan
secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold
standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC
tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit.
Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy
Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana,
murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi
Makanan Terbuka Sederhana”.

Jenis alergi makanan di tiap Negara berbeda tergantung usia dan kebiasaan makan makanan
tertentu. Alergi makanan pada bayi di Amerika Serikat terbanyak disebabkan karena protein susu
sapi, sereal, telur, ikan dan kedelai. Pada usia lebih tua coklat, kacang tanah lebih berperanan.
Berbagai klinik alergi berbeda dlam melakukan eliminasi dan provokasi. Cara tersering dipakai
adalah provokasi makanan secara buta. Makanan penderita dieliminasi selama 2-3 minggu dalam
diet sehari-hari. Setelah 3 minggu bila keluhannya menghilang maka dilanjutkan dengan
provokasi makanan yang dicurigai. Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam
1 minggu bila timbul gejala dicatat. Disebut allergen bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan
gejala alergi.

PENATALAKSANAAN

Penanganan alergi pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan.
Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi, tetapi yang
paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut.

Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar, karena beresiko
untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang makanan
pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan penyebab alergi.
Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau
hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu
soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging
kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan jadi atau di
rumah makan harus dibiasakan mengetahui kandungan isi makanan atau membaca label
makanan.

Obat-obatan simtomatis, anti histamine (AH1 dan AH2), ketotifen, ketotofen, kortikosteroid,
serta inhibitor sintesaseprostaglandin hanya dapat mengurangi gejala sementara, tetapi umumnya
mempunyai efisiensi rendah. Sedangkan penggunaan imunoterapi dan natrium kromogilat
peroral masih menjadi kontroversi hingga sekarang.

Pada prinsipnya alergi tidak bias disembuhkan. Semua penatalaksanaan yang dilakukan
bertujuan mengendalikan gejala alergi untuk meringankan itensitas serangan, mengurangi
frekuensi serangan, membatasi penggunaan obat dan mengurangi jumlah hari tidak hadir di
sekolah. Dermatitis atopik akan berkurang pada usia 12 tahun, tetapi bisa saja organ sasaran
berpindah karena 50 – 80% anak akan mengalami rhinitis alergik dan asma. Alergi makanan
dalam usia 0 hingga 3 tahun mempunyai prognosis yang baik karena lebih dari 40% mengalami
grow-out. Alergi yang dimulai usia 15 tahun ke atas ada kecenderungan menetap.

PENCEGAHAN ALERGI PADA ANAK


Bila terdapat riwayat keluarga baik saudara kandung, orangtua, kakek, nenek atau saudara dekat lainnya yang alergi atau asma. Bila anak
sudah mengalami manifestasi alergi sejak lahir atau bahkan bila mungkin deteksi sejak kehamilan maka harus dilakukan pencegahan sejak dini.
Resiko alergi pada anak dikemudian hari dapat dihindarkan bila kita dapat mendeteksi sejak dini.

Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak terhindar dari keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan :

 Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini oleh ibu.
 Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden tebal, kasur kapuk,
tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu binatang piaraan kucing dsb,
kecoak, tungau pada kasur kapuk.
 Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti telor, kacang tanah dan ikan di atas
usia 2-7 tahun. Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan
atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut.
 Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi.Bila ASI tidak
memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik formula.
 Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari.

RINGKASAN

Permasalahan alergi pada anak tampaknya tidak sesederhana seperti yang telah diketahui. Sering
berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi
yang terjadi tampaknya merupakan akibat yang harus lebih diperhatikan demi terbentuknya
tumbuh dan kembang Anak yang optimal.

Penatalaksanaan Alergi pada anak diharapkan dilakukan dengan paripurna dan menyeluruh
sehingga kesalahan diagnosis atau kesalahan penanganan serta komplikasi yang dapat
ditimbulkan dapat dicegah. Pemeriksaan alergi berupa tes kulit dan RAST sangat terbatas
sebagai alat diagnosis. Sehingga tidak boleh menghindari makanan penyebab alergi berdasarkan
karena tes kulit alergi. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan
alergi. Paling ideal dalam mencegah timbulnya alergi adalah menghindari pencetus atau
penyebabnya. Hal ini memerlukan pengamatan yang cermat dan kerjasama yang baik antara
dokter, pasien dan keluarga.
Resiko dan gejala alergi bisa diketahui dan di deteksi sejak dalam kandungan dan sejak lahir,
sehingga pencegahan gejala alergi dapat dilakukan sedini mungkin kalau perlu sejak dalam
kandungan. Resiko terjadinya komplikasi dan gangguan organ atau sistem tubuh diharapkan
dapat dikurangi.

Daftar Pustaka

1. Reingardt D, Scgmidt E. Food Allergy.Newyork:Raven Press,1988.


2. Walker-Smith JA, Ford RP, Phillips AD. The spectrum of gastrointestinal allergies to
food. Ann Allergy 1984;53:629-36.
3. Judarwanto W. General manifestation of allergy in children under 5 years, 2003.
(unpublished)
4. Hill DJ, Firer MA, Shelton MJ, Hosking CS. Manifestations of milk allergy in infancy:
clinical and immunologic findings. J Pediatr 1986;109:270-6.

Você também pode gostar