Você está na página 1de 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan
kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan
kandungan dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus
dibedakan dengan abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil
dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan
“abortus spontan”.

Secara medis abortus dimengerti sebagai penghentian kehamilan selama janin


belumviable, belum dapat hidup mandiri di luar rahim, artinya sampai kira-kira 24
minggu atau sampai awal trimester ketiga.

Abortion dalam kamus inggris Indonesia diterjemahkan dengan pengguguran


kandungan. Dalam Blaks’s Law Dictionary, kata abortion yang diterjemahkan menjadi aborsi
dalam bahasa Indonesia mengandung arti: “The spontaneous or articially induced expulsion of an
embrio or featus. As used in illegal context refers to induced abortion. Keguguran dengan
keluarnya embrio atau fetus tidak semata-mata karena terjadi secara alamiah, akan tetapi juga
disengaja atau terjadi karena adanya campur tangan (provokasi) manusia.

Ensiklopedi Indonesia mermberikan penjelasan bahwaabortus diartikan sebagai pengakhiran


kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.

Menurut Eastmen abortus adalah terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup
hidup sendiri di luar uterus, karena masih dalam usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Sama
halnya dengan Jefflot memberikan definisi abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum
usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by llaous. Holmer mengemukakan definisi
abortus sebagai terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana plasenta belum selesai.

Secara umum pengertian abortus provokatus kriminalis dalah suatu kelahiran dini sebelum
bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya janin yang keluar
itu sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara yuridis abortus provokatus kriminalis adalah
setiap penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur
bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup.
B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam
abortus, efek samping/risiko, penatalaksanaan pasca abortus, diagnostik serta teknik
pengeluaran abortus.

ALASAN-ALASAN ABORTUS

Pengguguran kandungan yang terjadi dewasa ini lebih banyak didasarkan pada alasan
sosiologis dibandingkan dengan alasan-alasan medis. Alasan-alasan sosiologis ini dilarang dan
termasuk perbuatan pidana yaitu abortus provokatus kriminalis yang diancam hukuman pidana.

Apabila dijabarkan, ada beberapa alasan yang digunakan oleh wanita dalam menggugurkan
kandungannya baik legal maupun illegal yang disebabkan karena tidak menginginkan untuk
meneruskan kehamilan sampai melahirkan. Alasan-alasan tersebut sebagaimana tulisan Dewi
Novita dalam bukunya Aborsi menurut Petugas Kesehatandan tulisan Yayah Chisbiyah, dkk,
dalam bukunya Kehamilan yang tidak dikehendak, sebagai berikut:

1. Alasan kesehatan yaitu apabila ada indikasi vital yang terjadi pada masa kehamilan, apabila
diteruskan akan mengancam dan membahayakan jiwa si Ibu dan indikasi medis non vital yang
terjadi pada masa kehamilan dan berdasar perkiraan dokter, apabila diteruskan akan
memperburuk kesehatan fisik dan psikologis ibu. Selain itu juga didasarkan pada alas an
kesehatan janin uyaitu untuk menghindari kemungkina melahirkan bayi cacat fisik maupun
mental, walaupun alasan ini belum bisa diterima sebagai dasar pertimbangan medis.

2. Alasan sosial; tidak seluruhnya kehamilan perempuan merupakan kehamilan yang


dikehendaki, artinya ada kehamilan yang tidak dikehendaki dengan alasan anak sudah banyak,
hamil diluar nikah sebagai akibat pergaulan bebas, hamil akibat perkosaan atau
incest, perselingkuhan dan sebagainya. Perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak
dikehendaki berusaha agar kehamilannya gugur baik melalui perantara medis (dokter)
maupunabortir gelap meskipun dengan resiko tinggi.

Hasil penelitian tentang kehamilan yang tidak dikehendaki didasarkan pada alasan-
alasan melakukan aborsi dari alasan yang terkuat sampai terlemah yaitu: ingin terus
melanjutkan sekolah atau kuliah, takut pada kemarahan orang tua, belum siap secara mental
dan ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak ,malu pada lingkungan sosial bila ketahuan
hamil sebelum menikah, tidak mencintai pacar yang menghamili, hubungan seks terjadi
karena iseng, tidak tahu status anak nantinya karena kehamilan terjadi akibat perkosaan
apalagi apabila pemerkosa tidak dikenal.

3. Alasan ekonomi, peningkatan kesempatan kereja terutama bagi kaum perempuan juga dianggap
faktor yang akan mempengaruhi peningkatan aborsi, perkembangan ekonomi menuju
ekonomi industri melalui ekonomi manufacur akan secara cepat meningkatkan jumlah
perempuan muda diserap sebagai tenaga kerja, juga mengikuti pendidikan lebih tinggi.
Konsekuensinya penundaan perkawinan terjadi, padahal secara biologis mereka sudah
beranjak pada masa seksual aktif. Hubungan seks di luar nikah akan meningkat, terutama
karena dipicu oleh sarana hioburan, media film yang menawarkan kehidupan seks secara
vulgar. Aborsi juga dianggap sebagai pilihan yang tepat karena adanya kontrak kerja untuk
tidak hamil selama dua tahun pertama kerja dan apabila tidak aborsi resikonya adalah dipecat
dari pekerjaan.

Alasan ketidaksiapan ekonomi juga seringkali menjadi pertimbangan bagi perempuan


berkeluarga yang tidak menghendaki kehamilannya untuk melakukan aborsi, seperti
kegagalan KB, pendapatan rendah yang tidak mencukupi untuk menanggung biaya hidup.

.4. Alasan keadaan darurat (memaksa), kehamilan akibat perkosaan. Kehamilan yang terjadi
sebagai akibat pemaksaan (perkosaan) hubungan kelamin (persetubuhan) seorang laki-laki
terhadap perempuan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. ABORTUS

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.

Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang
mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20
minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)

JENIS ABORTUS MENURUT TERJADINYA

Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)


yaitu:

* Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
* Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
* Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
* Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


yaitu :

Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi
belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat
badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.

Macam abortus provokatus

* Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus

Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-
syaratnya:

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya
(yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab
profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh
pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.

* Abortus Provokatus Kriminalis

Aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan
dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.

Penyebab Abortus

Maternal

Penyebab dari segi Maternal

Penyebab secara umum:

* Infeksi akut

1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.


2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.

* Infeksi kronis

1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.


2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
1. hipertensi
2. nephritis
3. diabetes
4. anemia berat
5. penyakit jantung
6. toxemia gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.

* Penyebab yang bersifat lokal:


1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus.

Penyebab dari segi Janin

* Kematian janin akibat kelainan bawaan.


* Mola hidatidosa.
* Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus


Abortus Provokatus Medisinalis

* Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus,
atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
* Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
* Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
* Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya
kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti
kanker payudara.
* Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
* Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
* Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan
kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
* Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi
vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
* Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
* Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
* Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini, sebelum
melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.

Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada beberapa
alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

* Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.


* Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.
* Kehamilan di luar nikah.
* Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
* Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
* Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
* Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan
yang tidak diinginkan.

Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis


Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah:

* Wanita bersangkutan.
* Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).
* Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun.

METODE ABORTUS

Menurut Sofwan Dahwan dalam Muhdiono, ada beberapa metode abortus provokatus
kriminalis yang dapat dilakukan sendiri atau dilakukan oleh orang lain, dengan cara sebagai
berikut:

1. Menggunakan kekerasan umum (general violence) yaitu dengan melakukan keggiatan fisik yang
berlebihan , misalnya lari-lari.

2. menggunakan kekerasan local (local violence) yaitu dilakukan tanpa menggunakan alat,
misalnya memijat perut bagian bawah; dengan menggunakan alat medis , misalnya tang kuret;
menggunakan alat-alat non medis, misalnya kawat; menggunakan zat-zat kimia,
misalnya larutan zink chloride.

3. Menggunakan obet-obatan obortifisien, seperti obat emetika dan obat omenagoga atau obat
pelancar haid.

4. Menggunakan obat-obat echolica atau perangsang otot-otot rahim, seperti kinina.

Ditinjau dari segi usia kehamilan, abortus provokatus medicinalis dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Aborsi pada triwulan pertama sampai dengan 12 minggu. Pada kehamilan sampai batas 7
minggu pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret tajam, agar ovum kecil tidak tertinggal,
maka ovum uteri dikerok seluruhnya. Apabila kehamilan melebihi 6 sampai 7 minggu
digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat dimasukkan.Setelah hasil konsepsi sebagian besar
lepas dari dinding uterus maka hasil tersebut dapat dikeluarkan dengan cunam abortuis dan
kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar, apabila diperlukan
dimasukkan tampon kedalam uteri dan vagina yang akan dikeluarkan esok harinya.

2. Abortus pada kehamilan 12 sampai 16 minggu. Aborsi dilakukan dengan menggunakan


perpaduan antara dilatasi, kuret dan pengisapan. Bahaya dari cara ini adalah terbentuknya luka-
luka yang menimbulkan pendarahan.

3. Abortus pada triwulan kedua (Kehamilan sampai 16 minggu), dilakukan dengan menimbulkan
kontraksi-kontraksi uterus supaya janin dan plasenta dapat dilahirkan secara spontan. Cara yang
dilakukan adalah dengan melakukan esantasi (pembiusan lokal).

Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan


sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah

a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.

Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun

Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis

Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Patogenesis

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin
dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk,
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum)
janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus.

Manifetasi Klinis

 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.


 Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
 Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
 Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
 Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi,


tercium/tidak bau busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dario ostium.

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi,
tidak menonjol dan tidak nyeri.

Pemeriksaan Penunjang

 Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
 Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
 Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

Komplikasi
 Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
 Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah.

B. JENIS –JENIS ABORTUS

Abortus secara medis dapat dibagi menjadi dua macam:

1. Abortus spontaneus adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis
ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam
Muhdiono menyebutkan macam-macam aborsi spontan:

a. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga
rongga rahim kosong.

b. Abortus inkopletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta

c. Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam hal ini
keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan
anti pasmodica

d. Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak
dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.

e. Abortus habitulis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.

f. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi genital.

Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu
sampai dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam; panas tinggi;
ginjal TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi sepontan tidak jarang janin
keluar dalam keadaan utuh.

2. Abortus provokatus (indoset abortion) adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-
obatan maupun alat-alat, ini terbagi menjadi dua:
a. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi
medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu.

b. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan
dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan.

Diagnosis

Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :

1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu,


tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.

2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.

3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila
abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa

4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus

5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih.

Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau artifisial /
terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).

Abortus spontan diduga disebabkan oleh :


- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)

Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus imminens, abortus insipiens,
abortus inkomplet dan abortus komplet.

1. Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi,
serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan
sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu
singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal
dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika
sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba
didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera
ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan.

Penatalaksanaan

 Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
 Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan
tiap empat jam bila pasien panas
 Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
 Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
 Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
 Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

2. Abortus Insipiens

Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering,
serviks terbuka.

Penatalaksanaan :
Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg
intramuskular.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam


deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus
sampai terjadi abortus komplit.

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.

3. Abortus Inkomplit

Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan
keluar.
Penatalaksanaan :

Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah

Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin
0,2 mg intramuskular

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.

Berikan antibiotik untuk mencegah infeks

4. Abortus Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum
usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar
jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.

Penatalaksanaan :

Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari

Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah

Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

5. Abortus Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4
minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu ?).
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan
atau menghilang setelah pengobatan.

Penatalaksaan :

Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam

Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
atau ketika mengeluarkan konsepsi

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan


gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator
Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret
tajam.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus


oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100
IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat
satu hari.
Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.

6. Abortus Septik

Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau
awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu.
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit

Penanggulangan infeksi :

a. Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam


ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam
ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
c. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol,
ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.

Tingkatkan asupan cairan

Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah

Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi
bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

7. Abortus terapeutik

Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan / indikasi
kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya,
misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban
perkosaan (masalah psikis). Dapat juga atas pertimbangan / indikasi kelainan janin
yang berat.

Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan samadengan yang diberikan pada
pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :

Di rumah sakit :

Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi


Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g

Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan

Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan

Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit

Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin

Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi


silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.

Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan
sumber infeksi

Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-
tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran
menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas

PRINSIP
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE

2. Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan,periksa dengan USG

3. Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipunjanin


sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah
kematian janin.

C. DIAGNOSTIK

1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain,
cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri /
ginekologi.

2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS
selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.

3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum
buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari
sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah
mengalir keluar dari ostium ?

5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil
sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)

6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus.
Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan
MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa.
Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya.

D. TEKNIK PENGELUARAN SISA ABORTUS

Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan
dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.

1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.

2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untukmelepaskan
jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.

3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang
bisamasuk.

4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret

Pertimbangan
Kehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin
(misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan
trauma minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi
kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan
(penyakit trofoblastik gestasional ganas / PTG).

Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus


1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes,
penyakitgh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas
berhubungan dengan terjadinya abortus.

Penatalaksanaan pasca abortus


Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan
kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan
pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh
pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.

2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan memperoleh izin
untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi atau dokter umum yang
mempunyai kualifikasi untuk itu.

3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk usia
diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).

4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.

5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.

B. Saran

Abortus hendaknya dilakukan jika benar-benar terpaksa karena bagaimanapun


didalam kehamilan berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia dan
abortus hendaknya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek
Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius,
Jakarta : 2002

K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003

Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991, Yayasan Pustaka.

Sarwono. Pengantar Ilmu Acuan Nasional, 2002 Yayasan Pustaka

Internet, Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi Plus buat ko-as FKUI

http://makalah-untuk-bidan.blogspot.com/2008/05/abortus.html

Você também pode gostar