Você está na página 1de 19

I.

Tanggal Percobaan
Rabu, 2 November 2016
II. Judul Percobaan
Percobaan Jembatan Wheatstone
III. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan sebagai berikut :
3.1 Membuktikan sifat arus listrik pada jembatan wheatstone.
3.2 Menghitung nilai tahanan suatu resistor.
IV. Landasan Teori
Jembatan wheatstone merupakan sirkuit listrik yang ditemukan oleh
Samuel Hunter Cristi pada tahun 1833 dan diperbaiki kembali oleh Sir
Charles Wheatstone pada tahun 1843 (Pujani, 2016). Jembatan Wheatstone
digunakan untuk mengukur hambatan listrik dengan menyambungkan dua
kaki dan rangkaian jembatan. Satu kaki merupakan komponen yang tidak
diketahui. Jembatan Wheatstone ini banyak digunakan sebagai rangkaian
sensor yang dapat mendeteksi aktivitas alam dengan memanfaatkan sifat
perubahan nilai hambatan entitas fisis yang diukur. Perubahan hambatan ini
akan mempengaruhi arus pada rangkaian jembatan.
Rangkaian jembatan wheatstone adalah rangkaian yang terdiri dari
beberapa hambatan yang tidak bisa dijumlahkan secara seri maupun paralel.
Rangkaian ini terdiri dari beberapa hambatan. Rangkaian ini biasanya
digunakan untuk menentukan nilai hambatan (Sibarani, 2014). Metode dari
jembatan wheatstone yaitu dengan cara membandingkan besar hambatan
yang diketahui nilainya. Hukum wheatstone berdasarkan pada kekelan energi
dimana Hukum wheatstone menyatakan bahwa “jumlah perubahan potensial
mengelilingi lintasan tertutup pada suatu rangkaian harus nol” (Sibarani,
2014).
Rangkaian sederhana jembatan wheatstone dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 1. Rangkaian Jembatan Wheatstone
Pada rangkaian tersebut, jika perkalian antara 𝑅1 dan 𝑅3 sama dengan
nilai perkalian antara 𝑅2 dan 𝑅4 maka jarum galvanometer tidak
menyimpang. Hal ini menunjukkan tidak ada arus yang melewati
galvanometer. Jika diandaikan 𝑅3 merupakan suatu nilai yang tidak diketahui,
maka nilai 𝑅3 dapat diketahui melalui persamaan :
𝑅1 𝑅2
𝑅3 = ...................................................................................................... (1)
𝑅4

V. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat percobaan sebagai
berikut :
5.1 Alat :
a. Jembatan Wheatstone dengan nst 0,1 cm dan (1)
batas ukur 0-100cm
b. Multimeter (untuk mengukur amperemeter dengan
nst : 5 mA) (1)
c. Multitester (sebagai ohmmeter dengan nst : 0,2 Ω) (1)
d. Hambatan : (2)
- 100 Ω (1)
- 470 Ω (1)
e. Papan Rangkaian (1)
f. Sumber arus searah (DC) (1)
g. Rheostat 100 Ω (1)
h. Jembatan Penghubung (2)
i. Kabel Secukupnya
5.2 Bahan : -
5.3 Dokumentasi :

Gambar 2. Sumber Arus Searah

Gambar 3. Kabel Penghubung

Gambar 4. Jembatan Wheatstone


Gambar 5. Rheostat

Gambar 6. Mutitester

Gambar 7. Multimeter
Gambar 8. Papan Rangkaian

Gambar 9. Jembatan Penghubung

Gambar 10. Hambatan


VI. Langkah-Langkah Percobaan
Adapun langkah-langkah percobaan yang dilakukan pada saat
percobaan sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan pada
percobaan Jembatan Wheatstone ini.
2. Mengecek keadaan alat dan bahan sebelum melakukan percobaan
Jembatan Wheatstone.
3. Menyusun alat seperti pada gambar 11 di bawah. Mengganti
galvanometer dengan amperemeter. Adapun 𝑅1 merupakan
hambatan 100 Ω, 𝑅2 merupakan resistor variabel yang nilainya
dapat ditentukan, 𝑅3 merupakan hambatan kawat geser, dan 𝑅4
menggunakan hambatan 470 Ω.

Gambar 11. Set Up Percobaan Jembatan Wheatstone

Gambar 12. Set Up Percobaan Jembatan Wheatstone


4. Menggeser penjepit pada hambatan kawat pada panjang tertentu
dengan panjang 5cm.
5. Menyalakan sumber arus dengan nilai tegangan sebesar 3 volt.
6. Mengganti galvanometer dengan amperemeter kemudian mencatat
besar kuat arus yang ditunjukkan.
7. Mengulang langkah 5-6 dengan memvariasikan jarak kawat yang
dijepit oleh kabel penjepit pada jembatan wheatstone yaitu pada
jarak 10cm, 15cm, 20cm, 25cm.
8. Mengganti nilai hambatan 𝑅1 dan 𝑅4 dimana nilai hambatan 𝑅1
sebesar 470 Ω dan 𝑅4 sebesar 100 Ω. Kemudian kembali ulangi
langkah percobaan dari langkah 4 sampai dengan langkah 7.
9. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan seperti di
bawah ini.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jembatan Wheatstone dengan
𝑅1 = ... Ω dan 𝑅4 = ... Ω
No 𝑅1 (Ω) 𝑅4 (Ω) 𝑅2 (Ω) I (mA) L (cm)
1
2
3
4
5
VII. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang akan dipergunakan dalam percobaan
ini yaitu mempelajari sifat arus dapat dilihat melalui penyimpangan
amperemeter dengan mengatur hambatan kawat geser dan resistor variabel.
Untuk nilai 𝑅1 dan 𝑅4 yang tetap, maka dapat dilihat hubungan antara 𝑅2
dengan arus I yang terukur melalui grafik antara 𝑅3 dan I.
Mencari hambatan 𝑅3 (kawat penghantar) dapat digunakan persamaan
(1) dan dapat menurunkan sendiri nilai kesalahan yang didapat dengan
melakukan penjalaran kesalahan untuk 𝑅3 . Untuk mencari nilai 𝑅3 digunakan
𝑅2 𝑅4
persamaan (1) yaitu 𝑅3 = , agar lebih memudahkan pendataan dapat
𝑅1

digunakan tabel seperti di bawah ini.


Tabel 2. Nilai yang akan Dihitung
No 𝑅3 (Ω) 𝑅̅3 (Ω) 𝑅3 − 𝑅̅3 (Ω) (𝑅3 − 𝑅̅3)2(Ω2)
1
2
3
4
5
Nilai 𝑅̅ dapat dicari menggunakan persamaan sebagai berikut :
∑ 𝑅3
𝑅̅ = ....................................................................................................... (2)
𝑛

Sehingga nilai dari ∆𝑅 dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai


berikut :
∑(𝑅3 −𝑅̅3 )2
∆𝑅 = √ ......................................................................................... (3)
𝑛−1

Maka besar nilai hambatan untuk 𝑅3 sebagai berikut :


𝑅3 = (𝑅̅3 ± ∆𝑅3 ) Ω ..................................................................................... (4)
Untuk mencari kesalahan relatif (KR) dari data yang telah dianalisis dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut :
∆𝑅
𝐾𝑅 = 𝑥100% .......................................................................................... (5)
𝑅̅

Untuk menghitung besarnya hambatan pada 𝑅3 ketika 𝑅1 = 470 Ω dan 𝑅4 =


100 Ω berlaku juga teknik analisis seperti yang telah dipaparkan di atas.
Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk membuktikan sifat
arus listrik pada jembatan wheatstone. Untuk membuktikan sifat dari arus
listrik pada jembatan wheatstone dapat dilihat dari penyimpangan
amperemeter dengan mengatur hambatan kawat geser dan resistor variabel
untuk nilai 𝑅1 dan 𝑅4 yang tetap, maka dapat dilihat hubungan antara 𝑅2
dengan arus I yang terukur melalui grafik hubungan antara 𝑅3 dan I.
VIII. Pertanyaan
1. Carilah penjalaran kesalahan untuk 𝑅3 !
2. Bagaimanakah hubungan antara 𝑅3 dengan I? Apakah linier?
3. Saat 𝑅1 dan 𝑅4 diganti, apakah mengubah nilai 𝑅3 untuk posisi jepitan
kawat tetap?
4. Bagaimanakah jika tegangan diperbesar, apa saja pengaruh pada
rangkaian?
IX. Data Hasil Percobaan
Hasil pengamatan yang diperoleh pada saat melakukan percobaan
minggu lalu sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Pengamatan Jembatan Wheatstone dengan
𝑅1 = 100 Ω dan 𝑅4 = 470 Ω
No 𝑅1 (Ω) 𝑅4 (Ω) 𝑅2 (Ω) I (mA) L (cm)
1 100 470 2,4 60 5
2 100 470 2,6 65 10
3 100 470 2,8 70 15
4 100 470 3,2 75 20
5 100 470 3,6 80 25

Tabel 4. Hasil Pengamatan Jembatan Wheatstone dengan


𝑅1 = 470 Ω dan 𝑅4 = 100 Ω
No 𝑅1 (Ω) 𝑅4 (Ω) 𝑅2 (Ω) I (mA) L (cm)
1 470 100 2,6 180 5
2 470 100 3,2 185 10
3 470 100 3,6 190 15
4 470 100 3,8 195 20
5 470 100 4,0 200 25
X. Analisis Data
Berdasarkan hasil data yang didapatkan, maka dapat dilakukan
analisis data sebagai berikut :
1. Analisis data untuk jembatan wheatstone dengan 𝑅1 = 100 Ω dan
𝑅4 = 470 Ω
Tabel 5. Nilai 𝑅3 untuk 𝑅1 = 100 Ω dan 𝑅4 = 470 Ω
No R1 (Ω) R4 (Ω) R2 (Ω) R3 (Ω)
1 100 470 2,4 1,1
2 100 470 2,6 1,2
3 100 470 2,8 1,3
4 100 470 3,2 1,5
5 100 470 3,4 1,6
∑ 𝑅3 (Ω) 6,7
Nilai 𝑅̅3 yaitu :
𝑛
𝑅3
𝑅̅3 = ∑
𝑛
𝑖=1
6,7
=
5
= 1,30 Ω
Untuk mencari nilai ∆𝑅3 dapat menggunakan tabel sebagai berikut untuk
mempermudah perhitungan :
Tabel 6. Menghitung nilai ∆𝑅3
𝑅3 − 𝑅̅3
No 𝑅3 (Ω) 𝑅̅3 (Ω) (𝑅3 − 𝑅̅3)2(Ω2)
(Ω)
1 1,1 1,3 -0,2 0,004
2 1,2 1,3 -0,1 0,001
3 1,3 1,3 0 0
4 1,5 1,3 0,2 0,004
5 1,6 1,3 0,3 0,009
̅ 3 )2
∑(𝑅3 − 𝑅 0,018

Besarnya nilai ∆𝑅3 yaitu :


∑(𝑅3 −𝑅̅3 )2
∆𝑅3 = √ (𝑛−1)

0,018
=√ 4

= √0,045
= 0,067 Ω
Jadi, besar hambatanya :
𝑅3 = (𝑅̅3 ± ∆𝑅3 ) Ω
𝑅3 = (1,300 ± 0,067) Ω
Besar kesalahan relatif pengukurannya yaitu :
∆𝑅
𝐾𝑅 = 𝑥100%
𝑅̅
0,067
𝐾𝑅 = 𝑥100%
1,300
KR = 5,1%
2. Analisis data untuk jembatan wheatstone dengan 𝑅1 = 470 Ω dan
𝑅4 = 100 Ω
Tabel 7. Nilai 𝑅3 untuk 𝑅1 = 470 Ω dan 𝑅4 = 100 Ω
No R1 (Ω) R4 (Ω) R2 (Ω) R3 (Ω)
1 470 100 2,6 0,05
2 470 100 3,2 0,06
3 470 100 3,6 0,07
4 470 100 3,8 0,08
5 470 100 4,0 0,09
∑ 𝑅3 (Ω) 0,36

Nilai 𝑅̅3 yaitu :


𝑛
𝑅3
𝑅̅3 = ∑
𝑛
𝑖=1

0,36
=
5
= 0,070 Ω
Untuk mencari nilai ∆𝑅3 dapat menggunakan tabel sebagai berikut untuk
mempermudah perhitungan :
Tabel 8. Menghitung nilai ∆𝑅3
𝑅3 − 𝑅̅3
No 𝑅3 (Ω) 𝑅̅3 (Ω) (𝑅3 − 𝑅̅3)2(Ω2)
(Ω)
1 0,05 0,070 -0,02 0,00004
2 0,06 0,070 -0,01 0,0001
3 0,07 0,070 0 0
4 0,08 0,070 0,01 0,0001
5 0,09 0,070 0,02 0,0004
̅ 3 )2
∑(𝑅3 − 𝑅 0,00010
Besarnya nilai ∆𝑅3 yaitu :
∑(𝑅3 −𝑅̅3 )2
∆𝑅3 = √ (𝑛−1)

0,00010
=√ 4

= √0,000025
= 0,005 Ω
Jadi, besar hambatanya :
𝑅3 = (𝑅̅3 ± ∆𝑅3 ) Ω
𝑅3 = (0,070 ± 0,005) Ω
Besar kesalahan relatif pengukurannya yaitu :
∆𝑅
𝐾𝑅 = 𝑥100%
𝑅̅
0,005
𝐾𝑅 = 𝑥100%
0,070
KR = 7,1%
Grafik 1. Hubungan antara 𝑅3 dengan I pada saat
𝑅1 = 100 Ω dan 𝑅4 = 470 Ω

Hubungan antara dengan I pada


saat = 100 Ω dan = 470 Ω
90
80
Kuat Arus (mA)

70
60
50
40
30
20
10
0
1.1 1.2 1.3 1.5 1.6
Nilai R3 (Ω)
Grafik 2. Hubungan antara 𝑅3 dengan I pada saat
𝑅1 = 470 Ω dan 𝑅4 = 100 Ω

Hubungan antara dengan I pada


saat = 470 Ω dan = 100 Ω
205
200
Kuat Arus (mA)

195
190
185
180
175
170
2.6 3.2 3.6 3.8 4
Nilai R3 (Ω)

XI. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
11.1 Hasil
a. Nilai 𝑅3 untuk 𝑅1 = 100 Ω dan 𝑅4 = 470 Ω
Besar hambatannya :
𝑅3 = (𝑅̅3 ± ∆𝑅3 ) Ω
𝑅3 = (1,300 ± 0,067) Ω
Besar kesalahan relatif pengukurannya yaitu :
KR = 5,1%
Grafik 1. Hubungan antara 𝑅3 dengan I pada saat
𝑅1 = 100 Ω dan 𝑅4 = 470 Ω

Hubungan antara dengan I pada


saat = 100 Ω dan = 470 Ω
90
80
Kuat Arus (mA)

70
60
50
40
30
20
10
0
1.1 1.2 1.3 1.5 1.6
Nilai R3 (Ω)

b. Nilai 𝑅3 untuk 𝑅1 = 470 Ω dan 𝑅4 = 100 Ω


Besar hambatannya :
𝑅3 = (𝑅̅3 ± ∆𝑅3 ) Ω
𝑅3 = (0,070 ± 0,005) Ω
Besar kesalahan relatif pengukurannya yaitu :
KR = 7,1%
Grafik 2. Hubungan antara 𝑅3 dengan I pada saat
𝑅1 = 470 Ω dan 𝑅4 = 100 Ω

Hubungan antara dengan I pada


saat = 470 Ω dan = 100 Ω
205
200
Kuat Arus (mA)

195
190
185
180
175
170
2.6 3.2 3.6 3.8 4
Nilai R3 (Ω)

11.2 Pembahasan
Berdasarkan grafik 1 dan 2 diperoleh kemiringan grafik 1 dan 2
linier. Pada grafik tersebut menunjukkan hubungan antara nilai
hambatan dengan kuat arus yang sesuai dengan persamaan 𝑉 = 𝐼. 𝑅,
dimana semakin besar nilai hambatan maka kuat arus yang ditunjukkan
oleh amperemeter semakin mengecil. Hal ini dibuktikan dimana 𝑅
berbanding terbalik dengan 𝐼. Namun pada grafik 1 dan 2 yang telah
didapatkan sudah linier akan tetapi tidak sesuai dengan persamaan 𝑉 =
𝐼. 𝑅 dikarenakan pada grafik semakin besar nilai hambatan, nilai dari
kuat aruspun semakin besar.
Berdasarkan hasil percobaan kuantitatifnya yaitu menghitung
nilai 𝑅3 pada percobaan pertama dimana 𝑅1 = 100 Ω dan 𝑅4 = 470 Ω
didapatkan hasil 𝑅3 = (1,300 ± 0,067) Ω dengan KR = 5,1%
sedangkan pada percobaan kedua dimana 𝑅1 = 470 Ω dan 𝑅4 = 100 Ω
didapatkan hasil 𝑅3 = (0,070 ± 0,005) Ω dengan KR = 7,1%.
Sehingga hasil yang didapatkan pada percobaan ini akurat
dikarenakan KR yang didapatkan di bawah 10%. Namun, pada saat
percobaan tak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa kesalahan selama
melakukan percobaan dan kendala yang dialami oleh praktikan yaitu :
1. Kesalahan umum, yaitu kesalahan yang terjadi diakibatkan oleh
kesalahan praktikan sendiri dalam melakukan pembacaan skala
pada alat ukur, penggunaan instrumen, mencatat hasil. Misalnya,
kesalahan saat membaca skala pada amperemeter dan ohmmeter.
2. Kesalahan sistematis, yaitu kesalahan yang terjadi akibat pengaruh
lingkungan dan instrumen yang digunakan. Misalnya, getaran-
getaran di sekitar tempat percobaan dimana getaran ini
mempengaruhi skala yang ditunjukkan oleh ohmmeter dan
amperemeter. Multimeter dan multester merupakan alat yang
sensitif terhadap getaran.
3. Kesalahan acak, yaitu kesalahan yang diakibatkan oleh penyebab
yang tidak diketahui dan terjadi secara rambang akan tetapi sangat
berpengaruh terhadap hasil percobaan yang diperoleh. Misalnya
dalam melakukan perhitungan matematis dalam mencari nilai
hambatan (𝑅3 ).
Selain dari kesalahan-kesalahan diatas, adapula kendala yang
dialami oleh praktikan saat percobaan yaitu :
1. Kesuitan membaca alat ukur berupa amperemeter dan ohmmeter
yang sensitif terhadap getaran.
2. Kesulitan pada saat menjepit kawat pada jembatan wheatstone agar
skalanya tepat dengan ukuran yang telah ditetapkan.
3. Kesulitan menganalisis perhitungan desimal, sehingga praktikan
menggunakan aturan angka penting dalam pembulatan.
4. Kurang pemahaman praktikan dalam menyusun rangkaian
jembatan wheatstone.
XII. Simpulan dan Saran
12.1 Simpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada percobaan ini dapat digunakan untuk mencari nilai hambatan
pengganti yaitu 𝑅3 yang belum diketahui. Dengan demikian kita
dapat mengetahui sifat arus pada rangkaian jembatan wheatstone
dengan melihat grafik ysng diperoleh dan sesuai dengan
persamaan hukum ohm dimana persamaannya 𝑉 = 𝐼. 𝑅, dimana
semakin besar nilai hambatan maka kuat arus yang ditunjukkan
oleh amperemeter semakin mengecil. Hal ini dibuktikan dimana 𝑅
berbanding terbalik dengan 𝐼.
2. Nilai tahanan resistor yang diperoleh yaitu :
a. Nilai 𝑅3 untuk 𝑅1 = 100 Ω dan 𝑅4 = 470 Ω
Besar hambatannya :
𝑅3 = (𝑅̅3 ± ∆𝑅3 ) Ω
𝑅3 = (1,300 ± 0,067) Ω
Besar kesalahan relatif pengukurannya yaitu :
KR = 5,1%
b. Nilai 𝑅3 untuk 𝑅1 = 470 Ω dan 𝑅4 = 100 Ω
Besar hambatannya :
𝑅3 = (𝑅̅3 ± ∆𝑅3 ) Ω
𝑅3 = (0,070 ± 0,005) Ω
Besar kesalahan relatif pengukurannya yaitu :
KR = 7,1%
12.2 Saran
Adapun saran yang penulis dapat berikan sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan
percobaan Jembatan Wheatstone serta memahami persamaan hukum
ohm. Sebelum melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa
membaca dan memahami terlebih dahulu petunjuk praktikum agar
hasil yang diperoleh tidak menyimpang dari teori yang ada.
2. Bagi Lembaga
Bagi lembaga diharapkan untuk senantiasa memerhatikan alat
maupun bahan praktikum di laboratorium. Kekurangan alat dan bahan
atau alat rusak sangat mempengaruhi proses berjalannya percobaan di
Lab.
XIII. Jawaban pertanyaan
1. Adapun besar penjalaran kesalahan dalam mengukur 𝑅3 ketika 𝑅1 = 100 Ω
dan 𝑅4 = 470 Ω didapatkan KR = 5,1% sedangkan 𝑅1 = 470 Ω dan 𝑅4 = 100
Ω didapatkan KR = 7,1%.
2. Pada grafik 1 dan 2 terlihat menunjukkan linier namun tidak sesuai dengan
hukum ohm yaitu semakin besar nilai hambatan maka kuat arus yang
ditunjukkan oleh amperemeter semakin mengecil. Hal ini dibuktikan
dimana 𝑅 berbanding terbalik dengan 𝐼. Namun, nilai yang didapatkan
pada praktikum semakin besar nilai hambatannya dan nilai kuat aruspun
semakin besar.
3. Sesuai dengaan tabel hasil pengamatan yang didapatkan bahwa 𝑅3 yang
diperoleh pada percobaan jika 𝑅1 dan 𝑅4 diubah nilai hambatannya maka
nilai dari 𝑅3 juga berubah (tidak tetap). Hal ini dikarenakan hambatan
yang seri terhadap 𝑅3 berubah. Hasil ini sesuai dengan persamaan 1
dimana ketika nilai 𝑅1 dan 𝑅4 diubah nilai hambatannya maka
menyebabkan perubahan nilai pada 𝑅3 yang diperoleh.
4. Apabila tegangan diperbesar maka hal ini berpengaruh pada rangkaian.
Perubahan tegangan ini menyebabkn perubahan kuat arus dan nilai
hambatan. Jika tegangan diperbesar maka nilai hambatan rangkaian
semakin besar. Secara matematis hubungan tegangan, hambatan dan kuat
arus dapat dituliskan : 𝑉 = 𝐼. 𝑅.
DAFTAR PUSTAKA
Pujani, Ni Made.dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Laboratorium Fisika 3.
Singaraja : Universitas Pendidika Ganesha.
Sibarani, Sari. 2014. Laporan Jembatan Wheatstone. Tersedia pada
https://www.scribd.com/doc/245458377/laporan-Jembatan-Wheatstone.
Diakses pada tanggal 5 November 2016.

Você também pode gostar