Você está na página 1de 17

LAPORAN PRAKTIKUM

EVALUASI TEKSTIL KIMIA I

ANALISA KERUSAKAN SERAT SELULOSA SECARA KUALITATIF

Nama : Adrian Junianto


NRP : 08.K40003
Group : K–1
Dosen : Maya Komalasari, SST
Asisten : Kurniawan

Tanggal Praktikum : 15 April 2010


22 April 2010
29 April 2010
Tanggal Laporan : 06 Mei 2010

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2 0 10
ANALISA KERUSAKAN SERAT SELULOSA SECARA KUALITATIF

I. MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 MAKSUD
Menguji serat kapas (selulosa) yang telah rusak karena mekanik dan kimia
dalam larutan-larutan kimia sehingga dapat mengetahui bagaimana ciri dan
pengaruhnya.
1.2 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah :
a. Untuk membedakan kerusakan kapas karena zat kimia dengan kerusakan karena
mekanika.
b. Untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang rusak
karena zat kimia.
c. Untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat kapas yang rusak
karena zat kimia.

II. TEORI DASAR

Kapas adalah serat halus yang menyelubungi


biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut
"pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang
berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat
kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil.
Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun
menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa
disebut sebagai katun (benang maupun kainnya).

Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari
berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam
(lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan
alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan,
daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang
terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan
di kala panas (menyerap keringat).

Morfologi

Memanjang

Bentuk memanjang serat kapas, pipih seperti pita yang terpuntir, ke arah panjang,
serat dibagi menjadi tiga bagian ialah :

Dasar
Berbentuk kerucut pendek yang selama pertumbuhan serat tetap tertanam diantara
sel-sel epidermis.

Dalam proses Pemisahan serat dari bijinya (ginning), pada umumnya dasar serat ini
putus, sehingga jarang sekali ditemukan pada serat kapas yang diperdagangkan.

Badan

Merupakan bagian utama serat kapas, kira-kira sampai panjang serat. Bagian ini
mempunyai diameter yang sama, dinding yang tebal dan lumen yang sempit.

Ujung

Ujung serat merupakan bagian yang lurus dan mulai mengecil dan pada umumnya
kurang dari 1/4 bagian panjang serat.

Bagian ini mempunyai sedikit konvolusi dan tidak mempunyai lumen. Diameter
bagian ini lebih kecil dari diameter badan dan berakhir dengan ujung yang runcing.

Melintang

Bentuk penumpang serat kapas sangat bervariasi dari pipih sampai bulat tetapi pada
umumnya berbentuk seperti ginjal. Serat kapas dewasa, penumpang lintangnya
terdiri dari 6 bagian :

v Kutikula

Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pectin dan protein. Lapisan ini
merupakan penutup halus yang tahan air, dan melindungi bagian dalam serat.

v Dinding Primer

Merupakan dinding sel tipis yang asli, terutama terdiri dari selulosa, tetap juga
mengandung pectin, protein dan zat-zat yang mengandung lilin. Dinding ini tertutup
oleh zat-zat yang menyusun kutikula. Tebal dinding primer kurang dari 0,5 m.
Selulosa dalam dinding primer berbentuk benang-benang yang sangat halus atau
ribril. Fibril tersebut tidak terususn sejajar panjang serat tetapi membentuk spiral
dengan sudut 650 – 700 mengelilingi sumbu serat.

Spiral tersebut mengelilingi serat dengan arah S maupun Z dan ada juga yang
tersusun hampir tegak lurus pada sumbu serat.

v Lapisan Antara

Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan struktur nya sedikit berbeda
dengan dinding sekunder maupun dinding primer.

v Dinding Sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulosa, yang merupakan bagian utama serat kapas.
Dinding sekunder juga merupakan lapisan fibril fibril yang membentuk spiral dengan
sudut 200 sampai 300 mengelilingi sumbu serat. Tidak seperti spiral fibril pada
dinding primer, spiral fibril pada dinding sekunder arah putaran nya berubah-ubah
pada interval yang random sepanjakng serat.

v Dinding Lumen

Dinding lumen lebih tahan terhadap pereaksi-pereaksi tertentu dibandingkan


dengan dinding sekunder.

v Lumen

Merupakan ruangan kosong didalam serat. Bentuk dan ukurannya bervariasi dari
serat ke serat yang lain maupun sepanjang satu serat. Lumen berisi zat-zat padat
yang merupakan sisa-sisa protoplasma yang sudah kering, yang komposisinya
sebagian besar terdiri dari nitrogen.

Dimensi Serat

Panjang

Dimensi serat kapas yang terpenting adalah panjangnya, perbandingan panjang


dengan lebar serat kapas pada umuknya bervariasi pada 5000 : 1 sampai 1000 : 1.

Kapas yang lebih panjang cenderung mempunyai diameter lebih halus, lebih lembut
dan mempunyai konvolusi yang lebih banyak.

Gambar pandangan membujur dan penumpang melintang serat kapas.

Gambar penampang serat kapas

Pandangan Membujur Dan Pandangan Melintang Serat Kapas


Panjang serat kapas merupakan karakteristik suatu jenis tanaman kapas tertentu
meskipun demikian apabila kondisi pertumbuhannya berbeda, jenis tanaman yang
sama akan menghasilkan panjang serat yang berbeda.

Diameter

Untuk jenis kapas tertentu diameter asli dari serat kapas yang masih hidup relatif
konstan, tetapi tabel dinding sel sanat bervariasi dan hal ini menimbulkan variasi
yang besar baik dalam ukuran maupun bentuk karakteristik penumpang lintang
serat-serat kapas dalam perdagangan.

Kedewasaan Serat

Kedewasaan serat kapas dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding sel. Sel makin
dewasa, dinding sel makin tebal.

Untuk menyatakan kedewasaan serat dapat dipergunakan perbandingan antara


tebal dinding dengan diameter serat. Serat dianggap dewasa apabila tebal dinding
lebih besar dari lumenya.

Pada satu biji kapas terdapat banyak sekali serat, yang saat tumbuhnya tidak
bersamaan sehingga menghasilkan tebal dinding yang tidak sama. Seperlima dari
jumlah serat kapas normal adalah serat serat yang belum dewasa. Serat-serat yang
belum dewasa adalah yang pertumbuhannya terhenti karena sesuatu sebab,
misalnya kondisi pertumbuhan yang jelek, letak buah pada tanaman kapas, dimana
buah yang paling atas tumbuh paling akhir, kerusakan karena serangga dan udara
dingin, buah yang tidak dapat membuka dan lain-lain. Serat yang belum dewasa
kekuatannya rendah apabila jumlahnya terlalu banyak, dalam pengolahan akan
menimbulkan jumlah limbah yang besar.

Kapas yang belum dewasa dalam jumlah besar, dalam pengolahan juga akan
menimbulkan terjadinya nep, yaitu sejumlah serat kapas yang kuat menjadi satu
membentuk bulatan-bulatan kecil yang tidak dapat diuraikan lagi dalam proses
pengolahan berikutnya.

Adanya nep menghasilkan benang yang tidak rata dan terjadinya bintik-bintik
berwarna muda pada bahan yang telah dicelup.

Sifat Fisika

Warna

Warna kapas tidak betul-betul putihi, biasanya sedikit cream, beberapa jenis kapas
yang seratnya panjang seperti kapas mesir dan rima, warnanya lebih cream dari
pada kapas Upland dan Sea Island. Pigmen yang menimbulkan warna pada kapas
belum diketahui dengan pasti. Warna kapas akan main tua setelah penyimpanan
selama 2 – 5 tahun. Ada pula kapas-kapas yang berwarna lebih tua, dengan warna-
warna dari Caramel, bhakti, sampai beige.
Karena pengaruh cuaca yang lama, debu dan kotoran, akan menyebabkan warna
menjadi keabu-abuah. Tumbuhnya jamur pada kapas sebelum pemetikan
menyebabkan warna putih kebiru-biruan yang tidak bisa dihilamngkan dalam
pemutihan.

Kekuatan

Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat, panjang
rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bundel rata-rata adalah 96.700
pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound per inci2.
Kekuatan serat bukan kapas pada umumnya menurut pada keadaan basah, tetapi
sebaliknya kekuatan serat kapas dalam keadaan basah makin tinggi.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila gaya diberikan pada serat kapas kering,
distribusi tegangan dalam serat tidak merata karena bentuk serat kapas yang
terpuntir dan tak teratur. Dalam keadaan basah serat menggelumbung berbentuk
silinder, diikuti dengan kenaikan derajat orientasi, sehingga distribusi tegangan lebih
merata dan kekuatan seratnya naik.

Mulur

Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantaranya serat-serat selulosa alam,
kira-kira dua kali mulur rami.

Diantara serat-serat alam hanya sutera dan wol yang mempunyai mulur lebih tinggi
dari kapas. Mulur serat kapas berkisar antara 4 – 13 % bergantung pada jenisnya
dengan mulur rata-rata 7 %.

Keliatan (toughnese)

Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk


menerima kerja, dan merupakan sifat yang penitng untuk serat-serat selulosa alam,
keliatan serat kapas relatif tinggi tetapi dibanding dengan serat-serat selulosa yang
diregenerasi, sutera dan wol keliatannya rendah tinggi.

Kekakuan (stiffness)

Kekakuan dapat didefinisikan sebagai daya tahan terdapat perubahan bentuk, dan
untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuataan saat putus
dengan mulur seat putus. Kekuatan dipengaruhi oleh berat molekul, kekuatan rantai
selulosa, derajat kristalinitas dan terutama derajat orientasi rantai selulosa.

Moisture regain

Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat
kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat bervariasi dengan
perubahan kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Moisture regain serat kapas
pada kondisi standar berkisar antara 7 – 8,5 %.

Berat jenis (Density)

Berat jenis serat kapas 1,50 sampai 1,56

KOMPOSISI KIMIA SERAT KAPAS


Konstitusi % Terhadap berat kering #

Selulosa 94
Protein (% N x 6,25) 1,3
Pektat 1,2
Lilin 0,6
Abu 1,2
Pigmen dan zat-zat lain 1,7

Sifat-sifat Kimia

Oleh karena kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat-sifat kmia kapas
adalah sifat-sifat kimia selulosa.

Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan
pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat pengoksidasi atau penghidrolisa
menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan karena
oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan
yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab, atau pemanasan yang lama
dalam suhu diatas 1400C.

Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa, dalam rantai selulosa


membentuk hidroselulosa. Asam kuat dalam larutan menyebabkan degradasi yang
cepat, sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan mengering pada serat akan
menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas,
kecuali larutan alkali kuat dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan
penggelembungan yang besar pada serat, seperti dalam proses mempercerisasi.
Dalam proses ini kapas dikerjakan di dalam larutan natrium hidroksida dengan
konsentrasi lebih besar dari 18%.

Dalam kondisi ini dinding primer menahan penggelumbungan serat kapas keluar,
sehingga lumenya sebagian tertutup. Irisan lintang menjadi lebih bulat, puntirannya
berkurang dan serat menjadi lebih berkilau. Hal ini merupakan alasan uitama
mengapa dilakukan proses mencerisasi. Disamping itu serat kapas menjadi lebih
kuat dan afinitas terhadap zat warna lebih besar.
Pelarut-pelarut yang biasa dipergunakan untuk kapas adalah kupramonium
hidroksida dan kuprietilena diamina. Viskositas larutan kapas dalam pelarut-pelarut
ini merupakan faktor yang baik untuk memperkirakan kerusakan serat. Kapas mudah
diserang oleh jamur dan bakteri, terutama pada keadaan lembab dan pada suhu
yang hangat.

Akhir-akhir ini banyak dilakukan modifikasi secara ilmiah mempergunakan zat-zat


kimia tertentu untuk memperbaiki sifat-sifat kapas, misalnya stabilitas dimensi,
tahan kusut, tahan air, tahan api, tahan jamur, tahan kotoran dan sebagainya.

Analisa Kerusakan Serat Selulosa

Kerusakan bahan tekstil dapat terjadi pada setiap tingkat proses pengolahan
bahan tekstil, dari bahan baku (serat) sampai menjadi bahan jadi (kain), sehingga
kerusakan serat mungkin terjadi pada setiap tingkat pengolahan, sedangkan jenis
kerusakannya tergantung pada jenis pengolahannya.
Dalam proses pembuatan atau pengolahan serat kapas khususnya dan
umumnya serat selulosa misalnya kapas itu diperoleh gaya-gaya tekanan dan tarikan
daripada akibat pengerjaan secara fisik dan jika secara kimia maka serat kapas akan
tergangggu struktur molekulnya sebagai akibat dari reaksi yang terjadi antara zat-
zat kimia yang ada.
Kerusakan yang terjadi pada kapas/selulosa daoat disebabkan secara
mekanik dan kimia dan yang mengakibatkan kerusakan itu pun dapat bermacam-
macam seperti yang diuraikan berikut ini :
1. Kerusakan mekanika.
a. serangan serangga.
b. Gesekan..
c. Tusukan.
d. Putus karena tarikan dan potongan

2. Kerusakan kimia
a. Serangan jasad renik.
b. Pengolahan kimia.
c. Cahaya.
d. Panas.
Zat-zat penyempurnaan pada bahan tekstil akan mempengaruhi hasil analisa.
Oleh karena itu sebelum analisa dilakukan, zat-zat tersebut harus dihilangkan dahulu
dengan diekstraksi. Sedapat mungkin diketahui jenis serat dan jenis proses yang
dialami, sehingga lebih memudahkan dalam menentukan penyebab kerusakan
tersebut.
Kerusakan mekanika.
a. Serangan serangga.
Serangan serangga dapat ditentukan dengan adanya bekas gigitan dan jaring
sarang serangga pada bagian serat yang rusak.
b. Gesekan.
Gesekan benang dapat terjadi selama proses pengerjaan benang sampai
menjadi kain. Pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan benang yang
tergesek permukaannya lebih berbulu, serat tampak terpotong-potong,
tersikat atau terkoyak-koyak.
c. Tusukan.
Kerusakan dapat dilihat dengan adanya tusukan atau lubang kecil pada kain.
Dibawah mikroskop terlihat adanya serat yang terpotong-potong atau
hancur.
d. Putus karena tarikan dan potongan
Kerusakan ini dapat dibedakan dengan melihat ujung serat dibawah
mikroskop. Kerusakan karena tarikan ujung serat biasanya tercabik-cabik dan
terdiri dari campuran seratputus dan tidak putus. Sedangkan serat terpotong
biasanya ujungnya rata.

Kerusakan kimia
a. Serangan jasad renik.
Kerusakan disebabkan karena jasad renik tersebut mengeluarkan enzim yang
menyebabkan kerusakan kimia. Degradasi selulosa oleh enzim sama dengan
degradasi oleh asam, hanya enzim terregenerasi secara tetap. Adanya zimasa
dapat mengubah selulosa menjadi glukosa. Selulosa yang terregenerasi
(misal rayon viskosa atau rayon kupro) lebih mudah terkena jasad renik
daripada selulosa alam (makin rendah polimer makin mudah diserang).
b. Pengolahan kimia.
Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator. Asam
menyebabkan terjadinya hidroselulosa yang mempunyai gugus pereduksi.
Proses oksidasi baik dalam suasana asam maupun basa menimbulkan
oksiselulosa yang mempunyai gugus pereduksi maupun karboksilat.
c. Cahaya.
Kerusakan disebabkan oleh terjadinya pemutusan ikatan primer pada
selulosa.
d. Panas.
Kerusakan karena panas dapat dilihat dengan terjadinya perubahan pada
dinding primer selulosa.
Untuk dapat menganalisa berbagai kerusakan tersebut telah disusun
beberapa cara pengujian yang masing-masing cara mempunyai derajat ketelitian
hasil pengujian yang berbeda. Contoh uji harus bebas dari zat lain seperti zat
penyempurnaan, kanji, lemak, lilin, dsb, karena zat tersebut kadang-kadang
mempengaruhi hasil pengujian atau memberi hasil sama dengan oksiselulosa dan
hidroselulosa. Dalam beberapa hal, pencelupan juga berpengaruh terhadap
pengujian ini, karena pengujian kebanyakan dilakukan dengan cara penodaan,
sedangkan zat warna yang ada pada selulosa, pada umumnya tidak dapat
dihilangkan tanpa merusak selulosa.
Kerusakan serat kapas yang disebabkan oleh zat kimia dapat dibedakan dari
kerusakan mekanika, dengan cara pewarnaan dengan zat warna Congo Red (C.I.
Direct Red) dan penggelembungan oleh natrium hidroksida. Pengujian untuk gugus
pereduksi antara lain dengan menggunakan larutan fehling, perak nitrat amonikal
dan uji horizon. Untuk pengujian gugus karbonil antara lain digunakan uji trunbull
dan pencelupan tolak (resist dyeing). Uji trunbull memberikan hasil yang terbaik
untuk perbedaan kadar karboksil. Untuk membedakan antara oksiselulosa dan
hidroselulosa, uji Muller memberikan hasil yang memuaskan.
Pewarnaan dengan congo red
Cara ini dimaksudkan untuk membedakan antara kerusakan kimia dan
kerusakan mekanika pada kapas. Larutan yang digunakan adalah larutan natrium
hidroksida 20, 90, 110, dan 180 g/l air dan larutan yang mengandung zat warna
congo red (C.I. Direct Red-28) 20 g/l air.
Contoh uji direndam dalam larutan natrium hidroksida pada suhu kamar
selama 5 menit. Apabila diperkirakan kerusakannya hebat, maka digunakan larutan
natrium hidroksida yang lebih pekat. Jika perlu untuk memperbesar pembasahan
dapat ditambahkan zat pembasah. Setelah itu dicuci sehingga bebas dari natrium
hidroksida, diperas diantara kertas saring, dan direndam dalam larutan congo red
2% pada suhu kamar selama 5 menit. Contoh uji dicuci dan kemudian direndam
dalam larutan natrium hidroksida 18%. Akhirnya serat diamati dengan mikroskop.
Penggelembungan dengan NaOH
Cara ini dimaksudkan untuk membedakan kerusakan serat kapas karena
kimia dari kerusakan mekanika.
Serat kapas dipotong pendek-pendek kira-kira 0,5 mm, kemudian diletakkan
diatas kaca objek kemudian diberi medium larutan natrium hidroksida 135 sampai
150 g/l air. Setelah beberapa menit serat diamati dengan mikroskop.
Uji horizon
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
Dalam cara ini digunakan dua pelarut, yaitu larutan A, yang dibuat dengan
melarutkan perak nitrat 80 gram dalam 1 liter air. Dan larutan B, yang dibuat dengan
natirum tiosulfat 200 gram dan natrium hidroksida 200 gram dalam 1 liter air.
1 ml larutan A didalam 20 ml air dicampur dengan 2 ml larutan B didalam 20
ml air. Contoh uji dididihkan didalam larutan campuran tersebut selama 5 menit,
kemudian dicuci dengan larutan yang terdiri dari 1 ml larutan B didalam 10 mlair dan
akhirnya dicuci dengan air pada suhu 70oC.
Uji fehling
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
Larutan fehling terdiri dari 2 larutan, yaitu larutan A, yang dibuat dengan
melarutkan kupro sulfat 60 gram dalam 1 liter air dan larutan B, yang dibuat dengan
melarukan kalium natrium tartrat 346 gram dan natrium hidroksida 100 gram dalam
1 liter air.
Campuran larutan A dan larutan B dalam volume sama dididihkan. Contoh uji
direndam dalam campuran mendidih tersebut selama 10 menit, kemudian dicuci
dengan air pada suhu 70oC.
Uji perak nitrat amonikal
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
Larutan perak nitrat amonikal adalah berbahaya dan dapat meledak, maka
perlu berhati-hati jika menggunakannya. Larutan tersebut dibuat dengan
menambahkan amonia dengan hati-hati ke dalam larutan yang dibuat dari perak
nitrat 10 gram di dalam 100 ml air suling, sehingga endapan coklat yang semula
terbentuk tepat larut kembali. Larutan dipanaskan pada suhu 80 oC dan contoh uj
dikerjakan di dalam larutan tersebut selama beberapa menit. Contoh uji dicuci dan
kemudian dicuci dengan larutan amonia 10%
Uji biru trunbull
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia.
Contoh uji direndam di dalam larutan yang mengandung ferro sulfat 10 g/l
air pada suhu kamar, dan dicuci dengan air pada suhu 70 oC. Kemudian contoh uji
direndam dalam larutan yang mengandung kalium ferrisianida10 g/l air pada suhu
kamar selama 5 menit. Akhirnya dicuci dengan air pada suhu 70 oC.
Uji pencelupan tolak
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia.
Contoh uji direndam dalam larutan yang mengandung zat warna Chlorazol
Sky Blue FF (C.I. Direct Blue 1) 5 g/l air, pada suhu didih selama 5 menit. Kemudian
contoh uji dicuci dengan air pada suhu 70oC.
Uji kromat
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil dan pereduksi
pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
Contoh uji direndam dalam larutan Pb Asetat selama 5 menit lalu dicuci
dengan na kromat cuci kembali dan keringkan.
Uji methilen Blue
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil pada serat
selulosa.
Contoh uji direndam dalam larutan methilrn blue, pada suhu didih selama 5
menit. Kemudian contoh uji dicuci dengan air mengalir

III. ALAT DAN BAHAN

 Uji penggelembungan NaOH


Alat : - Mikroskop
- Kaca objek dan kaca penutup
- Kertas hisap
Pereaksi : Larutan NaOH 18%

 Uji pewarnaan dengan congo red


Alat : - Mikroskop
- Kaca objek dan kaca penutup
- Kertas hisap
Pereaksi : Larutan zat warna Congo Red 1%

 Uji horizon
Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : Pelarut A : AgNO3 80 g/l
Pelarut B : Na tiosulfat 200g/l dan NaOH 200 g/l
 Uji perak nitrat amonikal
Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : AgNO3 Amonikal
NH4OH 10%

 Uji fehling
Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : Fehling A : 60 g/l CuSO4
Fehling B : 346 g kalium natrium tartrat dan 100 g NaOH / 1 l air

 Uji pencelupan tolak


Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : Larutan Chlorazol Sky Blue FF 5 g/l (C.I Direct Blue1)

 Uji biru trunbull


Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : Ferro sulfat 10 g/l
Kalium ferri sianida 10 g/l

 Uji khromat
Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : Natrium khromat 10 g/l
Pb asetat 10 g/l

 Uji metilen biru


Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : Larutan Metilen biru 10 g/l yang diasamkan dengan H2SO4 2N (10 ml/l)

IV. LANGKAH KERJA


 Pengujian penggelembungan dengan NaOH
1) Potong kapas pendek-pendek kira-kira 0,5 mm.
2) Larutkan diatas objek; tetesi dengan NaOH sebagai medium, tutup dengan
kaca penutup.
3) Biarkan beberapa menit.
4) Amati dibawah mikroskop.
5) Gambarkan pada jurnal.

 Pengujian pewarnaan dengan CongoRed


1) Rendam contoh uji dengan NaOH 18% selama 5 menit.
2) Cuci sampai bebas NaOH (uji dengan lakmus).
3) Keringkan dengan kertas penghisap.
4) Rendam dalam larutan Congo Red selama 5 menit.
5) Cuci bersih dengan air.
6) Rendam didalam NaOH 18% selama 3-5 menit.
7) Amati dibawah mikroskop.
8) Gambarkan pada jurnal.

 Uji horizon
1) Didihkan contoh uji didalam campuran satu mi larutan A ditambah 20 ml air
dengan dua ml larutan B dalam 20 ml air selama lima menit.
2) Cuci didalam larutan B (1 ml dalam 10ml).
3) Cuci dengan air panas suhu 70oC.
4) Adanya endapan abu-abu hitam menunjukkan adanya gugus aldehida
(kerusakan karena zat kimia).

 Uji perak nitrat amonikal


1) Contoh uji dikerjakan dalam larutan AgNO3 amonikal pada suhu 80oC selama
3-5 menit.
2) Cuci dengan air dingin.
3) Cuci dengan larutan amonia 10%.
4) Serat rusak akan berwarna kuning atau coklat, serat yang baik warna akan
hilang setelah pencucian.

 Uji fehling
1) Campurkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B encerkan dengan 10 ml air
suling.
2) Bagi menurut kebutuhan dan masukkan contoh uji ke dalamnya didihkan
selama 5 menit.
3) Cuci dengan air panas 70oC selama 10 menit.
4) Adanya endapan kupro oksida yang berwarna merah muda-merah,
menunjukkan adanya gugus pereduksi.

 Uji pencelupan tolak


1) Contoh uji direndam dalam larutan Chlorazol Sky Blue FF pada suhu
mendidih selama 5 menit.
2) Cuci dengan air panas pada suhu 70oC.
3) Amati warna yang terjadi.
4) Adanya gugus karbonil ditunjukkan dengan adanya titik warna muda
didaerah yang rusak.

 Uji biru trunbull


1) Contoh uji direndam dalam larutan fero sulfat selama 5 menit pada suhu
kamar.
2) Cuci dengan air pada suhu 70oC.
3) Pindahkan contoh uji dalam larutan kalium ferri sianida kemudian rendam
dalam larutan tersebut selama 5 menit pada suhu kamar.
4) Cuci dengan air pada suhu 70oC.
5) Keringkan.
6) Amati warna yang terjadi ; warna biru tua menunjukkan adanya gugus
karbonil pada bahan.

 Uji khromat
1) Contoh uji direndam dalam larutan Pb asetat selama 5 menit pada suhu
kamar.
2) Bilas dengan air dingin.
3) Pindahkan contoh uji dalam larutan Na khromat kemudian rendam dalam
larutan tersebut selama 5 menit pada suhu kamar.
4) Cuci dengan air dingin dan keringkan.
5) Amati warna yang terjadi ; adanya pereduksi menyebabkan Pb asetat
terserap sedikit sehingga warnanya cream, warna kuning tua menunjukkan
adanya gugus karboksilat.

 Uji metilen biru


1) Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi metilen biru selama 5-10 menit
pada suhu kamar.
2) Cuci dengan air mengalir.
3) Amati warna yang terjadi ; warna biru tua menunjukkan adanya gugus
karboksil.

V. PERCOBAAN
Terlampir dalam jurnal praktikum.

VI. DISKUSI
Penggelembungan NaOH
sesuai dengan sifat serat kapas yang tidak tahan terhadap alkali, rantai cincin
glukosa dari serat kapas akan rusak senhingga akan terjadi penggelembungan serat.
terjadinya Dumble pada ujung serat dan penggelembungan pada dinding
sekunder saat pemberian NaOH, menandakan bahwa serat tersebut adalah kapas
Baik.

Pewarnaan Congo Red


dalam proses pewarnaan serat kapas, daerah serat yang menerima
kerusakan akibat penarikan, putus, atau sobek akan terwarnai lebih tua. dalam
mikroskop akan terlihat retakan memanjang atau ujung serat yang tak teratur
terwarnai lebih tua.
untuk kerusakan karena jamur, pada mikroskop akan terlihat bintik-bintik
pada batang serat. untuk kerusakan akibat pemberian panas dan kimia, pada serat
akan terlihat noda spiral.

Harrizon
terlihatnya endapan berwarna abu-abu sapai hitam pada serat, menujukan
adanya gugus aldehida dalam serat.maka hal ini dapat menujukan serat kapas yang
rusak oleh kimia oleh zat-zat pereduksi seperti alkali.
Perak Nitrat Amoniakal
prinsip pengujian ini yaitu, mengikat unsur Ag+ yang ada pada serat. Ag+
yang terikat akan berwarna kuning atau coklat. pada serat baik, tidaka akan terjadi
pewarnaan, sedangkan pada serat yang rusak akan terwarnai. pengujian ini
menujukan kapas yang rusak oleh gugus pereduksi.

Fehling
untuk menujukan adanya gugus pereduksi pada serat, yaitu dengan
mengamati adanya warna merah atau merah muda pada serat. proses ini dilakukan
untuk mengidentifikasi selulosa rusak karena asam.

pencelupan tolak
pada prinsipnya, serat yang rusak akan menolak masuknya pewarnaan oleh
zat warna karena dalam sera tersebut terdapat gugus karboksil. sehingga pada serat
yang rusak kan terwarnai lebih muda. gugus karboksil terjadi pada kapas yang rusak
karena asam.

Biru Turn Bull


untuk mengetahui adanya gugus karboksil pada serat kapas, yaitu dengan
mengamati pewarnaan yang terjadi. warna biru tua pada serat, menujukan
banyaknnya gugus karboksil yang telah merusak serat.

Kromat
Pb asetat akan terserap dan mewarnai kapas. bila terhalang oleh gugus
pereduksi, maka warna yang terjadi adalah cream. sedangkan bila terjadi warna
kuning tua, maka hal tersebut menujukan adanya gugus karboksil.

Methylen Blue
pengerjaan panas berlebih akan menyebabkan kerusakan pada dinding
primer pada serat selulosa sama halnya dengan pengerjaan pukulan. methylen blue
akan mewarnai bagian dalam serat, tepi jika terhalang dinding primer warna yang
terjadi akan lebih muda. maka semakin terwarnai lebih tua serat, semakin besar
kerusakan yang terjadi. pengujian ini dapat menujukan adanya gugus karboksil pada
serat.

VII. KESIMPULAN

Dari data percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan :


 Pada uji penggelembungan dengan NaOH, serat yang baik membentuk dumbel pada
ujung serat, sedangkan serat yang rusak karena kimia seluruh bagian serat memiliki
ciri berbeda, pilinan dan tidak memiliki dumbel. Untuk serat yang rusak oleh
mekanik. Akan terlihat cabikan dan penggelembungan di batang serat.

 Pada uji pewarnaan dengan congo red, pada kapas yang rusak karena mekanika akan
terlihat terwarnai lebih tua pada bagian serat-serat yang sobek atau putus.
Sedangkan pada kapas yang rusak karena kimia akan terlihat adanya retakan
memanjang, celah atau adanya bagian-bagian serat berwarna merah. Pada serat
yang rusak karena jamur (jasad renik), timbul bintik-bintik jamur dan permukaan
serat yang aus. Kerusakan karena panas terlihat adanya noda spiral pada serat,
tetapi pola ini juga terdapat pada serat yang rusak karena kimia.

 Pada uji horizon, tingkat kerusakan serat dari yang paling rusak adalah :
o KMnO4
o Kaporit
o Asam
 Pada uji perak nitrat amonikal, tingkat kerusakan paling tinggik adalah :
o KMnO4
o Jamur
o H2O2
 Pada uji fehling, tingkat kerusakan yang paling tinggi adalah :
o Asam
o Kaporit
 Pada uji pencelupan tolak, serat yang terwarnai lebih muda :
o Hipoklorit
o Kaporit
 Pada uji biru trunbull, warna tua terjadi adalah :
o H2O2
o Jamur
o Hipoklorit
 Pada uji kromat, kerusakan terjadi pada :
o Warna Cream
 Kaporit
 Jamur
o Kuning Tua
 Panas
 Asam
 Pada uji metilen biru, urutan perubahan warna dari biru tua ke muda adalah :
o Pukulan
o Jamur
o Panas

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975.
Penuntun Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil I, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil,
Bandung, 1993.

Você também pode gostar