Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari
berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam
(lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan
alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan,
daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang
terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan
di kala panas (menyerap keringat).
Morfologi
Memanjang
Bentuk memanjang serat kapas, pipih seperti pita yang terpuntir, ke arah panjang,
serat dibagi menjadi tiga bagian ialah :
Dasar
Berbentuk kerucut pendek yang selama pertumbuhan serat tetap tertanam diantara
sel-sel epidermis.
Dalam proses Pemisahan serat dari bijinya (ginning), pada umumnya dasar serat ini
putus, sehingga jarang sekali ditemukan pada serat kapas yang diperdagangkan.
Badan
Merupakan bagian utama serat kapas, kira-kira sampai panjang serat. Bagian ini
mempunyai diameter yang sama, dinding yang tebal dan lumen yang sempit.
Ujung
Ujung serat merupakan bagian yang lurus dan mulai mengecil dan pada umumnya
kurang dari 1/4 bagian panjang serat.
Bagian ini mempunyai sedikit konvolusi dan tidak mempunyai lumen. Diameter
bagian ini lebih kecil dari diameter badan dan berakhir dengan ujung yang runcing.
Melintang
Bentuk penumpang serat kapas sangat bervariasi dari pipih sampai bulat tetapi pada
umumnya berbentuk seperti ginjal. Serat kapas dewasa, penumpang lintangnya
terdiri dari 6 bagian :
v Kutikula
Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pectin dan protein. Lapisan ini
merupakan penutup halus yang tahan air, dan melindungi bagian dalam serat.
v Dinding Primer
Merupakan dinding sel tipis yang asli, terutama terdiri dari selulosa, tetap juga
mengandung pectin, protein dan zat-zat yang mengandung lilin. Dinding ini tertutup
oleh zat-zat yang menyusun kutikula. Tebal dinding primer kurang dari 0,5 m.
Selulosa dalam dinding primer berbentuk benang-benang yang sangat halus atau
ribril. Fibril tersebut tidak terususn sejajar panjang serat tetapi membentuk spiral
dengan sudut 650 – 700 mengelilingi sumbu serat.
Spiral tersebut mengelilingi serat dengan arah S maupun Z dan ada juga yang
tersusun hampir tegak lurus pada sumbu serat.
v Lapisan Antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan struktur nya sedikit berbeda
dengan dinding sekunder maupun dinding primer.
v Dinding Sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulosa, yang merupakan bagian utama serat kapas.
Dinding sekunder juga merupakan lapisan fibril fibril yang membentuk spiral dengan
sudut 200 sampai 300 mengelilingi sumbu serat. Tidak seperti spiral fibril pada
dinding primer, spiral fibril pada dinding sekunder arah putaran nya berubah-ubah
pada interval yang random sepanjakng serat.
v Dinding Lumen
v Lumen
Merupakan ruangan kosong didalam serat. Bentuk dan ukurannya bervariasi dari
serat ke serat yang lain maupun sepanjang satu serat. Lumen berisi zat-zat padat
yang merupakan sisa-sisa protoplasma yang sudah kering, yang komposisinya
sebagian besar terdiri dari nitrogen.
Dimensi Serat
Panjang
Kapas yang lebih panjang cenderung mempunyai diameter lebih halus, lebih lembut
dan mempunyai konvolusi yang lebih banyak.
Diameter
Untuk jenis kapas tertentu diameter asli dari serat kapas yang masih hidup relatif
konstan, tetapi tabel dinding sel sanat bervariasi dan hal ini menimbulkan variasi
yang besar baik dalam ukuran maupun bentuk karakteristik penumpang lintang
serat-serat kapas dalam perdagangan.
Kedewasaan Serat
Kedewasaan serat kapas dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding sel. Sel makin
dewasa, dinding sel makin tebal.
Pada satu biji kapas terdapat banyak sekali serat, yang saat tumbuhnya tidak
bersamaan sehingga menghasilkan tebal dinding yang tidak sama. Seperlima dari
jumlah serat kapas normal adalah serat serat yang belum dewasa. Serat-serat yang
belum dewasa adalah yang pertumbuhannya terhenti karena sesuatu sebab,
misalnya kondisi pertumbuhan yang jelek, letak buah pada tanaman kapas, dimana
buah yang paling atas tumbuh paling akhir, kerusakan karena serangga dan udara
dingin, buah yang tidak dapat membuka dan lain-lain. Serat yang belum dewasa
kekuatannya rendah apabila jumlahnya terlalu banyak, dalam pengolahan akan
menimbulkan jumlah limbah yang besar.
Kapas yang belum dewasa dalam jumlah besar, dalam pengolahan juga akan
menimbulkan terjadinya nep, yaitu sejumlah serat kapas yang kuat menjadi satu
membentuk bulatan-bulatan kecil yang tidak dapat diuraikan lagi dalam proses
pengolahan berikutnya.
Adanya nep menghasilkan benang yang tidak rata dan terjadinya bintik-bintik
berwarna muda pada bahan yang telah dicelup.
Sifat Fisika
Warna
Warna kapas tidak betul-betul putihi, biasanya sedikit cream, beberapa jenis kapas
yang seratnya panjang seperti kapas mesir dan rima, warnanya lebih cream dari
pada kapas Upland dan Sea Island. Pigmen yang menimbulkan warna pada kapas
belum diketahui dengan pasti. Warna kapas akan main tua setelah penyimpanan
selama 2 – 5 tahun. Ada pula kapas-kapas yang berwarna lebih tua, dengan warna-
warna dari Caramel, bhakti, sampai beige.
Karena pengaruh cuaca yang lama, debu dan kotoran, akan menyebabkan warna
menjadi keabu-abuah. Tumbuhnya jamur pada kapas sebelum pemetikan
menyebabkan warna putih kebiru-biruan yang tidak bisa dihilamngkan dalam
pemutihan.
Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat, panjang
rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bundel rata-rata adalah 96.700
pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound per inci2.
Kekuatan serat bukan kapas pada umumnya menurut pada keadaan basah, tetapi
sebaliknya kekuatan serat kapas dalam keadaan basah makin tinggi.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila gaya diberikan pada serat kapas kering,
distribusi tegangan dalam serat tidak merata karena bentuk serat kapas yang
terpuntir dan tak teratur. Dalam keadaan basah serat menggelumbung berbentuk
silinder, diikuti dengan kenaikan derajat orientasi, sehingga distribusi tegangan lebih
merata dan kekuatan seratnya naik.
Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantaranya serat-serat selulosa alam,
kira-kira dua kali mulur rami.
Diantara serat-serat alam hanya sutera dan wol yang mempunyai mulur lebih tinggi
dari kapas. Mulur serat kapas berkisar antara 4 – 13 % bergantung pada jenisnya
dengan mulur rata-rata 7 %.
Keliatan (toughnese)
Kekakuan (stiffness)
Kekakuan dapat didefinisikan sebagai daya tahan terdapat perubahan bentuk, dan
untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuataan saat putus
dengan mulur seat putus. Kekuatan dipengaruhi oleh berat molekul, kekuatan rantai
selulosa, derajat kristalinitas dan terutama derajat orientasi rantai selulosa.
Moisture regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat
kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat bervariasi dengan
perubahan kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Moisture regain serat kapas
pada kondisi standar berkisar antara 7 – 8,5 %.
Selulosa 94
Protein (% N x 6,25) 1,3
Pektat 1,2
Lilin 0,6
Abu 1,2
Pigmen dan zat-zat lain 1,7
Sifat-sifat Kimia
Oleh karena kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat-sifat kmia kapas
adalah sifat-sifat kimia selulosa.
Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan
pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat pengoksidasi atau penghidrolisa
menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan karena
oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan
yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab, atau pemanasan yang lama
dalam suhu diatas 1400C.
Dalam kondisi ini dinding primer menahan penggelumbungan serat kapas keluar,
sehingga lumenya sebagian tertutup. Irisan lintang menjadi lebih bulat, puntirannya
berkurang dan serat menjadi lebih berkilau. Hal ini merupakan alasan uitama
mengapa dilakukan proses mencerisasi. Disamping itu serat kapas menjadi lebih
kuat dan afinitas terhadap zat warna lebih besar.
Pelarut-pelarut yang biasa dipergunakan untuk kapas adalah kupramonium
hidroksida dan kuprietilena diamina. Viskositas larutan kapas dalam pelarut-pelarut
ini merupakan faktor yang baik untuk memperkirakan kerusakan serat. Kapas mudah
diserang oleh jamur dan bakteri, terutama pada keadaan lembab dan pada suhu
yang hangat.
Kerusakan bahan tekstil dapat terjadi pada setiap tingkat proses pengolahan
bahan tekstil, dari bahan baku (serat) sampai menjadi bahan jadi (kain), sehingga
kerusakan serat mungkin terjadi pada setiap tingkat pengolahan, sedangkan jenis
kerusakannya tergantung pada jenis pengolahannya.
Dalam proses pembuatan atau pengolahan serat kapas khususnya dan
umumnya serat selulosa misalnya kapas itu diperoleh gaya-gaya tekanan dan tarikan
daripada akibat pengerjaan secara fisik dan jika secara kimia maka serat kapas akan
tergangggu struktur molekulnya sebagai akibat dari reaksi yang terjadi antara zat-
zat kimia yang ada.
Kerusakan yang terjadi pada kapas/selulosa daoat disebabkan secara
mekanik dan kimia dan yang mengakibatkan kerusakan itu pun dapat bermacam-
macam seperti yang diuraikan berikut ini :
1. Kerusakan mekanika.
a. serangan serangga.
b. Gesekan..
c. Tusukan.
d. Putus karena tarikan dan potongan
2. Kerusakan kimia
a. Serangan jasad renik.
b. Pengolahan kimia.
c. Cahaya.
d. Panas.
Zat-zat penyempurnaan pada bahan tekstil akan mempengaruhi hasil analisa.
Oleh karena itu sebelum analisa dilakukan, zat-zat tersebut harus dihilangkan dahulu
dengan diekstraksi. Sedapat mungkin diketahui jenis serat dan jenis proses yang
dialami, sehingga lebih memudahkan dalam menentukan penyebab kerusakan
tersebut.
Kerusakan mekanika.
a. Serangan serangga.
Serangan serangga dapat ditentukan dengan adanya bekas gigitan dan jaring
sarang serangga pada bagian serat yang rusak.
b. Gesekan.
Gesekan benang dapat terjadi selama proses pengerjaan benang sampai
menjadi kain. Pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan benang yang
tergesek permukaannya lebih berbulu, serat tampak terpotong-potong,
tersikat atau terkoyak-koyak.
c. Tusukan.
Kerusakan dapat dilihat dengan adanya tusukan atau lubang kecil pada kain.
Dibawah mikroskop terlihat adanya serat yang terpotong-potong atau
hancur.
d. Putus karena tarikan dan potongan
Kerusakan ini dapat dibedakan dengan melihat ujung serat dibawah
mikroskop. Kerusakan karena tarikan ujung serat biasanya tercabik-cabik dan
terdiri dari campuran seratputus dan tidak putus. Sedangkan serat terpotong
biasanya ujungnya rata.
Kerusakan kimia
a. Serangan jasad renik.
Kerusakan disebabkan karena jasad renik tersebut mengeluarkan enzim yang
menyebabkan kerusakan kimia. Degradasi selulosa oleh enzim sama dengan
degradasi oleh asam, hanya enzim terregenerasi secara tetap. Adanya zimasa
dapat mengubah selulosa menjadi glukosa. Selulosa yang terregenerasi
(misal rayon viskosa atau rayon kupro) lebih mudah terkena jasad renik
daripada selulosa alam (makin rendah polimer makin mudah diserang).
b. Pengolahan kimia.
Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator. Asam
menyebabkan terjadinya hidroselulosa yang mempunyai gugus pereduksi.
Proses oksidasi baik dalam suasana asam maupun basa menimbulkan
oksiselulosa yang mempunyai gugus pereduksi maupun karboksilat.
c. Cahaya.
Kerusakan disebabkan oleh terjadinya pemutusan ikatan primer pada
selulosa.
d. Panas.
Kerusakan karena panas dapat dilihat dengan terjadinya perubahan pada
dinding primer selulosa.
Untuk dapat menganalisa berbagai kerusakan tersebut telah disusun
beberapa cara pengujian yang masing-masing cara mempunyai derajat ketelitian
hasil pengujian yang berbeda. Contoh uji harus bebas dari zat lain seperti zat
penyempurnaan, kanji, lemak, lilin, dsb, karena zat tersebut kadang-kadang
mempengaruhi hasil pengujian atau memberi hasil sama dengan oksiselulosa dan
hidroselulosa. Dalam beberapa hal, pencelupan juga berpengaruh terhadap
pengujian ini, karena pengujian kebanyakan dilakukan dengan cara penodaan,
sedangkan zat warna yang ada pada selulosa, pada umumnya tidak dapat
dihilangkan tanpa merusak selulosa.
Kerusakan serat kapas yang disebabkan oleh zat kimia dapat dibedakan dari
kerusakan mekanika, dengan cara pewarnaan dengan zat warna Congo Red (C.I.
Direct Red) dan penggelembungan oleh natrium hidroksida. Pengujian untuk gugus
pereduksi antara lain dengan menggunakan larutan fehling, perak nitrat amonikal
dan uji horizon. Untuk pengujian gugus karbonil antara lain digunakan uji trunbull
dan pencelupan tolak (resist dyeing). Uji trunbull memberikan hasil yang terbaik
untuk perbedaan kadar karboksil. Untuk membedakan antara oksiselulosa dan
hidroselulosa, uji Muller memberikan hasil yang memuaskan.
Pewarnaan dengan congo red
Cara ini dimaksudkan untuk membedakan antara kerusakan kimia dan
kerusakan mekanika pada kapas. Larutan yang digunakan adalah larutan natrium
hidroksida 20, 90, 110, dan 180 g/l air dan larutan yang mengandung zat warna
congo red (C.I. Direct Red-28) 20 g/l air.
Contoh uji direndam dalam larutan natrium hidroksida pada suhu kamar
selama 5 menit. Apabila diperkirakan kerusakannya hebat, maka digunakan larutan
natrium hidroksida yang lebih pekat. Jika perlu untuk memperbesar pembasahan
dapat ditambahkan zat pembasah. Setelah itu dicuci sehingga bebas dari natrium
hidroksida, diperas diantara kertas saring, dan direndam dalam larutan congo red
2% pada suhu kamar selama 5 menit. Contoh uji dicuci dan kemudian direndam
dalam larutan natrium hidroksida 18%. Akhirnya serat diamati dengan mikroskop.
Penggelembungan dengan NaOH
Cara ini dimaksudkan untuk membedakan kerusakan serat kapas karena
kimia dari kerusakan mekanika.
Serat kapas dipotong pendek-pendek kira-kira 0,5 mm, kemudian diletakkan
diatas kaca objek kemudian diberi medium larutan natrium hidroksida 135 sampai
150 g/l air. Setelah beberapa menit serat diamati dengan mikroskop.
Uji horizon
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
Dalam cara ini digunakan dua pelarut, yaitu larutan A, yang dibuat dengan
melarutkan perak nitrat 80 gram dalam 1 liter air. Dan larutan B, yang dibuat dengan
natirum tiosulfat 200 gram dan natrium hidroksida 200 gram dalam 1 liter air.
1 ml larutan A didalam 20 ml air dicampur dengan 2 ml larutan B didalam 20
ml air. Contoh uji dididihkan didalam larutan campuran tersebut selama 5 menit,
kemudian dicuci dengan larutan yang terdiri dari 1 ml larutan B didalam 10 mlair dan
akhirnya dicuci dengan air pada suhu 70oC.
Uji fehling
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
Larutan fehling terdiri dari 2 larutan, yaitu larutan A, yang dibuat dengan
melarutkan kupro sulfat 60 gram dalam 1 liter air dan larutan B, yang dibuat dengan
melarukan kalium natrium tartrat 346 gram dan natrium hidroksida 100 gram dalam
1 liter air.
Campuran larutan A dan larutan B dalam volume sama dididihkan. Contoh uji
direndam dalam campuran mendidih tersebut selama 10 menit, kemudian dicuci
dengan air pada suhu 70oC.
Uji perak nitrat amonikal
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
Larutan perak nitrat amonikal adalah berbahaya dan dapat meledak, maka
perlu berhati-hati jika menggunakannya. Larutan tersebut dibuat dengan
menambahkan amonia dengan hati-hati ke dalam larutan yang dibuat dari perak
nitrat 10 gram di dalam 100 ml air suling, sehingga endapan coklat yang semula
terbentuk tepat larut kembali. Larutan dipanaskan pada suhu 80 oC dan contoh uj
dikerjakan di dalam larutan tersebut selama beberapa menit. Contoh uji dicuci dan
kemudian dicuci dengan larutan amonia 10%
Uji biru trunbull
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia.
Contoh uji direndam di dalam larutan yang mengandung ferro sulfat 10 g/l
air pada suhu kamar, dan dicuci dengan air pada suhu 70 oC. Kemudian contoh uji
direndam dalam larutan yang mengandung kalium ferrisianida10 g/l air pada suhu
kamar selama 5 menit. Akhirnya dicuci dengan air pada suhu 70 oC.
Uji pencelupan tolak
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia.
Contoh uji direndam dalam larutan yang mengandung zat warna Chlorazol
Sky Blue FF (C.I. Direct Blue 1) 5 g/l air, pada suhu didih selama 5 menit. Kemudian
contoh uji dicuci dengan air pada suhu 70oC.
Uji kromat
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil dan pereduksi
pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
Contoh uji direndam dalam larutan Pb Asetat selama 5 menit lalu dicuci
dengan na kromat cuci kembali dan keringkan.
Uji methilen Blue
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil pada serat
selulosa.
Contoh uji direndam dalam larutan methilrn blue, pada suhu didih selama 5
menit. Kemudian contoh uji dicuci dengan air mengalir
Uji horizon
Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : Pelarut A : AgNO3 80 g/l
Pelarut B : Na tiosulfat 200g/l dan NaOH 200 g/l
Uji perak nitrat amonikal
Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : AgNO3 Amonikal
NH4OH 10%
Uji fehling
Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : Fehling A : 60 g/l CuSO4
Fehling B : 346 g kalium natrium tartrat dan 100 g NaOH / 1 l air
Uji khromat
Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : Natrium khromat 10 g/l
Pb asetat 10 g/l
Uji horizon
1) Didihkan contoh uji didalam campuran satu mi larutan A ditambah 20 ml air
dengan dua ml larutan B dalam 20 ml air selama lima menit.
2) Cuci didalam larutan B (1 ml dalam 10ml).
3) Cuci dengan air panas suhu 70oC.
4) Adanya endapan abu-abu hitam menunjukkan adanya gugus aldehida
(kerusakan karena zat kimia).
Uji fehling
1) Campurkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B encerkan dengan 10 ml air
suling.
2) Bagi menurut kebutuhan dan masukkan contoh uji ke dalamnya didihkan
selama 5 menit.
3) Cuci dengan air panas 70oC selama 10 menit.
4) Adanya endapan kupro oksida yang berwarna merah muda-merah,
menunjukkan adanya gugus pereduksi.
Uji khromat
1) Contoh uji direndam dalam larutan Pb asetat selama 5 menit pada suhu
kamar.
2) Bilas dengan air dingin.
3) Pindahkan contoh uji dalam larutan Na khromat kemudian rendam dalam
larutan tersebut selama 5 menit pada suhu kamar.
4) Cuci dengan air dingin dan keringkan.
5) Amati warna yang terjadi ; adanya pereduksi menyebabkan Pb asetat
terserap sedikit sehingga warnanya cream, warna kuning tua menunjukkan
adanya gugus karboksilat.
V. PERCOBAAN
Terlampir dalam jurnal praktikum.
VI. DISKUSI
Penggelembungan NaOH
sesuai dengan sifat serat kapas yang tidak tahan terhadap alkali, rantai cincin
glukosa dari serat kapas akan rusak senhingga akan terjadi penggelembungan serat.
terjadinya Dumble pada ujung serat dan penggelembungan pada dinding
sekunder saat pemberian NaOH, menandakan bahwa serat tersebut adalah kapas
Baik.
Harrizon
terlihatnya endapan berwarna abu-abu sapai hitam pada serat, menujukan
adanya gugus aldehida dalam serat.maka hal ini dapat menujukan serat kapas yang
rusak oleh kimia oleh zat-zat pereduksi seperti alkali.
Perak Nitrat Amoniakal
prinsip pengujian ini yaitu, mengikat unsur Ag+ yang ada pada serat. Ag+
yang terikat akan berwarna kuning atau coklat. pada serat baik, tidaka akan terjadi
pewarnaan, sedangkan pada serat yang rusak akan terwarnai. pengujian ini
menujukan kapas yang rusak oleh gugus pereduksi.
Fehling
untuk menujukan adanya gugus pereduksi pada serat, yaitu dengan
mengamati adanya warna merah atau merah muda pada serat. proses ini dilakukan
untuk mengidentifikasi selulosa rusak karena asam.
pencelupan tolak
pada prinsipnya, serat yang rusak akan menolak masuknya pewarnaan oleh
zat warna karena dalam sera tersebut terdapat gugus karboksil. sehingga pada serat
yang rusak kan terwarnai lebih muda. gugus karboksil terjadi pada kapas yang rusak
karena asam.
Kromat
Pb asetat akan terserap dan mewarnai kapas. bila terhalang oleh gugus
pereduksi, maka warna yang terjadi adalah cream. sedangkan bila terjadi warna
kuning tua, maka hal tersebut menujukan adanya gugus karboksil.
Methylen Blue
pengerjaan panas berlebih akan menyebabkan kerusakan pada dinding
primer pada serat selulosa sama halnya dengan pengerjaan pukulan. methylen blue
akan mewarnai bagian dalam serat, tepi jika terhalang dinding primer warna yang
terjadi akan lebih muda. maka semakin terwarnai lebih tua serat, semakin besar
kerusakan yang terjadi. pengujian ini dapat menujukan adanya gugus karboksil pada
serat.
VII. KESIMPULAN
Pada uji pewarnaan dengan congo red, pada kapas yang rusak karena mekanika akan
terlihat terwarnai lebih tua pada bagian serat-serat yang sobek atau putus.
Sedangkan pada kapas yang rusak karena kimia akan terlihat adanya retakan
memanjang, celah atau adanya bagian-bagian serat berwarna merah. Pada serat
yang rusak karena jamur (jasad renik), timbul bintik-bintik jamur dan permukaan
serat yang aus. Kerusakan karena panas terlihat adanya noda spiral pada serat,
tetapi pola ini juga terdapat pada serat yang rusak karena kimia.
Pada uji horizon, tingkat kerusakan serat dari yang paling rusak adalah :
o KMnO4
o Kaporit
o Asam
Pada uji perak nitrat amonikal, tingkat kerusakan paling tinggik adalah :
o KMnO4
o Jamur
o H2O2
Pada uji fehling, tingkat kerusakan yang paling tinggi adalah :
o Asam
o Kaporit
Pada uji pencelupan tolak, serat yang terwarnai lebih muda :
o Hipoklorit
o Kaporit
Pada uji biru trunbull, warna tua terjadi adalah :
o H2O2
o Jamur
o Hipoklorit
Pada uji kromat, kerusakan terjadi pada :
o Warna Cream
Kaporit
Jamur
o Kuning Tua
Panas
Asam
Pada uji metilen biru, urutan perubahan warna dari biru tua ke muda adalah :
o Pukulan
o Jamur
o Panas