Você está na página 1de 11

“Budidaya Tanaman Apel dengan Cara Ekstensifikasi”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Pertanian yang di Ampu
oleh Prof.Dr.Wanjat Kastolani.M.Pd & Prof.Dr.Ir.Dede Rohmat,MT.

oleh :
Luthpi Padhlulloh 1405992
Rahayuni Tyas Pratiwi 1400773
Sheli Nur Saputri 1405448

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia
Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel ditanam sejak tahun 1934 hingga
saat ini. Beberapa varietas Apel unggulan antara lain Rome Beauty, Manalagi,
Anna, Priecess Noble dan Wangli/ Lali jiwo. Dari segi agribisnis, apel tergolong
tanaman yang sangat komersial

Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran


tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan
Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun
1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah
lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo,
Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra
penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia (Kemal, 2000).

Namun, produksi Apel Malang terus mengalami penurunan akibat serbuan


buah impor. Sejak 1995 produksi Apel Malang terus menurun dan saat ini anjlok
hingga 60% lebih. Seperti diungkapkan, Ketua Gabungan Kelompok Tani Dese
Sumber Gondo, Bumiaji, Batu-Malang, Willy Aryudi mengatakan akibat serbuan
buah impor seperti Apel Fuji, Apel Washington, dan lainnya membuat harga apel
lokal seperti Apel Malang jatuh dan membuat petani rugi sehingga enggan
menanam apel kembali dan akibatnya produksinya ikut anjlok dari tahun ke tahun
(Dhany, 2011).

Pengembangan apel di Indonesia belum begitu pesat sebagaimana yang


diharapkan, bahkan pada beberapa tempat justru mengalami penurunan yang
serius.
Beberapa faktor penyebabnya selain minimnya produksi dan mutu, tingginya
organisme pengganggu tanaman dan keterbatasan kemampuan serta sumberdaya
manusia adalah keterbatasan wilayah agroklimat yang sesuai (Dirjen BPH, 2004).
Berdasarkan karakteristik dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
pengembangan apel di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu sentra
produksi apel yang utama. Dalam rangka peningkatan produksi tanaman apel
khususnya di wilayah Jawa Timur, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan memperluas areal penanaman (Ekstensifikasi), mengingat populasi
tanaman apel kian menurun.
Maka dari itu kami membuat makalah mengenai “Budidaya Tanaman
Apel dengan Cara Ekstensifikasi”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana buah Perkembanga Apel di Indonesia?
2. Bagaimana cara Budidaya Tanaman Apel?
3. Bagaimana cara Ekstensifikasi tanaman Apel?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan perkembangan buah apel di Indonesia
2. Mendeskripsikan bagaimana teknik budidaya taaman apel
3. Mendeskripsikan cara mengekstensifikasi tanaman apel

1.4 Manfaat
1. Membuat sebuah inovasi baru
2. Memanfaatkan buah-buahan untuk di produksi menjadi sebuah produk
3. Membantu petani apel agar tidak kehilangan pekerjaan karena
menurunnya populasi tanaman apel
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1 Buah Apel di Indonesia
Apel dalam ilmu botani disebut Malus sylvestris Mill. Apel merupakan
tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub
tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Tanaman
apel mulai berkembang setelah tahun 1960, terutama jenis Rome Beauty (Irawan,
2007).
Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas
yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan
antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.
Seluruh kultivar apel yang ditanam di Indonesia pada kenyataannya adalah
introduksi dari luar negeri. Jenis Rome Beauty merupakan kultivar yang paling
banyak ditanam, hampir sekitar 70 % dari total populasi apel di Malang. Tanaman
apel di Indonesia dapat dipanen 2 kali setahun, tetapi produksinya selain
dipengaruhi oleh umur tanaman juga dipengaruhi oleh musim. Berdasarkan data
yang didapat dari Balai Penelitian Hortikultura Malang, produksi apel jenis Rome
Beauty pada musim penghujan lebih sedikit yaitu sekitar 2, 44 kg/pohon/musim,
dibandingkan dengan musim kemarau yang bisa mencapai 12,25
kg/pohon/musim. Rendahnya produksi pada musim hujan disebabkan oleh air
hujan yang menimpa bunga yang sedang mekar yang dapat menggagalkan
penyerbukan (Suhardjo, 1985 dalam Irawan, 2007).
2.2 Teknik Budidaya Tanaman Apel
Budidaya tanaman apel dilakukan secara bertahap mulai dari pembibitan
hingga pemanenan. Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan
vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering
menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya. Berikutnya adalah
pengolahan media tanam, yang pertama dilakukan adalah persiapan pengolahan
tanah dan pelaksanaan survei. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman,
kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan
paralatan dan biaya yang diperlukan.
Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping.
Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun
atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian
intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat
rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel tidak dapat ditanam
pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan
menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat
dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman
apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Noble adalah 3-3.5
x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek
yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau
(disawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan. Pemeliharaan
Tanaman dilakukan beberapa tahap yaitu: penjarangan dan penyulaman,
penyiangan, pembubunan dan perempalan/pemangkasan serta pemupukan. Untuk
pemupukan biasanya pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk
kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah,
setelah itu dibiarkan selama 2 minggu. Untuk pertumbuhannya, tanaman
apel memerlukan pengairan yang memadai sepanjang musim. Pada musim
penghujan, masalah kekurangan air tidak ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan
sampai tanaman terendam air. Karena itu perlu drainase yang baik. Sedangkan
pada musim kemarau masalah kekurangan air harus diatasi dengan cara
menyirami tanaman sekurangkurangnya 2 minggu sekali dengan cara
dikocor.
Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah
bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada
umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur
114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim
hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang.
Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat
masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan
untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah:
ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah
segar.
Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus
pemeliharaan yang telah dilakukan. Produksi buah apel sangat tergantung dengan
varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon (Suhardjo, 1985 dalam
Irawan, 2007).
Dalam Nugroho (2001) dinyatakan bahwa gangguan pada tanaman apel
disebabkan oleh hama maupun penyakit. Beberapa hama dan penyakit yang
menyerang tanaman apel seperti pada tabel 2. 1.
Tabel 2.1 Jenis Hama yang menyerang tanaman apel
HAMA
Kutu hijau (Aphis pomi Geer)
Tungau, spider mite, cambuk merah (Panonychus Ulmi)
Trips
Ulat daun (Spodoptera litura)
Serangga penghisap daun ( Helopelthis Sp)
Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)
Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)
Selain hama tersebut, tanaman apel juga sering terkena penyakit embun
tepung (Powdery Mildew), penyebabnya adalah Padosphaera leucotich Salm.
Dengan stadia imperfeknya adalah oidium Sp. Mempunyai gejala: (1) pada daun
atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah; (2) pada buah
berwarna coklat, berkutil coklat.
Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis). Gejala: pada
daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur,
berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun
muda hingga seluruh bagian gugur.
Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.). Gejala: menyerang batang/cabang
(busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah
(becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah
pucat. Busuk buah (Gloeosporium Sp.). Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-
bintik hitam berubah menjadi orange. Busuk akar (Armilliaria Melea). Gejala:
menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun,
gugur, dan kulit akar membusuk.
2.3 Beberapa Aspek Penting untuk Kesesuaian Agroklimat Tanaman Apel
2.3.1 Suhu Udara
Tanaman apel di Indonesia merupakan introduksi dari daerah subtropik,
agar dapat ditanam di daerah tropis seperti Indonesia maka akan lebih cocok
ditanam didaerah pegunungan, dimana suhu udara menyamai suhu udara di
daerah subtropik. Di daerah tropis secara umum berlaku bahwa suhu udara
menurun 0.6oC tiap naik 100 mdpl.
Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200
mdpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200 mdpl. Persyaratan kebutuhan iklim
buah apel adalah sebagai berikut: rata-rata temperature berkisar antara 10 sampai
35°C dan yang optimum sekitar 16 sampai 27°C (Suhardjo, 1985 dalam Irawan,
2007).
Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60%
setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
2.3.2 Curah Hujan
Hujan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
apel baik secara langsung dalam hal pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman
yang bervariasi menurut fase perkembangan tanaman, kondisi iklim dan tanah,
maupun secara tidak langsung melalui pengaruh terhadap kelembaban udara dan
tanah serta radiasi matahari. Ketiga faktor lingkungan fisik tersebut erat kaitannya
dengan penyerapan air dan hara serta penyakit tanaman.
Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman apel adalah 1.000-
2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya
bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi
saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah
(Suhardjo, 1985 dalam Irawan, 2007).
2.3.3 Tanah
Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam,
mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur,
mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran
oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
Tanah yang cocok untuk tanaman apel adalah Latosol, Andosol dan
Regosol (Warintek.ristik.go.id), Tanaman sangat butuh sejumlah pupuk yang
cukup banyak pada masa pertumbuhannya, dan kandungan air tanah yang
dibutuhkan adalah air tersedia. Dalam pertumbuhannya tanaman apel
membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.
2.4 Ekstensifikasi Tanaman Apel
Pengembangan apel di Indonesia belu begitu pesat sebagaimana yang
diharapkan, bahkan pada beberapa tempat justru mengalami penurunan yang
serius. Beberapa faktor penyebabnya selain minimnya produksi dan mutu,
tingginya organisme pengganggu tanaman dan keterbatasan kemampuan serta
sumberdaya manusia adalah keterbatasan wilayah agroklimat yang sesuai (Dirjen
BPH, 2004 dalam Irawan, 2007).
Berdasarkan karakteristik dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
pengembangan apel di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu sentra
produksi apel yang utama. Dalam rangka peningkatan produksi tanaman apel
khususnya di wilayah Jawa Timur, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan memperluas areal penanaman (Ekstensifikasi), mengingat populasi
tanaman apel di Jawa Timur saat ini masih terkonsentrasi di kabupaten Malang
yang mencapai 80 % dari jumlah seluruh tanaman apel yang ada di Jawa Timur.
Namun sesungguhnya, pengembangan apel masih dapat ditingkatkan mengingat
wilayah Jawa Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya yang masih luas
dengan sumberdaya alam yang mendukung.
Melakukan perluasan lahan pertanian sendiri tidak dapat diterapkan di
sembarang daerah, karena setiap daerah memiliki karakteristik lahan yang berbeda
sehingga tidak semua tanaman dapat tumbuh di daerah tersebut. Diperlukan
sumberdaya alam seperti iklim dan tanah yang harus diperhatikan untuk
melakukan ekstensifikasi. Salah satu cara untuk menentukan lokasi yang sesuai
bagi pengembangan tanaman apel adalah dengan memperhatikan aspek
agroklimatnya yaitu faktor iklim yang meliputi curah hujan , suhu, dan radiasi.
Ketiga faktor tersebut sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan, dan
produksi tanaman. Faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik, kimia
dan topografi daerah.
BAB III

SIMPULAN

1.1 Simpulan

Berdasarkan uraian di atas kesimpulan yang di dapat adalah, Di Indonesia apel


telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Tanaman apel mulai berkembang
setelah tahun 1960, terutama jenis Rome Beauty (Irawan, 2007). Jenis Rome
Beauty merupakan kultivar yang paling banyak ditanam, hampir sekitar 70 %
dari total populasi apel di Malang.
Budidaya tanaman apel dilakukan secara bertahap mulai dari pembibitan
hingga pemanenan Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun
intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup
tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tanaman apel tidak dapat ditanam pada
jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan
menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari
terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit.
Berdasarkan karakteristik dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
pengembangan apel di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu sentra
produksi apel yang utama. Salah satu cara untuk menentukan lokasi yang sesuai
bagi pengembangan tanaman apel adalah dengan memperhatikan aspek
agroklimatnya yaitu faktor iklim yang meliputi curah hujan , suhu, dan radiasi.
Daftar Pustaka
Irawan, Deni. 2007. Potensi Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvetris Mill)
Berdasarkan Apek Agroklimat di Jawa Timur. Skripsi. IPB
Ikrawan, Yusep, 2009, Khasiat Buah Apel. [terhubung berkala]
http://www.pikiran-rakyat.com [4 April 2012]
Sufi, 2005, Aneka Resep dari Buah, [terhubung berkala] http://books.google.co.id
[4 April 2012]

Você também pode gostar