Você está na página 1de 8

JURNAL

PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK


“Analisis Na/K dalam Darah”

Naomy Octavinna
260110150059
Kelas B 2015
Senin, 10.00-13.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
Analisis Na/K dalam Darah
I. Tujuan
Menentukan konsentrasi Na dan K dalam darah menggunakan Flame
Atomic Emission Spectroscopy.

II. Prinsip
2.1 Eksitasi Elektron
Adalah proses elektron berpindah akibat tambahan energi dari luar
sistem (Pratama et al, 2016)

III. Reaksi
-

IV. Teori Dasar


Na dan K dalam cairan biologis masih ditentukan melalui prosedur
yang lambat dan melelahkan (gravimetri dan kolorimetri). Sejak saat itu,
dapat disetujui bahwa penentuan cairan elektrolit adalah bagian dari nilai
klinis yang benar benar diperlukan, dan dibutuhkan metode yang lebih
cepatnya. Flame photometry adalah jawabannya, dimana hal itu sangat
cepat, akurat dan tidak membutuhkan preparasi sample yang khusus.
Sebenarnya, dengan bantuan instrumen ini, seluruh bidang keseimbangan
natrium dan kalium telah dibuka kembali. (Hospadaruk et al, 1951)
Elemen logam tertentu memiliki spektrum emisi karakteristik saat
atom mereka terksitasi dengan nyala api. Dalam fotometri nyala intensitas
pita spektral untuk elemen tertentu diukur dengan spektrofotometer. Untuk
membuat metode kuantitatif, perlu dilakukan penentuan karakteristik nyala
api yang optimum untuk setiap unsur logam, yaitu konsentrasi suhu dan ion
yang akan memberikan emmisi maksimum. Semua tekanan gas harus diatur
untuk kinerja terbaik sehingga sedikit variasi pada apapun tidak akan
memiliki efek yang nyata pada hasilnya. (Hospadaruk et al, 1951)
Metode flame spektroskopi akurat dikembangkan untuk penentuan
alkali dalam kaca dan bahan tahan api serupa yang menggantikan metode
gravimetrik yang sulit dan memakan waktu dan sistem eksperimen
diterapkan. Metode ini lebih baik dibandingkan akurasi dengan metode
gravimetri dan hanya memerlukan 1/5 waktu. (Broderick, 1951)
Atom-atom mengalami transisi bila menyerap energi. Energi akan
dipancarkan ketika atom terjatuh (tereksitasi) kembali ke tingkat energi
dasar. Detektor akan mendeteksi energi terpancar tersebut. Cuplikan yang
diukur oleh fotometer nyala dan AAS adalah berupa larutan, biasanya air
sebagai pelarut. Larutan cuplikan mengalir ke dalam ruang pengkabutan,
karena terisap oleh aliran gas bahan bakar dan oksigen yang cepat. Berbeda
dengan spektroskopi sinar tampak, metode ini tidak memperdulikan warna
larutan (Hendayana, 1995).
Interaksi materi dengan berbagai energi seperti energi panas, energi
radiasi, energi kimia dan energi listrik selalu memberikan sifat-sifat yang
karakteristik untuk setiap unsure (atau persenyawaan), dan besarnya
perubahan yang terjadinya biasanya sebanding dengan jumlah unsur atau
persenyawaan yang terdapat. Di dalam kimia analisis yang mendasarkan
pada proses interaksi itu antara lain cara analisis spektrofotometri atom yang
bisa berupa cara emisi dan cara absorbsi (Rohman, 2005). Keberhasilan
analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan cara memperoleh garis
resonansi yang tepat. Tempratur nyala harus sangat tinggi. Pada umumnya
fraksi atom tereksitasi yang berada pada gas yang menyala, kecil sekali.
Pengendalian tempratur nyala penting sekali. Kita membutuhkan kontrol
tertutup dari tempratur yang digunakan untuk eksitasi. Kenaikan tempratur
menaikan efisiensi atomisasi. Tenaga radiasi emisi akan menentukan
jumlah atom tereksitasi (Khopkar, 2007)

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
● Instrumen AES
● Kaca Arloji
● Labu Ukur 100 mL dan 500 mL
● Mikropipet dan Tip
● Sentrifugator
● Spatel
● Tabung Eppendorf
● Timbangan Analitik
● Vial
5.2 Bahan
● Aqua Bidestilata
● Aqua Destilata
● Asetonitril
● KCl
● NaCl
● Sampel Darah

VI. Prosedur
5.1 Preparasi Sampel Darah
No Prosedur Hasil

1.Mengambil 10 mL sampel darah

2.Sentrifugasi sampel darah hingga terbentuk 2 fase,


ambil fase bening (serum)

3.Menambahkan 1,5 mL Asetonitril ke dalam setiap


500 µL serum, lalu sentrifugasi kembali,
dan ambil fase bening sebagai sampel
untuk analisis

5.2 Pembuatan Larutan Stok Natrium 100 ppm


No Prosedur Hasil

1.Menimbang 0,1271 gram NaCl

2.Memasukkan NaCl ke dalam labu ukur 500 mL,


lalu dilarutkan terlebih dahulu dalam 100
mL air deionisasi hingga seluruh garam
larut sempurna, kemudian ad dengan air
deionisasi hingga tanda batas. [0.100 g
Na/L = 100 mg/L = 100 µg/mL = 100 ppm
Na]

5.3 Pembuatan Variasi Konsentrasi Kurva Baku Natrium


No Prosedur Hasil

1.Memipet 0.25, 0.5, 1, 2, dan 4 mL dari larutan


standar Na 100 ppm ke dalam labu ukur 25
mL

2.Melarutkan secara perlahan dengan penambahan


air deonisasi hingga batas volume pada
labu ukur, campur hingga merata

5.4 Pembuatan Larutan Stok Kalium 100 ppm


No Prosedur Hasil

1.Menimbang 0,1271 gram KCl

2.Memasukkan KCl ke dalam labu ukur 500 mL, lalu


melarutkan terlebih dahulu dalam 100 mL
air deionisasi hingga seluruh garam larut
sempurna, kemudian ad dengan air
deionisasi hingga tanda batas
5.5 Pembuatan Variasi Konsentrasi Kurva Baku Kalium
No Prosedur Hasil

1.Memipet 0.25, 0.5, 1, 2, dan 4 mL dari larutan


standar Na 100 ppm ke dalam labu ukur 25
mL

2.Melarutkan secara perlahan dengan penambahan


air deonisasi hingga batas volume pada
labu ukur, homogenkan

5.6 Penetapan Kadar Natirum dan Kalium Darah menggunakan Flame


Atomic-Emission Spectroscopy
No Perlakuan Hasil
Mencuci dan membersihkan semua alat yang akan
1. digunakan dengan aquadest, kemudian
membilas kembali dengan aqua bidestilata
Memipet 25 µL sampel serum ke dalam labu
volumetri 5 mL, lalu di ad dengan aqua
2.
bidestilata hingga tanda batas (pengenceran
200x)
Memasukkan masing-masing larutan
standar natrium dan kalium, aqua
bidestilata, dan sampel serum (hasil
3. pengenceran) ke dalam vial (sebelumnya
seluruh vial dibilas dengan larutan yang
akan diisikan, minimal 3 kali dengan 1-2
mL larutan)
Memasukkan blanko hingga detektor membaca
4. dengan stabil. Menggunakan blank knop
untuk mengatur pembacaan hingga 0,00
Mengalirkan blanko, lalu membaca hasil meter
5.
reading (duplo)
Mengalirkan masing-masing variasi konsentrasi
baku natrium, menyelingi setiap pergantian
6.
konsentrasi dengan pembilasan selang oleh
blanko (duplo)
Mengalirkan sampel serum secara duplo untuk
mengukur emisi natrium, menyelingi
7. pembacaan satu ke dua dengan pembilasan
selang oleh blanko, begitu pula saat
pergantian sampel serum
Mengalirkan masing-masing variasi konsentrasi
baku kalium, menyelingi setiap pergantian
8.
konsentrasi dengan pembilasan selang oleh
blanko (duplo)
Mengalirkan sampel serum secara duplo untuk
mengukur emisi kalium, menyelingi
9. pembacaan satu ke dua dengan pembilasan
selang oleh blanko, begitu pula saat
pergantian sampel serum

VII. Simpulan
Daftar Pustaka

Broderick. 1951. Flame Spectrophotometry for Determination of Sodium,


Potassium, and Lithium in Glass. Anal. Chem. , 1951, 23 (10), pp 1455–
1458.
Hospadaruk et al. 1951. Flame Spectrophotometry. Clinical and Laboratory
Notes Vol. 68 page 264-265
Hendayana. 1995. Kimia Analitik Instrumen Edisi Pertama.Semarang:
Semarang Press.
Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Pratama et al. 2016. Validasi Metode Analisis Pb dengan Menggunakan
Flamw Spektrofootometer Serapan Atom (SSA) untuk Studi
Biogeokimia dan Toksisitas Logam Timbal pada Tanaman Tomat
(Lycopersium esculentum). Analytical and Environmental Chemistry,
E-ISSN 2540-8267 Volume 1, No 01, \
Rohman. 2005. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta. Yogyakarta: UGM Press

Você também pode gostar