Você está na página 1de 2

Nama : Listiani

NIM : 2014017133

Kelas : 4A1

Senin, 5 Desember 2011 - 08:29 wib

Treasury Stock

Saham treasury atau treasury stock sebenarnya bukan istilah baru di dunia pasar modal. Saham
jenis ini terkait dengan struktur modal perusahaan publik atau emiten di Bursa Efek Indonesia
(BEI).

Saham treasury adalah saham perseroan yang dibeli kembali (buy back) oleh perusahaan dengan
tujuan tertentu. Masih segar dalam ingatan, ketika terjadi krisis moneter pada 1997-1998 dan
krisis keuangan global pada semester ke-2 2008, mayoritas harga saham di BEI mengalami
koreksi yang sangat tajam. Banyak saham-saham emiten unggulan yang terkoreksi dan
diperdagangkan di bawah harga wajar.

Saat itu, salah satu solusi yang disodorkan untuk mengerem laju penurunan harga saham adalah
dengan melaksanakan program pembelian kembali (buy back) saham yang diterbitkan. Untuk
mencegah penurunan yang semakin tajam, perusahaan-perusahaan BUMN diimbau untuk
melakukan buy back saham di BEI.

Bahkan, otoritas pasar modal memberikan lampu hijau kepada emiten untuk melakukan buy back
tanpa melalui persetujuan pemegang saham di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tidak
heran jika saat itu mayoritas BUMN yang sahamnya diperdagangkan di BEI sangat siap
menjalankan program buy back saham di pasar.

Pertanyaannya, dalam akun perusahaan, disimpan di mana saham perusahaan yang di-buy back
tadi? Apakah ia menjadi aset perusahaan atau disimpan di tempat khusus yang tidak mudah
diketahui?

Pada dasarnya, setiap perseroan yang melakukan buy back selalu dilandasi dengan tujuan
tertentu. Tujuan itu bisa berbeda antara perusahaan yang satu dengan lainnya. Program buy back
saham di pasar pada dasarnya memang memiliki beberapa tujuan, di antaranya untuk:

1. Menstabilkan harga saham yang berfluktuasi. Dalam konteks ini bisa juga diartikan untuk
mencegah penurunan harga yang terlalu dalam.
2. Menaikkan laba bersih per saham (Earning Per Share atau EPS).
3. Dijual kembali ke karyawan.
4. Mengurangi jumlah pemegang saham.
5. Dibagikan sebagai dividen.
6. Ditukar dengan surat berharga perusahaan lain. Perlu dipahami bahwa saham treasury
bukanlah saham biasa yang dipegang oleh investor, masyarakat publik, ataupun pendiri
(founders).

Saham treasury adalah saham perusahaan yang dibeli kembali oleh perusahaan dan disimpan
dalam rekening khusus saham treasury. Praktis, besar kecilnya saham treasury akan berpengaruh
pada tingkat likuiditas saham tersebut di bursa.

Selain itu, saham treasury tidak memiliki hak suara dalam RUPS dan tidak berhak mendapatkan
dividen. Ia juga tidak diikutkan dalam perhitungan laba bersih per saham. Oleh karena itu,
jangan heran jika emiten yang melakukan program buy back EPS-nya meningkat.

Gambarannya begini. Misalkan PT ABC jumlah total sahamnya tercatat sebanyak satu miliar
lembar. PT ABC meraih laba bersih sebesar Rp100 miliar atau Rp100 per saham.

Nah, jika PT ABC melakukan buy back saham sebanyak 100 juta lembar atau 10 persen dari
jumlah saham yang beredar, maka jumlah saham yang beredar menurun menjadi sebanyak 900
juta lembar. Konsekuensinya, hitungan EPS menjadi berbeda, yakni Rp100 miliar per 900 juta
lembar saham atau Rp111,11 per saham.

Perlu diketahui juga bahwa saham treasury ini bersifat sementara. Pada saatnya, perusahaan akan
melepas kembali saham treasury yang dimilikinya ke pasar. Di BEI, ada cukup banyak emiten
yang melakukan buy back sahamnya, menyimpannya sebagai saham treasury, lalu menjualnya
kembali ke pasar.

Jika saat melepas kembali ke pasar harga penjualan lebih tinggi dari harga pembelian, maka
selisih harga itu atau capital gain yang ditimbulkan dari saham treasury dimasukkan ke dalam
kas perusahaan dan dicatat sebagai agio saham.

Manfaat lain dari saham treasury adalah sebagai cadangan modal kerja. Jika perusahaan
membutuhkan dana sebagai modal kerja, maka treasury stock tadi bisa dijual ke pasar. (Tim
BEI)
(ade)

Você também pode gostar