Você está na página 1de 44

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TUAN B DI RUANG BOUGENVILE


RSUD BATANG

Instruktur Klinik : Ns. Moerti Windiningsih, S.Kep.


Dosen Pembimbing : Ns. Henny Kusuma, S.Kep., M.Kep., Sp. KMB

Oleh :
Cici Melati Nur Khanifa 22020115140065
Grahya Febriella M. N. P. 22020115120039
Muliawati Nugrahaningtyas 22020115120047

A.15.1

Program Studi Ilmu Keperawatan


Departemen Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kenyamanan adalah keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman, kelegaan dan transenden. Dimana masing-masing
pengertian dari tiga hal tersebut yaitu: kelegaan adalah pengalaman saat kebutuhan telah
terpenuhi (bisa saja hanya bersifat sementara); ketentraman ialah kepuasan yang tenang
atau damai (kelegaan yang sempurna); serta transenden yang merupakan definisi di mana
kondisi klien/pasien dapat menampilkan performa luar biasa (suatu yang lebih dari
biasaan pasien) atau merupakan hasil akhir dari perasaan lega dan tentram (Potter &
Perry, 2006). Di mana, salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman yaitu
dengan membebaskan klien dari rasa nyeri juga gangguan termoregulasi baik hipotermi
maupun hipertermi.
Nyeri perut adalah salah satu masalah umum yang banyak ditemui dokter, baik
dalam perawatan primer maupun sekunder (spesialis). Walaupun sedikit, namun nyeri
juga dapat menjadi tanda adanya ancaman tehadap kehidupan/nyawa seseorang.
Diperhitungkan bahwa hampir 50% orang dewasa pernah mengalami nyeri abdomen di
mana perhitungan kejadian nyeri abdomen ini, sekitar 5 hingga 11% terjadi saat dalam
kunjungan klien di IGD (Abdullah & Firmansyah, 2012).
Nyeri kolik dapat dideskripsikan sebgai nyeri yang timbul dan hilang. Perlu
diketahui bahwa dalam kolik sesungguhnya terdapat dasar tidak ada rasa sakit. hal ini
membedakan antara obstruksi gastrointestinal, kolik sejati, dan kolik lain yang salah
satunya adalah kolik renal dan kolik kandung kemih. Nyeri perut kolik bisa menjadi hasil
dari bebrapa jenis penyumbatan yang harus menjadi hasil dari beberapa penyumbangan
yang harus dilalui pada visus (GP notebook, 2018).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mendapatkan gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses
asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap klien dengan masalah kolik
abdomen.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan kolik
abdomen.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan kolik
abdomen.
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
kolik abdomen.
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi sesuai rencana tindakan keperawatan
kepada klien dengan kolik abdomen.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
kepada klien dengan kolik abdomen.

C. Manfaat
1. Manfaat untuk Departemen Keperawatan Undip
Diharapkan keluaran atau hasil akhir dari tugas ini dapat dijadikan sebagai koleksi
pada perpustakaan Departemen Keperawatan Undip.
2. Manfaat untuk Mahasiswa
Diharapkan dengan selesainya tugas ini dapat menjadi salah satu referensi
mahasiswa keperawatan dalam mendapatkan informasi mengenai masalah nyeri dan
penatalaksanaannya.
3. Manfaat untuk RSUD Batang Ruang Rawat Bougenvile
Diharapkan hasil proses belajar kelompok di ruang rawat Bougenvile RSUD Batang
dapat memberikan pemikiran baru terhadap tindakan-tindakan keperawatan yang
mungkin dapat dilakukan untuk kedepannya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
McCaffery (1983) mengartikan nyeri adalah apa yang pasien katakan sebagai nyeri
dan nyeri itu ada bila pasien mengatakan ada nyeri. Dalam Sternbach(2013) disebutkan
bahwa nyeri merupakan konsep abstrak yang mengacu pada beberapa hal seperti, 1)
sensasi personal terhadap rasa sakit; 2) stimulus bahaya yang merupakan sinyal terhadap
kerusakan jaringan; 3) pola respon yang beroperasi untuk melindungi organisme dari
bahaya. Di mana respon-respon ini dapat dideskripsikan dalam istilah yang mengacu
pada konsep dalam “bahasa” neurologi, fisiologi, behavioral dan afektif.
Nyeri diartikan sebagai perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman dan
erat kaitannya dengan (ancaman) kerusakan jaringan, di mana keadaan psikis sangat
mempengaruhi nyeri. Sebagai contoh emosi yang tinggi dapat menimbulkan sakit kepala
atau memperberatnya, namun dengan emosi yang terkontrol maka dapat menghinndarkan
individu dari sensasi nyeri. Kebanyakan nyeri merupakan suatu gejala yang berfungsi
sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi
jasad renik atau kejang otot (Drs. Tjay dan Drs. Rahardja, 2007).
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan (PPNI,2017).
B. Etiologi
Berdasarkan buku Diagnosis Keperawatan NANDA International, etiologi dari
nyeri akut yaitu:
a. Agens cedera biologis, misalnya infeksi, iskemia dan neoplasma
b. Agens cedera fisik, misalnya abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan
c. Agens cedera kimiawi, misalnya luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens
mustard.
C. Patofisiologi
Berdasarkan Pain Pathway yang dipublikasikan oleh University of Wisconsin
(2010), patofisiologi dari nyeri adalah sebagai berikut:
Nyeri memiliki fungsi pelindung yang penting secara biologis. Sensasi nyeri adalah
respon normal terhadap cedera atau penyakit dan merupakan hasil proses fisiologis
normal dalam sistem nociceptive. Proses fisiologis di mana stimulus mekanis, kimia, atau
termal yang berbahaya diubah (transduksi) melalui reseptor khusus pada aferen primer
menjadi impuls listrik (potensial aksi). Transduksi rangsangan berbahaya terjadi pada
nociceptors, subpopulasi neuron sensorik primer diaktifkan oleh rangsangan intens
seperti tekanan, panas, insisi bedah atau bahan kimia iritan (termasuk yang dilepaskan
oleh sel yang rusak). Beberapa bahan kimia seperti bradikinin, cholecystokinin dan
prostaglandin juga mengaktifkan nociceptors di dekatnya.
Setelah ditransduksi, impuls dikonduksikan ke sistem saraf pusat. Impuls
nociceptive berjalan di sepanjang serabut neuron perifer (transmisi perifer) ke tanduk
dorsal sumsum tulang belakang di mana mereka bersinaps dengan neuron orde kedua
(transmisi sinaptik). Di sini, dorongan tersebut ditransmisikan lebih lanjut melalui neuron
yang melintasi sumsum tulang belakang dan naik ke thalamus dan bercabang ke batang
otak inti (central transmission). Impuls nociceptive kemudian diteruskan ke beberapa area
otak termasuk korteks somatosensori, insula, lobus frontal dan sistem limbik.
Input menurun dari batang otak mempengaruhi transmisi nociceptive pusat di
sumsum tulang belakang. Inti batang otak spesifik mengirimkan proyeksi ke tanduk
dorsal sumsum tulang belakang dan saat diaktifkan dengan impuls nociceptive naik serta
pengaruh lain dari hasil otak dalam menurunkan modulasi. Meskipun tidak sepenuhnya
dipahami, modulasi menghasilkan penghambatan nociception yang menurun melalui
pelepasan neurotransmiter seperti serotonin, norepinephrine dan opioid endogen. Proses
modulasi juga dapat meningkatkan penurunan fasilitasi nociception dan mengakibatkan
nyeri. Faktor psikologis seperti rasa takut dan kecemasan mengerahkan pengaruh
fasilitasi melalui sistem modulasi ini.
Beberapa area otak terlibat. Tidak ada satu lokasi di mana persepsi terjadi,
walaupun komponen utama dari rasa sakit dikaitkan dengan proses yang terjadi di area
otak tertentu. Misalnya, komponen sensorik-diskriminatif adalah hasil aktivitas di
somatosensori dan korteks insular, yang memungkinkan orang tersebut mengidentifikasi
jenis, intensitas dan lokasi tubuh kejadian berbahaya tersebut. Respons afektif-emosional
terhadap stimulus berbahaya dimediasi oleh sistem limbik. Rasa sakit memiliki
komponen afektif-emosional yang tidak terpisahkan yang menentukan respons dan
perilaku terkait akibat kejadian berbahaya atau rangsangan yang dimulai.
Secara singkat patofisiologi nyeri juga dapat dijelaskan sebagai berikut: rangsangan
nyeri dapat memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut sebagai mediator nyeri
(histamin, bradikin, leukotrien dan prostaglandin). Semua mediator nyeri tersebut
merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujunng saraf bebas di kulit, mukosa serta
jaringan lain yang dapat menimbulkan reaksi radang dan kejang-kejang. Nociceptor juga
terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari tempat rangsangan
disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajul-tajuk neuron dengan sangat banya
sinaps via sumsum belakang, sumsum lanjutan dan ptak tengah. Dari thalamus impuls
kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, di mana impuls dirasakan sebagai nyeri
(Drs. Tjay dan Drs. Rahardja, 2007).
D. Pengkajian Nyeri
Keluhan klien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indikator utama yang paling
dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri serta apapun yang berhubungan
dengan ketidaknyamanan. Nyeri bersifat individualistik, sehingga pengkajian
karakteristik nyeri dapat membantu perawat membentuk pengertian pola nyeri dan tipe
terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri pada pasien. Dalam Muttaqin (2008),
pengkajian karakteristik nyeri dapat dilakukan dengan analogi “PQRST”
1. Provoking incident, yaitu faktor atau peristiwa yang dapat meinmbulkan perasaan
nyeri.
2. Quality or quantity of pain, yaitu seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien misal seperti terbakar, tertusuk, atau tertimpa benda berat.
3. Region: radiation, relief, yaitu lokasi nyeri itu dirasakan, apakah nyeri menjalar atau
menyebar hingga seberapa besar area rambatan nyeri dan apakah nyeri yang
dirasakan dapat mereda.
4. Severity (scale) of pain, adalah seberapa jauh rasa nyeri dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri deskriptif (tidak ada nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri
berat, dan nyeri tak tertahankan) dan seberapa jauh nyeri tersebut mempengaruhi
kemampuan aktivitas klien.
5. Time, adalah rentang waktu nyeri yang dirasakan oleh klien berlangsung, kapan dan
apakah terjadi secara terus menerus atau hilang timbul, adakah waktu tertentu yang
membuat nyeri semakin bertambah atau berkurang.
E. Manifestasi Klinis
Berdasarkan Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017), tanda
gejala nyeri dibedakan berdasarkan jenis nyerinnya, yaitu sebagai beikut:
1. Nyeri Akut
Subjektif Objektif
Menyatakan keluhan nyeri - Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. Waspada
dengan posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
(PPNI, 2017)
F. Klasifikasi
Berdasarkan organisasi Macmillan UK (2017), terdapat beberapa tipe nyeri yang
berbeda, antara lain:
1. Nyeri akut, yaitu nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung secara singkat.
2. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang beranngsung dengan periode yang lama, biasanya
sejauh pasien menderita enyakit kronis.
3. Breaktrhrough pain, yaitu nyeri yang sering muncul di antara waktu penggunakan
pereda nyeri.
4. Nyeri tulang biasanya muncul ketika sel kanker sudah menyerang tulang
5. Nyeri jaringan lunak, biasanya terjadi bila organ atau otot atau jaringan terluka atau
sedang mengalami inflamasi
6. Nerve pain, adalah nyeri yang muncul karena adanya kerusakan pada sel saraf.
7. Reffered pain adalah nyeri yang dirasakan oleh bagain tubuh lain dari sumber nyeri.
8. Phantom pain yaitu nyeri yang dirasakan pada salah satu bagian tubuh yang sudah
dihilangkan/diamutasi.
9. Nyeri total, meliputi faktor emosi, sosial dan spiritual yang mempengaruhi
pengalaman nyeri individu.
(Macmillan UK, 2017)
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Penggunaan terapi farmakologi untuk mengatasi nyeri disesuaikan dengan
tingkatan nyerinya. Pada tingkat nyeri ringan terapi farmakologi dapat dengan
menggunakan golongan obat Nonopioid, pada nyeri ringan hingga moderat dapat
menggunakan Opioid lemah dan Nonopioid, sedangkan pada nyeri berat dapat
diberikan erapi farmakologi obat dari golongan Opioid kuat dan Nonopioid (Jafar,
2016).
2. Non-farmakologi
a. Edukasi pasien
b. Kompres panas/dingin
c. Pijat
d. Teknik distraksi atau relaksasi
1) Teknik genggam jari
2) Teknik napas dalam
3) Guided imagery
4) Terapi musik
5) Aroma terapi
e. Dan lain-lain
(Patasik, Tangka dan Rottie, 2013 dan Pinandita, Purwanti dan Utoyo, 2012)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Riwayat Keperawatan
Tanggal Masuk : 16 Maret 2018
Nomor RM : 325928
Ruang / Kamar : Bougenvile/8A
Diagnosa Medis : febris dan colic abdomen
Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2018
Jam Pengkajian : 10.00 dan 16.00 WIB
b. Identitas Klien
Nama : BS
Umur : 24 Mei 1985 (32 tahun 9 bulan 20 hari)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pegawai swasta (buruh)
Alamat : Denasri Wetan Kec. Batang Kab. Batang
c. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. NK
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Hubungan dg Klien : Istri
Alamat : Denasri Wetan Kec. Batang Kab. Batang
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan nyeri
P : nyeri muncul tidak menentu namun paling sering muncul saat beraktivitas
Q : cekot - cekot
R : kepala, perut kanan bawah, pinggang, punggung bawah , nyeri merambat ke
paha dan sering berpindah
S : 7 dari 10
T : hilang timbul
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke rumah sakit ( 16 Maret 2018) dengan keluhan panas ± 3 hari.
Pasien mengalami mual dan muntah, nyeri pada perut dan kepala cekot – cekot.
Sebelum dibawa ke rumah sakit klien juga sering mengelukan sakit/nyeri
pinggang dan pusing.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan bahwa biasanya hanya sakit ringan seperti flu, pusing dan
biasa mengeluhkan sakit pinggang, batuk. Klien tidak memiliki penyakit
keturunan seperti hipertensi atau diabetes militus.
d. Riwayat Penyakit Keluarga (Genogram)
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit keturunan seperti: hipertensi, diabetes militus ataupun penyakit jantung.
Keluarga klien juga tidak memiliki riwayat penyakit menular.
32
28
thn thn

4
thn

Keterangan :

= klien laki-laki

= meninggal

= perempuan

= laki-laki

= garis menikah

= garis keturunan

= tinggal dalam satu rumah


3. Pengkajian Kebutuhan Dasar
1. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit Saat sakit
DO : - DS : DO : DS :
Klien mengatakan Klien terlihat Klien mengatakan
bahwa sebagai berbaring di bed bahwa klien dapat
tukang batu klien dan terlihat pergi ke kamar
sehari-harinya mengantuk mandi secara
bertugas mandiri, untuk
menyiapkan makan dan minum
bahan-bahan klien disuapi oleh
bangunan istri, dan untuk
berpakaian dibantu
oleh istri.

2. Kebutuhan Hygiene dan Integritas Kulit


No Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Bathing / Mandi DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
bahwa klien biasanya bahwa ketika sakit
mandi 2 kali sehari klien mandi dengan
air hangat 2 kali
sehari
2. Oral hygiene / DO : - DO : -
Bersihan Mulut DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
bahwa klien bahwa klien
menggosok gigi menggosok gigi 2
bersamaan ketika kali sehari
mandi yaitu 2 kali
sehari
3. Toileting DO : - DO : -

DS : DS : -
Klien mengatakan Saat sakit klien
biasanya BAK 4-5 mengatakan bahwa
kali sehari dan BAB klien BAK 9-10 kali
1 kali sehari secara sehari dan BAB
mandiri sebanyak 1 kali
secara mandiri
4. Keramas DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
bahwa klien biasanya bahwa klien keramas
keramas 2 hari sekali 4 hari sekali dengan
secara mandiri dibantu

5. Dressing DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
bahwa klien dapat bahwa klien dibantu
memakai baju secara istri ketika ganti baju
mandiri sebanyak 2 kali
sehari setelah mandi
pagi dan sore
6. Jenis air yang DO : - DO : -
digunakan DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
bahwa ketika bahwa klien memakai
dirumah klien air yang disediakan
memakai air sumur oleh rumah sakit
7. Kulit DO : - DO :
Kulit klien lembab
dan berkeringat
DS : DS : -
Klien mengatakan
bahwa sebelum sakit
kulitnya normal
8. Kuku DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
bahwa klien tidak memotong kuku
memotong kuku selama sakit
seminggu sekali

3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur


No Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jumlah waktu istirahat DO : - DO : -
dan tidur malam (jam)

DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
waktu tidur waktu tidur
malamnya ± 7 jam malamnya tidak
pasti, danberubah-
ubah
2. Waktu tidur malam DO : - DO :
(jam) DS : DS :
Klien mengatakan Selama sakit
biasanya mulai tidur dirumah sakit, klien
malam sekitar oukul mengatakan
10 malam biasanya mulai
tidur pukul 1, 2, 3
atau setengah 4
malam.
3. DWaktu bangun tidur DO : - DO : -
Smalam (jam) DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
: biasa bangun pagi selama sakit d
sekitar pukul 5 pagi rumah sakit klien
biasa bangun pukul
6 pagi
4. Masalah tidur DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mnegatakan Klien mengtaakan
selama sehat, klien selama sakit, klien
tidak memiliki sulit untuk tidur
masalah dalam tidur awal karena rasa
nyeri yang
dirasaknnya
5. Faktor peningkat tidur DO : - DO : -
DS : DS :
.klien mengatakan .klien mengatakan
biasa lebih cepat tidak ada hal yang
tidur ketika merasa dilakukan untuk
kecapekan meningkatkan
tidur, namn saat
nyeri muncul biasa
dilakukan kompres
hangat
6. Faktor mempermudah DO : - DO : -
bangun tidur
DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
sudah biasa bangun bahwa klien selalu
jam 5 pagi untuk bangun jam 6 pagi
menunaikan ibadah untuk mandi.
sholat subuh

7. Perasaan setelah DO : - DO : -
bangun
DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
biasanya setelah sselama sakit ini,
tidur, badan menjad saatbangun pagi
nyaman dan terasa biasanya masih
segar merasakan pusing

4. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Makan
Frekuensi DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
sebelum sakit frekuensi selama dirawat
makan dalam sehari klien tidak banyak
seperti biasanya ± 3 makan karena
kali mual, namun
makan setiap
disediakan makan.
(3 kali)
Porsi DO : - DO : -
DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
bahwa makannya saat selama dirawat di
sebelum sakit ± rumah sakit klien
sepiring nasi hanya makan ± 5
sendok makan
Jenis DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mengatakanan Klien mengatakan
biasanya makan nasi, jenis makanan
sayur, tahu, tempe, yang dimakan
ikan dan macam ketika di rawat di
lainnya rumah sakit adalah
jenis makanan
yang disediakan di
rumah sakit (bubur
kasar)
Berat Badan 70 kg 68 kg
Keluhan DO : - DO : -
DS : DS :
Selama sehat, klien Keluhan klien
mengatakan tidak terkait pola makan,
memliki keluhan dalam yaitu klien
pola makannya mengatakan bahwa
klien jarang makan
karena perasaan
mual klien
Minum
Frekuensi DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
sebelum sakit biasa selama sakit ini
mengkonsumsi air tetap banyak minum
putih total sebanyak ± total 2 otol awua
±1,5 liter dan 1 gelas 600 ml (1,2 liter)
teh

Jenis DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mengatakan Saat sakit, klien
biasa minum air putih mengatakan hanya
dan satu gelas teh saat minum air putih
pagi hari saja

5. Kebutuhan Oksigenasi
Sebelum Sakit Saat Sakit
DO : - DO :
Klien tidak nampat menggunakan
alat bantu pernapasan, akral klien
teraba hangat
DS : DS :
Klien mengatakan sebelum skait, Klien mengatakan selama sakit
klien tidak pernaj memeliki ini klien tidak memiliki kelluhan
keluhan terkait dengan sesak terkait dengan pernapasan
napas

6. Kebutuhan Eliminasi
a. Buang Air Besar
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi DO : - DO : -
DS : DS :
Klien mengatakan Selama skait, klien
biasa BAB 1 kali biasa BAB 1 kali
sehari sehari
Konsistensi DO : - DO : -
DS : DS :
Klien mengtakan Klien mengatakan
bahwa feses yang bahwa feses yang
keluar biasanya keluar bertekstur
bertekstrur lunak lunak
Warna DO : - DO : -
DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
bahwa warna fesenya bahwa warna fesenya
coklat kekuning- coklat kekuning-
kuningan kuningan
Bau DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mengatakan bau Klien mengatakan bau
feesnya, khas feesnya, khas
sebagaimana biasanya sebagaimana biasanya
feses feses
Keluhan DO : - DO : -
DS : DS :
Selama sehat, klien Klien mengatakan
tidak memiliki tidak memiliki
kesulitan/keluahan keluahan terkait
dalam melakukan eliminasi BAB
eliminasi BAB
b. Buang Air Kecil
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi DO : - DO : -

DS : DS :
Klien mengatakan Klien mengatakan
biasa keluar-masuk selama ddi rumah
kamar mandi 9-10 kali sakit sering pergi
untuk BAK ke kamar mandi
untuk BAK, ±99
kali dalam seahri
Warna DO : - DO : -
DS : DS :
Klien mengtakan Klien mengtakan
warna ddari urinnya warna ddari
dalah bening urinnya dalah
kekunginan bening kekunginan

7. Kebutuhan Termoregulasi
Sebelum sakit Saat sakit
DO : - DS : DO : DS :
Sebelum sakit, Suhu Klien mengatakan
klien mengatakan pukul 16.00 = bahwa suhu
jarang mengalami 39,4°C badannya sering
panas pukul 10.00 = naik tuurn, kadang
(hipertermi), 37,3°C panas dan kadang
hanya sedikit pukul 06.00 = biasa saja. Ketika
panas saat tubuh 36°C badan panas,
terasa meriang keluarga klien
melakukan
kompres angat di
bagian dahi

4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Baik
2. Kesadaran
Kesadaran Composmentis, E = 4, M = 6, V = 5. Total GCS 15
3. Vital Sign
a. Tekanan darah : 97/61 mmHg (10.00 WIB); 123/73 mmHg (16.00 WIB)
b. Suhu : 37,3°C (10.00 WIB); 39,4°C (16.00 WIB)
c. Nadi : 85 (10.00 WIB); 96x/menit (16.00 WIB)
d. RR : 20 x/menit (10.00 WIB); 17 x/menit (16.00 WIB)
e. Nyeri : 4 (10.00 WIB); 7 (16.00 WIB)
4. Head to Toe
a. Kepala
Kepala Keterangan
Inspeksi Kulit kepala kotor, terdapat ketombe, rambut tebal
berwarna hitam dan sebagian sudah mulai beruban, tidak
ada lesi, tidak ada rambut rontok.
Palpasi Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba adanya masa atau
benjolan.

b. Mata
Mata Keterangan
Inspeksi Mata simetris, sclera putih, konjungtiva anemis, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, pergerakan
kelopak mata dan bola mata normal serta tidak katarak.
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan.

c. Hidung
Hidung Keterangan
Inspeksi Bentuk hidung simetris, keaadaan hidung bersih
tanpa darah dan secret, penciuman baik, tidak ada
luka, dan tidak terpasang alat bantu pernapasan, tidak
nampak pernapasan cuping hidung
Palpasi Tidak terdapat benjolan masa dan tidak ada nyeri
tekan

d. Mulut
Mulut Keterangan
Inspeksi Gusi tidak berdarah, gigi lengkap dan tidak ada
lubang, lidah berwarna merah muda keputihan, tidak
ada pembengkakan tonsil.
e. Telinga
Telinga Keterangan
Inspeksi Telinga simetris, tidak ada luka, keadaan telinga
bersih tanpa darah atau sekret, kulit telinga bersih,
klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

f. Leher
Leher Keterangan
Inspeksi Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
distensi vena jugularis, warna merata.
Palpasi Tidak teraba masa dan tidak terjadi nyeri tekan serta
tidak ditemukan kaku kuduk

g. Dada
Jantung Paru-paru
Inspeksi Tidak terlihat ictus cordis Pergerakan dada simeris,
statis dan dinamis
Palpasi Teraba denyut di ICS Tidak terdapat nyeri tekan
kedua
Perkusi Bunyi pekak Bunyi sonor seluruh
lapang paru
Auskultasi Suara jantug S1-S2 Terdengar bunyi vesikuler
tunggal regular pada paru kana dan paru
kiri

h. Abdomen
Abdomen Keterangan
Inspeksi Tidak ada lesi dan edama
Palpasi Terdapat nyeri tekan di arena perut kanan bawah

i. Genetalia
Genetalia Keterangan
Inspeksi Tidak tekaji
j. Ekstremitas atas
Ekstremitas Keterangan
Atas
Inspeksi Tidak terdapat edema atau luka, terpasang infus pada
tangan kanan klien. Tidak sianosis.
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan.
Kekuatan Klien dapat mengangkat ekstremitas melawan gaya
otot gravitasi, klien juga dapat menahan tekanan dari atas

k. Ekstremitas bawah
Ekstremitas Keterangan
Bawah
Inspeksi Tidak terdapat edema atau luka
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan
Kekuatan Klien dapat mengangkat kaki melawan gaya gravitasi
otot

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Loboraturium
Tanggal 17 Maret 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
CBC
Leukosit 9.93 10^3/ul 4.00 – 10.50
Eritrosit 5.15 10^6/uL 4.5 - 5.7
Hemoglobin L 8.7 g/dl 13.5 – 17.2
Hematokrit L 29.2 % 40 -50
MCV L 56.7 fL 80 -95
MCH L 16.9 pg 27 – 33
MCHC L 29.8 g/dl 33.2 – 35.3
Trombosit 340 10^3/ul 150 – 450
RDW-SD 42 fL 37 – 54
RDW-CV H 21.7 % 11 – 16
Diff Count
Neutrofil 55.3 % 42 – 74
Limfosit L 13.5 % 17 – 45
Monosit 7.3 % 5 – 12
Eosinofil H 23.6 % 1 -7
Basofil 0.3 % 0–1
Limfosit absolut 1.34 10^3/ul 0.90 – 5.20
LED
LED 1 jam H 19.0 mm/jam < 15
LED 2 jam H 30.0 mm/2jam < 20
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 108 mg/dl < 140
SERO
IMUNOLOGI
Salmonela Thypi 2 Negatif : <=2
IGM Negatif Borderline: 3
Positif : >= 4
Anti Dengue Ig g +
Ig m
Anti Dengue Ig G Positif Negatif
Anti Dengue Ig Positif Negatif
M

Tanggal 19 Maret 2018


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
CBC
Leukosit 9.20 10^3/ul 4.00 – 10.50
Eritrosit 5.06 10^6/uL 4.5 - 5.7
Hemoglobin L 8.7 g/dl 13.5 – 17.2
Hematokrit L 28.8 % 40 -50
MCV L 56.9 fL 80 -95
MCH L 17.2 pg 27 – 33
MCHC L 30.2 g/dl 33.2 – 35.3
Trombosit 328 10^3/ul 150 – 450
RDW-SD 42 fL 37 – 54
RDW-CV H 22.8 % 11 – 16
Diff Count
Neutrofil L 41.2 % 42 – 74
Limfosit L 13.7 % 17 – 45
Monosit 6.8 % 5 – 12
Eosinofil H 38.0 % 1 -7
Basofil 0.3 % 0–1
Limfosit absolut 1.26 10^3/ul 0.90 – 5.20
LED
LED 1 jam H 20.0 mm/jam < 15
LED 2 jam H 30.0 mm/2jam < 20
SERO
IMUNOLOGI
HBs Ag Negatif Negatif
Anti HIV Rapid
Anti HIV Rapid I Non reaktif Non reaktif
*dengan reagen
SD

6. Tindakan dan Terapi


1. Cairan infus
Asering 500 ml dengan kecepatan 20 tpm
2. Terapi obat
Nama obat Dosis Jalur
Pantoprazole 1 A/ 24 jam Intravena
Ondansetron 1 A/ 24 jam Intravena
Ceftriaxone 1 g/ 12 jam Intravena
PCT 500 mg/ 8 jam Intravena
Ketorolac 30 mg/ 8 jam Intravena
Levofloxacin 500 mg/ 24 jam Intravena
Rebamipide 1 tablet/ 8 jam Oral
Sucralfate 1 / 8 jam Oral
Flunarizin 5 mg/ 12 jam Oral
Buscopan 1 / 12 jam Oral

B. Pengelompokan Data
Data Subjektif Data Objektif
Klien mengatakan, “keluahannya Saat dilakukan palpasi, telihat
pusing, sakit di perut sama pinggang, ekspresi klien sedang menahan sakit
kadang sampai paha”; “kalau lagi dan meng-aduh
kumat nyerinya bisa sampai tingkat 7
dari 10”; “kalau nyeri biasanya
dikompres pakai botol diisi air
hangat”
Klien mengatakan, “makannya
cuman sedikit, paling cuman 5 -
sendok soalnya mual”
Klien mengatakan, “selama di sini Klien tidak pernah terlihat melakukan
enggak sholat mbak” ibadah rutin sholat selama di ruang
perawatan
Klien mengatakan, “kadang ya panas pukul 16.00 = 39,4°C
kadang ya enggak”; “kalau pas panas pukul 10.00 = 36,3°C
itu biasanya dikompres pakai handuk pukul 06.00 = 36°C
hangat di dahinya”
C. Analisa Data
Tanggal Diagnosa
No Data Fokus Problem Etiologi TTD
& Jam Keperawatan
1. 20 Maret Data Subjektif Nyeri akut Agens Nyeri akut
2018; - Klien (00132) cedera berhubungan
10.00 menyatakan fisiologis dengan agen
WIB sering (abdominal cedera
merasakan colic) fisiologis
nyeri: (abdominal
P : nyeri colic)
muncul ketika
klien
beraktivitas
Q : klien
mengatakan
nyeri cekot-
cekot
(berdenyut-
denyut)
R : kepala,
perut kanan
bawah,
pinggang,
punggung
bawah,
merambat ke
paha dan sering
berpindah-
pindah
S:7
T : hilang
timbul
Data Objektif

- Saat dilakukan
palpasi, telihat
ekspresi klien
sedang menahan
sakit dan meng-
aduh
2. 20 Maret Data Subjektif Hipertermi Penyakit Hipertermi
2018; - Klien (00007) berhubungan
16.00 mengatakan dengan
WIB bahwa suhu penyakit
badannya sering
naik tuurn,
kadang panas
dan kadang
biasa saja.
- Ketika badan
panas, keluarga
klien melakukan
kompres angat
di bagian dahi
Data Objektif
pukul 16.00 =
39,4°C
pukul 10.00 =
36,3°C
pukul 06.00 =
36°C

3. 20 Maret Data Subjektif Ketidakse- Kurang Ketidakseim-


2018; - Klien imbangan asupan bangan nutrisi:
10.00 mengatakan nutrisi: makan kurang dari
WIB bahwa klien kurang dari akibat mual kebutuhan
jarang makan kebutuhan tubuh b.d.
karena perasaan tubuh kurang asupan
mual klien makan akibat
- Klien mual
mengatakan
hanya makan 5
sendok makan
karena perasaan
mual
Data Objektif
-
4. 20 Maret Data Subjektif Hambatan Sakit Hambatan
2018; - Klien religiositas religiositas
10.00 mengatakan (00169) berhubungan
WIB bahwa klien dengan sakit
tidak pernah
menjalankan
ibadah sholat
selama dirawat
di rumah sakit
Data Objektif
- Klien tidak
pernah terlihat
menjalankan
ibadah rutin
seperti sholat
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan &
Tanggal & Diagnosa Intervensi Keperawatan Paraf
Kriteria Hasil Rasional Intervensi
Jam Keperawatan (NIC Label)
(NOC Label)
20 Maret 2018; Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (1400) Mandiri :
16.30 WIB cedera fisiologis tindakan 1 x 8 jam klien Mandiri : - Bukti keuntungan
(abdominal colic) dapat mencapai - Mengedukasi klien mengedukasi pasien untuk
1. Kontrol Nyeri (1605) mengenai teknik non- mengurangi nyeri memang
dengan kriteria hasil : farmakologi untuk tidak konsisten, namun
- Klien dapat meredakan nyeri (teknik dengan adanya edukasi
mempraktikan relaksasi Benson tercapai kepuasan pasien
tindakan non- Relaxation) (1E-1400- serta menurunkan tingkat
analgesic (IVQ- 22) kecemasan pasien yang dapat
160504.5) Kolaborasi : menjadi salah satu faktor
- Klien menggunakan meningkatnya perasaan nyeri
- Kolaborasi pemberian
analgesic yang telah (Macintyre & Schug, 2015)
analgesik (Paracetamol
direkomendasikan - Rejeh dkk (2013), disebutkan
500 mg/8 jam dan
(IVQ-160505.5) bahwa teknik relaksasi
Ketorolac 30mg/8 jam)
- Klien melaporkan terbukti adanya penurunan
(1E-1400-27)
gejala nyeri yang nyeri dan kecemasan setelah
tidak terkontrol pada operasi dan sebagai
pelayan kesehatan manajemen kontrol nyeri
(IVQ-160507.5) secara independen oleh klien.
2. Level Nyeri (2102) - Pada hasil penelitian oleh
dengan kriteria hasil : Solehati dan Rustina (2013),
- Laporan munculnya teknik Benson relaxation
nyeri pada pasien terbukti menjadi pengaruh
berkurang dari terbaik dalam menurunkan
sering menjadi intensitas nyeri. Teknik ini
moderat (VV- banyak digunakan pada ibu
210201.3) yang menjalani post-operasi
- Lamanya nyeri sectio caesar.
berkurang dari Kolaborasi :
sepanjang waktu - Pemberian analgesik seperti
menjadi moderat tramadol/paracetamol dapat
(VV-210202.3) menghambat jalannya sinaps
- Klien dapat impuls nyeri sehingga dapat
beristirahat tanpa menghambat persepsi nyeri
interupsi karena oleh klien (Jafar, 2017).
adanya nyeri (VV- - Ketorolac memiliki
210208.4) efisiensitas analagesik mirip
dengan morfin dan
menduduki mekanisme aksi
yang berbeda dengan opioid.
Ketorolac biasa digunakan di
departemen gawat darurat
dalam multikondisi seperti
migrain, kolik kandung
kemih pada pasien
ketergantungan opioid,
penyakit sel sabit dan nyeri
muskuloskeletal (Vadivelu
et. al, 2014)
20 Maret 2018; Hipertermi Setelah dilakukan Kolaborasi : Pemberian paracetamol rendah
16.30 WIB berhubungan dengan tindakan 1 x 8 jam klien Pemberian Obat (2H- resiko efek samping terkecuali
penyakit dapat mencapai 2300) jika diberikan dengan dosis yang
Status termoregulasi - Kolaborasi pemberi berlebihan. Penggunaannya
(0800), dengan kriteria Paracetamol 500 mg/8 dengan obat lain juga aman
hasil jam selama dalam pengawasan
- Klien menyampaikan - Mempertahankan aturan dokter dan farmasi (Saga
kenyamanan suhu dan prosedur yang sesuai Magazine, 2017).
tubuh (III-080015.4) dengan keakuratan dan
- Tidak ada keamanan pemberian
peningkatan suhu obat-obatan (2H-2300-1)
kulit (III-080001.5) - Bantu klien dalam
- Tidak mengalami pemberian obat (2H-
hipertemi (pada 2300-18)
rentan suhu 36-
37,5°C) (III-
080019.5)

20 Maret 2018; Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Mual (IE- Akupresur memperbaiki energi
16.30 WIB nutrisi: kurang dari tindakan 3 x 8 jam klien 1450) sehingga dapat mengurangi
kebutuhan tubuh b.d. dapat mencapai Mandiri gangguan pada lambung
kurang asupan Kontrol Mual, dengan - Ajari penggunaan teknik termasuk mual (Dibble et al.,
makan akibat mual kriteria hasil: nonfarmakologi 2007 dalam Syarif 2017)
- Menggunakan langkah- (akupresur) (IE-1450-17)
langkah pencegahan *akupresur dilakukan
mual (IVQ-161805-5) pada titik P6 (di dareah
- Intake makanan pergelangan tangan
meningkat (IIK- dalam) dan St36 (di area
101406.5) bawah samping lutut)
selama 30 kali tekanan
dengan putaran searah
jarum jam yang
dilakukan berulang.
Kolaborasi
- Pemberian Ondansetron
1 A/ 24 jam untuk
mengendalikan mual dan
mntah
20 Maret 2018; Hambatan Setelah dilakukan Mandiri Mengajarkan cara ibadah sholat
16.30 WIB religiositas tindakan 1 x 8 jam klien Dukungan Spiritual (3R- dalam keadaan sakit dapat
berhubungan dengan dapat mencapai 5420) membantu klien untuk dapat
sakit Kesehatan spiritual, - Doa bersama klien (3R- melakukan ibadah rutin seperti
dengan kriteria hasil: 5420-15) sholat dalam keadaan sakit
- Kemampuan berdoa - Mengajarkan cara ibadah sehingga klien tetap dapat
klien tidak terganggu sholat dalam keadaan memenuhi kebutuhan
(VU-200109.5) sakit spiritualitasnya dalam upaya
- Kemampuan - Memonitor pelaksanaan memenuhi kebutuhan manusia
beribadah klien ibadah klien secara holistik.
sedikit terganggu
(dapat melaksanakan
sholat dengan posisi
tidur) (VU-200110.4)
E. Implementasi
Tanggal & No. DX Tindakan Keperawatan Respon TTD
Jam
Rabu, 22 1, 2, 3 Pemberian obat analgesik S (Subjektif):
Maret 2018: Ketorolac 30 mg, Klien mengatakan tidak merasa nyeri pada biagan vena
08.00 WIB Paracetamol 500 mg, yang diberikan injeksi
Ondansetron 1Ampul via O (Objekktif):
intravena Klien terlihat releks selama menerima injeksi intravena
10.45 WIB 1 Melakukan edukasi S (Subjektif):
penatalaksanaan nyeri Klien mengerti cara melakukan teknik relaksasi
non-farmakologis dengan O (Objektif):
teknik Benson Relaxation Klien mengikuti instruksi dengan baik
3 Memberikan edukasi S (Subjektif):
teknik non-farmakologi Klien mengatakan merasa selama diberika akupresur
akupresur untuk dan keluarga mengatakan mengerti tentang teknik yang
mengatasi mual diajarkan
O (Objektif):
Keluarga klien mampu mempraktikan teknik non-
farmakologi akupresur pada klien
4 Mengajarkan cara ibadah S (Subjektif):
sholat dalam keadaan Keluarga klien mengatakan mengerti bagaimana cara
tayyamum dan sholat dalam keadaan berbaring dan
sakit mengatakan akan mengajarkan pada klien
O (Objektif):
Keluarga klien mamapu mempraktikkan tata cara
tayyamum.
G. Evaluasi
Tanggal
Nomor diagnosa Evaluasi TTD
dan Jam
22 Mret 1 S : klien masih mengeluh nyeri
2018-03-22 O : klien masih menunjukkan
18.00 WIB ekspresi nyeri
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 S : klien merasa nyaman dengan
suhu tubuhnya
O : suhu 37°C
A : masalah teratasi
P : monitor tanda-tanda vital
3 S : klien mengatakan masih
mual, intake makan hanya 1
sendok
O : klien terlihat lemas
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
4 S : klien mengatakan akan
melakukan sholat
O : klien belum melaksanakan
ibadah sholat
A : masalah belum teratasi
P : melakukan pendampingan/
bantuan menjalankan ibadah
H. Resume Keperawatan
Klien B mengalami masalah utama nyeri, di mana nyeri yang di rasakan klien
dapat mencapai skala 7. Karena masalah nyeri ini, klien menjadi sulit untuk memulai
tidur malam. Saat di rumah sakit, klien B biasa mulai tidur malam pukul 1, 2, 3 bahkan
4 dini hari dan tetap bangun pukul 6 pagi untuk mandi. Nyeri muncul hilang timbul dan
klien banyak menghabiskan waktu untuk berbaring di bed. Untuk masalah nyeri,
intervensi yang dilakukan yaitu dengan kolaborasi pemberian analgesik Ketorolac
30mg/ 8 jam dan Paracetamol 500mg/ 8 jam dan tindakan keperawataan mandiri dengan
melakukan pendidikan dan pendampingan teknik Benson Relaxation. Setelah dilakukan
implementasi baik tindakan mandiri maupun kolaborasi, klien masih mengeluh nyeri.
Sehingga akan intervensi yang sudah direncakan akan dilanjutkan.
Salah satu gejala dari kolik abdomen yang dialami klien adalah munculnya rasa
mual dan muntah. Karena mual yang dirasakan klien, klien tidak dapat makan dengan
baik. Klien hanya menghabiskan ±5 sendok makan. Klien juga mengalami penurunan
berat badan setelah sakit sebanyak 2 kilogram. Berdasarkan hal itu, diangkat diagnosa
resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan. Intervensi yang direncanakan
untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan kolaborasi pemberian Ondansetron 1 A/ 24
jam dan pemberian terapi non-farmakologis akupresur. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan tersebut, klien masih terlihat lemas dan belum mencapai intake nutrisi
yang adekuat karenna perasaan mual. Rencana tindak lanjut untuk masalah ini yaitu
dengan melanjutkan terapi.
Klien mengeluhkan suhu tubuh yang naik turun. Ketika dilakukan pengukuran
suhu tubuh klien berubah-ubah dan sering menunjukkan pada keadaan hipertermi. Oleh
karena itu diangkat masalah keperawatan hipertermi. Untuk mengatasi masalah ini,
direncanakan intervensi pemberian obat dengan kolaborasi dengan dokter. Obat yang
diberikan untuk mengatasi hipertermi pada klien adalah paracetamol 500mg/ 8 jam.
Pada pemberian intervensi terakhir, hasil pengukuran suhu tubuh klien sudah
menunjukkn pada rentang normal suhu tubuh yaitu 37°C. Untuk tindak lanjut dari
masalah keperawatan ini yaitu memonitor tanda-tanda vital klien.
Ketika dikaji mengenai rutinitas ibadah sebagai salah satu item dalam kebutuhan
spiritual, klien mengatakan tidak pernah menjalankan ibadah selama di rawat di rumah
sakit. maka, diangkat dignosa keperawatan hambatan religiositas berhubungan dengan
sakit. untuk diagnosa ini, rencana tindakan yang disusun yaitu dengan melakukan
dukungan spiritual yaitu dengan memberikan pengetahuan pada klien bahwa ibadah
sholat dapat dilakukan dalam keadaan sakit, dengan keadaan berbaring. Saat dilakukan
implementasi, klien nampak merasakan nyeri sehingga intervensi ditujukkan kepada
keluarga dengann harapan dapat membantu klien memenuhi kebutuhan spiritualnya
selama sakit. setelah dilakukan evaluasi, klien belum juga menjalankan ibadah
sholatnya, sehingga maslah keperawatan ini belum teratasi. Rencana tindak lanjut untuk
masalah ini yaitu melakukan pendampingan dan bantuan melakukan ibadah sholat.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada penelitian oleh Solehati dan Rustina (2013), teknik Benson relaxation terbukti
menjadi pengaruh terbaik dalam menurunkan intensitas nyeri. Namun, pada hasil evaluasi
tindakan keperawatan yang sudah dilakukan, klien masih mengeluhkan adanya nyeri yang
tidak begitu membaik. Hal ini mungkin terjadi kareana beberpa kondisi dan keadaan yang
berbeda antara penelitian dengan kondisi klien B. Berdasarkan observasi selama tindakan,
klien dapat mengikuti apa yang diajarkan oleh perawat mengenai Benson relaxation.
Namun, saat mempraktikan teknik relaksasi tersebut, klien terlihat masih fokus merasakan
nyerinya serta menegangkan otot bagain wajah karena nyeri dan hanya mengikuti ucapan
yang diajarkan perawat. Sedangkan pokok utama dari teknik relaksasi adalah melemaskan
otot dan melepaskan ketegangan sehingga perasaan nyaman dapat diperoleh. Bahkan
setelah dierikan analgesik Ketorolac, klien masih mengeluhkan nyeri. Diagnosa hipertermi
pada klien dapaat teratasi karena penggunaan teknik farmakologis menggunakan
paracetamol 500mg/ 8jam. Selain itu, keluarga juga secara mandiri melakukan kompres
kepada klien saat suhu tubuh klien mengalami kenaikan.
Mual yang dirasakan klien merupakan salah satu tanda gejala dari kolik abdomen
yang diderita oleh klien. Sebagai tindakan farmakologi yang dilakukan, diberikan
Ondansetron untuk mencegah mual dan muntah serta memblok produksi dari asam
lambung yang dapat memicu mual dan muntah. Sebagai tindakan non-farmakologis yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik akupresur yaitu dengan menekan pada titik
P6 (di dareah pergelangan tangan dalam) dan St36 (di area bawah samping lutut) selama
30 kali tekanan dengan putaran searah jarum jam yang dilakukan berulang. Walau dinilai
efektif dalam menangani mual, teknik akupresur yang diterapkan pada klien B tidak begitu
efektif pada klien. Hal ini mungkin terjadi karena pelaksanaan akupresur dilakukan oleh
mahasiswa perawat yang hanya tahu dasar dari tindakan akupresur tersebut. Di mana
akupresur akan leih efektif jika dilakukan oleh tenaga profesional yang bersertifikat.
Masalah hambatan religiositas pada klien diangkat berdasarkan hilangnya rutinitas
ibadah klien selama sakit. meski begitu berdasarkan agama yang dianut oleh klien, sakit
ukan merupakan halangan untuk melakukan ibadah, maka untuk mengatasi masalah
tersebut, dilakukan pengenalan cara ibadah sholat dalam keadaan sakit dan berbaring di
tempat tidur. Namun begitu, setelah dievaluasi, klien belum melaksanakan rutinitas
ibadahnya. Maka, tindak lanjut untuk masalah ini yaitu perawat akan melakukan
pendampingan dan bantuan ibadah sholat klien.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut penelitian terdahulu menyatakan, teknik Benson relaxation efektif untuk
menurunkan intensitas nyeri, namun pada kasus klien B ini teknik tersebut belum terlihat
keefektifannya. Hal ini dimungkinakan karena kurangnya waktu intervensi dan evaluasi
sehingga terlihat penurunan nyeri oleh klien. Teknik paling eektif yang dapat dilakukan
untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien saat ini adalah dengna menggunakan
terapi farmakologi yaitu dengan Ketorolac.
Mual yang dialami klien juga belum mengalami perbaikan setelah dilakukan
tindakan baik farmakologi maupun non-farmakologi, yaitu dengan akupersur. Namun
begitu, klien menyatakan bahwa saat dilakukan akupresur klien merasa nyaman.
Sehingga renacana tindak lanjut untuk mengatasimasalah ini yaitu dengan meneruskan
intervensi yang sudah dilakukan agar mual teratasi dan klien bisa mencapai intake nutrisi
yang adekuat.
Pemberian paracetamol pada klien tercatat efektif untuk menangani masalah
hipertermi pada klien, sehingga masalah hipertermi klien dapat teratasi. Untuk rencana
tindak lanjut masalah hipertermi, dapat dilakukan monitor tanda-tanda vital klien.
Maslah hambatan religiositas pada klien diangkat berdasarkan hilangnya rutinitas
ibadah klien selama sakit. untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan pengenalan cara
ibadah sholat dalam keadaan sakit dan berbaring di tempat tidur. Namun begitu, setelah
dievaluasi, klien belum melaksanakan rutinitas ibadahnya. Maka, tindak lanjut untuk
masalah ini yaitu perawat akan melakukan pendampingan dan bantuan ibadah sholat
klien.

B. Saran
Setelah melakukan tindakan keperawatan mulai dari pengkajian hingga evaluasi,
kami merasa masih perlunya tindakan intervensi yang lebih intens terhadap klien untuk
mengatasi masalah-maslah klien terutama yang menggunakan teknik non-farmakologi
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Daftar Pustaka

Abdullah, M. & Firmansyah, A. (2012). Diagnostic approach and management of acute


abdominal pain. Acta Medica Indonesiana, 44 (4): 344-350.

Bulechek, Gloria M., dkk. (2008). Nursing intervention classification (NIC). United States of
America: Elsivier.

Drs. Tjay, Tan Hoan dan Drs. Rahardja, Kirana. (2007). Obat-obat penting: khasiat,
penggunaanm dan efek-efek sampingnnya, (Edisi Ke-6). Jakarta: Gramedia.

GP notebook. (2018). Web-Site: Colicky abdominal pain. Diakses pada 20 maret 2018, dari:
http://www.gpnotebook.co.uk/simplepage.cfm?ID=671481860

Jafar, Yohanes. (2017). Kombinasi tramadol/paracetamol dosis tetap sebagai terapi


multimodal untuk mengatasi nyeri. CKD-25, 44 (4):283-287.

Macintyre, Pamela E. & Schug, Stephan A. (2015). Acute pain management: a practical
guide (Fourth Edition). Perth: CRC Press.

Macmillan Cancer Support Organisation (UK) .(2017). Types of pain and how to talk about
them. Diakses pada 20 Maret 2018, dari: https://www.macmillan.org.uk/information-
and-support/coping/side-effects-and-symptoms/pain/different-types-pain-
describe.html

Moorhead, Sue, dll. (2008). Nursing outcome classification (NOC): measurement of health
outcome. United States of America: Elsivier.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. (2015). Diagnosis keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017, (Edisi ke-10).
Jakarta: EGC.

Patasik, Tangka dan Rottie. (2013). Pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 8 (1):1-12.

Pinandita, Purwanti dan Utoyo. (2012). Efektivitas teknik relaksasi nafas dalam dan guided
imagery terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi sectio caesare di irina
D BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Ejournal keperawatan, 1 (1): 1-8.

PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesua: difinisi dan indikatoor diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.

Rejeh, Nahid dkk. (2013). Effect of systematic relaxation techniques on anxiety and pain in
older patients undergoing abdominal surgery. Internation Journal of Nursing
Practice, 19: 462-470.

Saga Magazine. (2017). Web: Aspirin, ibuprofen and paracetamol-whatare the defferences
betwen these three painkillers? A third of UK adults don’t know, says a survey.
Diakses pada 22 Maret 2018, dari: https://www.saga.co.uk/magazine/health-
wellbeing/treatments/medicines/know-your-painkillers

School of Medicine and Public Health of University of Wisconsin. (2010). Pain management.
Diakses pada 20 Maret 2018, dari:
http://projects.hsl.wisc.edu/GME/PainManagement/session2.3.html

Silverman, Michael J., Lorissa Letwin dan Louisa Neuhring. (2016). Patient preferred live
music with adult medical patients: a systematic review to determine implications for
clinical practice and future research. Elsivier, 49: 1-7.

Solehati, T. dan Rustina, Y.(2013). The effect of Beson Relaxation on reduction of pain level
among post caesarean section mother at Ciabat Hospital, Indonesia. JNHC, 1(1):
171-175.

Sternbach, Richard A. (2013). Pain: a psychophysiological analysis. Burlington: Elsivier


Science.

Syarif, H. (2017). Pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah akut akibat kemoterapi
pada pasien kanker; A randomized clinical trial. Idea Nursing Journal, 2(2), 137-142.

Vadivelu, N. et. al,. (2014). Review article: ketorolac tromethamine-routes and clinical
implications. World Institute of Pain, 2 (1): 1-19.

Você também pode gostar