Você está na página 1de 106

GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG

INSOMNIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI


MULIA 03 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN

HALAMAN JUDUL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:
NURHIDIYATI
1112104000008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMUKESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M
LEMBAR PERNYATAAN PE RSETUJUAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG INSOMNIA DI


PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULYA 3 MARGAGUNA
JAKARTA SELATAN

Telah disetujui dan diperiksa pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH

NURHIDIYATI

1112104000008

Pembimbing I Pembimbing II

Ernawati, S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB Jamaludin, S.Kp.,M.Kep


NIP. 197311062 200501 2003 NIP. 19680522 200801 1007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG INSOMNIA DI


PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULYA 3 MARGAGUNA
JAKARTA SELATAN

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

DISUSUN OLEH

NURHIDIYATI

1112104000008

Pembimbing I Pembimbing II

Ernawati, S. Kp.,M.Kep.,Sp.KMB Jamaludin, S.Kp.,M.Kep


NIP. 197311062 200501 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007

Penguji I Penguji II

Ratna Pelawati, S.Kep.,M.Biomed Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS


NIP. 19780215 200901 2 005 NIP. 19770401 200912 2 003

Penguji III Penguji IV

Ernawati, S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB Jamaludin, S.Kp.,M.Kep


NIP. 197311062 200501 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007

iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurhidiyati (Nur)

Tenpat, Tanggal Lahir : Bajo Pulo Sape Bima NTB, 03 November 1995

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Pisangan Jl. SD Inpres RT/RW 04/09 No. 38 (Pondok

Asyifa) Kel. Cirendeu Kec. Ciputat Timur Tangerang

Selatan

Telepon : 082312370537

Email : Nurhidiyatinur@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Bajo Polu Sape Bima NTB (2000-2006)

2. MTS Negeri Sape Bima NTB (2006-2009)

3. SMA Negeri 1 Sape Bima NTB (2009-2012)

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-sekarang)

Riwayat Organisasi

1. Bemj Ilmu Keperawatan (2013-2014)

2. HMPSIK (2014-2015)

vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduated Thesis, Juny 2016


Nurhidiyati, NIM: 1112104000008

The Knowledge of Ederly about Insomnia in Social Institutions Tresna


Werdha Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta

xv + 69 pages, 11 tables, 2 charts, attachments

ABSTRACT

Insomnia is a sleep disorder that is often experienced by the elderly. The elderly
who experience insomnia reached 9.3 million in Indonesia. Problems that arise in
elderly who experienced insomnia is difficulty in sleeping, often wake up early,
felt headache at noon, difficulty concentrating, and irritability. The wider impact
will be seen depression, insomnia also contributed when doing homework and
driving, as well as daily activities can be interrupted. The purpose of this study is
to describe the knowledge of insomnia in the elderly in PSTW Budi Mulia 03
Margaguna South Jakarta. This study was a descriptive study with a quantitative
approach and using a cross sectional study design. The total sample of 71
respondents. The data collection is done by asking questions using a structured
questionnaire. Univariate analysis was performed. The results showed that the
percentage of male respondents is 37 people (52,1%), the percentage of
respondents who has graduated from elementary school is 29 people (40,8%).
Ederly who has good knowledge of insomnia is 37 people (52,1% ), while ederly
who has good knowledge about definition insomnia is 62 people (87,3%), who
has good knowledge about etiology insomnia is 45 people (63,4%), who has good
knowledge about symptoms insomnia is 55 people (77,5%), who has poor
knowledge about classification insomnia is 37 people (52.1%), who has good
knowledge about impact insomnia is 38 people (53,5%) and who has good
knowledge about treatment insomnia is 56 people(78,9%). Suggestions for further
research is using a different method like an experimental method.

Keywords: Elderly, Insomnia, Knowledge


Read list: 53 (2001-2016)

vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2016


Nurhidiyati, NIM: 1112104000008

Gambaran Pengetahuan Lansia tentang Insomnia di Panti Sosial Tresna


Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

xv+69 halaman, 11 tabel, 2 bagan, lampiran

ABSTRAK

Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering dialami pada lansia. Lansia yang
mengalami insomnia di Indonesia 9,3 juta lansia. Masalah yang muncul pada
lansia yang mengalami insomnia yaitu kesulitan untuk tidur, sering terbangun
lebih awal, sakit kepala di siang hari, kesulitan berkonsentrasi, dan mudah marah.
Dampak yang lebih luas akan terlihat depresi, insomnia juga berkontribusi ketika
mengerjakan pekerjaan rumah maupun berkendara, serta aktivitas sehari-hari
dapat terganggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan tentang insomnia pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna
Jakarta Selatan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif dan menggunakan desain study cross sectional. Jumlah sampel
sebanyak 71 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan terstruktur menggunakan kuesioner. Analisa yang dilakukan adalah
univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase responden laki-laki
sebesar 37 orang (52,1%)), presentase responden yang telah tamat sekolah dasar
yaitu 29 orang (40,8%), lansia yang memiliki pengetahuan insomnia yang baik
adalah 37 orang (52,1%), sedangkan lansia yang memiliki pengetahuan baik
mengenai definisi insomnia adalah 62 orang (87,3%), yang memiliki pengetahuan
baik mengenai etiologi insomnia adalah 45 orang (63,4%), yang memiliki
pengetahuan baik mengenai gejala insomnia adalah 55 orang (77,5%), yang
memiliki pengetahuan buruk mengenai klasifikasi insomnia adalah 37 orang
(52,1%), yang memiliki pengetahuan baik mengenai dampak insomnia adalah 38
orang (53,5%) dan yang memiliki pengetahuan baik mengenai penetalaksanaan
insomnia adalah 56 orang (78,9%). Saran untuk penelitian selanjutnya
menggunakan metode yang berbeda seperti metode eksperimen.

Kata kunci: Lansia, Insomnia, Pengetahuan


Daftar Baca : 53 (2001-2016)

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang Insomnia Di PSTW
Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan” yang disusun dan diajukan sebagai
salah satu persyaratan untuk seminar proposal penelitian sebelum melakukan
penelitian. Shalawat serta semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua makhluk
dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman, khusus untuk peneliti, Nabi
Muhammad-lah sebagai inspirasi bagi peneliti dalam menentukan judul proposal
skripsi, karena setiap kata, ucap, langkah, dan perbuatan beliau adalah teladan
bagi seluruh makhluk dia alam semesta.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, banyak kesulitan dan hambatan
yang peneliti hadapi. Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang
luar biasa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan
ini, peneliti ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan
yang tidak terhingga, kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan hamba kesempatan untuk terus belajar
di bangku kuliah.
2. Prof. Dr. H Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSN dan Ibu Ernawati,
S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB, selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix
4. Ibu Ernawati, S.Kp,M.Kep,Sp.KMB selaku dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya selama membimbing skripsi, dengan
ketulusan hati saya mengucapkan banyak terima kasih
5. Jamaludin, S.Kp,M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya selama membimbing skripsi, dengan ketulusan hati
saya mengucapkan banyak terima kasih.
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada
bangku kuliah.
7. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaann
Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-
referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
8. Koordinator PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan serta
jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam
mencari data-data sekaligus sebagai bahan rujukan proposal skripsi.
9. Ucapkan terima kasih peneliti haturkan secara khusus kepada ibunda ku
tersayang Hj, Nuraini dan Bapak ku terhormat H.M.Tohir yang senantiasa
memberikan dukungan penuh berupa doa dan selalu mengiringi setiap
langkahku dengan doa tulus ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan
pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.
10. Kakak-kakakku H. Sopian, H. Sopiadin dan Hj. Jumrah yang dengan
pengorbanan serta perjuangannnya menjadikan kekuatan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat terdekatku Sri Emilia, Irma Putri Ananda, Puspa Ayu
Priadi, Firdiana Destiawati, Syarifah Hanif, Khimmatul Khaira, Fatimah,
Istiqomah Prilaz, dan Nur Indah Ritonga yang telah memberikan
dukungan serta telah memberikan banyak masukan dalam pembuatan
skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan
2012, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas

x
dukungan, semangat, kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini.
Tetap semangat ya teman-teman seperjuanganku. Semoga ikatan
kekeluargaan kita terus kuat dengan silaturrahim yang baik.
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga
peneliti dapat memperbaiki proposal skripsi ini. Peneliti berharap semoga
penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi
pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan
selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, Juni 2016

Nurhidiyati

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
LEMBARAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. LANSIA ................................................................................................... 7
1. Pengertian Lansia ..................................................................................... 7
2. Perubahan Pada Lansia ............................................................................. 8
B. INSOMNIA ............................................................................................ 18
1. Pengertian Insomnia ............................................................................... 18
2. Etiologi Insomnia ................................................................................... 19
3. Gejala Insomnia ...................................................................................... 26
4. Klasifikasi Insomnia ............................................................................... 27
5. Penatalaksanaan Insomnia ...................................................................... 30
C. PENGETAHUAN .................................................................................. 33
1. Pengertian Pengetahuan ......................................................................... 33
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................. 34

xii
D. KERANGKA TEORI ............................................................................. 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep ................................................................................... 38
B. Definisi Operesional ............................................................................... 39

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .................................................................................... 42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 42
C. Populasi Dan Sampel.............................................................................. 43
D. Instrumen Penelitian ............................................................................... 44
E. Uji Validitas Validitas Dan Realibilitas ................................................. 45
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ................................................... 46
G. Pengolahan Data ..................................................................................... 48
H. Analisis Statistik ..................................................................................... 49
I. Etika Penelitian....................................................................................... 50

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Gambar Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 51
B. Hasil Analisa Univariat .......................................................................... 52

BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat .................................................................................... 59
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 67

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................................. 68
B. Saran ....................................................................................................... 69

Daftar Pustaka
Lampiran

xiii
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.2 Definisi Operasional 39


Tabel 4.1 Instrument Penelitian 45
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di PSTW 52
Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan
Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan 53
di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan 53
di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan
Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan 54
Mengenai Definisi Insomnia di PSTW Budi Mulia 03
Margaguna Jakarta Selatan
Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan 55
Mengenai Etiologi Insomnia
Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan 55
Mengenai Gejala Insomnia
Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan 56
Mengenai Klasifikasi Insomnia
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan 57
Mengenai Dampak Insomnia
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan 57
Mengenai Penatalaksanaan Insomnia

xiv
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori 37

Bagan 3.1 Kerangka Konsep 38

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua adalah proses alami yang disertai dengan adanya penurunan

kondisi fisik serta penurunan fungsi organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan

perubahan emosi secara psikologis dan kemunduran kognitif. Hal-hal lain yang

juga sering muncul pada lansia seperti kecemasan yang berlebihan, kepercayaan

diri menurun, insomnia, semuanya saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan

itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah gangguan tidur pada lansia

(Setyaningtyas, 2014).

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan

untuk melakukannya. Keluhan insomnia mencakup ketidakmampuan untuk

tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk melanjutkan tidur, serta

terbangun lebih awal (Stanley & Beare, 2006). Seseorang dapat dikategorikan

menderita insomnia apabila mengalami kesulitan untuk masuk tidur atau

kesulitan untuk mempertahankan tidur (Durand & Barlow, 2006). Insomnia

juga bisa dikatakan sebagai gangguan tidur yang membuat penderita merasa

belum cukup tidur pada saat terbangun (Kurnia, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) di Amerika Serikat lansia

yang mengalami gangguan tidur pertahun sekitar 100 juta orang. Insomnia

merupakan gangguan tidur yang sering di temukan. Setiap tahun diperkirakan

1
2

sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar

17% mengalami gangguan tidur serius. Prevalensi gangguan tidur lansia

diantaranya yaitu sekitar 67% pada tahun 2010 (Utami, 2015). Pada usia lanjut

40 tahun di jumpai 7% kasus yang mengeluh masalah tidur (hanya tidur tidak

lebih lima jam perhari). Masalah yang sama juga di jumpai pada kelompok usia

70 tahun sebanyak 22%. Kelompok usia lanjut ini sering terbangun lebih awal,

dan terdapat 30% usia 70 tahun terbangun pada malam hari.

Menurut National Institute of Health America, jumlah penderita

insomnia lebih tinggi dialami oleh lansia, dimana satu dari empat pada usia 60

tahun atau lebih mengalami sulit tidur yang serius dengan lama waktu tidur dari

empat jam. Gangguan tidur menyerang 50% lansia yang tinggal di rumah dan

66% lansia yang tinggal di fasilitas jangka panjang, misalnya panti sosial.

Busko dan vega (2008) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa

prevalensi insomnia sekitar 10-17% terjadi pada lansia yang tinggal di

komunitas (Fitriani, 2014). Hasil survei epidemiologi (2008), di dapatkan

bahwa prevalensi kejadian insomnia pada lansia di Indonesia sekitar 49% atau

9,3 juta lansia. Di pulau Jawa dan Bali prevalensi insomnia juga cukup tinggi

sekitar 44% dari jumlah total lansia sebanyak 18,96 juta orang (Dinkes 2008).

Insomnia disebabkan beberapa faktor, yaitu psikologis dan biologis,

penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan yang mengganggu serta

kebiasaan buruk, juga dapat menyebabkan gangguan tidur. Faktor psikologis

memegang peranan utam tehadap kecenderungan insomnia (wibowo, 2009).

Kondisi ini dapat di akibatkan oleh banyak gangguan fisik, misalnya batuk, rasa

nyeri (rematik,keseleo,encok), migrain, restless legs, dan sebagainya) atau sesak


3

napas (asma,bronkitis). Insomnia juga dapat disebabkan oleh penggunaan

alkohol berlebihan dan terutama kafein yang terdapat dalam kopi,teh, coklat dan

minuman kola. Juga beberapa jenis obat bisa mengganggu fisiologi tidur,

misalnya analgesik (yang mengandung kofein), anoreksansia,glukokortkoida,

agonis dopamin, beta-blockers dan beberapa obat psikotropik (fluoksetin,

risperidon,sindrom penarikan benzodiazepin) (Tjay, 2007).

Masalah yang muncul pada lansia yang mengalami insomnia yaitu

kesulitaan untuk tidur, sering terbangun lebih awal, sakit kepala di siang hari,

kesulitan berkonsentrasi, dan mudah marah. Dampak yang lebih luas akan

terlihat depresi, insomnia juga berkontribusi pada saat mengerjakan pekerjaan

rumah maupun berkendara, serta aktivitas sehari-hari dapat terganggu

(Rafiudin, 2004). Jika lansia kurang tidur yaitu perasaan bingung, curiga,

hilangnya produktivitas kerja, serta menurunya imunitas. Kurang tidur

menyebabkan masalah pada kualitas hidup lansia, memperburuk penyakit yang

mendasarinya, mengubah perilaku, suasana hati menjadi negatif,

mengakibatkan kecelakaan, seperti terjatuh, serta kecelakaan dalam rumah

tangga. Insomnia juga dapat meyebabkan kematian pada lansia (Fitriani,2014).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan tanggal 08 November 2015 dengan

melakukan observasi dan wawancara pada lansia sebanyak lima belas orang.

Dari lima belas orang terdapat empat belas orang lansia tidak mengetahui

tentang insomnia atau gangguan tidur. Sedangkan hasil wawancara dari sepuluh

orang lansia, didapatkan pengetahuan tentang penanganan insomnia masih

kurang tepat, dibuktikan dengan hasil wawancara yaitu tujuh orang mengatakan
4

penanganan sering dilakukan yaitu dengan cara minum kopi, merokok, nonton

tv dan duduk sedangkan tiga orang didapatkan pengetahuan tentang penanganan

insomia dengan tepat, dapat dibuktikan yaitu dengan cara tidur seperti

membaca buku sebelum tidur, makan sebelum tidur dan olahraga.

Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh insomnia, fenomena

penanganan yang salah akibat insomnia, dan studi pendahuluan yang dilakukan

pada daerah tersebut serta belum ditemukannya penelitian terkait hal tersebut,

maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang “Gambaran

Pengetahuan lansia tentang insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Mulya 03 Margaguna Jakarta Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Pertanyaaan penelitian yang diajukan berdasarkan latar belakang masalah

yang telah disebutkan diatas adalah “Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang

Insomnia di Panti Sosial Tresna werdha (PSTW) Budhi Mulya 03 Margaguna

Jakarta Selatan”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana

gambaran pengetahuan lansia tentang insomnia.


5

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi penderita insomnia meliputi

jenis kelamin, dan pendidikan pada lansia di Panti Sosial Tresna

werdha (PSTW) Budhi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

b. Mengidentifikasi pengetahuan lansia mengenai insomnia berdasarkan

definisi, etiologi, gejala, klasifikasi, dampak, dan penatalaksanaan di

Panti Sosial Tresna werdha (PSTW) Budhi Mulya 03 Margaguna

Jakarta Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

kepada Panti Sosial Tresna werdha (PSTW) Budhi Mulya 03 Margaguna

Jakarta Selatan mengenai gambaran pengetahuan lansia tentang insomnia.

Penelitian ini juga diharapkan agar dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam membuat intervensi keperawatan.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan tambahan informasi dan referensi

ilmu keperawatan gerontik dalam peningkatan pengetahuan dan pedoman

tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah insomnia pada lansia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran dan informasi untuk

melakukan pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

insomnia pada lansia.


6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dimaksutkan untuk mengetahui gambaran pengetahuan

lansia tentang insomnia. Penelitian kuantitatif dengan metode yang digunakan

adalah deskriptif, menggunakan tehnik pengambilan total sampling. Populasi

dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Sosial Tresna werdha

(PSTW) Budhi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Instrumen penelitian yang

digunakan yaitu angket atau kuesioner.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANSIA

1. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU

No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun

(Maryam, 2008). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan

tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang di tandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress

lingkungan (Efendi, 2009). Menurut World Health Organization

(WHO), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun

b. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun

c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

7
8

2. Perubahan Pada Lansia

Menurut Efendi (2009), perubahan pada lansia yaitu:

a. Perubahan fisik

1. Sel

Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan

ukurannya akan lebih besar. Cairan tubuh dan cairan

intraseluler akan berkurang, proporsi protein di otak, ginjal,

darah, dan otak menjadi atrofil.

2. Sistem Persarafan

Rata-rata berkurangnya saraf neacortical sebesar 1 per

detik (Pakkeberg dkk, 2003), hubungan persarafan cepat

menurun, lambat dalam merespons baik dari gerakan maupun

jarak jauh waktu, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf

panca indra, serta menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran

Gangguan pada pendengaran (psibiaskusis), membran

timpani mengalami atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan

serumen karena peningkatan keratin, pendengaran menurun

pada lanjut usia yang mengalami ketengangan jiwa atau stres.

4. Sistem Penglihatan

Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respons

terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis),

lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak,

meningkatnya ambang pengamatan sinar dan daya adaptasi


9

terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk

melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi,

menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya untuk

membedakan, antara warna biru dengan hijau pada skala

pemeriksaan.

5. Sistem Kardiovaskular

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal

dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah

menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural

hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh

meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

6. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ± 350C,

haal ini diakibatkan oleh metabolisme yang menurun

keterbatasan refleks mengigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7. Sistem pernafasan

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi

kaku, menurunya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan

elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas

lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan


10

kedalaman bernapasan menurun. Ukuran alveoli melebar dari

normal dan jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun

menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang, dan

penurunan kekuatan otot pernapasan.

8. Sistem Gastrointestinal

Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami penurunan,

esofagus melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun,

produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung

menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi,

fungsi absorbsi menurun, hati (liver) semakin mengecil dan

menurunya tempat penyimpangan, serta berkurangnya suplai

darah.

9. Sistem Genitourinaria

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah

keginjal penuruanan hingga 50%, fungsi tubulus berkurang

(berakibat pada penurunan kemampuan ginjal untuk

mengonsentrasikan urine, berat jenis urine menurun, proteinuria

biasanya +1), blood urea nitrogen (BUN) meningkat hingga 21

mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Otot-

otot kandung kemih (vesica urinaria) melemah, kapasitasnya

menurun hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air

kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga

meningkat retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas


11

sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga ±75%

dari besar normalnya.

10. Sistem endokrin

Menurun produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas

tiroid, basal metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas,

produksi aldosteron, serta sekresi hormon kelamin seperti

progestero, estrogen, dan testeron.

11. Sistem integumen

Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemah,

permukaan kulit kasar dan berisik, menurunya respons terhadap

trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepada dan

rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung

dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat

menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih

lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh

secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat

berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan

kurang bercahaya.

12. Siatem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semakin

rapuh, kofosis, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon

mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga

gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi

tremor.
12

b. Perubahan mental

Faktor-faktor memengaruhi perubahan mental adalah

perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan

(hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan (intellegence quotient-

I.Q), dan kenangan (Memory), kenangan dibagi menjadi dua, yaitu

kenangan jangka panjang (berjam-jam sampa berhari-hari yang

lalu) mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek

atau seketika (0-10 menit) biasanya dapat berupa kenangan buruk.

c. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang

mengalami pensiun. Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi

pada masa pensiun:

1. Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income)

berkurang

2. Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang

cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya

3. Kehilangan teman atau relasi

4. Kehilangan pekerjaan aau kegiatan

5. Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness

of mortality)

d. Perubahan Pola tidur

Perubahan pola tidur pada usia lanjut banyak disebabkan

oleh kemampuan fisik usia lanjut yang semakin menurun.

Kemampuan fisik menurun terkait oleh kemampuan organ dalam


13

tubuh yang menurun juga, seperti jantung, paru-paru , dan ginjal.

Penurunan tersebut mengakibatkan daya tahan tubuh dan

kekebalan turut berpengaruh. Sedangkan diatas usia 50 tahun rata-

rata 6 jam sudah cukup (Tjay, 2007). Pada usia lanjut biasanya

insomnia lebih sering menyerang. Hal ini terjadi sebagai efek

samping (sekunder) dari penyakit lain, seperti nyeri sendi,

osteoporosis, payah jantung, parkinson atau depresi (Prasadja,

2009).

1. Fisiologis Tidur

Tidur adalah irama biologis yang komples (Kozier, 2008).

Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus dan bergantian

dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan (Potter dan

Perry, 2005). Tidur ditandai dengan aktivitas fisik yang

minimal, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan

respon terhadap rangsangan eksternal (Kozier, 2008).

Siklus tidur-terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi

fisiologis serta respon perilaku. Individu mengalami irama

siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka setiap hari. Irama

yang paling dikenal adalah irama diurnal atau irama sikardian,

yang merupakan siklus 24 jam (siang dan malam) (Potter dan

Perry, 2005). Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi

biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan perkiraan

suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah,sekresi hormon,

kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada


14

pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam. Irama sikardian

dipengaruhi oleh cahaya dan suhu, selain faktor eksternal

seperti aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan. Perubahan

dalam suhu tubuh juga berhungan dengan pola tidur individu,

termasuk lansia (Saryono, 2010).

Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang

dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat

yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf

perifer, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan, dan muskular

(Robinso, 1993 dalam Potter & Perry, 2005). Kontrol dan

pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua

mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan

menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur terjaga

(Potter dan Perry, 2005).

Sistem aktivasi retikular (SAR) berlokasi pada batang otak

teratas, SAR dipercayai terdiri atas sel khusus yang

mempertahankan kewaspadaan dan terjaga, SAR menerima

stimulus sensori visula, auditori, nyeri dan taktil. Aktivitas

korteks serebral (misal, proses emosi atau pikiran) juga

menstimulasi SAR (Potter dan Perry, 2005). Keadaan terjaga

atau siaga yang berkepanjangan sering dihubungkan dengan

gangguan proses berpikir yang progresif dan terkadang dapat

menyebabkan aktivitas perilaku yang abnormal (Guyton,

2007).
15

Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dalam

sistem tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah.

Daerah otak juga disebut bulbar synchronizing region (BSR).

Ketika individu mencoba tertidur, mereka akan menutup mata

dan berada dalam keadaan yang rileks. Stimulus ke SAR

menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, aktivaasi SAR

selanjutnya akan menurun. BSR mengambil alih yang

kemudian menyebabkan tidur (Potter dan Perry, 2005).

Sistem saraf pusat mengatur pola tidur setiap individu. Ada

dua jenis tidur, yaitu tidur REM (Rapid Eye Movement) dan

NREM (Non Rapid Eye Movement). Setiap individu, berapapun

usianya, perlu melewati 2 tahapan tidur ini dalam setiap

tidurnya. Siklus tidur terdiri dari 4 tahapan NREM dan 1 tahap

REM. Tidur NREM berawal dari relaksasi dan berlanjut pada

tidur yang semakin dalam. Tidur REM adalah tidur terdalam

dan sangat penting untuk tidur di malam hari. Jika tidur

seseorang terganggu, maka siklus tidur akan dimulai dari awal

dan banyak tidur dalam yang diperlukan untuk kondisi sehat

hilang (Dewi, 2014).


16

Bangun

NREM I

REM NREM II
NREM II

NREM II
NREM III

NREM III
NREM IV

Siklus tidur-bangun serta berbagai tahapan tidur disebabkan

oleh hubungan timbal-balik antara tiga sistem saraf:

a. Sistem terjaga, yaitu bagian dari reticular activating

system yang berasal dari batang otak.

b. Pusat tidur gelombang lambat di hipotalamus yang

mengandung neuron tidur yang menginduksi tidur.

c. Pusat tidur paradoksal di batang otak yang mengandung

neuron tidur REM, yang menjadi sangat aktif sewaktu

tidur REM.

Pola interaksi di antara ketiga regio saraf ini, yang

menghasilkan rangkaian sejenis tidur, kini menjadi bahan

penelitian intensif. Para ilmuwan saraf baru-baru ini

mempelajari bahwa neuron yang membuat seseorang terjaga

melepaskan muatan secara otonom (sendiri) dan terus-


17

menerus. Neuron-neuron ini harus di hambat agar kita dapat

tidur, mungkin oleh PPI yang dihasilkan oleh masukan dari

neuron tidur atau oleh masukan inhibitorik lain. Neuron tidur

REM dipercayai berfungsi sebagai tombol antara tidur

gelombang lambat dan tidur REM (Sherwood, 2011).

2. Gangguan Tidur

a. Pengertian Gangguan tidur

Gangguan tidur pada usia lanjut biasanya muncul

dalam bentuk kesulitan untuk tidur dan sering terbangun

atau bangun terlalu awal. (Prasadja, 2009). Gangguan tidur

sering dijumpai pada usia lanjut (Anies, 2005). Gangguan

tidur umum terjadi adalah insomnia (Semiun, 2006).

b. Klasifikasi Gangguan Tidur Pada Lansia

Menurut Stanley (2006), lansia seringkali mengeluh

tiga gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan

tidur, yaitu:

1. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur

walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Lansia

rentan terhadap insomnia karena adanya perubahan pola

tidur yang biasanya menyerang tahap 4 NREM.

Keluhan insomnia mencakup ketidakmampuan untuk

tertidur, seringkali terbangun, ketidakmampuan untuk

melanjutkan tidur, serta terbangun lebih awal


18

2. Hipersomnia

Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau

9 jam per periode 24 jam, dengan keluhan tidur yang

berlebihan. Penyebab hipersomnia ini masih bersifat

spekulatif tetapi dapat berhubungan dengan

ketidakaktifan, gaya hidup yang membosankan, ataupun

depresi. Lansia dengan hipersomnia dapat menunjukkan

kantuk di siang hari. Keluhan tentang keletihan,

kelemahan, dan kesulitan mengingat juga merupakan

hal yang seringkali terjadi (stanley & Beare, 2006).

3. Apnea Tidur

Apnea tidur (sleep apnea) adalah berhentinya

persapasan selama tidur. Gangguan ini didefinisikan

dengan adanya tanda gejala, yaitu mendengur,

berhentinya pernapasan minimal 10 detik, dan rasa

kantuk di siang hari yang luar biasa. Lansia dengan

apnea tidur dapat mengalami henti napas maksimal

sebanyak 300 kali dengan episode apnea dapat berakhir

dari 10 sampai 90 detik.

B. INSOMNIA

1. Pengertian Insomnia

Susilo dan Wulandari (2011) menjelaskan bahwa insomnia adalah

suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan tidur, terutama

tidur malam hari dan merasa tidak cukup atau meraskan kualitas tidur
19

yang buruk, walaupun mempunyai kesempatan tidur yang cukup ini

akan mengakibatkan perasan tidak bugar setelah bangun dari tidur.

Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk

tetap tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi

merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia. Dengan

demikian, insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi

kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas (Asmadi, 2008).

2. Etiologi Insomnia

Menurut Potter & Perry (2006) penyebab insomnia mencakup:

a. Faktor psikologi

Lanjut usia sering mengalami kehilangan yang mengarah

pada stress emosional. Stress emosional menyebabkan seseorang

menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak

tidur. Stress juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras

untuk tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu

banyak tidur. Stress yang berlanjut akan menyebabkan kebiasaan

tidur yang buruk.

b. Penyakit fisik

Sesak nafas pada orang yang terserang asma, hipertensi,

penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan episode

nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang teratur.

Sehingga seringkali mengalami frekuensi terbangun yang sering,

nokturia atau berkemih pada malam hari, dan lansia yang

mempunyai sindrom kaki tak berdaya yang terjadi pada saat


20

sebelum tidur mereka mengalami berulang kali kambuh gerakan

berirama pada kaki dan tungkai.

c. Faktor lingkungan

Lingkungan yang bising, tempat tidur yang kurang nyaman,

tingkat cahaya dan suhu yang terlalu ekstrim dapat menjadi faktor

penyebab susah tidur.

d. Gaya hidup

Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja

yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

e. Pengobatan medis

Banyak sekali obat-obat yang membuat susah tidur. Obat-

obatan tersebut menyebabkan insomnia ketika dikonsumsi

mendekati waktu tidur atau ketika dosisya ditingkatkan. Beberapa

obat yang dapat menyebabkan insomnia antara lain: antidepresan,

dopamine agonis (beberapa pengobatan pada parkinson),

psikostimultan, amfetamin, antikonvulsan, obat demam,

dekongestan, efedrin dan pseudoefedrin, kortison, dan

adrenokortikotropin, beta agonis, teofilin, pengobatan untuk

menurunkan tekanan darah, lipid dan agaen penurun kolestrol,

diuretik, kafein, niasin, antibiotik quinolone, dan agen

antineoplastik.

Menurut Rafknowledge (2004) faktor-faktor penyebab

insomnia yaitu:
21

a. Stres atau kecemasan, seseorang didera kegelisahan yang

dalam. Biasanya karena memikirkan permasalahan yang

sedang dihadapi.

b. Depresi, selain menyebabkan insomnia, depresi juga bisa

menimbulkan keinginan tidur terus sepanjang waktu karena

ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa

menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan

depresi.

c. Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur (seperti tidur apnea),

diabetes, sakit ginjal, artritis, atau penyakit yang mendadak

seringkali menyebabkan kesulitan tidur.

d. Efek samping pengobatan, pengebotan untuk suatu penyakit

juga dapat penyebab insomnia.

e. Pola makan yang buruk, mengonsumsi makanan berat sesaat

sebelum pergi tidur bisa menyulitkan seseorang jatuh tidur.

f. Kafein, nikotin, dan alkohol, kafein dan nikotin adalah zat

stimulan. Alkohol dapat mengacaukan pola tidur.

g. Kurang berolahraga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang

signifikan.

Ada empat penyebab insomnia menurut Junaidi (2007), yaitu:

a. Predisposisi psikologis dan biologis

Kedua faktor tersebut kadangkala menyatu menjadi bentuk

psikosomtis, yakni persoalan psikologis berdampak terhadap


22

biologis dan sebaliknya. (psiko = kejiwaan; soma = dinding,

tubuh). Misalnya bagi seseorang yang jantungnya mudah

berdebar-debar lebih cepat dan suhu tubuhnya lebih hangat dari

biasanya maka berkecenderungan untuk susah tidur. Jika

tertidur maka akan sentitif untuk bangun. Di samping itu,

sejumlah penyakit fisik juga menjadi aspek pencetus gangguan

insomnia, misalnya asma, rematik, maag, ginjal, dan thyroid.

Aspek psikis dan biologis ini berkombinasi membentuk

ikatan yang saling memengaruhi. Jika orang memiliki masalah

dengan tubuh seperti mengidap suatu penyakit, menderita luka

dibagian-bagian tubuh yang sangat penting, di wajah misalnya,

kendati tidak serius seseorang pasti gelisah memikirkan

pengaruh luka tersebut bagi ketampanan atau kecantikan.

Kecemasan ini dapat mengacaukan ketenangan yang berakibat

pada susah tidur.

Demikian juga jika seseorang memiliki masalah psikis yang

menyita perhatian, seperti tekanan pekerjaan yang kunjung

usai, masa depan yang tidak jelas, serta sejumlah masalah

keluarga yang menimbulkan kegelisahan. Pikiran seseorang

akan membuat syaraf terus menegang sehingga orang pun susah

tidur.

Secara khusus, faktor psikologis juga memegang peran

utama terhadap kecenderungan insomnia. Hal ini disebabkan

oleh ketengangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang


23

kemudian memengaruhi sistem saraf pusat sehingga kondisi

fisik senantiasa siaga. Misalnya ketika seseorang sedang

memiliki problematika pelik di lingkungan kantor, maka jika

ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah

diajak kompromi untuk tidur. Di sisi faktor kecemasan

ketegangan, dan ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan

insomnia.

Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan insomnia

adalah kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah, dan perasaam

cemas atau stres sebagai antisipasi terhadap peristiwa-peristiwa

yang akan datang. Insomnia dapat terjadi sebagai reaksi simtom

yang sederhana atau mungkin berkaitan dengan kondisi-kondisi

psikiatrik lain, seperti reaksi kecemasan (kecemasan neurosis),

depresi, dan mania. Dalam hala-hal seperti itu kekuatan

insomnia akan berhubungan dengan gangguan emosi yang berat

(Semiun, 2006).

b. Penggunaan obat-obatan dan alkohol

Banyak orang yang menganggap bahwa obat-obatan tidak

mungkin membuat mereka kesulitan untuk tidur. Justru

sebaliknya, sebagian besar dari obat-obatan tersebut bisa

menyebabkan kantuk. Makanya, nyaris semua iklan obat-

obatan ringan yang dijual bebas di pasaran menyertakan

pemberitahuan bahwa obat tersebut tidak menyebabkan kantuk.


24

Akibatnya, tidak sedikit orang yang mengonsumsi obat-obatan

tersebut sebelum tidur.

Sejumlah obat memang mengandung zat yang bisa

melemaskan syaraf dan membuat orang mengantuk. Tapi tidak

semuanya. Ada obat-obatan tertentu yang malah merangsang

syaraf-syaraf otak sehingga menunda kantuk. Misalnya adalah

obat diet dan obat untuk menghilangkan tersumbatnya hidung

(decongestant). Bahkan tidak sedikit obat flu yang dijual di

pasaran mengandung phenylpropanolamine atau perangsang

lain yang justru membuat seseorang tetap terjaga.

Sementara itu, alkohol awalnya memang menyebabkan

kantuk, namun dapat menganggu tidur. Mengonsumsi minuman

beralkohol malam hari dapat merangsang tubuh melakukan

metabolisme sehingga mengalami kesulitan tidur. Disamping

itu, alkohol menguras vitamin B yang mendukung sistem saraf

sehingga kalaupun mengantuk, seseorang takkan dapat tidur

dengan nyenyak.

c. Lingkungan yang mengganggu

Yang dimaksud lingkungan di sini mencakup dua hal :

1. Lingkungan tempat tinggal.

Bagaimana masyarakat yang tinggal di daerah

pedesaan yang tenang dan tenteram, lingkunga tidak pernah

jadi masalah serius yang bisa mengganggu kenikmatan

beristirahat. Pasalnya, ketika matahari terbenam, nyaris


25

enua aktivitas di desa terhenti. Dengan demikian, suara

hiruk-pikuk serta bisingnya suara kendaraan bermotor juga

sanagt minim.

2. Situasi di dalam rumah.

Tinggal dirumah yang luas dengan ruangan tidur

privat tentu snagat berbeda dengan mendiami ruamh sempit

yang dihuni oleh banyak orang, sehingga tidak menyisakan

ruang tidur yang benar-benar nyaman. Ruang untuk

menonton TV yang berdekatan dengan kamar tidur juga

merupakan faktor yang sangat mengganggu untuk bisa

cepat tidur. Lebih-lebih jika salah satu anggota keluarga

merupakan pencadu televisi yang tidak mau mengerti

bahwa suara televisi yang tidak mau mengerti bahawa suar

televisi menimbulkan rasa penasaran sehingga pikiran

seseorang tidak bisa tenag dan tidur tidak nyaman.

Selain situasi lingkungan, suhu juga salah satu

faktor penyebab gangguan tidur. Banyak orang yang tidak

bisa tidur pada suhu yang terlalu ekstrem. Orang yang biasa

tinggal di daerah panas, takkan bisa tidur pulas di daerah

yang suhunya sangat dingin. Demikian juga sebaliknya.

d. Kebiasaan buruk

Pecandu rokok dan penikmat kopi, berarti kedua hal

tersebut bias dikategorikan sebagai kebiasaan buruk yang

menyebabkan seseorang sulit tidur.


26

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami

insomnia di antaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan,

tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. (Asmadi,

2008).

Menurut Maryam (2008), penyebab insomnia pada lansia adalah

sebagai berikut:

1. Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga

mereka masih semangat sepenjang malam.

2. Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari

3. Gangguan cemas dan depresi

4. Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman.

5. Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum

pada malam hari.

6. Infeksi saluran kamih.

Menurut Sudarno (2009), resiko yang mungkin terjadi bagi

orang yang mengalami insomnia:

a. Stres yang tingkatannya relatif

b. Kesehatan fisiknya menurun

c. Sering bicara ngelantur (ngaco)

3. Gejala Insomnia

Penderita insomnia biasanya mengalami gejala-gejala seperti

selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus

(lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu

terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Sering kali
27

penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak

dapat kembali tidur (maksum, 2009).

Gejala insomnia sering dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Kesulitan memulai tidur (initial insomnia), biasanya disebabkan oleh

adanya ganggua emosional/ketegangan atau gangguan fiisk, (misaln:

keletihan yang berlebihan atau adanya penyakit yang mengganggu

fungsi organ tubuh) (Lanywati, 2011).

b. Bangun terlalu awal (early awakening), yaitu dapat memulai

tidur dengan normal, namun tidur mudah terputus dan/atau

bangun lebih awal dari waktu tidur biasanya, serta kemudian

tidak bisa tidur lagi. Gejala ini sering muncul seiring dengan

bertambanya usia seseorang atau karena depresi dan

sebagainya(Lanywati 2001).

Ciri-ciri orang yang mengalami insomnia adalah:

a. Tampak gelisah

b. Pandangan matanya kosong

c. Selera makannya rendah

d. Bertubuh kurus

e. Pembuluh darahnya menggelembung

4. Klasifikasi Insomnia

Menurut bedytalk (2008), pada prinsipnya ada tiga jenis

insomnia yakni:
28

a. Insomnia Sementara

Pada insomnia sementara, gangguan tidur hanya beberapa

malam saja. Insomnia ini akan berakhir dari beberapa malam

sampai paling lama tiga atau empat minggu. Insomnia ini

biasanya berhubungan langsung dengan peristiwa yang

membuat penderita tertekan, misalnya baru kehilangan orang

yang dicintai, masalah keuangan, dirawat dirumah sakit,

menghadapi ujian, wawancara, pengadilan, hendak bepergian

ke luar kota atau pernikahan. Jangan terlalu cemas dengan

insomnia jenis ini karena semuanya akan berakhir dengan

segera.

b. Insomnia Jangka Panjang

Insomnia jangka pendek biasanya disebabkan oleh stres

mendadak (dari pekerjaan, sekolah, ataupun masalah

keluarga).

c. Insomnia kronis

Yang lebih berat dan lebih sulit diobati adalah insomnia

kronis. Insomnia ini akan berakhir sampai beberapa minggu,

bahkan bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Umumnya

penderita termasuk dalam salah satu kelompok di bawah ini:

1. Kesulitan tidur saat pergi tidur

2. Tidur sedikit sekali atau tidak nyeyak, sering

terbangun, dan melek selama berjam-jam di tengah

malam
29

3. Terbangun pagi-pagi sekali dan tidak dapat tidur lagi.

Sedangkan jika di tinjau dari segi etiologi menurut Junaidi (2007),

ada dua macam insomnia, yaitu :

a. Insomnia Primer

Pada insomnia primer, terjadi hyperarousal state di mana

terjadi aktivitas asceding reticular activating system yang

berlebihan. Pasien biasa tidur tapi tidak merasa tidur. Masa

tidur REM (tidur paradoksikal) sangat kurang, sedangkan masa

tidur NREM (tidur gelombang lambat) cukup, periode tidur

berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini tidak

berhubungan dengan kondisi kejiwaan, masalah neurologi,

masalah medis lainnya, ataupun penggunaan obat-obat tertentu.

b. Insomnia Sekunder

Insomnia sekunder disebabkan karena gangguan irama

sirkadian, kejiwaan, masalah neurologi atau masalah medis

lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini sangat sering terjadi

pada orang tua. Insomnia ini bisa terjadi karena psikoneurotik

dan penyakit organik. Pada orang dengan insomnia karena

psikoneurosis, sering didapatkan keluhan-keluhan non organik

seperti sakit kepala, kembung, badan pegal yang mengganggu

tidur. Keadaan ini lebih parah jika orang tersebut mengalami

ketegangan karena persoalan hidup. Pada insomnia sekunder

karena penyakit organik, pasien tidak bisa tidur atau kontinuitas

tidurnya terganggu karena nyeri organik, misalnya penderita


30

arthritis yang mudah terbangun karena nyeri yang ditimbulkan

karena perubahan sikap tubuh.

Ada tiga jenis insomnia yaitu: Insomnia Inisial adalah

ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur. Insomnia

intermiten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau

keadaan sering terjaga dari tidur dan insomnia terminal adalah bangun

secara dini dan tidak dapat tidur lagi (asmadi, 2008).

5. Penatalaksanaan Insomnia

a. Nonfarmakologi

Pencegahan insomnia menurut Sudarno (2009) yaitu:

1. Olahraga teratur sampai keluar keringat

2. Makan secara teratur

3. Menyelesaikan masalahnya secapatnya

4. Kalau masalahnya berat dan tak terselesaikan, harus bisa

cuek/tidak peduli (serahkan pada Allah)

5. Perlu sharing dengan orang yang dapat dipercaya

6. Tidur setelah tubuh benar-benar lelah

Menurut Sudarno (2009), cara pengobatannya (supaya bisa tidur):

1. Pijat kaki kanan dan kiri secara bergantian, mulai dari lutut

sampai telapak kaki, terutama celah-celah tulang kering dan

tulang betis kurang lebih 10 menit.


31

2. Berdiri dengan posisi tegak dan kaki setengah dilipat. Lakukan

sampai seseorang mengeluarkan banyak keringat. Kemudian

minum 1 gelas air putih hangat.

Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui

pendidikaan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman,

melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya, (Asmadi, 2008).

Menurut Asmadi ( 2008), ada beberapa tindakan atau upaya

yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:

1. Memakan-makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti

keju atau susu. Diperkirakan bahwa triptofan, yang

merupakan suatu asam amino dari protein yang dicerna,

dapat membantu agar mudah tidur.

2. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama

3. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari.

4. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar

kantuk dan tidak pada waktu kesadaran penuh.

5. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat

sebelum tidur.

6. Lakukakan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi

tidak menjelang tidur.

7. Gunakan tehnik-tehnik pelepasan otot-otot serta meditasi

berusaha untuk tidur.


32

b. Farmakologi

Dalam usaha mengatasi insomnia, pertama-tama penyebab

utamanya ditanggulangi dengan obat yang layak serta tepat dan

bukan ditangani dengan obat tidur. Misalnya dengan obat batuk,

analgetika (obat rema atau encok), relaksasi otot, vasodilator,

antidepresiva atau tranquillizer.

Obat tidur baru dapat digunakan bila semua tindakan itu

tidak berhasil dan lazimnya suatu benzodiazepin dengan masa-

paruh singkat dan dengan dosis serendah mungkin. Obat tidur

juga dapat dibenarkan penggunaannya pada insomnia yang

selewat, misalnya pada keadaan stres ringan, seperti perubahan

status kerja dan meninggalnya anggota keluarga.penggunaannya

hendaknya dibatasi sampai 1-3 malam dan tidak lebih lama dari

1-2 minggu untuk memperkecil risiko toleransi dan

ketegantungan. Pemberian obat secara bertahap dihentikan

setelah pasien dapat tidur kembali dengan nyenyak. Sering kali

penggunaan yang intermittent (tidak lebih sering di tiap malam

ketiga) sudah mencukupi.

Obat tidur non-benzodiazepin (zopiclon, zolpidem) yang

juga bekerja terhadap reseptor benzodiazepin, tetapi

diperkirakan tidak menimbulkan toleransi dan ketagihan.

Beberapa jenis anthistamin (mis. Prometazin) dan obat anti-

depresif (mis. Amitriptilin, inipramin, trazodon) tidak

mengakibatkan ketagihan dan dalam dosis rendah dapat


33

digunakan sebagai obat tidur yang juga dapat memperpanjang

SWS (Tjay, 2007).

C. PENGETAHUAN

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahun (knowledge) adaalah hasil dari tahu dari manusia,

yang sekedar menjawab pertanyaaan “what” (notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan ini terjadi setelah seseoranga melakukan penginderaaan

terhdap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentukmya perilaku seseorang ”

(notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkat, yakni:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat nsuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.

b. Memehami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang yang diketahui,

dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.


34

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya).

d. Analisa (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi tertentu, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (Evaluasi)

Evaluasi ini beekaitan dengan kemampuan melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka


35

dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan

yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat

pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang

baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperolah pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung.

c. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi

perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental).

Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori

perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubaahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan

mental taraf seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Minat, sebagai suatu kecendungn atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba

dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada

kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan


36

berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap

obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan

timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga

menimbulkan sikap positif.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan

maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap

untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi, kemudahan memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang

baru.
37

D. KERANGKA TEORI

lansia

Insomnia : Definisi,
Perubahan fisiologis
Etiologi, Gejala,
Klasfikasi, Dampak dan
Peatalaksanaan
Perubahan pada Perubahan
batang otak hipotalamus

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Gangguan Tidur
pengetahuan :

Pendidikan, pekerjaan,
umur, minat, Insomnia

pengalaman, kebudayaan
lingkungan sekitar dan
informasi

Skema 2.1

Berdasarkan Teori : Efendi (2009), Sherwood (2011), Asmadi (2008),

Notoatmodjo (2010).
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin

diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan/menjelaskan

secara panjang lebar tenteng suatu topik yang akan dibahas (setiadi, 2007).

Skema 3.1

Variebel

Pengetahuan lansia tentang insomnia:

1. Definisi

2. Gejala

3. Etiologi

4. klasifikasi

5. Dampak

6. Pentalaksanaan

Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel


pengetahuan tentang “Gambaran Pengetahun Lansia Tentang Insomnia”

38
39

B. Definisi Operesional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati,

sehingga menungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (hidayat, 2008).

Tabel 3.2
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Jenis Merupakan pertanda Menentukan jenis Kuesioner, bagian 1. Laki-laki Nominal
kelamin gender seseorang kelamin responden A, bentuk format 2. Permpuan
isian
2 Pendidikan Pendidikan adalah Merupakan jenjang Kuesioner, bagian 1. Tidak sekolah Ordinal
jenjang pendidikan pendidikan formal A, bentuk format 2. SD/sederajat
formal yang telah terakhir yang pernah isian 3. SLTP/sederajat
diselesaikan seseorang ditempuh oleh 4. SLTA/sederajat
responden 5 .PT/sederajat
(Depkes RI, 2009)
3. Pengetahuan Pengetahuan adalah Kuesioner Kuesioner dibagikan Pengetahuan di kelompokaan Ordinal
tentang segala sesuatu yang kepada responden menjadi baik buruk.
insomnia diketahui oleh lansia yang menggunakan Distribusi data tidak normal
tentang insomnia skala gutman, Benar Kolmogorov-smirnov
dan salah, nilai Sig. <0,027
benar = 1 dan nilai 1. Baik ≥75
40

salah = 0 terdiri dari 2. Buruk ≤75


dua puluh pilihan
4 Pengetahuan Pengetahuan adalah Kuesioner Kuesioner dibagikan Pengetahuan di kelompokaan Ordinal
tentang segala sesuatu yang kepada responden menjadi baik buruk.
definisi diketahui oleh lansia yang menggunakan
insomnia tentang definisi skala gutman, Benar Distribusi data tidak normal
insomnia dan salah, nilai Kolmogorov-smirnov
benar = 1 dan nilai
Sig. <0,000
salah = 0 terdiri dari
1. Baik = 50
tiga pilihan
2. Buruk = 54

5 Pengetahuan Pengetahuan adalah Kuesioner Kuesioner dibagikan Pengetahuan di kelompokaan Ordinal


tentang segala sesuatu yang kepada responden menjadi baik buruk.
etiologi diketahui oleh lansia yang menggunakan
insomnia tentang etiologi skala gutman, Benar Distribusi data tidak normal
insomnia dan salah, nilai Kolmogorov-smirnov
benar = 1 dan nilai Sig. <0,000
salah = 0 terdiri dari 1. Baik =75
delepan pilihan 2. Buruk =74

6 Pengetahuan Pengetahuan adalah Kuesioner Kuesioner dibagikan Pengetahuan di kelompokaan Ordinal


tentang segala sesuatu yang kepada responden menjadi baik buruk.
gejala diketahui oleh lansia yang menggunakan Distribusi data tidak normal
insomnia tentang gejala skala gutman, Benar Kolmogorov-smirnov
insomnia dan salah, nilai Sig. <0,000
benar = 1 dan nilai 1. Baik = 66
salah = 0 terdiri dari 2. Buruk = 65
41

tiga pilihan

7 Pengetahuan Pengetahuan adalah Kuesioner Kuesioner dibagikan Ordinal


1.
tentang segala sesuatu yang kepada responden
klasifikasi diketahui oleh lansia yang menggunakan 1. Baik = 1
insomnia tentang klasifikasi skala gutman, Benar
2. Buruk = 0
insomnia dan salah, nilai
benar = 1 dan nilai
salah = 0 terdiri dari
satu pilihan

8 Pengetahuan Pengetahuan adalah Kuesioner Kuesioner dibagikan Pengetahuan di kelompokaan Ordinal


tentang segala sesuatu yang kepada responden menjadi baik buruk.
dampak diketahui oleh lansia yang menggunakan Distribusi data tidak normal
insomnia tentang dampak skala gutman, Benar Kolmogorov-smirnov
insomnia dan salah, nilai Sig. <0,000
benar = 1 dan nilai 1. Baik = 100
salah = 0 terdiri dari 2. Buruk = 99
tiga pilihan

9 Pengetahuan Pengetahuan adalah Kuesioner Kuesioner dibagikan Pengetahuan di kelompokaan Ordinal


tentang segala sesuatu yang kepada responden menjadi baik buruk.
penatalaksan diketahui oleh lansia yang menggunakan Distribusi data tidak normal
aan insomnia tentang skala gutman, Benar Kolmogorov-smirnov
penatalaksanaan dan salah, nilai Sig. <0,000
insomnia benar = 1 dan nilai 1. Baik = 66
salah = 0 terdiri dari 2. Buruk = 65
tiga pilihan
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-

metode penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam penelitian. Dengan demikian

metode penelitian dapat di artikan bahawa sebagai suatu bahasa yang

membahas secara tehnik metode-metode yang digunakan dalam sebuah

penelitian. Atau juga diartikan sebuah suatu pola pemikiran yang digunkan

dalam penelitian dan penilaian, suatu tehnik yang umum bagi ilmu

pengetahauan dan cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur

(Darmawan, 2013)

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

metode yang digunakan adalah deskriptif Studi Cross Sectional. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang berusaha mengambarkan kegiatan

penelitian. Penelitian deskriptif ini juga disebut penelitian pra-eksperimen

karena dalam penelitian ini dilakukan eksplorasi, menggambarkan, untuk

dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas

data yang dipeoleh dilapangan (Sukardi, 2009).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2016,

penelitian ini dilakukan di PSTW Budi Mulia03 Margaguna Jakarta Selatan.

42
43

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditraik

kesimpulanya (Sugiyono,2010). Populasi pada penelitian ini adalah

semua lansia yang ada di PSTW.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidikan atau

dapat juga dikatakan bahawa sampel adalah populasi dalam bentuk mini.

(Arifin, 2011). Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya

sampel digunakan. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek

penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi persayaratn

sebagai sampel (Hidayat, 2008).

a. Kriteria Inklusi :

1) Kesadaran Compos Mentis

2) Bersedia menjadi responden

3) Usia 60-74 tahun

4) Mampu berkomunikasi dengan baik


44

b. Jumlah Sampel

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling. Total sampling adalah tehnik pengambilan dimana jumlah

sample sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Berdasarkan kriteria

inklusi jumlah sampel ada 71 responden dari jumlah populasi di

PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan yaitu 230 lansia.

Dikarena jumlah perhitungan berdasarkan rumus tidak sesuai dengan

kriteria inklusi maka dari itu penelitian menggunakan tehnik total

sampling dimana ada 71 responden berdasarkan kriteria inklusi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar

memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan

peneliti adalah kuesioner atau angket yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat.

Instrumen ini terdiri dari empat bagian yaitu data demografi meliputi inisial

nama, umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Bagian kedua kuesioner untuk

pengetahuan lansia misal 20 pertanyaan tertutup tentang pengetahuan

insomnia. Penilaian untuk pertanyaan positif tentang pengetahuan

menggunakan skala diskontiniu jika jawaban benar mendapatkan nilai 1 dan

jika jawaban salah tidak mendapat nilai (0).


45

Tabel 4.1

Pertanyaan + −

Definisi 12 dan18
1, 2, 7, 8. 13, 16, 19 dan
Etiologi
20
Tanda dan Gejala 5, 11, dan 15

Klasifikasi 17

Dampak 6, 9 dan 10

Penatalaksanaan 3, 4, dan 14

E. Uji Validitas Validitas Dan Realibilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid

jika diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa

item tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa iten pertanyaaan yang

dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini

dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing skor item

pertanyaan dari tiap variable yang diukur tersebut. Uji validitas

menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Suatu instrumen

dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai

positif dan nilai t hitung > t table (0,264, alpha 95%, n:41) (Hidayat,

2008).

Uji validitas menggunakan Person Product Moment pada

kuesioner tingkat pengetahuan insomnia dilakukan pada lansia di PSTW

Budi Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur yang tidak termasuk dalam


46

sampel. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan insomnia dari 25

pertanyaan 6 item di nyatakan tidak valid. Kemudian dari 6 pertanyaan 6

item dinyatakan tidak valid sebagian dimodivikasi yaitu item nomer 9.

Untuk item nomer 1, 2, 5, 6, 11 dan 24 dieliminasi karena pertanyaan

yang lain sudah mewakili indikator.

2. Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap

asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software computer dengan

rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).

Uji reabilitas pada kuesioner mengenai tingkat pengetahuan

insomnia yang dilakukan pada 41 lansia di PSTW Budi Mulia 01

Cipayung Jakarta Timur menggunakan rumus Cronbach’s alpha untuk

uji reliabilitas. Hasil uji reabilitas tersebut mempunyai hasil sebesar

0,819 maka instrumen ini dinyatakan reliabel.

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian


47

(Nursalam, 2003). Pengumpulan data dilakukan PSTW Budi Mulia

03Margaguna Jakarta Selatan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Pada awalnya penelitian membuat form persetujuan pembimbing di

bagian prodi untuk mambuat surat studi pendahuluan, surat perizinan

penelitian serta mendapatkan persetujuan proposal penelitian untuk

ditujukan kepada Kantor PTSP Walikota Jakarta Selatan.

2. Setelah mendapatkan persetujuan dari kepada Kantor PTSP Walikota

Jakarta Selatan, maka peneliti menyerahkan surat studi pendahuluan,

surat perizinan penelitian berserta prosal peneliti, KTP dan KTM

tersebut kepada Kantor PTSP Walikota Jakarta Selatan

3. Setelah surat perizinan penelitiandi serahkan kepada Kantor PTSP

Walikota Jakarta Selatan. Maka peneliti menunggu selama 3 surat

perizinan penelitian dari Kantor PTSP Walikota Jakarta Selatan. Setelah

itu peneliti menyerahkan surat studi pendahuluan, suarat perizinan

penelitian kepada PTSP dan Surat izin penelitian tersebut kepada PSTW

Budi Mulia03 Margaguna Jakarta selatan.

4. Penelitian turun lapangan selama satu minggu untuk penelitian

pengetahuan tentang insomnia berdasarkan definisi, gejala, penyebab,

klasifikasi, dampak, dan penatalaksanaan. Pada saat turun lapangan

peneliti mendata nama-nama lansia yang terdaftar berdasarkan kriteria

Inklusi di PSTW.

5. Mendatangi responden untuk menjelaskan tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kerahasiaan informasi yang diberikan responden kepada

peneliti serta meminta kerja sama responden untuk menjawab semua


48

pertanyaan dalam kuesioner secara jujur sesuai dengan keadaan

responden.

6. Maendampingi responden berserta memberikan daftar pertanyaan dan

menyerahkan kepada responden dan meminta responden untuk

menandatangi lembar informed consent sebelum mengisi lembar

pertanyaan.

7. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisisn

kuesioner.

8. Memberikan kesempatan kepada responden kesempatan kepada

respondenn untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas

dengan kuesioner.

9. Memberikan waktu selama 10-15 menit kepada responden untuk

mengisi kuesioner dengan di dampingi oleh peneliti.

10. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada

peneliti untuk kemudian diolah dan dianalisis.

G. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah-

langkah pengolahan data menurut Hidayat (2008) diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah dan teaftar kode

dan terkumpul.
49

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

komputer. Biasanya dalam kode dibuat juga daftar kode dan artinya

dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali meliat lokasi

dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Entry data

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master table atau data base komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat table

kontingensi.

4. Cleaning data

Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di

entry, apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data siap dianalisa.

H. Analisis Statistik

1. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi

frekuensi dari gambaran pengetahuan lansia tentang insomnia. Hasil

yang akan diperoleh adalah karakteristik responden dan pengetahuan

lansia baik dan buruk tentang insomnia.


50

I. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan

peneliti (Hidayat, 2008).

Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian

yang meliputi:

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembaran persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada

responden yang akan ditelitiyang memenuhi kriteria sampel dan disertai

judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat

mengerti maksud dan tujuan penelitian.

2. Tanpa nama (anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

yang diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (confidentially)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti


BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan mendeskripsikan secara lengkap hasil penelitian mengenai

pengetahuan lansia tentang insomnia dengan memberikan skor pengetahuan

terdiri dari skor baik dan buruk. Peneliti ini dilakukan selam 7 hari (31 maret

samapi 6 April).

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian

Panti sosial Tresna Werdha Budi Mulia merupakan unit pelaksana

tehnis bidang kesejahteraan sosial lanjut usia Dinas Sosial Provinsi DKI

Jakarta. Sebagai lembaga pelayanan masyarakat Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulia adalah lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Khusunya dengan tugas pokok memberikan pelayanan sosial bagi

lanjut usia terlantar agar dapat hidup wajar dalam kehidupan bermasyarakat,

yang meliputi perawatan, pelindungan dan pembinanaan fisik, spiritual, sosial

dan psikologis..Adapun yang menjadi landasan hukum dari Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1998 Tentang Lanjut Usia

2. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 41 tahun 2002 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan

Sosial Provinsi DKI Jakarta.

3. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 163 tahun 2002 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Tehnis di

51
52

Lingkungan Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI

Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki empat PSTW Budi Mulia

yakni, PSTW Budi Mulia 01 yang terletak di Cipayung Jakarta Timur adalah

tempat untuk Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner, PSTW Budi Mulia 02

yang terletak Cengkareng Jakarta Barat, PSTW Budi Mulia 03 yang terletak di

Margaguna Jakarta Selatan dan PSTW Budi Mulia 04 yang terletak Cirasas

Jakarta Timur. Penelitian di lakukan dilakukan di PSTW Budi Mulia 03 Jakarta

Selatan dengan jumlah lanjut usia sebanyak 230 lanjut usia. Lanjut usia yang di

jadikan responden pada penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 71

usia lanjut.

B. Hasil Analisa Univariat

1. Gambaran Umum Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di PSTW Budi Mulia 3
Margaguna Jakarta Selatan
Karakteristik Jumlah Presentase(%)
Laki-laki 37 52,1%
Perempuan 34 47,9%
Total 71 100.0

Pada tabel 5.1 distribusi berdasarkan jenis kelamin responden

hampir merata untuk masing-masing tingkat jenis kelamin. Paling


53

banyak responden jenis kelamin laki-laki 37 orang (52,1%) sedangkan

untuk jenis kelamin perempuan 34 orang (47,9%).

b. Pendidikan

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di PSTW Budi
Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

Karakteristik Jumlah Presentase(%)

Tidak Sekolah 14 19,7%

SD 29 40,8%

SMP 14 19,7%

SMA 6 8,5%

PT 8 11,3%

Total 71 100.0

Pada tabel 5.2 menunjukkan distribusi tingkat pendidikan

responden hampir merata untuk masing-masing tingkat pendidikan.

Paling banyak respondenn berpendidikan SD yaitu 29 orang (40,8%)

sedangkan untuk pendidikan Tidak Sekolah, SMP, SMA dan PT

masing-masing (19,7%), (19,7%), (8,5%) dan (11,3%).

2. Tingkat Pengetahuan Responden

a. Tingkat Pengetahuan Responden Secara Keseluruhan

Responden yang berjumlah 71 orang mengisi kuesioner mengenai

pengetahuan tentang Insomnia, dan dikategorikan sebagai berikut:


54

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai
Insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase(%)

Baik 37 52,1

Buruk 34 47,9

Total 71 100.0

Pada tabel 5.3 Distribusi tingkat pengetahuan responden hampir

merata untuk masing-masing tingkat pengetahuan. Paling banyak tingkat

pengetahuan baik sebanyak 37 orang (52,1%) dan pengetahuan buruk

sebanyak 34 orang (47,9%).

b. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Definisi Insomnia

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Definisi
Insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase(%)

Baik 62 87,3

Buruk 9 12,7

Total 71 100.0

Pada tabel 5.4 menunjukkan distribusi tingkat pengetahuan

responden hampir merata untuk masing-masing tingkat pengetahun

berdasarkan definisi insomnia. Paling banyak tingkat pengetahuan baik


55

sebanyak 62 orang (87,3%) dan tingkat pengetahuan buruk sebanyak 9

orang (12,7%).

c. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Etiologi Insomnia

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Etiologi
Insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan
Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase(%)

Baik 45 63,4

Kurang 26 36,6

Total 71 100.0

Pada tabel 5.5 menunjukkan distribusi tingkat pengetahuan

responden hampir merata untuk masing-masing tingkat pengetahun

berdasarkan etiologi insomnia. Paling banyak tingkat pengetahuan baik

sebanyak 45 orang (63,4%) dan tingkat pengetahuan buruk sebanyak 26

orang (36.6%).

d. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Gejala Insomnia

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Gejala
Insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase(%)

Baik 55 77,5

Buruk 16 22,5

Total 71 100.0
56

Pada tabel 5.6 menunjukkan distribusi tingkat pengetahuan

responden hampir merata untuk masing-masing tingkat pengetahuan

berdasarkan gejala insomnia. Paling banyak tingkat pengetahuan baik

sebanyak 55 orang (77,5%) dan tingkat pengetahuan buruk sebanyak 16

(22,5%).

e. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Klasifikasi Insomnia

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai
Klasifikasi Insomnia di PSTW Budi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan

Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase(%)

Baik 34 47,9

Buruk 37 52,1

100.0
Total 71

Pada tabel 5.7 menunjukkan distribusi tingkat pengetahuan

responden hampir merata untuk masing-masing tingkat pengetahuan

berdasarkan klasifikasi insomnia. Paling banyak tingkat pengetahuan

buruk sebanyak 37 orang (52,1%) dan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 34 orang (47,9%)


57

f. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Dampak Insomnia

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai
Dampak Insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase (%)

Baik 38 53,5

Kurang 33 46,5

Total 71 100.0

Pada tabel 5.8 menunjukkan distribusi tingkat pengetahuan

responden hampir merata untuk masing-masing tingkat pengetahuan

berdasarkan dampak insomnia. Paling banyak tingkat pengetahuan baik

sebanyak 38 orang (53,5%) dan tingkat pengetahuan buruk sebanyak 33

(46,5%).

g. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Penatalaksanaan Insomnia

Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai
Penatalaksnaan Insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Tingkat
Jumlah Prentase(%)
Pengetahuan

Baik 56 78,9

Kurang 15 21,1

Total 71 100.0
58

Pada tabel 5.9 menunjukkan distribusi tingkat pengetahuan

responden hampir merata untuk masing-masing tingkat pengetahuan

berdasarkan pentaalaksanaan insomnia. Paling banyak tingkat

pengetahuan baik sebanyak 56 orang (78,9%) dan tingkat pengetahuan

buruk sebanyak 15 orang (21,1%)


BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini diuraikan pembahasan meliputi interpretasi dan diskusi hasil

penelitian yang dijabarkan pada bab V atau hasil penelitian dengan merujuk pada

teori-teori dan penelitian yang telah ada sebelumnya yang mendukung dalam

penelitian ini. Pada bab ini juga akan dijelaskan tenteng kerterbatasan penelitian

selama pelaksanaan penelitian.

A. Analisa Univariat

1. Data Demografi Responden PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta

Selatan.

a. Jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berjenis kelamin, diperoleh

responden laki-laki berjumlah 37 orang (52,1%), sedangkan perempuan

berjumlah 34 orang (47,9%). Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan

jenis kelamin di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta mayoritas

laki-laki berjumlah 37 orang (52,1%).

Berdasarkan penelitian Sumedi, 2010 mengatakan bahwa laki-

laki lebih banyak mengalami insomnia sebesar (56,25%), perempuan

sebesar (43,75%) yaitu mereka sering terbangun dimalam hari yang

berkisar antara 3-5 kali dalam satu malam, dan sulit untuk tidur kembali,

meskipun bisa tidur kembali harus nunggu sampai beberapa menit atau

jam, kondisi ini terulang beberapa kali dalam satu malam dan juga

mereka mengatakan mudah terbangun karena suara, dan cuaca yang

59
60

dingin, sebagian besar yang mudah terbangun di malam hari adalah laki-

laki. Lansia rentan terhadap insomnia karena adanya perubahan pola

tidur yang biasanya menyerang tahap 4 NREM. Keluhan insomnia

mencakup ketidakmampuan untuk tertidur, seringkali terbangun,

ketidakmampuan untuk melanjutkan tidur, serta terbangun lebih awal

(Stanley, 2006). Hal ini menyebabkan mayoritas laki-laki lebih banyak

di bandingkan perempuan dikarena lansia laki-laki lebih cenderung

berminat untuk mencoba dan menekuni suatu hal seperti informasi

dibandingkan perempuan.

Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa pria dan wanita

memiliki perbedaan dalam karakteristik tidur, dimana pria memiliki

gangguan tidur yang lebih bervariasi dan lebih cepat dibandingkan

wanita. Prevalensi insomnia lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.

Wanita lebih memiliki kemungkinan untuk mimpi buruk, kesulitan tidur

dan sering terbangun dibandingkan pria (Darmojo,2005). Menurut teori

Webb 1989 dalam Maas (2011) yang menyatakan bahwa penundaaan

waktu tertidur terjadi pada satu dari tiga lansia perempuan dan satu

lansia laki-laki. Menurut hasil wawancara yang dilakukan di PSTW

responden perempuan lebih banyak mengatakan bahwa mereka

mengeluh sulit untuk memulai tidur, sering terbangun malam hari,

stress, cemas, lelah dan tidak bisa tidur karena suara TV yang

mengganggu tidur mereka sedangkan responen laki-laki mengeluh sulit

memulai tidur, terbangun malam hari, dan merasa khawatir dengan

keluarga.
61

b. Pendidikan

Hasil menunjukkan bahwa berpendidikan SD yaitu 29 orang

(40,8%) sedangkan untuk pendidikan Tidak Sekolah, SMP, SMA dan

PT masing-masing (19,7%), (19,7%), (8,5%) dan (11,3%). %). Hal ini

menunjukkan bahwa pendidikan di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna

Jakarta mayoritas berpendidikan SD yaitu 29 orang (40,8%)

Tingkat pendidikan yang rendah pada lansia menyebabkan

kurangnnya kemampuan mereka untuk dapat membaca dan memahami

materi tertulis (Jackson et al, 1994 dalam Bastable, 2009). Orang yang

berpendidikan tinggi cenderung lebih mudah mengakses informasi

(Mubarak, 2007). Hal tersebut dikarenakan pendidikan berkolerasi

dengan pengetahuan sehinggga jika pendidikan yang ditempuh

seseorang mempengaruhi pengetahuannya mengenai sumber informasi

yang didapatkan. Hasil yang didapatkan dari penelitian bahwa

pendidikan akhir SD lebih tinggi sehingga tingkat pengetahuan yang

diperoleh cenderung baik. Hasil wawancara pada petugas panti

mengatakan lansia yang ada di panti kebanyakan lansia menenggah

kebawah sehingga pendidikan lansia relatif rendah karena tidak atau

belum pernah sekolah, SD dan bebearapa lansia pendidikannya dari

SMP, SMA dan Perguruan Tinggi maka dari itu pengetahuan mereka

tentang kesehatan masih relatif baik. Hal ini menyebabkan pengetehuan

lansia baik dikarena mereka cenderung menbaca baca buku di waktu

luang dan sering ikut dalam kegiatan program PSTW seperti, spiritual,
62

senam dll sehingga pengetahuan mereka baik walaupun lansia

kebanyakan menenggah kebawah.

2. Tingkat Pengetahuan Responden PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta

Selatan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang

insomnia pada lansia, diperoleh gambaran dari 71 responden terdapat 37

orang (52,1%) masuk dalam kategori bai dan tingkat pengetahuan buruk

sebanyak 34 orang (47,9%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan

lansia tentang insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Jakarta Selatan mayoritas

berpengetahuan baik.

Notoatmodjo (2010) merupakan hasil tahu yang terjadi melalui

proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentukmya

perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan yang diukur dalam penelitian kali

ini adalah penegtahuan tentang insomnia. Domain kognitif yang dilihat dari

responden adalah tahu, artinya dapat mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Materi untuk mengukur tingkat pengetahuan ini

berisi mengenai definisi insomnia, etiologi, gejala, kalsifikasi, dampak, dan

penatalaksanaan insomnia.

Penelitian yang dilakukan Narulita dkk, 2013 pengetahuan lansia

mengenai insomnia yaitu dalam kategorik buruk. hal ini menyebabkan

pengetahuan mereka buruk dikarena belum di berikan pendidikan kesehatan

sedang di PSTW bahwa mayoritas pengetahuan lansia baik karena lansia


63

cenderung, membaca buku di waktu luang, menonton TV bahkan mengikuti

spiritual yang dilakukan di PSTW sehingga pengetahuan lansia baik. .

Menurut sutarto & Cokro (2008) pada umumnya setelah orang

memasuki lansia, ia mengalami penurunan fungsi kognitif meliputi proses

belajar, persepsi, pemahaman, pengertian dan lain-lain sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Hal lain

yang menyebabkan pengetahuan lansia baik dikarenakan lansia terpapar

dengan informasi mengenai masalah tidur salah satunya adalah insomnia

dari petugas kesehatan dan mahasiswa yang praktek di PSTW Budi Mulia

03 Margaguna Jakarta Selatan.

a. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Definisi Insomnia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

responden mengenai definisi insomnia, diperoleh pengetahuan baik

sebanyak 62 orang (87,3%) dan tingkat pengetahuan buruk sebanyak 9

orang (12,7%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan lansia

mengenai definisi insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Jakarta Selatan

mayoritas berpengetahuan baik.

Santoso & Ismail, 2009 menua menyebabkan terjadinya

gangguan kognitif, yang jelas terlihat pada daya ingat dan kecerdasan.

Fungsi kognitif ialah proses mental dalam memperoleh pengetahuan

atau kemampuan kecerdasan meliputu pengertian. Wawancara yang

dilakukan pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta

mengenai tentang insomnia mereka mengatakan jika sulit tidur,

terbangun malam hari mereka mengatakan mengetahui tahu bahwa itu


64

adalah gangguan tidur atau insomnia dan lansia cenderung untuk

menbaca, nonton TV dan berbicara dengan petugas maupun mahasiswa

yang praktek di PSTW di sela waktu luang. sehingga pengetahuan lansia

mengenai definisi insomnia baik dan. Hal ini dapat menyebab lansia

yang bila pengetahuan mereka buruk mengenai insomnia maka akan

berdampak terhadap kesehatannya yaitu kebutuhan aktivitas sehari-hari

terganggu dan kualitas hidup tidak terpenuhi.

b. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Etiologi Insomnia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

responden mengenai etiologi insomnia, diperoleh pengetahuan baik

sebanyak 45 orang (63,4%) dan buruk sebanyak 9 orang (12,7%). Hal

ini menunjukkan bahwa pengetahuan lansia mengenai etiologi insomnia

di PSTW Budi Mulia 03 Jakarta Selatan mayoritas berpengetahuan baik.

Adanya penurunan dari intelektualitas meliputi persepsi,

kemampuan kognitif, memori dan belajar pada lansia menyebabkan

mereka sulit untuk memahami dan berinterkasi (Maryam, 2008). Hal ini

dapat menyebabkan pengetahuan lansia baik, bahwa dari hasil

wawancara dilakukan pada lansia, mereka mengatakan sulit untuk tidur

karena mengalami penyakit fisik yaitu gatal-gatal, maag, dan rematik

sedangkan dari masalah psikologis mereka stres dan cemas. Hal ini akan

berdampak terhadap kualitas tidur lansia, apabila lansia tidak

mengetahui penyebab dari masalah tidur yaitu insomnia.


65

c. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Gejala Insomnia

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

responden mengenai gejala insomnia, diperoleh tingkat pengetahuan

baik sebanyak 55 orang (77,5%) dan tingkat pengetahuan buruk

sebanyak 16 orang (22,5%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan

lansia mengenai etiologi insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Jakarta

Selatan mayoritas berpengetahuan baik.

Perubahan fungsi fisiologis pada lansia dapat menyebabkan

perubahan pada kemampuan belajar adalah perubahan pengelihatan dan

pendengaran (Bastable, 2002). Hal ini dapat meyebabkan pengetahuan

mengenai gejala insomnia baik dikarena dari wawancara yang dilakukan

pada lansia mengatakan bahwa jika merasa kesulitan tidur, biasannya

yang dirasakan yaitu sering merasa lelah, lemas, pusing dan bahkan

sering terbangun malam hari.

d. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Klasifikasi Insomnia

Hasil penelitian menunjukkan bahea tingkat pengetahuan

responden mengenai klasifikasi insomnia, diperoleh tingkat pengetahuan

buruk sebanyak 37 orang (52,1%) dan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 34 orang (47,9%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan

lansia mengenai klasifikasi insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Jakarta

Selatan mayoritas berpengetahuan kurang.

Perubahan-perubahan fisologis dan psikologis akibat penuaan

yang mempenngaruhi kememampuan belajar mereka (Weinrich et al,

1989 dalam Bastable, 2002). Hal ini dapat menyebabkan pengetahuan


66

kurang dikarenakan lansia mengatakan bahwa meraka tidak

mengetahaui mengenai kesulitan tidur adalah insominia yang bisa terjadi

beberapa hari dan bahkan beberapa bulan, menurut mereka hal yang

biasa tanpa mengetahui dampak jika mengalami masalah tidur yang

serius.

e. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Dampak Insomnia

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan responden

mengenai dampak insomnia, diperoleh tingkat pengetahuan baik

sebanyak 38 orang (53,5%) dan tingkat pengetahun buruk sebanyak 33

orang (46,5%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan lansia

mengenai dampak insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Jakarta Selatan

mayoritas berpengetahuan baik.

Lansia sering mengalami gangguan komunikasi karena

mengalami penurunan pengelihatan, pendengaran wicara dan pesepsi

menyebabkan penurunan kemampuan lansia untuk menangkap pesan

atau informasi (Nugroho, 2009). Berdasarkan wawancara dari lansia di

PSTW mereka mengatakan dampak dari kesulitan tidur akan

menyebabakan seringa sakit, dan bahkan lansia mengeluh mereka tidak

bisa beraktivitas sehari-hari seperti olahraga, dan bekerja. Hal ini dapat

menyebabkan pengetahuan lansia mengenai insomnia baik dikarena

mereka terpapar dengan informasi dari mahasiswa yang praktek

sehingga lansia mengetahui dampak dari masalah tidur yaitu gangguan

tidur (insomnia).

f. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Penatalaksanaan Insomnia


67

Hasil penelitian tingkat pengetahuan responden mengenai

pentaalaksanaan insomnia menunjukkan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 56 orang (78,9%) dan tingkat pengetahuan buruk sebanyak 15

orang (21,1%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan lansia

mengenai definisi insomnia di PSTW Budi Mulia 3 Jakarta Selatan

mayoritas berpengetahuan baik.

Menurut Asmadi (2008), perawat dapat membantu klien

mengatasi insomnia melalui pendidikaan kesehatan, menciptakan

lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya.

Hal ini dapat menyebabkan pengetahuan lansia baik, dari hasil observasi

dan wawancara yang dilakukan pada mereka mengatakan berolahraga

merasa tidur mereka jadi nyenyak dan berdoa sebelum tidur, sedangakan

dari petugas kesehatan dan mahasiswa yang praktek di PSTW mereka

seirng memberikan pendidikan kesehatan kepada lanisa.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dari penelitian ini. Hal

ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan penelitian dalam

pelaksanaan penelitian ini antatara lain :

1. Kebanyakan responden tidak bisa mengisi sendiri kuesioner jadi disini

peneliti yang membacakan pertanyaan dan membantu mengisi sesuai

jawaban.

2. Jumlah sampel yang seharusnya menjadi 115 responden menjadi 71 responden

karenaa berbagai kendala dari responden yang tidak mau


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukakan pada

bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil keseluruhan

temuan penelitian sebagai berikut:

1. Data demografi responden di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna

Jakarta Selatan dari 71 responden diperoleh berdasarkan jenis

kelamin mayoritas respondnen adalah laki-laki yaitu berjumlah 37

orang (52,1%). Berdasarkan pendidikan mayoritas, pendidikan

terakhir SD yaitu 29 orang (40,8%).

2. Gambaran pengetahuan tentang insomnia di PSTW Budi Mulia 03

Margaguna Jakarta Selatan dari 71 responden yang diperoleh

berdasarkan tingkat pengetahuan tentang insomnia sebanyak 37 orang

(52,1%) dalam kategorik baik, sedangkan berdasarkan tingkat

pengetahuan mengenai definisi insomnia, etiologi, gejala, klasifikasi,

dampak dan penatalaksanaa yaitu tingkat pengetahuan responden

mengenai definisi insomnia yang memiliki tingkat pengetahuan baik

sebanyak 62 orang (87,3%), etiologi insomnia tingkat pengetahuan

responden masuk dalam kategorik baik sebanyak 45 orang (63,4%),

gejala insomnia tingkat pengetahuan responden masuk dalam kategorik

baik sebanyak 55 orang (77,5%), kalsifikasi insomnia tingkat

pengetahuan responden masuk dalam kategorik buruk sebanyak 37

68
69

orang (52,1%), dampak insomnia tingkat pengetahuan responden masuk

dalam baik sebanyak 38 orang (53,5%), dan untuk tingkat pengetahuan

mengenai penatalaksaan insomnia masuk dalam kategorik baik

sebanyak 56 orang (78,9.%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dapat

disarankan hal-hal berikut ini:

1. Bagi Profesi Keperawaatan

Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetehuan tentang

masalah tidur yaitu gangguan tidur (insomnia) dengan penelitian juga

bagi pendidikan ilmu keperawatan dapat menjadi pedoman untuk

tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah insomnia pada lansia.

2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna

Jakarta Selatan.

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan informasi dan

pengetahuan tentang masalah tidur terutama insomnia bagi lansia

karena dampak dari masalah tidur, salah satunya yaitu terganggunya

aktivitas sehari-hari sehingga kebutuhan hidup lansia tidak terpenuhi.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode

yang berbeda dengan peneliti ini, yaitu dengan menggunakan metode

eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat Azis. A. 2008. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.

Anggraiani, PD. 2014. Hubungan Antara Tingkat Stress dengan Kejadian Insomnia
Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyaraktan, diakses repository.unej.ac.ida.
Diunduh Pada Tanggal 11 November 2015 Pada Pukul 13:30 WIB

Anies. 2005. Seri Kesehatan Umum: Pencegahan dan Gangguan Kesehatan. Jakarta:
Gramedia.

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi 6.


Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi. 2008. Tehnik prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan


Pembalajaran. Jakarta: EGC.

Bedytalk, seri. 2008. Yoga Insomnia : 29 gerakan yoga insomnia untuk menyembuhkan
susah tidur secara alami. Jakarta: gramedia.

Darmawan, Deni. 2013. Metode penelitian kuantitatif. Bandung: PT. REMAJA


Rosdakarya.

Darmojo. 2005. Proses Menua Dan Implikassi Kliniknya. Buku Ajar Penyakit Dalam
Jilid I (ed, 5). Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia

Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta

Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologis Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hastono, Sutanto Priyo. 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya baru

Hermayudi. 2012. Hubungan Antara Depresi dan Insomnia pas Lansia di Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta. Di akses http://eprints.ums.ac.id/22754/1/2pdf._ , Pada
tanggal 09 Oktober 2015, pukul 13 : 30 WIB

Junaidi, luqman. 2007. The Power of Wirid : Rahasia dan Khasiat Zikir Setelah Shalat
Untuk Kedamaian Jiwa dan Kebugaran Raga. Jakarta : PT mizan publika.

Kozier, Barbara. 2008. Fundamentals Of Nursing: concepts, process, dan practice New
Jersey: Berman Audrey

Lanywati, Endang. 2001. Insomnia Gangguan Sulit Tidur.Yogyakarta: Kanisius

Maas, L. Merideam. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis NANDA,


Kriterian Hasil Noc, & Intervensi NIC. Jakarta: EGC

Majid, Abdul Yudi. 2014. Pengaruh Akupresur Terhadap Kualitas Tidur lansia di Balai
Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay. Di akses
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/Pengaruh-Akupresur-
Terhadap-Kualitas-Tidur-Lansia.pdf, Diunduh pada Tanggal 09 Oktober 2015,
Pukul 12:00 WIB

Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta: Salemba


Medika.n.

Mubarak, Wahit 1qbal. 2007. Promosi Kesehatan. Jogjakarta: Graha Ilmu

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika

Narulita, dkk. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan


Insomnia Pada Lansia. Di akses
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/2
00. Diunduh Pada Tanggal 29 Mei 2016 Pukul: 09:12 WIB

Noorkasiani, S Tamher. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soeekidjo. 2010. Konsep Perilaku Kesehatan Dalam : Promosi Kesehatan
Teori & Aplikasi edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soeekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, Wahjudi H. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu Keperawatan Jilid
2. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC.

Potter, Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik
Edisi 4. Jakarta: EGC

Prasadja, Andreas. 2009. Ayo Bangun dengan Bugar karena Tidur yang Benar. Jakarta:
Mizan Publika.

Prayito, A. 2002. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaannya. Di Akses file:///D:/pola%20tidur.pdf, Diunduh Pada Tanggal
08 Oktober 2015, Pukul 14:00 WIB

Pudjiastuti, S.S. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC

Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta : PT Elex Media

Safitri, Wahyuningsih. 2014. Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan


Tingkat Insomnia pada Lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Kasih Surakarta. Di
Akses
http://www.jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/viewFile/93/133
Diunduh Pada Tanggal 09 Oktober 2015, 14 : 00 WIB

Santoso Hanna & Andar Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Semarang: BPK
Gunung Mulia

Saryono & Widianti, A.T. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika
Semiun, yustinus. 2006. Kesehatan mental 2: Gangguan-gangguan
Kepribadian.Yogyakarta: Kanisius.

Setianto, B. 2004. Pengetahuan Pelayanan Fisik Lanjut Usia. diakses www.pjnhk.go.id,


Pada Tanggal 10 November 015 Pukul 15:00 WIB

Setyaningtyas. 2014. Hubungan Perilaku Merokok dengan Resiko Insomnia Pada Lansi
di Dusun Dalema Gadingarjo Saden. Di akses
http://opac.say.ac.id/280/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20pdf.pdf Pada 10
november Pukul 10 : 00 WIB.

Stanley, Mickey & Beare, P.G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Sudarno, Paulus. 2009. Manajemen Terapi Motivasi. Jakarta: gramedia

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&B. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2009. Metode Penelitian Kompetensi dan Praktikny. Jakarta: Bummi Aksara.

Sumedi taat, dkk. 2013. Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan Skala Insomnia
pada Lansia di Panti Wredha Dewanata Cilacap. Diakses
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/202, Diunduh Pada
Tanggal 25 mei 2o16 Pukul 13:30WIB.

Susilo, Y & Wulandari, A. 2011. Cara Mengatasi Insomnia. Yogyakarta : ANDI

Sutarto, J Tito & C, Ismul Cokro. 2008. Pensiun Bukan Akhir Segalanya : Cara Cerdas
Menyiasati Masa Pensiun. Jakarta: Gramedia

Tjay, Tan H. 2007. Obat-Obat Penting : Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek


Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Utami, Titis. 2015. Pengaruh Rendam Aiar Hangat Panas Kaki Terhadap Insomnia
Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Di
Akses http://opac.say.ac.id/241/1/naskaaah%20publikasi.pdf. Diunduh Pada
tanggal 10 november 2015 Pukul 14:32 WIB.

Wahyuni. 2003. Kajian terhadap kesejahteraan penduduk lanjut usia di


pedesaan.laporan riset unggulam terpadau VIII bidang dinamika sosial, Ekonomi,
dan Budaya. Bogor: IPB

Wibowo, Adrean Dedy. 2009.Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan Insomnia Pada
Lansia Di Desa Tambak Merang Gimimarto Wonogiri. Di akses
http://eprints.ums.ac.id/4424/1/J210050002.pdf, Diunduh Pada Tanggal 11
November 2015, Pukul 11:20 WIB
LAMPIRAN
Lembar Permohonan Menjadi Responden

Jakarta Selatan, Maret 2016

Kepada Yth

Responden Penelitian

Di tempat

Dengan hormat

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Nurhidiyati

Nim : 1112104000008

Alamat :Pisangan Jl. SD Inpres RT/RW 04/09 No. 38 (Pondok Asyifa)


Kel. Cirendeu Kec. Ciputat Timur Tangerang Selatan

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang
melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang
Insomnia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan”.

Penelitian ini memberikan manfaat tidak langsung kepada responden,


yaitu dapat mengetahui tentang insomnia yang diukur dengan menggunakan
kuesioner penelitian. Penelitian ini tidak akan merugikan responden. Peneliti akan
merahasiakan identitas dan jawaban responden.

Ibu/Bapak dipersilahkan mendatangani lembar persetujuan apabila


bersedia secara sukarela untuk menjadi responden penelitian. Besar harapan saya
kiranya Ibu/Bapak beredia menjadi responden dalam penelitian ini. Atas
kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya

Peneliti
(Lanjutan)

Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden


penelitian yang dilakukan oleh:
Nama : Nurhidiyati
Nim : 1112104000008
Alamat : Pisangan Jl. SD Inpres RT/RW 04/09 No. 38 (Pondok Asyifa)
Kel. Cirendeu Kec. Ciputat Timur Tangerang Selatan

Saya telah mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai tujuan,


prosedur, dan manfaat penelitian ini. Saya mengerti bahwa data dalam penelitian
ini akan dirahasiakan. Semua berkas yang mencantumkan identitas responden
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Saya mengerti bahwa tidak akan ada resiko yang terjadi. Apabila ada
pertanyaan dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatif pada
saya, maka penelitiu akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti
memberikaan hak kepada saya untuk mengundurkan diri sebagai responden dari
penelitian ini tanpa resiko apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya tanda tangan tanpa suatu paksaan.
Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.

Jakarta Selatan, maret 2016

(..............................................)
Kode Responden

INSTRUMEN PENELITI

Tanggal Pengambilan Data :


Kuesioner A : Data Demografi Responden
Petunjuk Pengisian : Pilihlah ja waban sesuai yang anda rasakan dengan
memberi checklist (√) pada kolom yang disediakan
dan semua pertanyaan harus dijawab dengan satu
pilihan

1. Data Demografi
a. Nama :
b. Usia : tahun
c. Jenis Kelamin :
( ) Laki-laki ( ) Perempuan
d. Pendidikan :
( ) Tidak Sekolah ( ) SD/Sederajat

( ) SMP/Sederajat ( ) SMA

( ) Perguruan Tinggi/Sederajat
Kode Responden

Tanggal Pengambilan Data :


Kuesioner B : Pengetahuan insomnia
Pentunjuk Pengisian : Pilihlah salah satu jawaban untuk setiap butir
pertanyaan berikut dengan memberikan tanda ceklist
(√) pada kolom yang tersedia

No Pertanyaan Benar Salah

1 Penyebab gangguan tidur adalah perasaan cemas

2 Penyebab gangguan tidur paling sering adalah stres

3 Minum susu sebelum tidur dapat membantu agar mudah


tidur

4 Olahraga teratur adalah tindakan pencegahan gangguan


tidur

5 Ciri-ciri orang mengalami gangguan tidur (insomnia)


adalah tampak gelisah

6 Resiko yang terjadi bagi orang yang mengalami


gangguan tidur adalah penurunan fisik

7 Mengonsumsi minuman beralkohol adalah penyebab


gangguan tidur

8 Lingkungan yang bising seperti suara TV adalah faktor


penyebab ganguan tidur

9 Akibat nyeri dapat menyebabkan susah tidur

10 Dampak dari gangguan tidur adalah depresi

11 Bangun lebih awal dari waktu biasanya, kemudian tidak


bisa tidur lagi adalah gejala gangguan tidur

12 Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa


belum cukup tidur dapat disebut gangguan tidur

13 Asma penyebab gangguan tidur

14 Membaca doa adalah salah satu pencegahan gangguan


tidur

15 Gejala dari gangguan tidur adalah merasa lelah

16 Orang yang mengalami emosi akan menyebabkan


gangguan tidur

17 Insomnia (Gangguan tidur) terjadi beberapa minggu dan


bahkan bisa berbulan-bulan

18 Insomnia (Gangguan Tidur) dapat berupa kesulitan


untuk tidur

19 Suhu panas adalah faktor penyebab ganguan tidur

20 Penyakit Rematik adalah penyebab insomnia (gangguan


tidur)
Kuesioner Uji validitas di PSTW 01 Cipayung Jakarta Timur

Kode Responden

Tanggal Pengambilan Data :

Kuesioner B : Pengetahuan insomnia

Pentunjuk Pengisian : Pilihlah salah satu jawaban untuk setiap butir


pertanyaan berikut dengan memberikan tanda ceklist
(√) pada kolom yang tersedia

No Pertanyaan Benar Salah


1 Insomnia (gangguan tidur) adalah kesulitan tidur dalam
beberapa minggu
2 Keluhan gangguan tidur adalah lelah
3 Penyebab gangguan tidur adalah perasaan cemas
4 Penyebab gangguan tidur paling sering adalah stres
5 Makanan berprotein tinggi sebelum tidur seperti susu
dapat membantu agar mudah tidur
6 Olahraga teratur dan makan teratur merupakan tindakan
pencegahan gangguan tidur
7 Ciri-ciri orang mengalami gangguan tidur (insomnia)
adalah tampak gelisah
8 Resiko yang terjadi bagi orang yang mengalami
gangguan tidur adalah penurunan fisik
9 Mengonsumsi minuman beralkohol dapat mencegah
gangguan tidur
10 Merokok adalah pencegahan gangguan tidur
11 Lingkungan yang bising seperti suara TV adalah faktor
penyebab ganguan tidur
12 Akibat nyeri dapat menyebabkan susah tidur
13 Dampak dari gangguan tidur adalah depresi
14 Bangun lebih awal dari waktu biasanya, kemudian tidak
bisa tidur lagi adalah gejala gangguan tidur
15 Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa
belum cukup tidur dapat disebut gangguan tidur
16 Asma penyebab gangguan tidur
17 Membaca doa adalah satu salah pencegahan gangguan
tidur
18 Gejala dari gangguan tidur adalah merasa lelah
19 Seseorang terbangun pagi dan tidak dapat tidur lagi
adalah gejala gangguan tidur
20 Orang yang mengalami emosi akan menyebabkan
gangguan tidur
21 Insomnia (Gangguan tidur) terjadi beberapa minggu dan
bahkan bisa berbulan-bulan
22 Insomnia (Gangguan Tidur) dapat berupa kesulitan
untuk tidur
23 Suhu panas adalah faktor penyebab ganguan tidur
24 Minum kopi adalah pencegahan gangguan tidur
25 Penyakit Rematik adalah penyebab insomnia (gangguan
tidur)
Uji Validitas Kuesioner Tingkat Pengetahuan di PSTW Budi Mulia 01
Cipayung Jakarta Timur

Case Processing Summary


N %
Valid 41 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 41 100,0
.

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,819 25

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
p1 16,6341 23,838 ,131 ,823
p2 16,6098 23,744 ,153 ,822
p3 16,6341 22,688 ,377 ,812
p4 16,5610 22,502 ,437 ,809
p5 16,5610 24,552 -,012 ,829
p6 16,4634 24,605 -,016 ,828
p7 16,5366 21,805 ,613 ,802
p8 16,5610 22,502 ,437 ,809
p9 16,7317 23,051 ,292 ,816
p10 16,6829 23,322 ,236 ,819
p11 16,3659 23,138 ,424 ,811
p12 16,3902 23,294 ,350 ,814
p13 16,5122 22,506 ,459 ,809
p14 16,5854 22,849 ,352 ,813
p15 16,5122 23,106 ,318 ,815
p16 16,5366 22,505 ,447 ,809
p17 16,3415 23,480 ,354 ,814
p18 16,4878 21,806 ,649 ,801
p19 16,5366 22,305 ,494 ,807
p20 16,5366 21,905 ,589 ,803
p21 16,5366 22,605 ,424 ,810
p22 16,4146 22,899 ,434 ,810
p23 16,4634 22,705 ,442 ,810
p24 16,5854 23,949 ,113 ,824
p25 16,4878 22,306 ,524 ,806

Distribusi Demografi Berdasarkan Jenis Kelamin dan


Pendidikan

Statistics
pend Sex skor_pengetahu
an
Valid 71 71 71
N
Missing 0 0 0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
laki-laki 37 52,1 52,1 52,1
Valid Perempuan 34 47,9 47,9 100,0
Total 71 100,0 100,0
Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

tidak sekolah 14 19,7 19,7 19,7

SD 29 40,8 40,8 60,6

SMP 14 19,7 19,7 80,3


Valid
SMA 6 8,5 8,5 88,7

Perguruan Tinggi 8 11,3 11,3 100,0

Total 71 100,0 100,0

Tingkat Pengetahuan Mengenai Insomnia

UJI NORMALITAS

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pengetahuan ,112 71 ,027 ,939 71 ,002

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DEFINISI ,302 71 ,000 ,763 71 ,000

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ETIOLOGI ,198 71 ,000 ,877 71 ,000

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

GEJALA ,267 71 ,000 ,800 71 ,000

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KLASIFIKASI ,351 71 ,000 ,636 71 ,000

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DAMPAK ,323 71 ,000 ,758 71 ,000

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

PENATALAKSANAAN ,241 71 ,000 ,806 71 ,000

MEDIAN

Statistics

pengetahuan Definis Etiologi Gejala Klasifikasi Dampak Penatalaksanaan

71 71 71 71 71 71 71
Valid
N

Missing 0 0 0 0 0 0 0

75,00 50,00 75,00 66,67 ,00 100,00 66,67


Median
KATEGORI PENGETAHUAN

Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

BAIK 37 52,1 52,1 52,1

Valid BURUK 34 47,9 47,9 100,0

Total 71 100,0 100,0

Definisi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

BAIK 62 87,3 87,3 87,3

Valid BURUK 9 12,7 12,7 100,0

Total 71 100,0 100,0

Etiologi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

BAIK 45 63,4 63,4 63,4

Valid BURUK 26 36,6 36,6 100,0

Total 71 100,0 100,0

Gejala
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

BAIK 55 77,5 77,5 77,5

Valid BURUK 16 22,5 22,5 100,0

Total 71 100,0 100,0


Klasifikasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BAIK 34 47,9 47,9 47,9


Valid BURUK 37 52,1 52,1 52,1
Total 71 100.0 100.0 100.0

Dampak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

BAIK 38 53,5 53,5 53,5

Valid BURUK 33 46,5 46,5 100,0

Total 71 100,0 100,0

Penatalaksanaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

BAIK 56 78,9 78,9 78,9

Valid BURUK 15 21,1 21,1 100,0

Total 71 100,0 100,0

Você também pode gostar