Você está na página 1de 32

BAB II

KAJIAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR KOMUNIKASI
A. Pengertian Komunikasi
komunikasi berasal dari bahasa Yunani commune (percakapan atau
pergaulan) dan communion (bersama). Menurut KBBI istilah komunikasi mengacu
pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.
Berikut beberapa defenisi komunikasi yang dikemukakan orang dan para ahli
untuk memberikan batasan arti komunikasi. Pada dasarnya defenisi komunikasi
harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan permasalahan yang di
defenisikan.
1. Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia (ensiklopedia bebas), komunikasi adalah
penyampaian informasi (pesan, ide, dan gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain agar terjadi saling memengaruhi diantara keduanya.
2. Defenisi komunikasi menurut beberapa ahli antara lain :
o Hovland, anis, dan Kelley (Forsdale, 1981), “communication is the process by
which an individual transmits stimully (usually verbal) to modify the behavior
of the individuals”, arti komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus
yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.
o Louis Forsdale (1981), ahli komunikasi dan pendidikan, “communication is the
process by which a system is established, maintened, altered by means of
shared signals that operate according to rules”, arti komunikasi adalah suatu
proses memberikan sinyal menurut aturan tertentu sehingga dengan cara ini
system dapat didirikan, dipelihara, dan diubah.
o Menurut Brent D. Ruben (1988), komunikasi manusia adalah suatu proses
melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam
organisasi, serta dalam masyarakat menciptakan dan mengirimkan maupun
menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.
Pengertian organisasi tersebut tidak hanya bersifat fakta tapi juga fiksi, humor,

1
atau bujukan. Berdasarkan defenisi tersebut terlihat bahwa tujuan komunikasi
adalah memengaruhi tingkah laku orang lain.
o Menurut William J. Seller (1988), Komunikasi adalah proses yang mana
symbol verbal dan nonverbal dikirimkan dan diterima serta diberi arti.
B. Komponen Komunikasi
Komponen dari proses komunikasi meliputi pengirim pesan (sender),
penerima pesan (receiver), pesan (massage), serta variable pesan (massage
variables) yang meliputi komunikasi verbal dan nonverbal, bunyi ( noise ),
keterampilan komunikasi (communication skill), penempatan (setting), media,
umpan balik ( feed back ), dan lingkungan (environment).
 Pesan
Adalah informasi yang dikirim oleh pengirim pesan dan diterima oleh
penerima pesan. Pesan yang efektif adalah pesan yang jelas dan teroganisasi serta
diekspresikan oleh pengirim pesan.
 Pengirim pesan
Adalah encorder, yaitu seseorang yang mempunyai inisiatif untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain di mana pesan tersebut disampaikan secara
verbal maupun nonverbal. Pengirim pesan akan menyampaikan stimulus berupa ide
ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh orang lain atau penerima pesan secara
tepat.
 Variabel Pesan
Meliputi komunikasi verbal dan nonverbal, bunyi, keterampilan
komunikasi, penempatan, media, umpan balik dan lingkungan.
1) Komunikasi verbal.
Bahasa merupakan ekspresi ide atau perasaan. Kata- kata merupakan alat atau
simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
mengembangkan dan membangkitkan respons emosional, atau menguraikan
objek, observasi, dan ingatan.

2
2) Komunikasi nonverbal.
Merupakan penyampaian pesan tanpa menggunakan kata- kata. Perilaku
nonverbal yang umum adalah menangis, tertawa, berteriak atau menjerit, dan
mengerang. Bentuk lain dari komunikasi ini meliputi ekspresi wajah, suara atau
bunyi, isyarat, sikap tubuh, dan cara berjalan.
3) Suara atau bunyi.
Bunyi mengacu pada sistem komunikasi untuk menghindari penyampaian
pesan yang tidak akurat.
4) Keterampilan komunikasi.
Meliputi kemampuan pengirim dan penerima pesan untuk mengobservasi,
mendengar, mengklarifikasi, dan memvalidasi arti pesan.
5) Penempatan.
Mengacu pada tempat atau lokasi di mana komunikasi berlangsung.
6) Media.
Merupakan channels sensory yang membawa pesan. Channels sensory meliputi
pendengaran, penglihatan, peraba, perasa, dan penciuman. Sebagai contoh,
bidan melalui channels sensory penglihatan, melihat air mata klien.
Saluran komunikasi itu meliputi:
a) Pendengaran ( lambang berupa suara )
b) Penglihatan ( lambang berupa sinar, pantulan sinar, atau gambar )
c) Penciuman ( lambang yang berupa bau- bauan ),
d) Rabaan ( lambang berupa rangsangan perabaan ).
7) Umpan balik.
Merupakan proses lanjutan dari pesan yang diterima. Penerima pesan akan
memberikan tanggapan atau pesan kembali kepada pengirim pesan. Umpan
balik ini membantu memberikan kejelasan kepada pengirim pesan bahwa pesan
yang dikirim dapat diterima dengan tepat oleh penerima pesan atau sebaliknya.
Respons verbal atau nonverbal dari penerima pesan memberikan umpan balik
kepada pengirim pesan.

3
 Penerima pesan
Adalah decorder, yaitu seseorang yang menerima pesan. Pengiriman dan
penerimaan pesan terjadi secara bersamaan dan merupakan aktivitas dari
pengiriman pesan dan penerima pesan.
C. Proses Komunikasi
 Perspektif psikologis
Ketika komunikator berniat akan menyampaikan pesan, dalam dirinya akan terjadi
proses encoding ( proses mengemas dan membungkus pikiran dengan bahasa yang
dilakukan komunikator ), hasil encoding berupa pesan itu kemudian ditransmisikan
kepada komunikan. Kemudian komunikan terlibat dalam proses komunikasi
intrapesonal. Proses dalam diri komunikan ini disebut decoding ( seolah- olah
membuka kemasan atau bungkus pesan yang diterima dari komunikator ).
 Perspektif mekanis
Ini berlangsung saat komunikator mentransfer dengan bibir atau tangan, pesan
sampai tertangkap komunikan. Ini dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera
lainnya. Proses komunikasi ini bersifat kompleks karena bergantung situasi.
D. Faktor yang mempengaruhi komunikasi
1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, bidan harus mengerti pengaruh
perkembangan usia, baik dari sisi bahasa maupun proses berpikir orang tersebut.
Cara berkomunikasi anak usia remaja berbeda dengan anak usia balita. Kepada
remaja, Anda mungkin perlu belajar bahasa “ gaul “ mereka sehingga remaja yang
kita ajak bicara akan merasa kita mengerti mereka dan komunikasi diharapkan akan
lancar.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh pengharapan atau pengalaman. Perbedaan
persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi. Misalnya, kata “ beton “
akan menimbulkan perbedaan persepsi antara ahli bangunan dengan orang awam.

4
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi bidan
untuk menyadari nilai seseorang. Bidan perlu berusaha untuk mengetahui dan
mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat
dengan klien. Dalam hubungan profesional, bidan diharapkan tidak terpengaruh
oleh nilai pribadi.
4. Latar Belakang Sosial Budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Seorang remaja
putri yang berasal dari daerah lain ingin membeli makanan khas di suatu daerah.
Pada saat membeli makanan tersebut, remaja ini tiba- tiba menjadi pucat ketakutan
karena penjual menanyakan padanya berapa banyak cabai merah yang dibutuhkan
untuk campuran makanan yang akan dibeli. Apa yang terjadi ? remaja tersebut
merasa dimarahi oleh penjual karena cara menanyakan cabai itu seperti
membentak, padahal penjual merasa tidak memarahi remaja tersebut. Hal ini
dikarenakan budaya dan logat bicara penjual yang memang keras dan tegas
sehingga terkesan seperti marah bagi orang dengan latar budaya yang berbeda.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah,
sedih, senang akan dapat mempengaruhi bidan dalam berkomunikasi dengan orang
lain. Bidan perlu mengkaji emosi klien dengan tepat. Selain itu, bidan juga perlu
mengevaluasi emosi yang ada dirinya agar dalam melakukan asuhan kebidanan
tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
6. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda. Tanned ( 1990 )
menyebutkan bahwa wanita dan laki- laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi.
Dari usia tiga tahun, wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam group kecil,
menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan dan meminimalkan perbedaan, serta
membangun dan mendukung keintiman. Laki- laki di lain pihak, menggunakan

5
bahasa untuk mendapatkan kemandirian aktivitas dalam grup yang lebih besar, dan
jika ingin berteman, mereka melakukannya dengan bermain.
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mempengaruhi komunikasi. Seseorang yang tingkat
pengetahuannya rendah akan sulit merespons pertanyaan yang mengandung bahasa
verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Bidan perlu mengetahui
tingkat pengetahuan klien sehingga dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya
dapat memberi asuhan yang tepat kepada klien.
8. Peran dan Hubungan
Gaya dan komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antarorang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seorang bidan dengan kolganya, dengan cara
komunikasi seorang bidan pada klien akan berbeda, tergantung peran. Demikian
juga antara orang tua dan anak.
9. Lingkungan
Lingkungan interkasi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang
bising, tidak ada privasi yang tepat, akan menimbulkan keracunan, ketagangan, dan
ketidaknyamanan. Begitu juga dengan lingkungan fisik. Tingkah laku manusia
berbeda dari satu tempat ke tempat lain.
10. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunukasi. Jarak tertentu akan memberi rasa aman
dan kontrol. Misalnya, individu yang merasa terancam ketika seseorang tidak
dikenal tiba- tiba berada pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya. Hal ini juga
yang dialami oleh klien pada saat pertama kali berinterkasi dengan bidan. Untuk
itu, bidan perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan hubungan
dengan klien.
11. Citra Diri
Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosial, kelebihan
dan kekurangannya. Citra diri terungkap dalam komunikasi.

6
12. Kondisi Fisik
Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi. Artinya, indra
pembicaraan mempunyai andil terhadap kelancaran dalam berkomunikasi.

2.2 KOMUNIKASI EFEKTIF


A. Pengertian Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp dalam bukunya
An Introduction to Interpersonal Communication mengatakan bahwa komunikai
yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan ( acurancy ) yang
paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap situasi.
Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat
persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa.
Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap ( attitude change )
pada orang yang terlihat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi efektif adalah
memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi
dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik
seimbang, dan melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik. Komunikasi
efektif adalah komunikasi di mana :
a. Pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh pengirimnya.
b. Pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diamati
oleh pengirim.
c. Tidak ada hambatan untuk melakukan apa yang seharunya dilakukan untuk
menindaklanjuti pesan yang dikirim.
B. Unsur-unsur Komunikasi Efektif
1. Berhadapan
Arti dari posisi ini adalah “ saya siap untuk anda” .
2. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti mengahrgai klien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi.

7
3. Membungkuk ke arah klien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka
Dalam arti tidak melipat kaki atau tangan. Menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi.
5. Tetap relaks
Sikap relaks dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberi respons pada klien.
6. Isyarat vokal
Yaitu isyarat paralinguistik, termasuk semua kualitas bicara nonverbal. Misalnya
tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama, dan kecepatan bicara.
7. Isyarat tindakan
Yaitu semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh.
8. Isyarat objek
Yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang
seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
9. Ruang
Memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang, hal ini
didasarkan pada norma- norma sosial budaya yang dimiliki.
10. Sentuhan
Yaitu kontak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi nonverbal yang
paling personal. Respons seseorang terhadap tindakan ini sangat dipengaruhi oleh
tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin, usia dan
harapan.

C. Proses Komunikasi Efektif


Suksesnya proses komunikasi sehingga dapat menghasilkan komunikasi
yang efektif tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu faktor dari
komunikator maupun dari komunikan. Willbur Schramm menampilkan “ the
condition of succsess communication ” sebagai berikut :

8
a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik
perhatian komunikan. Untuk merancang suatu pesan yang dapat menarik perhatian
ini sebaiknya komunikator harus mencari tahu dulu karakteristik orang yang akan
kita beri pesan. Selain itu penyampai pesan yang menarik dan mudah dipahami.
b. Pesan harus menggunakan lambang- lambang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara komunikator dan komunikan dengan beberapa metode dan tidak
hanya secara lisan. Pesan yang disampaikan dengan melibatkan beberapa panca
indera misal dapat dilihat, didengar dan diraba akan lebih mudah dimengerti
daripada pesan itu hanya disampaikan secara lisan.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikasi dan menyarankan
beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Jadi pesan sesuai harapan
atau sesuai kebutuhan penerima pesan. Pesan yang disampaikan akan terasa
membosankan dan tidak ada arti bagi penerima pesan apabila pesan itu tidak
dibutuhkan.
d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan, dimana
komunikan digerakkan untuk memberikan tanggapan sesuai yang dikehendaki.
Solusi pemecahan masalah harus dikemukakan untuk dapat membantu klien
keluar dari masalahnya.

2.3 KONSELING DALAM KEBIDANAN


A. Definisi Konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan
lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal,
teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk
membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut.
(Saefudin, Abdul Bari : 2002).
Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat
suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap
fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.

9
Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan komunikasi,
dalam kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang
yang mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran& perasaannya dengan
cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang
kesulitan objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu
cemas dan tegang.( SCA.C STEERING COOMUTE, 1996).
Jadi konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam
bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam
dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk
mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan
kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup
pelayanan kebidanan”.
B. Tujuan Konseling
Tujuan konseling adalah :
1. Pemecahan masalah, meningkatkan efektifitas individu dalam pengambilan
keputusan secara tepat.
2. Pemenuhan kebutuhan, menghilangkan perasaan yang menekan/
mengganggu.
3. Perubahan sikap dan tingkah laku.
C. Langkah Konseling
Ada 3 langkah pokok konseling yang harus dilaksanakan yaitu :
 Pendahuluan, menciptakan kontak mengumpulkan data klien untuk mencari
tahu penyebabnya
 Bagian inti/ pokok , mencari jalan keluar dan menentukan jalan keluar yang
harus dipilih
 Bagian akhir, penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan merupakan
tahap penutupan untuk pertemuan berikutnya.

10
D. Prinsip Dasar Konseling
Kemampuan menolong orang lain digambarkan dalam sejumlah keterampilan
yang digunakan seseorang sesuai dengan profesinya yang meliputi (HOPSAN,
1978) :
(1) Pengajaran
(2) nasehat dan bimbingan
(3) pengambilan tindakan langsung
(4) pengelolaan
(5) konseling.
E. Fungsi Konseling Kebidanan
Fungsi konseling adalah :
1. Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan.
2. Penyesuaian : membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis,
kultural dan lingkungan .
3. Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku klien
4. Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta
peningkatan derajat kesehatan.
F. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Konseling
Hal yang harus diperhatikan dalam konseling adalah :
1. Iklim psikologis, suasana percakapan : Iklim psikologis, tindakan, perilaku,
sikap dari orang lain yang mempunyai dampak terhadap diri kita. Contoh :
bidan otoriter kepada klien -> feed back negatif.
2. Sikap Konselor (Bidan) menurut “Rogers”, yaitu :
a. Acceptance (Menerima) : Konselor menunjukkan sikap menerima, sehingga
konseli merasa tidak ditolak, diacuhkan, didikte, tapi melainkan konseli merasa
bahwa ia diterima sebagai dirinya sendiri. Terima klien dengan sikap terbuka
dan apa adanya. Konselor memperhatikan tanpa pamrih, tanpa menguasai klien.
Tulus dan ikhlas. Konselor harus menghargai konseli, apapun yang dikatakan
konseli. Beri kesempatan pada klien untuk mengemukakan keluhan-
keluhannya.

11
b. Sikap tidak menilai
c. Sikap percaya terhadap konselor
3. Alam pikiran dari konseli ?dilihat dari dalam diri konseli sendiri
4. Situasi konseling, persamaan persepsi sampai mendapat pengertian.
G. Teknik Konseling
Teknik konseling ada 3 yaitu :
1. Pendekatan authoritatian atau directive, pusat dari keberhasilan konseling
adalah dari konselor.
2. Pendekatan non-directive atau conselei centred, konseli diberikan kesempatan
untuk memimpin proses konseling dan memecahkan masalah sendiri.
3. Pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang baik sesuai dengan
masalah konseli.
H. Proses Konseling
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu :
1. Pembinaan hubungan baik (rapport) : Pembinaan hubungan baik dimulai sejak
awal pertemuan dengan klien dan perlu dijaga seterusnya dengan :
o Memberi salam pada awal setiap pertemuan.
o Memperkenalkan diri
o Menciptakan suasana nyaman dan aman.
o Memberikan perhatian penuh pada klien (SOLER). S : Face your clients
squarely (menghadap klien) & smile/ nod at clients (senyum/
mengganggukkan kepala). O : Open and Non Judgemental Facial
Expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai).
L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien). E : Eye Contact in
a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap mata sesuia dengan
cara yang diterima budaya setempat). R : Relaxed and Friendly Manner
(santai dan sikap bersahabat).
o Bersabar.
o Tidak memotong pembicaraan klien

12
2. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaanSetelah
mendapatkan dan memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan
kondisi klien, konselor membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi
atau membuat perencanaan untuk mengatasi masalah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan adalah
3. (1) fisik, (2) emosional, (3) rasional, (4) praktikal, (5) interpesonal, (6)
struktural.
4. Menindaklanjuti pertemuan : Menindaklanjuti pertemuan konseling dengan
membuat rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya/ merujuk klien.
I. Faktor Penghambat Konseling
Faktor penghambat dalam konseling antara lain :
1. Faktor individual, keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa
seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :
(a) faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks; (b) sudut pandang
terhadap nilai-nilai; (c) faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan
sosial, peran dalam masyarakat, status sosial; (d) bahasa.
2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi, (a) tujuan dan harapan terhadap
komunikasi; (b) sikap terhadap interaksi; (c) pembawaan diri terhadap orang
lain; (d) sejarah hubungan.
3. Faktor situasional
4. Kompetensi dalam melakukan percakapan : Komunikasi dikatakan efektif bila
ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat
menyebabkan putusnya komunikasi adalah : (a) kegagalan informasi penting;
(b) perpindahan topik bicara; (c) tidak lancar; (d) salah pengertian.
J. Hasil Pelayanan Konseling Kebidanan
Harapan bidan setelah dilaksanakan konseling adalah kemandirian klien dalam :
1. Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan
pemecahan masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat.
2. Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan.
3. Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah.

13
4. Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan.

2.4 PRINSIP-PRINSIP HUBUNGAN ANTAR MANUSIA


A. Pengertian Hubungan Antar Manusia
Hubungan antar manusia satu sama lain yang bersifat action oriented
mengandung unsur- unsur kejiwaan yang mendalam untuk merubah sikap,
pendapat dan perilaku seseorang. Hubungan antar manusia mempunyai 3
pengertian yakni pengertian menurut ahli, dalam arti luas dan arti sempit.
1. Pengertian menurut ahli
1) Cabot dan Kahl ( 1967 ): hubungan antar manusia adalah suatu
sosiologi konkret karena meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah
interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya. Jadi, interkasi mengakibatkan
dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup
kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru.
2) H. Bonner ( 1975 ) : interaksi adalah hubungan antara dua lebih
individu manusia dan perilaku yang satu mempengaruhi, mengubah, dan
memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya.
3) Keith Davis “ Human Relation “ adalah interkasi antara seseorang
dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Ditinjau
dari kepemimpinannya, yang bertanggung jawab dalam suatu kelompok
merupakan interkasi orang- orang menuju situasi kerja yang memotivasi untuk
bekerja sama secara produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis
dan sosial.
4) Ferdinand Tonnies : menyatakan bahwa manusia dalam
bermasyarakat mempunyai dua jenis pergaulan: 1) Gemeinscaft, hal yang
dialami oleh orang lain dirasakan sebagaimana terjadi pada dirinya oleh karena
pergaulannya yang sangat akrab. Sifatnya statis, pribadi, tidak rasional; 2)
Gessellscaft, pergaulan yang mempertimbangkan untung dan ruginya sehingga
anggota bebas keluar masuk dari kelompok tersebut.

14
2. Hubungan antar manusia dalam arti luas
HAM dalam arti sempit adalah antara seseorang dengan orang lain
dalam segala situasi di semua bidang kehidupan. Secara kodrat manusia sebagai
mahkluk yang berpikir ( homo sapiens ) sehingga membedakan dengan hewan,
juga sebagai mahkluk sosial ( homo sosius ) sehingga dalam hidupnya selalu
berhubungan dengan masyarakat dan lingkungannya. Menurut Ferdinand
Tonnies manusia hidup bermasyarakat ini mempunyai dua jenis pergaulan yaitu
Gemeinscaft dan Gesellscaft.
Gemeinscaft adalah seseorang yang bergaul sangat akrab, sehingga
yang dialami orang ini dirasakan pula sebagaimana terjadi pada dirinya.
Adapun sifat pergaulan ini adalah statis ( tidak banyak mengalami perubahan
dan dinamika ), bersifat pribadi, tidak rasional ( tidak ada tata cara peraturan
yang mengartur pergaulan tersebut ).
Gesellscaft adalah pergaulan yang memperhitungkan untung dan
ruginya sehingga anggota bebas keluar masuk dari kelompok tersebut. Adapun
sifatnya adalah dinamis ( hubungan dengan orang banyak secara bergantian ),
tidak pribadi, rasional ( mempunyai aturan- aturan ketat yang mengikat ).
Pergulan hidup dalam Gesellscaft bersifat tak pribadi maka komunikasi
acapkali tidak berlangsung mulus disebabkan hambatan psikologis sosilogis
atau antropologis.
3. Hubungan antar manusia dalam arti sempit
Adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja
dan dalam organisasi kekaryaan. Dipandang dari kepemimpinannya,
bertanggung jawab dalam suatu kelompok merupakan interaksi orang- orang
menuju situasi kerja yang memotivasi untuk bekerja sama secara produktif,
sehingga dicapai kepuasan ekonomis, psikologis dan sosial ( Keith Davis “
Human Relation at Work “ ).

15
B. Sifat – sifat hubungan antar manusia
1. Mendalam, ada unsur ikhlas jadi komunikasi melibatkan perasaan, dimana
upaya untuk membantu harus dengan perasaan ikhlas tanpa pamrih.
2. Dialognya mendalam, sampai hal- hal yang bersifat pribadi bisa diutarakan
untuk maksud mengetahui permasalahan dan dapat memecahkan masalah
sampai tuntas.
3. Action oriented / berorintasi pada tindakan, jadi kegiatan benar- benar bisa
teramati, bukan suatu niat saja.
4. Aktif dan reaksi, harus ada timbal balik antara komunikator dan klien.
5. Merubah sikap, dengan hubungan dengan orang lain sikap bisa berubah entah
menjadi positif atau negatif.
6. Pendapat dan tanggapan. Hal ini dapat menambah wawasan dan pendewasaan
dalam gaya berpikir.
7. Perilaku bisa diamati, dengan interaksi kita akan bertemu, bergaul memberikan
bantuan pada orang lain, dan kegiatan- kegiatan itu dapat diamati
C. Syarat- syarat hubungan antar manusia
Hubungan antar manusia dapaat berjalan selaras apabila ada pemahaman
pada diri masing – masing. Berikut ini beberapa syarat agar hubungan antar
manusia bisa berjalan lancar sesuai harapan.
1. Ada unsur simpati dan empati ( diawali saling perhatian, sehingga menjalin
interaksi yang baik dan komunikasi akan berjalan lancar ).
2. Paham akan kebutuhan manusia
Kebutuhan manusia menurut maslow ada 5 tingkatan. Untuk
mendapatkan hubungan antar manusia yang sesuai maka kita perlu paham akan
kebutuhan tersebut.
 Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan dasar manusia meliputi makan,
minum, oksigen, dan sebagainya. Kita perhatikan bahwa dalam melakukan
hubungan antar manusia tidak etis bila kita mengajak seseorang berbicara
berjam jam tanpa dikasih minum dan makan. Karena bila hal tersebut kita
lakukan akan mengganggu komunikasi karena konsentrasi akan buyar apabila

16
lapar dan haus atau akibat yang buruk adalah lemas atau pingsan sehingga
tujuan komunikasi tidak tercapai. Begitu pula apabila komunikasi dilakukan
pada situasi yang pengap tanpa oksigen, maka hal yang buruk seperti sesak
nafas dan pingsan dapat terjadi.
 Kebutuhan yang kedua adalah rasa aman. Dalam melakukan hubungan antar
manusia maka rasa aman dan nyaman sangat penting kita perhatikan. Rasa
aman tidak hanya dari segi fisik tetapi juga dari segi psikologis,termasuk
diantaranya kita perlu menjaga kerahasiaan dari klien. Sebagai seorang bidan
apapun yang diutarakan klien harus kita jaga jangan sampai diceritakan kepad
pihak – pihak yang tidak berwenang. Kecuali kalau untuk konsultasi atau
kolaborasi.
 Kebutuhan yang ketiga adalaah rasa sayang atau cinta. Rasa sayang bisa kita
tunjukan kepada orang lain dalam bentuk simpati dan empati kepada klien. Saat
melakukan komunikasi kita bisa menggunakan bahasa verbal dan non verbal,
dan juga kita perlu mengetahui budaya – budaya yang berlaku. Hal – hal seperti
itu sangat penting kita ketahui agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam
menjalin hubungan dengan orang lain.
 Kebutuhan yang keempat adalah harga diri. Harga diri adalah hal yang sangat
hakiki,kita perlu berhati–hati dalam melakukan hubungan dengan orang lain
jangan sampai menyinggung perasaan dan harga diri mereka. Bersikap sopan
dan ramah akan meningkatkan harga diri mereka.
 Yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri. Setiap orang ingin dihargai
keberadaannya dan kemampuannya. Memberikan reward atau penghargaan
sebaiknya kita lakukan pada orang yang tepat. Reward tidak harus berupa
hadiah yang mahal – mahal tetapi bisa dengan memberikan pujian atau
sanjungan yang sesuai. Pujian yang kita berikan jangan sampai bertolak
belakang dengan kenyataan karena hal itu akan menyebabkan kita dituduh
melakukan penghinaan atau pelecehan. Pujian dan sanjungan yang tepat akan
membuat seseorang lebih semangat dan termotivasi. (Handayani, Kusmiyati &
Tyastuti, 2010 : 29-31)

17
D. Tujuan Hubungan Antar Manusia
Tujuan hubungan antar manusia antara lain :
1. Menemukan diri sendiri
Dengan melakukan hubungan dengan orang lain maka kita dapat
menemukan konsep diri kita, mengetahui apa yang menjadi kelemahan kita,
yang tidak bisa kita ketahui tanpa masukan dari orang lain. Sehingga dengan
masukan itu kita dapat mengetahui siapa diri kita dan memperbaiki apa yang
menjadi kekurangan kita.
2. Menemukan dunia luar
Dunia luar yang tidak kita ketahui bisa kita dapatkan dan ketahui dengan
bergaul dengan orang lain,sehingga bisa membuka wawasan kita pada hal – hal
dilingkungan luar kita.
3. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain
Dengan menjalin hubungan antar manusia kita sebagai makhluk social
akan semakin meningkatkan hubungan dan dapat menghindari kesalahpahaman
yang mungkin terjadi karena komunikasi akan selalu terpelihara.
4. Mengubah sikap dan perilaku sendiri dan orang lain
Sikap dan perilaku diri sendiri maupun orang lain dapat dirubah dengan
adanya masukan – masukan , kritik – kritik atau meniru dari apa yang kita lihat.
Dengan pergaulan atau komunikasi dengan orang lain bisa memberikan
masukan negative atau positif pada diri kita atau orang lain.
5. Bermain dan hiburan
Orang yang tidak pernah melakukan komunikasi denagn orang lain,
tentu hidupnya akan kesepian. Dengan bergaul maka kita akan mendapatkan
hiburan dan permainan.
6. Memberikan bantuan
Kita tidak bisa hidup sendiri,semua kegiatan perlu bantuan dari orang
lain, sehingga kita perlu membina hubungan baik agar semua kegiatan bisa
lancar. (Handayani, Kusmiyati & Tyastuti, 2010 : 31-32)

18
E. Tahap – Tahap Dalam Hubungan Antar Manusia
Hubungan antar manusia mempunyai 5 tahap, yaitu :
1. Kontak
Tahap pertama pada Hubungan antar manusia adalah membuat kontak.
Beberapa macam persepsi alat indera adalah melihat, mendengar, dan membau.
Selama tahap ini dalam empat menit pertama interaksi awal, individu tersebut harus
memutuskan apakah ingin melanjutkan hubungan atau tidak. Pada tahap inilah
penampilan fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati
secara mudah. Namun, kualitas-kualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan,
keterbukaan, dan kedinamisan juga terungkap pada tahap ini. Jika menyukai
hubungan pada tahap ini, maka individu tersebut dapat melanjutkan ketahap kedua.
2. Keterlibatan
Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika mengikatkan
diri dengan untuk lebih mengenal individu lain dan juga mengungkapkan diri. Jika
merupakan hubungan persahabatan, maka kedua pihak mungkin melakukan
sesuatu yang merupakan minat bersama.
3. Keakraban
Pada tahap keakraban, ada rasa saling keterikatan atau ketergantungan.
Kemungkinan pada tahap ini terbina hubungan primer (primary relationship),
dimana rasa persahabatan dan saling percaya akan timbul.
4. Perusakan
Dua tahap berikutnya merupakan penurunan hubungan ketika ikatan
diantara kedua pihak melemah. Pada tahap perusakan mulai ada rasa bahwa
hubungan yang telah terjalin tidaklah sepenting sebelumnya, semakin sedikit
waktu senggang, kedua pihak saling berdiam diri dan tidak lagi banyak
mengungkapkan diri. Jika tahap ini berlanjut berarti memasuki tahap pemutusan.
5. Pemutusan
Terjadi pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Jika bentuk
ikatan tersebut adalah perkawinan, maka pemutusan hubungan dilambangkan
dengan perceraian, walaupun pemutusan hubungan

19
F. Faktor-faktor Dalam Hubungan Antar Manusia
Interaksi sosial melibatkan individu secara fisik maupun psikologis. Factor
utama dalam Hubungan antar manusia antara lain :
1. Imitasi, adalah keadaan seseorang yang mengikuti sesuatu diluar dirinya /
meniru. Hal yang perlu diperhatikan sebelum meniru adalah mempunyai minat
dan perhatian yang besar, sikap menjunjung tinggi, pandangan meniru akan
memperoleh penghargaan social yang tinggi.
2. Sugesti adalah proses individu menerima cara pandang orang lain tanpa kritik
terlebih dahulu. Syarat untuk mempermudah sugesti adalah :
 Hambatan berpikir, akibat rangsangan emosi proses sugesti diterima secara
langsung
 Pikiran terpecah-pecah
 Otoritas/prestise, menerima pandangan dari seseorang yang memiliki
prestise social tinggi
 Mayoritas, menerima pandangan dari kelompok mayoritas
 Kepercayaan penuh, menerima pandangan tanpa pertimbangan lebih lanjut
3. Identifikasi adalah proses yang berlangsung secara sadar, irasional, berdasar
perasaaan dan berkembang bahwa identifikasi berguna untuk melengkapi
sistem norma-norma yang ada.
4. Simpati adalah perasaan tertarik individu terhadap orang lain yang timbul atas
dasar penilaian perasaan
G. Faktor yang menentukan Hubungan antar manusia.
Factor yang dapat menimbulkan hubungan interpersonal yang baik antara
lain :
1. Rasa percaya, adalah mengandalkan perilaku orang lain untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki. Keuntungan rasa percaya pada orang lain adalah
meningkatkan komunikasi interpersonal (membuka saluran komunikasi,
memperlancar saluran komunikasi, memperluas peluang mencapai tujuan.
Adapun tiga hal yang menumbuhkan kepercayaan :

20
 Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa
menilai dan tanpa berusaha mengendalikan.
 Empati adalah memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional
bagi kita.
 Kejujuran adalah member kepercayaan kepada orang lain yang
terbuka,ataau tidak mempumyai potensi yang dibuat – buat.
2. Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap melindungi diri / defensif
dalam komunikasi yang terjadi dalam hubungan antar manusia.
Ada enam hal yang yang dapat menimbulkan perilaku sportif :
 Evaluasi dan deskriptif
 Control dan orientasi masalah
 Strategi dan spontanitas
 Netralitas dan empati
 Superior dan persamaan
 Kepastian dan provisionalisme
3. Sikap terbuka dan sikap tertutup. Sikap terbuka adalah menilai pesan secara
obyektif dengan menggunakan data dan keajengan logika, membedakan dengan
mudah, melihat suasana, berorientasi pada isi pesan, mencari informasi dari
berbagai sumber dan mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan
rangkaian kepercayaan. Sikap tertutup adalah menilai pesan berdasarkan motif,
berpikir simplisis tanpa suasana, bersandar pada banyak sumber pesan dari pada
isi pesan, kaku dan memegang teguh system kepercayaan, menolak dan
mengabaikan pesan yang tidak konsisten dengan system kepercayaan.

2.5 Komunikasi Interpersonal


A. Pengertian
Komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito dalam bukunya
“The Interpersonal Communication Book” adalah “The process of sending and
receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with
some effect and some immediate feedback”.[5] Proses pengiriman dan penerimaan

21
pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
Menurut M. Ghojali Bagus A.P, S.Psi. dalam Buku Ajar Psikologi
Komunikasi, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada
pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face)
maupun dengan media.[6]
Miller dan Steinberg, Komunikasi interpersonal adalah Communication That
occurs within interpersonal relationship.[7] Komunikasi terjadi dalam hubungan
interpersonal yang maksudnya adalah proses komunikasi yang terjadi saat
melakukan hubungan interpersonal yaitu hubungan antara dua orang atau lebih
dalam menyampaikan pesan, ide, gagasan, cerita, dan sebagainya yang tujuannya
melakukan komunikasi atau percakapan yang efektif.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses
penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang
terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan
tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan
yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku.
B. Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal yaitu :
1) Sumber / komunikator
Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni
keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional
maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan
untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi
sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal
komunikator adalah individu yang menciptakan, memformulasikan, dan
menyampaikan pesan.
2) Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam
menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang

22
disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan
karakteristik komunikan.
3) Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik
verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan
khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas
komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan
oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan.
4) Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke
penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam
konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata
karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap
muka.
5) Penerima/ komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi
pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain
menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik.
Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang komunikator akan dapat
mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan
dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan
komunikan.
6) Decoding
Decoding merupakan kegiatan lain secara umum. Pentafsiran si
penerima pesan (komunikan) ketika mendapatkan pesan dari (komunikator).
7) Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah
tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif.
Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral berarti
respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan

23
respon negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang
diinginkan oleh komunikator.
8) Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan
dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponen-komponen manapun dari
sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat
kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
9) Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga
dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan
konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan
jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut
dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai
sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat,
situasi rumah,norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya.
C. Tujuan Komunikasi Interpersonal
 Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal
atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita
belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi
interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa
yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan
bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan
membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang
luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
 Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih
banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak
informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun
banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu

24
seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi
interpersonal.
 Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan
dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain.
 Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka
memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu,
melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya
bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat
dalam posisi interpersonal.
 Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan
utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas
kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita
dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk
menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu
dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan
rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
 Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan
kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi
interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus
cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil
dan lain sebagainya.

25
D. Efektifitas Komunikasi Interpersonal
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus
dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin
menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan
komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang
yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta
percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap
apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih
buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih
menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara
spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka
dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda
lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara
terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang
menggunakan kata saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Empati sebagai kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu,
melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi
orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan
sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan
merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik
mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap

26
mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat
mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara
nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1)
keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang
sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness) dan Umpan Balik
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak
dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Dan umpan balik yang
ditimbulkan harus terlihat komunikasi yang diciptakan berhasil atau tidak, efektif
atau tidak.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal
dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi
secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis
daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam
segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih
efe ktif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam
bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing

27
pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu
hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
Ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk
memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk
menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan
menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan
berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah kesetaraan meminta kita
untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau
hubungan emosional yang baik. Kegagalan komunikasi terjadi apabila isi pesan kita
pahami, tetapi hubungan diantara komunikan menjadi rusak. Bila seseorang
berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan dirinya, maka
seseorang tersebut akan merasa gembira, dan terbuka. Sebaliknya bila ia berkumpul
dengan orang-orang yang ia benci, maka itu akan membuatnya merasa tegang,
resah, dan tidak enak. Dengan demikian seseorang tersebut akan menutup diri dan
menghindari komunikasi atau ingin segera mengakhiri komunikasi tersebut.
E. Hambatan Komunikasi Interpersonal
o Bahasa : Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa
merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi.
Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan
oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi .
o Budaya : Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada
perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal
ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat
menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.
o Tujuan yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam
berhubungan agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya kesalahan komunikasi yang dapat
memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang
lainya.

28
o Salah paham : Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam
berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu
komunikasi. Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu
hubungan komunikasi. Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah
atau ada pemutusan hubungan.
o Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita
harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu hubungan yang
harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan misalnya pemutusan hubungan.
o Mendominasi pembicaraan : Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling
mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu
pembicaraan komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan
lancar.

2.6 Berpikir Kritis Dalam Penerapn Komunikasi dan Konseling Dalam Asuhan
Kebidanan
A. Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untuk
menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan
kebidanan. Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien,
bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien tepat.
 Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :
1. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri kesempatan klien
untuk melihat lagi beberapa alternative pilihannya, agar tidak menyesal atau
kecewa terhadap pilihannya.
2. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan
melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau
konsekuensi negative.

29
3. Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan
pilihan,bantu klien mencermatipilihannya.
4. Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan
masalahnya.
 Teori Pengambilan Keputusan
 Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
1. Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan
“apa yg terjadi?”.
2. Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.
3. Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir
mengambil pilihan.
4. Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan
pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.
 Inti Pengambilan Keputusan
Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best
alternative). Pengambilan keputusan terletak dlm perumusan berbagai
alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam
pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan
setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan
yang dikehendaki pengambil keputusan.
 Lingkungan Situasi Keputusan
Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi,
politik, alam dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”.
Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya promosi,
pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/ agen tidak bergairah.
 Pengambilan keputusan yang baik harus mempertimbangkan :
 kondisi
 kehendak
 konsekuensinya

30
 Langkah dalam pengambilan keputusan yang baik :
1. Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.
2. Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.
3. Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (POSITIF dan
NEGATIF)
 Hal-hal yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan.
1. Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan karena
berkaitan dengan masalah kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi informasi
secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.
2. Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran
yang sesuai dengan riwayat kesehatannya, keinginan pribadi dan situasi.
3. Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.
4. Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah
konselor memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan
kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi
klien dan kebutuhannya.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1. Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik, (tidak berat dan tidak
memforsir tenaga). Menghindari tingkah laku yang menimbulkan ketidaksenangan
dan memilih tingkah laku yang menimbulkan kesenangan.
2. Emosional
Setiap orang memiliki tingkat emosional yang berbeda. Jika pengambilan
keputusan terjadi pada perempuan sebuah keputusan sudah akan berbeda dengan
keputusan yang akan diambil seorang laki-laki. Seorang perempuaan memiliki
Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
3. Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual). Orang
mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

31
4. Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya
(untuk menilai potensi diri dan kepercayaan diri).
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social. Hubungan antara satu orang dan
orang lain mempengaruhi tindakan individu.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik. Lingkungan bias
mendukung maupun mengkritik.
C. Tipe Pengambilan keputusan
a) Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karenaketidaksanggupan atau
merasa tidak sanggup.
b) Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera; langsungdiputuskan, karena
keputusan tsb dirasakan paling tepat.
c) Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena segeradilaksanakan.
d) Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalamsituasi marah dan
tergesa-gesa.
e) Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada oranglain yang
bertanggung jawab.
f) Pengambilan keputusan secara berhati-hati : dipikirkan baik-
baik,mempertimbangkan berbagai pilihan.

32

Você também pode gostar