Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDHULUAN
1
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini bagi para pembaca dan mahasiswa
keperawatan yaitu :
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari hematuria.
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari hematuria.
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari hematuria.
4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari hematuria.
5. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik/ penunjanguntuk
hematuria.
6. Untuk mengetahui dan memahami pentalaksanaan medis dari hematuria
7. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien denganhematuria.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel darah
merah dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan menjadi
hematuri makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan urin bercampur
darah dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Keadaan ini dapat terjadi bila 1
liter urin bercampur dengan 1 ml darah. Gross hematuria bisa disertai dengan
clot/bekuan darah, dimana dapat berasal dari perdarahan di ureter/ginjal, buli-
buli dan prostat. Hematuri mikroskopis yaitu hematuri yang hanya dapat
diketahui secara mikroskopis atau tes kimiawi. Hematuria yang secara kasat mata
tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan
mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang
(Sunarka, 2002).
2.2 ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem
urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab paling umum
dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran
kemih, pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi.Namun, diferensial lengkap
sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi
dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan
adanya faktor risiko keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan sampai dengan
40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary
tract.genitourinari. Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik
mikrohematuria, sulit di identifikasikan penyebabnya.Akibatnya, dokter harus
mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan
mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan.
3
1. Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis
2. Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor grawitz,
tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
3. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
4. Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
5. Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah:
1. Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic),
2. SLE
3. Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium jantung maupun
endokarditis. (Wim de Jong, dkk, 2004)
4
2.3 Patofisiologi
Hematuria
bakteri memasuki
mengkompres
ginjal dari aliran
uretra
darah atau naik dari
ureter ke ginjal
Perdarahan
menghalangi dalam urine
aliran urin
Risiko Infeksi
kesulitan Resiko
buang air kecil kekurangan
volume cairan
Nyeri Akut
Gangguan
eliminasi urine
2.4 KLASIFIKASI
5
a. Hematuria inisial: darah yang muncul saat mulai berkemih, sering mengindikasikan masalah
di uretra (pada pria, dapat juga di prostat). Penyebabnya ada di bawah sphincter externa.
b. Hematuria terminal: darah yang terlihat pada akhir proses berkemih dapat menunjukkan
adanya penyakit pada buli-buli atau prostat. Penyebabnya ada di proximal urethra atau di
leher/dasar buli-buli.
c. Hematuria total: darah yang terlihat selama proses berkemih, dari awal hingga akhir,
menunjukkan permasalahan pada buli-buli, ureter atau ginjal. Penyebabnya ada di buli-buli,
ureter atau ginjal.
Pada wanita, hematuria yang terjadi sesuai siklus menstruasi menunjukkan
kemungkinan adanya endometriosis pada traktus urinarius. Darah yang ditemukan antara
proses berkemih, seperti bercak darah yang ditemukan pada celana dalam, sering
menunjukkan adanya perdarahan pada salah satu atau kedua ujung uretra.
6
meningkat pada setiap jenis metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon
paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis.
b. Pemeriksaan urine
Dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan
urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun
non glomeruler.
Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme
pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin
berhubungan dengan batu asam urat.
Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya sel-sel urotelial.
c. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria & sering
digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran
terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan.
Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih,
tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
d. USG
Berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau kista), adanya
batu atau lebarnya lumen pyelum, ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-
buli/pyelum, dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar.
e. Endoultrasonografi
Yaitu ekografi transurethral sangat bergunauntuk pemeriksaan prostat dan buli-buli.
f. Arteriografi
Dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai vaskularisasinya walaupun
sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan informatif. Bagian atas saluran kemih
dapat dilihat dengan cara uretrografi retrograd atau punksi perkutan.
g. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah obstruksi
dihilangkan.
h. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran jelas dan
kesempatan untuk mengadakan biopsy
i. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan tekanan
di buli-buli
7
Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan penunjang
di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria.
8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
9
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
6. Riwayat Psikososial
7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus hematuria akan timbul kecemasan pada dirinya dan harus menjalani
penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan . Selain itu, pengkajian juga
meliputi kebiasaan hidup klien seperti pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu
keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tida
b. Pola Nutrisi
Untuk pasien heamturia pilih makanan yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
seperti sayuran, vitamin C. Perbanyak konsumsi air putih untuk kestabilan cairan dalam
tubuh dan menghambat infeksi yang terjadi.
c. Pola Eliminasi
Klien dengan hematuri biasanya mengalami kencing dengan warna kemerahan atau seperti
teh. Saat kencing terasa nyeri seperti tertusuk jarum. Kaji warna kencing, nyeri serta produksi
kecing.
d. Pola Istirahat dan Tidur
Semua klien hematuri timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada
lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat
tidur.
e. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu
dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus
menjalani rawat inap
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien hematuria yaitu timbul kecemasan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan
body image).
h. Pola Sensori dan Kogitif
10
Pada klien hematuri rasa nyeri sangat terasa pada bagian genetialia terutama saat akan
berkemih, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya
tidak mengalami gangguan.
i. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien hematuri yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena
harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak, terpasangnya kateter pada alat kelamin
klien serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya
termasuk jumlah anak, lama perkawinannya.
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien hematuri timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul
kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
k. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Untuk klien hematuri tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama
frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
b. Data Objektif
1) PemeriksaanFisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan
gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis).
a) Keadaan umum : baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti :
1. Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan
klien.
2. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus hematuri
biasanya akut.
3. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
b) Pemeriksaan head-to-toe :
1. Kepala
11
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri
kepala
2. Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan).
3. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
4. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
5. Mulut dan Gigi
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
6. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
7. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
8. Paru
a. Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang
berhubungan dengan paru.
b. Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c. Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
d. Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
9. Jantung
a. Inspeksi
b. Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
c. Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d. Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
10. Inguinal-Genetalia-Anus
12
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
11. Kulit
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
12. Ekstermitas
Kekuatan otot, adanya oedema atau tidak, suhu akral, dan ROM.
2) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Radiologi
b) Pemeriksaan Laboratorium
13
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NOC NIC
DIAGNOSA
KEP
e. 1. Gangguan Setelah dilakukan Irigasi kandung kemih
Eliminasi tindakan selama 2x24 1) Tentukan apakah akan melakukan irigasi
Urine iritasi jam Gangguan eliminasi terus menerus atau berkala
b.d kandung urine klien dapat teratasi 2) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
kemih dengan kriteria hasil: pada pasien
Eliminasi urine 3) Siapkan peralatan irigasi yang steril,dan
a) Pola eliminasi (5) pertahankan teknik steril setiap kali
b) Jumlah urin (5) tindakan
c) Warna urine (5) 4) Monitor dan pertahankan kecepatan
d) Intake cairan (5) aliran yang tepat
e) Mengenali 5) Catat jumlah cairan yang
keinginan untuk digunakan,karakteristik cairan,jumlah
berkemih cairan yang keluar,dan respon pasien
sesuai prosedur tetap yang ada
f. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri:
agen tindakan selama 2x24 a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
pencedera jam Nyeri klien dapat yang meliputi
fisiologis teratasi dengan kriteria lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kual
hasil: itas,intensitas,atau beratnya nyeri dan
Kontrol nyeri faktor pencetus
a) Gangguan b. Observasi mengenai petunjuk nonverbal
pergerakan fisik mengenai ketidaknyamanan terutama
(5) kepada mereka yang tidak dapat
b) Ketidaknyamanan berkomunikasi secara efektif.
(5) c. Pastikan perawatan anlagesik bagi
c) Gangguan dalam pasien dilakukan dengan pemantauan
14
rutinitas (5) yang ketat.
d) Kurang kesabaran d. Gali bersama pasien faktor-faktor yang
(5) dapat menurunkan atau memperberat
e) Gangguan nyeri.
aktivitas fisik (5) e. Gali pengetahuan dan kepercayaan
f) Gangguan dalam pasien mengenai nyeri.
perasaan f. Berikan informasi mengenai
mengontrol (5) nyeri,seperti penyebab nyeri,berapa
lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi
dari ketidaknyaman akibat prosedur.
g. Pilih dan implementasikan tindakan
yang beragam (misalnya: suhu
ruangan,pencahayaan,suara bising)
h. Beri tahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau jika keluhan pasien saat ini
berubah signifakan dari pengalaman
nyeri sebelumnya.
15
3.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari
implementasi keperawatan, antara lain:
a) Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan,
menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-
hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi,
memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi
penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai
kebutuhan, dan lain lain.
b) Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik,
menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan
dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain
lain.
c) Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan
kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari
data dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan
tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
3.5 Evaluasi
Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian
hasil yang diharapkan (yang dikembangkan dalam fase perencanaan dan di
dokumentasikan dalam rencana keperawatan) adalah tahap akhir dari proses
keperawatan. Fase evaluasi perlu untuk menentukan seberapa baik rencana asuhan
tersebut berjalan dan bagaimanan selama proses terus menerus. Revisi rencana
keperawatan adalah komponen penting dalam evaluasi.
Pengkajian ulang adalah proses evaluasi terus menerus yang terjadi tidak
hanya hasil yang diharapkan terjadi pada klien di tinjau ulang atau bila keputusan
dibutuhkan apakah klien siap atau tidak untuk pulang. (Doengos, 2001:15).
16
Evaluasi adalah proses berkelanjutan. Perawat dapat mengasumsikan
perawatan tersebut telah efektif saat hasil yang diharapkan untuk perawatan dapat
terjadi. (Wong, 2002:366).
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel
darah merah dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan menjadi
hematuri makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan urin bercampur
darah dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Keadaan ini dapat terjadi bila 1
liter urin bercampur dengan 1 ml darah. Gross hematuria bisa disertai dengan
clot/bekuan darah, dimana dapat berasal dari perdarahan di ureter/ginjal, buli-
buli dan prostat. Hematuri mikroskopis yaitu hematuri yang hanya dapat
diketahui secara mikroskopis atau tes kimiawi. Hematuria yang secara kasat
mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada
pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per
lapangan pandang (Sunarka, 2002).
4.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini
adalah :
a) Bagi Perawat
Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien sehingga
terjadi peningkatan pengetahuan dan dapat membantu mencegah kompleksitas
masalah yang mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap masalah
yang timbul akibat hematuria.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih banyak memberikan masukan yang berguna bagi mahasiswa saat
melakukan asuhan keperawatan baik secara konsep teori maupun teknik
pengkajian fisik terfokus persistem terutama sistem kardiovaskuler dan
berorientasi pada masalah atau keluhan klien khususnya klien dengan hematuria
mengingat kondisi klien yang cukup kompleks.
18
DAFTAR PUSTAKA
19