Você está na página 1de 10

PROSES MENGUATNYA PERAN NEGARA PADA MASA

ORDE BARU
s Sejak Orde Baru dan Diangkatnya Maijen Soeharto menjadi
Presiden RI, telah banyak perubahan yang dicapai oleh bangsa Indonesia,
langkah yang dilakukannya adalah menciptakan stabilitas ekonomi politik.
Tujuan perjuangannya adalah menegakkan tata kehidupan negara yang
didasarkan atas kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.
Kabinet yang pertama kali dibentuk adalah Kabinet AMPERA
dengan tugas menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai
persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional yang disebut DWI
DHARMA KABINET AMPERA. Adapun programnya antara lain :

a. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama sandang dan pangan


b. Melaksanakan Pemilu
c. Melaksanakan Politik Luar Negeri yang Bebas dan Aktif
d. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam
segala bentuk.

1. Untuk memuwujudkan kehidupan politik yang lebih baik, pada


23 Mei 1970, disusun rencana pemilihan umum.
2. Kehidupan ekonomi segera direhabilitasi mengingat kondisi yang
sangat memperhatikan dengan kenaikan harga kebutuhan pokok yang
sangat tinggi, hingga mencapai 650 %.
3. Menyusun dan melaksanakan pembangunan nasional.
Keempat program ini disebut dengan Catur Karya Kabinet Ampera
(Kabinet Amanat Penderitaan Rakyat).

Kebijakan sosial politik orde baru, dalam bidang politik salah satu
langkah yang dilakukan oleh Seokarno adalah melakukan fusi partai politik.
menghasilkan komposisi sebagai berikut :
1. Kelompok Demokrasi Pembangunan ( 11 Januari 1973 ) kelompok ini
terdiri atas partai Nasional Indonesia, Partai Kristen Indonesia, Partai
Katolik, ikatan pendukung kemerdekaan dan Partai MURBA.
2. Kelompok Persatuan Pembangunan ( 5 Januari 1973 ) kelompok ini
terdiri atas Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Sarikat
Islam Indonesia dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Indonesia.
3. Kelompok Golongan Karya yang terdiri berbagai organisasi profesi,
seperti Organisasi Buruh, Organisasi Pemuda, Organisasi Tani dan
Nelayan, Organisasi Seniman dan Organisasi Masyarakat.
Peran negara juga sangat kuat karena didukung oleh pemusatan dan
penguatan : sektor militer, ekonomi dan budaya (ketiganya merupakan pijakan
bagi Soeharto untuk membangun pemerintahan yang kuat)

Dan adapun Kelebihan dari sistem Pemerintahan Orde Baru


• perkembangan GDP per kapita Indonesia
• sukses transmigrasi
• sukses KB
• sukses memerangi buta huruf
• sukses swasembada pangan
• pengangguran minimum
• sukses REPELITA
• sukses Gerakan Wajib Belajar
• sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
• sukses keamanan dalam negeri
• Investor asing mau menanamkan modal
• sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

Selain Kelebihannya ada juga kekurangannya,, berikut kekurangan sistem


pemerintahan Orde Baru :

• semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme


• Pembangunan yang tidak merata menimbulkan kesenjangan pembangunan
antara pusat dan daerah, kaya dan miskin, jawa dan luar jawa , sebagian
disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat
• kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
• kebebasan pers sangat terbatas
• penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan
program "Penembakan Misterius" (petrus)
• tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden
selanjutnya)

C. Dampak Menguatnya Peran Negara terhadap Kehidupan


Masyarakat.
Berikut adalah Dampak positif dari menguatnya peran negara terhadap
masyarakat pada masa Orde Baru :
1. Harga Sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako)
dan BBM yang murah
2. Pendidikan yang murah untuk semua jenjang pendidikan
3. Terbukanya kesempatan kerja
4 .Rakyat pernah mengalami swasembada pangan
5. Berkembangnya pertanian rakyat
6. Rendahnya angka kemiskinan yang diikuti dengan meningkatnya
kesejahteraan rakyat
7.Penurunan angka kematian bayi sebagai dampak keberhasilan
keluarga berencana
8. Angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin meningkat sebagai
dampak keberhasilan bebas tiga buta (B3B)

Selain dampak positifnya juga pasti ada juga yang namanya dampak negatif,
berikut dari menguatnya peran negara terhadap masyarakat pada masa Orde
Baru :
1) Terbentuk pemerintahan yang bersifat ototriter, dominative, dan sentralistis
2) Otoriarisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsadan
bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat
3) Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan
benar kepada rakyat Indonesia
4) System perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk
melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan
presiden melalui MPR, Soeharto selalu terlpilih
5) Demokrasi yang terbentuk didasarkan pada korupsi, kolusi, dan
Nepotisme(KKN)sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang
tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya

PERTUMBUHAN DAN MOBILITAS PENDUDUK


PADA MASA ORDE BARU
I. Mobilitas Penduduk Pada masa Orde Baru

Dalam kaitannya dengan interaksi kota tersebut, maka mobilitas penduduk dapat
diartikan sebagai suatu perpindahan penduduk baik secara teritorial ataupun
geografis. Hubungan timbal balik antara kota dengan kota maupun antara kota dengan
desa dapat menyebabkan munculnya gejala-gejala yang baru yang meliputi aspek
ekonomi, sosial maupun budaya.
Masa Orde Baru tingkat pertumbuhan penduduk pertahun mengalami penurunan berkat
keberhasilan program KB dan perbaikan gizi serta kesehatan masyarakat.

Tingginya angka pertumbuhan penduduk dan berkurangnya lahan pertanian karena untuk
keperluan non pertanian (misal untuk perkantoran, jalan raya, pemukiman baru). Sebagai
akibatnya presentase penduduk yang bermukim dipedesaan menurun, yang bermukim
diperkotaan meningkat.

A. Mobilitas Penduduk Melalui Program Transmigrasi

Program transmigrasi dibagi 2 periode yaitu tahap pra Pelita dan tahap Pelita. Tujuan
Transmigrasi pada masa Orde Baru yaitu :

1. Meningkatkan taraf hidup rakyat.

2. Meningkatkan pembangunan daerah.

3. Menyeimbangkan persebaran penduduk.

4. Melaksanakan pembangunan secara merata.

5. Memanfaatkan sumber-sumber alam dan tenaga manusia.

6. Memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

7. Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional.

Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali
dipulihkan. Dan MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan
politik luar negeri Indonesia. Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia harus
didasarkan kepada kepentingan nasional, seperti pembangunan nasional,
kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan.
Langkah –langkah yang diambil oleh kabinet ampera (kabinet amanat
penderitaan rakyat) dalam menata kembali politik luar negeri,antara lain sebagai
berikut :
1. Kembali menjadi anggota PBB
Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) YANG KE-60.
Manfaat dan bantuan PBB, antara lain sebagai berikut.

1) PBB turut berperan dalam mempercepat proses pengakuan de facto ataupun


de jure kemerdekaan Indonesia oleh dunia internasional.
2) PBB turut berperan dalam proses kembalinya Irian Barat ke wilayah RI.
3) PBB banyak memberikan sumbangan kepada bangsa Indonesia dalam bidang
ekonomi, sosial, dan kebudayaan.

Hubungan yang harmonis antara Indonesia dan PBB menjadi terganggu sejak
Indonesia menyatakan diri keluar dari keanggotaan PBB pada tanggal 7 Januari
1965. Keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB tersebut sebagai protes atas
diterimanya Federasi Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB, sedangkan Indonesia sendiri pada saat itu sedang berkonfrontasi dengan
Malaysia. Akibat keluar dari keanggotaan PBB, Indonesia praktis terkucil dari
pergaulan dunia. Hal itu jelas sangat merugikan pihak Indonesia.

Keputusan untuk kembali menjadi anggota PBB dikarenakan pemerintah sadar


bahwa banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota pada
tahun 1955-1964. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB disambut baik oleh
negara-negara Asia lainnya bahkan oleh PBB sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan
dipilihnya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk masa siding tahun
1974. Dan Indonesia juga memulihkan hubungan dengan sejumlah negara seperti
India, Thailand, Australia, dan negara-negara lainnya yang sempat renggang
akibat politik konfrontasi Orde Lama.

2. Normalisasi Hubungan dengan Negara lain

a) Pemulihan Hubungan dengan Singapura


Dengan perantaraan Dubes Pakistan untuk Myanmar, Habibur Rachman,
hubungan Indonesia dengan Singapura berhasil dipulihkan kembali. Pada tanggal 2
Juni 1966 pemerintah Indonesia menyampaikan nota pengakuan atas Republik
Singapura kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Dan pemerintah Singapura
menyampaikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik
dengan Indonesia.
b) Pemulihan Hubungan dengan Malaysia
Penandatanganan persetujuan normalisasi hubungan Indonesia-Malaysia

Indonesia melakukan konfrontasi dengan Malaysia setelah diumumkan Dwikora


oleh Presiden Soekarno pada tanggal 3 Mei 1964. Tindakan pemerintah Orde
Lama ini jelas menyimpang dari pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif.

Normalisasi hubungan Indonesia–Malaysia tersebut berhasil dicapai dengan


ditandatangani Jakarta Accord pada tanggal 11 Agustus 1966. Persetujuan
normalisasi hubungan Indonesia–Malaysia merupakan hasil perundingan di
Bangkok (29 Mei–1 Juni 1966). Perundingan dilakukan Wakil Perdana
Menteri/Menteri Luar Negeri Malaysia, Tun Abdul Razak dan Menteri
Utama/Menteri Luar Negeri Indonesia, Adam Malik. Perundingan telah
menghasilkan persetujuan yang dikenal sebagai Persetujuan Bangkok. Adapun
persetujuan Bangkok mengandung tiga hal pokok, yaitu sebagai berikut.

1) Rakyat Sabah dan Serawak akan diberi kesempatan menegaskan lagi keputusan
yang telah diambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
2) Kedua pemerintah menyetujui memulihkan hubungan diplomatik.
3) Kedua pemerintah menghentikan segala bentuk permusuhan.

C) Pembekuan Hubungan dengan RRC


Pada tanggal 1 Oktober 1967 Pemerintantah Republik Indonesia membekukan
hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC). Keputusan tersebut
dilakukan karena RRC telah mencampuri urusan dalam negeri Indonesia dengan
cara memberikan bantuan kepada G 30 S PKI baik untuk persiapan, pelaksanaan,
maupun sesudah terjadinya pemberontakan tersebut. Selain itu pemerintah
Indonesia merasa kecewa dengan tindakan teror yang dilakukan orang-orang Cina
terhadap gedung, harta, dan anggota-anggota Keduataan Besar Republik
Indonesia di Peking. Pemerintah RRC juga telah memberikan perlindungan kepada
tokoh-tokoh G 30 S PKI di luar negeri, serta secara terang-terangan menyokong
bangkitnya kembali PKI. Melalui media massanya RRC telah melakukan kampanye
menyerang Orde Baru. Dan pada 30 Oktober 1967 Pemerintah Indonesia secara
resmi menutup Kedutaan Besar di Peking

3. Pembentukan Organisasi ASEAN

Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia


Tenggara atau dikenal dengan nama ASEAN.

ASEAN merupakan organisasi regional yang dibentuk atas prakarsa lima


menteri luar negeri negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kelima menteri luar
negeri tersebut adalah Narsisco Ramos dari Filipina, Adam Malik dari Indonesia,
Thanat Khoman dari Thailand, Tun Abdul Razak dari Malaysia, dan S. Rajaratnam
dari Singapura. Penandatanganan naskah pembentukan ASEAN dilaksanakan pada
tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok sehingga naskah pembentukan ASEAN itu
disebut Deklarasi Bangkok. Syarat menjadi anggota adalah dapat menyetujui
dasar dan tujuan pembentukan ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi
ASEAN.

Keanggotaan ASEAN bertambah seiring dengan banyaknya negara yang


merdeka. Brunei Darussalam secara resmi diterima menjadi anggota ASEAN
yang keenam pada tanggal 7 Januari 1984. Vietnam diterima menjadi anggota
ASEAN ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Sementara itu, Laos dan Myanmar
bergabung dengan ASEAN pada tanggal 23 Juli 1997 dan menjadi anggota
kedelapan dan kesembilan. Kampuchea menjadi anggota ASEAN yang kesepuluh
pada tanggal 30 April 1999.

ASEAN mempunyai tujuan utama, antara lain:

1) meletakkan dasar yang kukuh bagi usaha bersama secara regional dalam
mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan
kebudayaan;
2) meletakkan landasan bagi terwujudnya suatu masyarakat yang sejahtera dan
damai di kawasan Asia Tenggara;
3) memberi sumbangan ke arah kemajuan dan kesejahteraan dunia;
4) memajukan perdamaian dan stabilitas regional dengan menghormati keadilan,
hukum, serta prinsip-prinsip Piagam PBB;
5) memajukan kerja sama aktif dan tukar-menukar bantuan untuk kepentingan
bersama dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu pengetahuan, dan
administrasi;
6) memajukan pelajaran-pelajaran (studies) tentang Asia Tenggara;
7) memajukan kerja sama yang erat dan bermanfaat, di tengah-tengah
organisasi-organisasi regional dan internasional lainnya dengan maksud dan
tujuan yang sama dan menjajaki semua bidang untuk kerja sama yang lebih erat
di antara anggota.

Dasar kerja sama ASEAN adalah:

1) saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, persamaan, integritas teritorial,


dan identitas semua bangsa;
2) mengakui hak setiap bangsa untuk penghidupan nasional yang bebas dari ikut
campur tangan, subversi, dan konversi dari luar;
3) tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing;
4) menyelesaikan pertengkaran dan persengketaan secara damai;
5) tidak menggunakan ancaman dan penggunaan kekuatan;
6) menjalankan kerja sama secara efektif.

4. Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai Organisasi Internasional

Pemerintahan Indonesia masa Orde Baru juga aktif dalam beberapa lembaga
internasional, seperti berikut ini.

1) Consultative Group on Indonesia (CGI)


Sebelum pemerintah Indonesia mendapat bantuan dana pembangunan dari
Consultative Group on Indonesia (CGI) terlebih dahulu mendapat bantuan dana
pembangunan dari Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI). Inter-
Governmental Group on Indonesia (IGGI) didirikan pada tahun 1967. Tujuannya,
memberi bantuan kredit jangka panjang dengan bunga ringan kepada Indonesia
untuk biaya pembangunan.

Anggota IGGI terdiri atas dua kelompok.

a) Negara-negara kreditor, seperti Inggris, Prancis, Belgia, Italia, Swiss,


Jepang, Belanda, Jerman Barat, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan
Kanada.

b) Badan keuangan dunia baik internasional maupun regional, seperti Bank Dunia
(World Bank), Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank), Dana Moneter
Internasional (International Monetary Fund), dan Masyarakat Ekonomi Eropa
(MEE).

IGGI berpusat di Den Haag (Belanda). Ketua IGGI dijabat oleh Menteri Kerja
Sama Pembangunan Kerajaan Belanda. Bantuan IGGI kepada Indonesia, antara
lain berbentuk:

a) bantuan proyek,
b) bantuan program,
c) bantuan pangan,
d) bantuan teknik,
e) devisa kredit (devisa yang diperoleh dari pinjaman), dan
f) grant (sumbangan atau hadiah).

Pada tanggal 25 Maret 1992, IGGI bubar sebab Indonesia menolak bantuan
Belanda yang dianggap terlalu banyak mengaitkan pinjaman luar negerinya dengan
masalah politik di Indonesia. Sebagai penggantinya, pemerintah Indonesia
meminta pada Bank Dunia membentuk Consultative Group on Indonesia (CGI).

CGI mengadakan sidang pertama kali di Paris, Prancis tanggal 16 Juli 1992.
Sidang dihadiri oleh 18 negara dan 10 lembaga internasional yang dipimpin oleh
Bank Dunia. Anggota CGI terdiri atas negara-negara bekas anggota IGGI
(kecuali Belanda) dan lembaga-lembaga internasional.

Negara anggota CGI itu, antara lain:

a) Jepang,
b) Korea Selatan,
c) Amerika Serikat,
d) Prancis,
e) Jerman,
f) Inggris,
g) Swiss, dan
h) Belgia,
i ) Denmark,
j) Austria,
k) Kanada,
l) Italia,
m) Spanyol,
n) Finlandia,
o) Swedia,
p) Norwegia,
q) Selandia Baru.

Lembaga internasional yang ikut dalam CGI, antara lain:

a) World Bank,
b) ADB,
c) UNDP,
d) WFP,
e) UNFPA,
f) WHO,
g) FAO,
h) UNIDO,
i) ILO,
j) UNESCO,
k) UNHCR,
l) IAEA,
m) Mordic Invesment Bank,
n) IFAD,
o) IDB,
p) UNICEF,
q) Kuwait Fund
r) Saudi Fund.

2) Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)


APEC merupakan forum kerja sama ekonomi negara-negara di kawasan Asia
dan Pasifik. APEC terbentuk pada bulan Desember 1989 di Canberra, Australia.
Gagasan APEC muncul dari Robert Hawke, Perdana Menteri Australia saat itu.

Latar belakang terbentuknya APEC adalah perkembangan situasi politik dan


ekonomi dunia pada waktu itu yang berubah dengan cepat. Hal ini diikuti dengan
kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay (masalah perdagangan
bebas). Apabila perdagangan bebas gagal disepakati, diduga akan memicu sikap
proteksi dari negaranegara maju.

Indonesia, sebagai anggota APEC, mempunyai peranan yang cukup penting.


Dalam pertemuan di Seattle, Amerika Serikat (1993), Indonesia ditunjuk sebagai
Ketua APEC untuk periode 1994–1995. Sebagai Ketua APEC, Indonesia berhasil
menyelenggarakan pertemuan APEC di Bogor pada tanggal 14–15 November 1994
yang dihadiri oleh 18 kepala negara dan kepala pemerintahan negara anggota.
Sidang APEC di Tokyo tahun 1995, memutuskan bahwa era perdagangan bebas
akan mulai diberlakukan tahun 2003 bagi negara maju dan 2010 bagi negara
berkembang.

Você também pode gostar