Você está na página 1de 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Audit merupakan suatu proses pengumpulan data, penilaian ataupun
pengevaluasian yang dilakukan untuk menilai sesuatu apakah telah sesuai
dengan kriteria yang mendasarinya.
Standar Pekerjaan lapangan ketiga IAPI (2011:326.1) berbunyi:
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”.
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan
pendapat atas laporan keuangan terdiri atas usaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan“validity”bukti tersebut untuk tujuan
audit tergantung pada pertimbangan auditor independen. Dalam hal ini bukti audit
“audit evidence” berbeda dangan bukti hukum “legal evidence” yang diatur secara
tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan
pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Relevansi, objektifitas, ketepatan
waktu dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya
berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
Untuk membuktikan efektif tidaknya pengendalian inter di suatu perusahaan,
akuntan publik harus melakukan compliance test atau test of recorded transaction.
Untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiraan neraca dan laba-rugi,
akuntan publik harur melakukan subtantive test dan analytical review.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sifat bukti audit dapat dikatakan kompeten?
2. Bagaimana perbedaan antara compliance test dan subtantive test?
3. Bagaimana cara pemilihan sampel?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui sifat bukti audit yang kompeten
2. Mengetahui perbedaan antara compliance test dan subtantive test
3. Mengetahui cara pemilihan sampel

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SIFAT BUKTI AUDIT


Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan
semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang
berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang
medukung alokasi baiaya, perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan
bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam
bentukelektronik. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang
cukup bagi suatu laporan keuangan di pihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran
dan kecermatan data akuntansi yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan
keuangan tidak akan terjamin.
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti
cek, catatan electronic fund system, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan
representasi tertulis dari pihak yang mengetahui, informasi yang diperoleh auditor
melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik serta
informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan
sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut.
Bukti ekstern yang diperoleh dari pihak independen diluar perusahaan dianggap lebih
kuat, dalam arti dapat lebih diandalkan/ dipercaya keabsahannya daripada bukti yang
diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri (bukti intern). Semakin efektif
pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data
akunatnsi dan laporan keuangan. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung
yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih

3
bersifat menyimpulkan (persuasiveevidence) daripada bukti yang bersifat meyakinkan
(convincing evidence).
Menurut Konrath (2002: 114 & 115) ada enam tipe bukti audit yaitu:
1. Physical evidence
2. Evidence obtain through confirmation
3. Documentary evidence
4. Mathematical evidence
5. Analytical evidence
6. Heaarsay evidence

1. Physical evidence
Terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi atau
diinspeksi dan terutama berguna untuk meendukung tujuan eksitensi atau
keberadaan.
Contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname, observaasi dari
perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat berharga dan inventarisasi
aset tetap.
2. Evidence obtain through confirmation
Adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan atau penilaian
langsung dari pihak ketiga diluar klien. Contohnya jawaban konfirmasi piutang,
hutang,konfirmasi dari penasihat hukum klien.
3. Documentary evidence
Terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung transaksi.
Contohnya fakjtur pembelian, copy faktur penjualan, journal voucher, general
ledger dan sub leger. Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen mengenai
completeness dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail yang memungkinkan
auditor untuk mentrasir dan melakukan vouching atas transaksi-transaksi dan
kejaidan-kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.

4
4. Mathematical evidence
Merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang dilakukan
auditor. Misal footing , cross footing, dan extension dari rincian persediaan,
perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi
penrikan aset tetap,PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi misalnya pemeriksaan
rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku besar
dan sub buku besar, rekonsiliasi inter company accounts dan lain-lain.
5. Analytical evidence
Bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap informasi keuangan
klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu membuat perencanaan
audit,sebelum melakukan substantive test dan pada akhir pekerjaan lapangan (audit
field work). Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk:
- Trend (Horizontal) analysis yaitu membandingkan angka-angka laporan
keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki
kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun persentase.
- Common size (Vertical) analysis
- Ratio analysis misal menghitung rasio likuiditas, rasio probabilitas, rasio
leverange dan rasio manajemen aset.
6. Heaarsay evidence
Merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan auditor. Misal pertanyaan auditor mengenai pengendalian internal,
ada tidaknya contigent liabilities, persediaan yang bergerak lambat atau rusak,
kejadian penting sesudah tanggal neraca dan lain-lain.

2.2 COMPLIANCE TEST DAN SUBSTANTIVE TEST


Test ketaatan (Compliance Test) atau test of recorder transactions adalah tes
terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat
perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses
dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Jika

5
terjadi penyimpangan dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi, walaupun
jumlah (rupiah) nya tidak material, auditor harus memperhitungkan pengaruh dari
penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian intern.
Juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek
pengendalian intern bisa di atasi dengan suatu “compensating control”
Misalnya:
Kesalahan yang Kelemahan Compensanting Control
ditemukan
1. Bukti pengeluaran kas Timbul kemungkinan a. Subledger utang selalu
dan bukti-bukti bukti pendukung di update dan setiap
pendukung tidak di cap digunakan untuk akhir bulan direconcile
lunas pembayaran yang kedua dengan saldo utang
kalinya dibuku besar
b. Perusahaan memiliki
bagian internal audit
yang cukup kuat dan
setiap bulan memeriksa
kelengkapan bukti-
bukti pengeluaran kas
2. Bukti pengeluaran Timbul kemungkinan Perusahaan menggunaka
kas tidak bernomor penyalahgunaan bukti imprest fund system untuk
urut tercetak tersebut untuk keuntungan pengeluaran ≤
pribadi Rp.750.000,- untuk
jumlah > Rp.750.000,-
dibayar dengan giro, yang
urutan nomernya selalu
diawasi.

6
Compliance Test biasanya dilakukan untuk transaksi berikut ini:
Jenis Transaksi Jenis Compliance Test Sampel yang digunakan
 Penjualan Sales Test Faktur penjualan
 Penerimaan kas Cash Receipt Test Kwitansi
 Pengeluaran kas Cash Disbursement Test Nomor cek/giro

 Pembelian Purchase Test Purchase Order

 Pembayaran gaji dan Payrol Test Daftar gaji

upah
 Jurnal Journal Voucher Test Jurnal voucher

koreksi/penyesuaian

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-hal berikut:


1. Kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)
2. Kebenaran perhitungan matematis (footing, cross footing, extension)
3. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
4. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit
5. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar.

Compliance test bisa dilakukan pada waktu intern audit dan dilanjutkan setelah
perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun.
Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan
keuangan (Neraca dan Laba rugi).
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam substantif test antara lain:
 Inventarisasi aktiva tetap
 Observasi atas stock opname
 Konfirmasi piutang, utang dan bank
 Subsequent collection dan subsequent payment
 Kas opname

7
 Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain

Jika pada waktu melakukan Substantive test, auditor menemukan kesalahan-


kesalahan, harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau
tidak. Jika kesalahannya material, auditor harus mengusulkan audit adjustment secara
tertulis (dalam bentuk daftar audit adjustment ). Jika usulan adjustment tidak disetujui
klien, dan auditor yakin usulan adjustment tersebut benar, maka auditor tidak boleh
memberikan Unqualified opinion.
Untuk keslahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu
mengajukan usulan adjustment , tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan
mempengaruhi opini akuntan publik. Dalam melakukan Substantive test, auditor perlu
membuat kertas kerja dalam bentuk Working balance sheet, working profitand loss,
top schedule, dan supporting schedule.

2.3 CARA PEMILIHAN SAMPEL


Dalam melakukan pemeriksaanya, akuntan publik biasanya tidak memeriksa
keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam perusahaan. Karena kalau
seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu yang lama dan memakan biaya
yang besar.
Karena itu transaki-transaksi dan bukti-bukti diperiksa secara “test basis” atau
secara sampling. Dari keseluruhan “universe” diambil bebrapa sampel untuk ditest dan
dari hasil pemeriksaan sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenai “universe”
secara keseluruhan.
Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel tersebut haruslah
mewakili universe secara tepat karena jika sampel yang dipilih tidak tepat akan sangat
mempengaruhi kesimpulan yang ditarik.
Sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan,
sehingga sampel tersebut betul-betul representative.

8
Menurut PSA 26
“Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo
akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut”.

“Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit: nonstatistik dan statistik. Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan
profesionalismenya dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian sampel serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam
penarikan kesimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan”.

Metode sampling apapun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih dahulu
menyusun sampling plan. Beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan
adalah:
1. Random/judgement sampling
Pemilihan sampel yang dilakukan secara random/acak dengan menggunaka
judgement akuntan publik.
Salah satu cara, misalnya: dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran kas
auditor mementukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau sama
dengan Rp. 5.000.000,- harus di vouching, ditambah dua setiap bulan yang
berjumlah di bawah Rp. 5.000.000,-
Cara lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table dalam memilih
sampel. Pemilihan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan komputer.
2. Block sampling
Dalam hal ini auditor memilih transaksi di bulan-bulan tertentu sebagai sampel.
Mislanya bulan Januari, Juni dan Desember.
Keberhasilan kedua cara diatas walaupun mudah sangat tergantung pada judgement
auditor, semaakin banyak pengalaman auditor semakin baik hasilnya dalam arti

9
sampel yang dipilih benar-benar representative. Tetapi jika auditor kurang
pengalaman, sampel yang dipilih akan kurang representative.
3. Statistical Sampling
Pemilihan sampel yang dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit
namun sampel yang terpilih betul-betul representative. Karena memakan waktu
yang lebih banyak, statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit di
perusahaan yang sangat besar dan mempunyai internal control yang cukup baik.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan
pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan(validity) bukti tersebut untuk tujuan
audit tergantung pada pertimbangan auditor independen.
Compliance test (Test Ketaatan) atau test of recorded transaction adalah Test
terhadap bukti pembukuan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi
sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan
manajemen .Jika terjadi penyimpangan dalam pemrosesan dan pencatatan
transaksi, walaupun jumlah (rupiahnya) tidak material, auditor memperhitungkan
pengaruh dan penyimpangan terhadap efektifitas pengendalian intern. Substantive
test merupakan Test terhadap kewajaran saldo perkiraan laporan keuangan (Neraca
dan Laporan Laba Rugi).
Dalam pekerjaan adit pada dasarnya terdapat dua metode pemilihan atau
penarikan sampel, yaitu metode pemilihan secara statistik atau stastistical (random)
sampling method dan metode pemilihan tidak secara statistik atau nonstatistical
sampling (jusgment) method.

3.2 SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas
partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang
sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar
bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh
karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi
diri dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan
dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.

11

Você também pode gostar