Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2. Lien (Limpa)
Anatomi Lien
Lien/ spleen/limfa merupakan organ RES (reticuloendothelial system) yang terletak di
cavum abdomen pada regio hipokondrium/ hipokondriaka sinistra. Lien terletak sepanjang
costa IX, X, dan XI sinistra dan ekstremitas inferiornya berjalan kedepan sampai sejauh linea
aksilaris media. Lien juga merupakan ogan intra peritonial.
Morfologi Lien
Lien mempunyai 2 facies, facies diaphragmatica yang berbentuk konvex dan facies viscelais
yang berbentuk lebih datar. Facies diaphragmatica lin berhadapan dengan diphragma dan
costa IX-XI sinistra. Sedangkan facies viceralis memiliki 3 facies, yaitu facies renalis yang
berhdapan dengan ren sinistra, facies gstric yang berhadapan dengan gaster, dan facies colica
yang berhadapan dengan flexura coli sinistra.
Vaskularisasi Lien
Lien di vaskularisasi oleh arteri renalis yang merupakan cabang dari truncus coeliacus / tripel
hallery bersama arteri hepatica communis dan arteri gastric sinistra.tripel hallery sendiri
merupakan cabang dari aorta abdominalis yang di cbangkan setinngi vertebra thoracal XII –
vertebra lumbal I
Innervasi Lien
Lien diinervasi oleh persyarafan simpatis nervus sympaticus sngmen thoracal VI – X dan
persarafan parasimpatisnya oleh nervus fagus.
Fisiologis Lien
Organ limfoid terbesar
Tempat pembentukan sel darah saat fetus
Tempat perombakan HB
Sewaktu janin limpa atau lien membentuk sel darah merah dan mungkin pada orang dewasa
juga masih mengerjakannya apabila fungsi sum-sum tulang rusak. Sel darah merah yang telah
rusak di pisahkan dari sirkulasi.Limpa juga menghasilkan limfosit yang berfungsi juga dalam
perlindungan terhadap penyakit dan mengasilkan zat-zat antibodi. Pada seluruh jaringan dan
organ-organ tubuh terdapat sel-sel tertentu yang dapat memakan (fagositose) benda- benda
asing dan bakteri atau virus. Mereka terutama berpusat dalam kelenjar limfe, lien, hati, dan
sum-sum tulang belakang. Sel-sel ini memiliki kemampuan besar untuk berkembng biak dan
bertalian dengan limfosit dan dengan organ-organ pembentuk darah yang bertugas dalam
perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Lien atau limpa bukan organ yang sangat penting untuk melangsungkan kehidupan.dalam
beberapa keadaan nemi hemolitik, limpa diangkat melalu operasi splenoktomi dan hasil dari
tindakan ini ialah bahwa kerapuhan sel darah merah berkurang dan dapat memperingan
penyakit.
Pemeriksaan fisik Lien
Meliputi palpasi dan perkusi pada ndaerah abdomen.
Palpasi lien ; apabila lien mengalami pembesaran akan teraba pembesaran lien ke arah
caudomedioanerior. Oleh karena itu, palpasi lien dilakukan sepanjang garis schuffner, yaitu
garis yang terbentang dari spina ischiadica anterior superior (SIAS) dextra melewati
imbilicus smp ke arcus costae sinistra.
Perkusi lien ; untuk melakukan perkusi pada lien, kita dapat melakukan nya pada area traube
atau traube’s space. Yaitu merupakan sebuah tempat yang terletak antara ICS(intercostae
space) terbawah pada linea aksilaris media. Normalnya akan terdengar suara timpani, lalu
kita menyuruh pasien menarik dalam dan ditahan, lalu kita lakukan perkusi kembali, apabila
tidak didapatkan splenomegali, maka akan terdengar bunyi timpani. Sedangkan bila di
dapatkan splenomegali akan terdengar bunyi redup/ pekak saat di perkusi.
3. Sumsum tulang
Sumsum tulang (bahasa Inggris: bone marrow, medulla ossea) adalah jaringan lunak yang
ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian besar sel
darah baru. Ada dua jenis sumsum tulang:
sumsum merah, dikenal juga sebagai jaringan myeloid. Sel darah merah, keping
darah, dan sebagian besar sel darah putih dihasilkan dari sumsum merah.
sumsum kuning. Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan warnanya
ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya.
Kedua tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah.
Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan,
semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6
kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah
ditemukan terutama pada tulang pipih seperti tulang pinggul, tulang dada, tengkorak, tulang
rusuk, tulang punggung, tulang belikat, dan pada bagian lunak di ujung tulang panjang femur
dan humerus. Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang.
Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning dapat
diubah kembali menjadi sumsum merah untuk meningkatkan produksi sel darah.
4. Tymus
Pada masa kanak-kanak, tymus merupakan organ yang mengisi sebagian besar mediastinum
superius. Tymus terdiri dari jaringan lymphoid berbentuk agak gepeng, mempunyai 2 lobi
dan tampak berbenjol-benjol. Letaknya di belakang os sternum, tetapi pada bayi baru lahir,
dapat mencapai daerah leher melewati aperturthoracis superior sehingga terdapat di depan
pembuluh darah besar. Pada anak yang lebih besar dan pubertas, thymus akan mengecil. Pada
orang dewasa hamper tidak dapat ditemukan lagi kecuali sebagai nodulus kecil terbungkus
jaringan ikat jarang. Thymus mendapat darah dari arteria thyroidea inferior dan arteria
thoracica interna. Fungsi thymus adalah membentuk T-lymphocytes yg berhubungan dengan
proses imunologi
5. C i n c i n w a l d e y e r
Merupakan jaringan limfoid ya n g mengelilingi faring.
B a g i a n terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur
yang lain adalahtonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid
yang tersebar dalamf o s a R o s e n m u l l e r , d i b a w a h m u k o s a d i n d i n g p o s t e r i o r
f a r i n g d a n d e k a t o r i f i s i u m t u b a eustachius.
b. Inflamasi.
Inflamasi merupakan respon tubuhterhadap sel yang rusak, repon ini ditandai dengan adanya
kemerahan, nyeri, panas, bengkak. Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh
mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah
rusak oleh mikroba. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan permeabilitas vaskular
terjadi pada setiap inflamsi akut. Adanya vasodilatasi menyebabkan kemerahan pada daerah
yang terjadi inflamasi, sedangkan permebilitas vaskuler menyebabkan keluarnya cairan yang
plasma sehingga menyebabkan edema (bengkak). Vasodilatasi dan permebilitas vaskuler
disebabkan oleh mediator-mediator kimia yaitu prostaglandin, bradikinin, histamin dan
Interluikin.
c. Substansi antimikroba.
Substansi mikroba yang dimaksud adalah komplemen. Sistem komplemen merupakan sistem
yang penting dalam innate immunity karena fungsinya sebagai opsonisator untuk
meningkatkan fagositosis sel fagosit dan kemoatrtaktor untuk menarik sel-sel radang yang
menyebabkan inflamasi. Komplemen juga bisa melisiskan bakteri secara langsung dengan
membentuk sebuah 'hole' sehingga isi bakteri akan keluar (lisis). Komplemen yang ada di
darah harus diaktifkan sebelum dapat berperan dalam innate immunity. Ada 3 jalur
pengaktifan komplemen yaitu jalur klasik, jalur lektin dan jalur alternatif. Pengaktifan
komplemen jalur klasik membutuhkan intervensi antibodi dalam pengaktifannya, sedangkan
jalur lektin dan jalur alternatif tidak membutuhkan antibadi untuk pengektifannya. Perbedaan
antara Jalur lektin dan jalur alternatif adalah dalam hal stimulator aktifnya jalur ini. Pada jalur
lektin, stimulatornya adalah MBL (Manose Binding lectin) suatu zat yang ada pada didnding
mikroba/bakteri. Sistem komplemen, semua jalur pengaktifannya akan menghasilkan produk
pecahan molekul kecil dan pecahan molekul besar. Produk molekul kecil ini akan beredar ke
darah dan produk yang besar akan berikatan pada reseptornya. Jalur-jalur ini memecah C3
menjadi C3a (pecahan kecil) dan c3b (pecahan besar). C3a (suatu anafilaktor) akan beredar
ke darah. C3b mampu mengopsonisasi bakteri agar dapat dengan mudah difagosit oleh
makrofag. Jika semua molekul komplemen C3b, C5b C6, C7, C8 dan C9 berikatan dengan
sempurna, maka akan dapat melisiskan bakteri.
Komponen lain yang berperan sebagai innate immunity :
Sel mast
Sel mast adalah tipe sel imun turunan yang berdiam di antara jaringan dan di
membran mucus, dan sel mast sangat berhubungan dengan bertahan melawan patogen,
menyembuhkan luka, dan juga berkaitan dengan alergi dan anafilaksis. Ketika diaktivasi, sel
mast secara cepat melepaskan granula terkarakterisasi, kaya histamin dan heparin, bersama
dengan berbagai mediator hormonal, dan kemokin, atau kemotaktik sitokin ke lingkungan.
Histamin memperbesar pembuluh darah, menyebabkan munculnya gejala inflamasi, dan
mengambil neutrofil dan makrofaga.
Basofil dan Eosinofil
Basofil dan eosinofil adalah sel yang berkaitan dengan neutrofil. Ketika diaktivasi
oleh serangan patogen, basofil melepaskan histamine yang penting untuk pertahanan
melawan parasit, dan memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma). Setelah diaktivasi,
eosinofil melepaskan protein yang sangat beracun dan radikal bebas yang sangat efektif
dalam membunuh bakteri dan parasit, namun juga bertanggung jawab dalam kerusakan
jaringan selama reaksi alergi berlangsung. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil diatur
dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan.
Sel pembunuh alami
Sel pembunuh alami adalah komponen dari sistem imun turunan. Sel pembunuh alami
menyerang sel yang terinfeksi oleh mikroba, namun tidak menyerang mikroba tersebut. Sel
pembunuh menyerang dan menghancurkan sel tumor, sel yang terinfeksi virus, dan
sebagainya dengan proses yang disebut dengan “missing-self”. Istilah ini muncul karena
rendahnya jumlah penanda (marker) permukaan sel yang disebut MHC I (major
histocompatibility complex), suatu keadaan yang muncul ketika terjadi infeksi. Mereka
dinamai sel pembunuh alami karena mereka bergerak tanpa membutuhkan aktivasi.
Kesimpulan
1. Kekebalan bawaan atau innate imunity merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh yang
paling pertama sehingga tubuh tidak terkena atau terlindungi dari berbagai mikroba pathogen.
Tetapi sistem pertahanan ini belum bisa mengenali mikroba patogen secara spesifik atau
masih bersifat umum untuk semua jenis mikroba.
2. Kekebalan bawaan di bagi menjadi dua langkah pertama pertahanan pertama meliputi secara
fisik, kimia dan flora normal yang ada di dalam tubuh. Pertahanan kedua meliputi fagosit,
inflamasi demam dan substansi antimikroba.
3. Komponen lain yang berperan sebagai kekebalan bawaan adalah sel mast, Basofil dan
Eosinofil serta sel pembunuh alamiah.
Setiap antigen merangsang klon limfosit B yang berbeda untuk menghasilkan antibodi
Imunitas aktif: Pembentukan antibodi akibat pajanan ke suatu antigen
Imunitas pasif: Imunitas yang diperoleh segera setelah menerima antibodi yang sudah
dikenal,Limfosit TSel T diaktifkan oleh antigen asing hanya apabila antigen tersebut
membawa identitas individu yang bersangkutan.
B-cells: Antibody-mediated immunity
B-sel: antibodi-mediated immunity
B-sel yang mengikat dengan antigen kemudian akan
berdiferensiasi menjadi sel plasma & sel Memori
Plasma sel-mulai memproduksi antibodi (sampai
2.000 per detik)
Memori sel-tetap terbengkalai sampai seseorang
lagi terkena antigen yang sama
Sel T yang dimatangkan dalam thimus juga bersirkulasi dalam darah dan limfe dan
juga untuk menandai antigen asing, tetapi sel ini juga dapat langsung menghancurkan antigen
asing tersebut. Sel T bertanggung jawab atas “Cell mediated immunity” atau imunitas seluler.
Sel T merancang, mengatur dan mengkoordinasi respon imun secara keseleruhan. Sel T
bergantung pada molekul permukaan yang unik yang disebut “major histocompatibility
complex” (MHC) yang membantu untuk mengenaili fragmen antigen.
Ganbar 3. Sel T dan proses pengaktivannya untuk membentuk helper T sel dan cytotoksik T
sel
Antibodi
Antibodi yang diproduksi oleh sel B adalah penanda dasar pada daerah khusus yang
spesifik untuk antigen target. Dengan melalui proses kimia atau sel tertentu, sel imun
memilih sasaran antigen yang dapat dihancurkannya. Dalam hal ini antibodi yang berbeda
memilih antigen yang sesuai dengannya untuk dihancurkannya. Bilamana antibodi berikatan
dengan antigen, maka akan mengaktifkan aliran 9 protein yang disebut “complement” yang
biasanya bersirkulasi secara non-aktif didalam darah. Komplemen tersebut merupakan
“partner” dari antibodi, dimana sekali mereka bereaksi dengan antigen, langsung menolong
untuk menghancurkan antigen asing tersebut dan mengeluarkan dari tubuh, disamping itu tipe
lain dari antibodi juga dapat mencegah masuknya virus kedalam sel.
Sel T
Sel T mempunyai dua peranaan penting dalam sistem kekebalan. Regulator sel T
adalah sel yang merancang respon sistem kerja sama diantara beberapa beberapa tipe sel
imun. Helper sel T yang disebut juga “CD4 positif T cells” (CD4+ T cells) mempeeringatkan
sel B untuk mulai membentuk antibodi. CD4+ sel T juga dapat mengaktifkan sel T dan sistem
imun yang disebut sel makrofag yang mempengaruhi sel B untuk menentukan antibodi yang
diproduksi. Sel T tertentu yang disebut “CD8 positif T cells” (CD8+ T cells), dapat menjadi
sel pembunuh sel asing dengan menyerang dan menghancurkan sel yang menginfeksi
tersebut. Pembunuh sel T (T cells killer) juga disebut “cytotoxic T cells” atau CTLs
(Cytotoxic lymphocytes).
Antigen asing yang masuk dalam tubuh dipagosit oleh sel makrofag, kemudian
diproses dan terbentuk fragmen antigen yang akan berkombinasi dengan protein klas IIMHC
pada permukaan sel makrofag. Antigen-protein kombinasi tersebut mempengaruhi helper sel
T untuk menjadi aktif. Reseptor yang bersikulasi dalam darah akan mempengaruhi sitotoksik
sel T mengaktifkan sitotoksik sel T sehingga sitotoksik sel T menyerang sel yang terinfeksi
tersebut dan menghancurkannya.
Gambar 4. Proses antibodi bekerja untuk melawan antigen
Sel B digunakan sebagai salah satu reseptor untuk mengikat antigen dengan jalan
memfagositosis dan memprosesnya. Kemudian sel B meperlihatkan fragmen antigen tersebut
yang terikat oleh protein klas II MHC pada permukaannya. Bentuk ikatan tersebut kemudian
mengikat sel T helper yang aktif. Proses pengikatan tersebut menstimuli terjadinya
transformasi dari sel B menjadi sel plasma yang akan mengekskresi antibodi.
Gambar 5. Proses pembentukakn sel plasma untuk memproduksi antibodi
Antibodi
Setelah antigen masuk dalam tubuh, maka helper sel T memberi peringatan pada sel B
untuk bertransformasi menjadi plasma sel yang akan mensintesis molekul antibodi atau
imunoglobulin yang dapat bereaksi terhadap antigen. Imunoglobulin adalah kelompok
molekul yang erat hubungannya dengan glikoprotein yang terdiri dari 82-96% protein dan 4-
18% karbohidrat. Pada dasarnya molekul imunoglobulin mempunyai bentuk ikatan 4 rantai
yang terdiri dari dua rantai kembar yang kuat (H=heavy) dan dua rantai kembar yang lemah
(L=light), dimana kedua bentuk rantai tersebut dihubungkan dengan molekul disulfida (S2).
Didalam rantai ikatan disulfida tersebut bertanggung jawab terhadap formasi dua jalur ganda
yang menguatkan antibodi yang juga merupakan ciri khas dari molekul antibodi tersebut.
Pada ujung terminal amina dan rantai H dan L terciri dengan sifat yang berubah-ubah
(variasi) dari komposisi asam aminonya, sehingga disebut VH (variasi heavy) dan VL (variasi
light). Bagian yang tetap atau konstant © dari rantai L disebut sebagai C L, sedangkan dari
rantai H disebut CH, sedangkan CH sendiri dibagi menjadi sub unit: CH1, CH2, dan CH3.
Fungsi dan daerah yang bervariasi tersebut (V) adalah terlihat dan berperan dalam pengikatan
antigen. Sedangkan pada daerah C adalah berperan untuk menguatkan ikatan dalam molekul
dan daerah C ini terlibat dalam proses sistem biologik sehingga disebut fungsi efektor seperti:
“complement binding” (ikatan komplemen, pasase plasenta dan berikatan dengan membran
sel).
Segmen gen
C dari rantai H dan L dikode sebagai daerah konstant. Sembilan imunoglobulin dari isotop
rantai H ditemukan pada manusia adalah: IgM, IgD, IgE, IgG (dengan subklas: IgG1, IgG2,
IgG3, IgG4) dan IgA (dengan subklas: IgA1 dan IgA2). Segmen gen CH diidentifikasi
sebagai klas/subklas rantai H, sedangkan VH, D dan JH diidentifikasi sebagai antigen bagian
dari molekul imunoglobulin. Dalam proses kematangan sel B progeni (muda), menjadi sel B
matang, rantai exon H dibentuk oleh VH, D dan JH yang berintegrasi (rekombinan gen
VHDJH), diikuti penyambungan lokus gen CH- tertentu. Kemudian ditranskrip ke mRNA
(messenger RNA) dan diterjemahkan sebagai molekul rantai imunoglobulin H. Gen C H
terdekat dengan lokus JH, gen Cμ (IgM), adalah isotop pertama yang dekspresikan.
B. Etiologi
terinfeksi.
3. Penggunaan jarum suntik narkoba, tindik dan tato yang tidak steril/bergantian.
5. Berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama. Semua kegiatan aman selama
C. Patofisiologi
Sal T dan makrofag serta dendritik/langerhans(sel imun) adalah sel-sel yang terinfeksi
oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan
sumsum tulang. HIV menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD$, dengan
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka HIV menginfeksi sel lain
dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi
respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dal sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun selulur makin lemah secara progresif.
tetap tampak sehat dan merasa sehat seperti orang lain yang tidak tertular HIV – periode
jendela adalah masa antara masuknya HIV kedalam tubuh manusia sampai terbentuknya
antibody (penangkal penyakit) terhadap HIV dalam darah. Periode ini biasanya antara 8-12
minggu – bila dilakukan test darah untuk HIV hasilnya mungkin negatif karena antibody
terhadap HIV belum terdeteksi dalam darah – meskipun tanpa gejala sudah dapat menularkan
2. Fase Kedua (HIV positif tanpa gejala, umumnya selama 3-10 tahun, tergantung stamina
tubuh)
HIV berkembang biak dalam tubuh – tidak ada tanda-tanda khusus, orang tertular HIV tetap
tampak sehat dan merasa sehat – bila dilakukan test darah untuk HIV antibody sudah
terdeteksi karena telah terbentuk antibody terhadap HIV dalam darah atau disebut HIV
positif.
System kekebalan tubuh munurun – mulai muncul gejala-gejala penyakit akibat terinfeksi
HIV, contoh pembengkakan kelenjar getahbening pada seluruh tubuh, flu, diare terus-
System kekebalan tubuh sangat melemah – mulai muncul gejala-gejala infeksi oportunistik.
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan dari berat awal.
8. Sariawan pada saluran pencernaan dan terdapatnya lapisan putih pada lidah.
3. Waria.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui derajat penurunan imunitas dan evolusi infeksi HIV digunakan test yang
sesuai :
2. Tes tuberkulin
5. Rontgen dada
Nilai dari tes tuberkulin sangat terbatas untuk meningkatkan diagnosis tuberkolosis, oleh
karena tingginya kejadian anergia pada orang yang terinfksi HIV. Reaktifitas mungkin masih
ada pada individu yang derajat imunitasnya masih agak tinggi, sedangkan pada individu
dengan tahapan infeksi yang lebih lanjut dan pada AIDS, reaktivitas mungkin tidak ada lagi.
Bila anda terlibat kegiatan penuh resiko dalam 6 bulan sebelum menjalani tes, anda perlu
menjalani tes lagi 6 bulan kemudian, walaupun hasil tes pertama negatif.
Sebelum anda menjalani tes, jangan lupa berbicara dengan konselor terlatih atau dokter.
Penting sekali bagi anda untuk memahami hasil tes dan langkah-langkah yang perlu anda
tempuh.
F. Komplikasi
Infeksi Oportunistik adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh organisme yang tidak
menimbulkan penyakit pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh normal.
Contoh : infeksi paru (TBC), infeksi jamur pada mulut (sariawan yang parah), kanker kulit
G. Pencegahan
A: Anda jauhi seks, berarti anda tidak melakukan hubungan seks sama sekali.
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat.
Gejala : mudah lelah, berkurang intoleransi terhadap aktivitas biasanya, progesis kelalahan / malaise,
perubahan pola tidur.
Tanda :
kelamahan otot, menurunnya massa otot.
Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernapasan.
b. Sirkulasi
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang
terjadi).
Tanda :
Takikardia, perubahan TD potural.
Menurunnya volume nadi perifer.
Pucat atau sianosis; perpanjangan pengisisn kapiler.
c. Intergitas Ego
Gejala :
Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan, misalnya : dukungan keluarga,
hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distres spiritual.
Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat, dan menurunnya berat badan.
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah,
kehilangan kontrol diri, dan depresi.
Tanda :
Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.
Perilaku marah, mengelak, menangis, dan kontak mata yang kuarang.
d. Eliminasi
Gejala :
Diet yang intermiten, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal / daerah sekitar
perut.
Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi/ BAK.
Tanda :
Fesses encer dengan atau tanpa disertai mukus atau darah.
Diare pekat yang sering.
Nyeri tekan abdominal.
Lesi atau abses rektal, perianal.
Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urine.
e. Makanan / Cairan
Gejala :
Tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Disfagia, nyeri restrosternal saat menelan.
Perubahan berat badan yang cepat/progresif.
Tanda :
Adanya bising usus progresif.
Penurunan berat badan : perawatan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot.
Turgor kulit buruk.
Leis pada rongga mulut, adanya selaput putih atau perubahan warna.
Kesehatan gigi/ gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
Edema (umum,dependen).
f. Higiene
Gejala : tidak dapat menyelesaikan AKS.
Tanda :
Memperlihatkan penampillan yang tidak rapi.
Kekurangan dalam banyak atau semuaperawatan diri, aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori
Gejala :
Pusing / pening, sakit kepala.
Perubahan status menta, kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi
masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun.
Kerusakan sensasi, atau indra posisi dan getaran.
Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan.
Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki yang tampak menunjukan perubahan awal)
Tanda :
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retradasi psikomotor / respon
melambat.
Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar/ halus, menurunya motorik fokalis; hemiparesis, kejang.
Hemoragi retinadan eksudat ( renitis CMV ).
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri umum atau lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki.
Sakit kepala.
Nyeri dada pleuritis.
Tanda :
Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan pincang.
Gerak otot melindungi bagian yang sakit.
i. Pernapasan
Gejala :
ISK sering atau menetap.
Nafas pendek yang progresif.
Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari
adanya PCP mungkinbatuk spasmodik saat napas dalam).
Bendungan atau sesak pada dada.
Tanda :
Takipnea, distres pernapasan.
Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius.
Sputum kuning (pada pneunomia yang menghasilkan sputum).
j. Keamanan
Gejala :
Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya.
Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang ( mis : hemofilia, operasi
vaskuler mayor, insiden traumatis).
Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
Riwayat berulang infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermiten / memuncak; berkeringat
malam.
Tanda :
Perubahan intergitas kulit: terpotong, ruam, misalnya : akzema, eksantem, psoriasis,
perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola,; mudah menjadi memar yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya.
Rektum, luka-luka perianal atau abses.
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh atau lebih (misalnya :
leher, ketiak, paha).
Menurunya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan gaya berjalan.
k. Seksualitas
Gejala :
Riwayat perilaku beresiko yakni mengadakan hubungan seksualdengan pasangan positif
HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindungi, dan seks anal.
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk mengadakan hubungan seks.
Penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegahan kehamilan (meningkatan kerentanan terhadap virus pada
wanita yng diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan kekeringan / iritabilitas vagina).
Tanda :
Kehamilan atau resiko terhadap hamil.
Genetalia : menifesitas kulit (misalnya : herpes, kulit); rabas.
l. Interaksi Sosial
Gejala :
Kehilangan kerabat,/oreng terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk
mengungkapkannyapada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapat.
Isolasi, kesepian, teman dekat atau pasangan seksual yang meninggal karena AIDS.
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
Tanda :
Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat.
Aktivitas yang sering tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
2. Diagnosa Keperawatan
Dp 1. Resiko tinggi terhadap ( progresi menjadi sepsis atau awitan infeksi oportunistik ) infeksi
berhubungan dengan:
a. pertahanan primer tak efektif, kulit rusak jaringan traumatik, stasis cairan tubuh.
b. Depresi sistem imun; penggunaan agen antimikroba.
c. Pemajanan lingkungan, teknik invansif.
d. Penyakit kronis; malnutrisi.
Dp 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan dengan :
a. Kehilangan cairan yang berlebihan : diare berat, berkeringat, muntah.
b. Status hipermetabolisme, demam
c. Pembatasan pemasukan : mual, anorexia, letargi
Dp 3. Resiko tinggi terhadap kerusakan perubahan pertukaran gas/pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan:
a. Ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan, penurunan energi atau
kepenatan, penurunan ekspansi paru).
b. Menahan sekresi (obstruksi trakebronkial), proses infeksi/inflamasi; rasa sakit.
c. Ketidakseimbangan perfusi ventilasi (PCP/Pneumonia interstisial, anemia)
3. Rencana Keperawatan
Dp 1. Resiko tinggi terhadap ( progresi menjadi sepsis atau awitan infeksi oportunistik ) infeksi
berhubungan dengan:
a) pertahanan primer tak efektif, kulit rusak jaringan traumatik, stasis cairan tubuh.
b) Depresi sistem imun; penggunaan agen antimikroba.
c) Pemajanan lingkungan, teknik invansif.
d) Penyakit kronis; malnutrisi.
HYD :
a. Mengidentifikasi / ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko infeksi.
b. Mencapai masa penyembuhan luka / lesi.
c. Tidak demam dan bebas dari pengeluaran atau sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari
kondisi infeksi.
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu.
Rasional : memberikan informasi data dasar, awitan atau peningkatan suhu secara berulang-
ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi
yang baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang tidak dapat
disembuhkan.
b. Berikan laingkungan yang bersih dan berventilasi yang baik. Periksa pengunjung atau staf
terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi.
Rasional : mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak dilakukan. Intruksikan kepada pasien atau
orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi.
Rasional : mengurangi resiko kontaminasi silang.
d. Periksa adanya luka atau lokasi alat invasif, perhatikan tanda-tanda inflamasi atau infeksi
lokal
Rasional : indentifikasi atau perawatan awal dari infeksi skunder dapat mencegah terjadinya
sepsis
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik antijamur atau agen antimikroba
Rasional : membantu menghambat proses infeksi
Dp.3 resiko tinggi terhadap kerusakan perubahan pertukaran gas/pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan:
a. Ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan, penurunan energi atau
kepenatan, penurunan ekspansi paru).
b. Menahan sekresi (obstruksi trakebronkial), proses infeksi/inflamasi; rasa sakit.
c. Ketidakseimbangan perfusi ventilasi (PCP/Pneumonia interstisial, anemia)
HYD:
a. Mempertahankan pola pernapasan efektif.
b. Tidak mengalami sesak nafas atau sianosis dengan bunyi nafas dan sinar X bagian dada yang
bersih atau meningkat dan GDA dalam batas normal pasien.
Intervensi :
a. Kaji kecepatan atau kedalaman pernafasan, sianosis, penggunaan otot aksesoris/peningkatan
kerja pernafasan dan munculnya dispnea, ansietas.
Rasional : takipnea, sianosis, tak dapat beristirahat, dan peningkatan nafas menunjukan
kesulitan pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan atau intervensi
medis.
b. Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru yang mengalami penurunan/kehilangan ventilasi,
dan munculnya bunyi adventisius misalnya: krekels, mengi, ronki.
Rasional : memperkirakan adanya perkembangan komplikasi atau infeksi pernafasan
misalnya atelektasis atau pneumonia.
c. Tinggikan kepala tempat tidur, usahakan pasien untuk berbalik, batuk,menarik nafas sesuai
kebutuhan.
Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi atau
infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis.
d. Berikan periode istirahat yang cukup diantara waktu aktifitas perawatan, pertahankan
lingkungan yang tenang.
Rasional : menurunkan konsumsi O2.
e. Kolaborasi memberikan tambahan O2 yang dilembabkan melalui cara yang sesuai misalnya
melalui kanula, masker, intubasi atau ventilasi mekanis.
Rasional : mempertahankan ventilasi atau oksigenasi efektif untuk mencegah atau
memperbaiki krisis pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA
Namiroh Murinda Selasa, 14 September 2010. Diakses tanggal 26 September 2012. Sumber
(internet) http://murindasari.blogspot.com/2010/09/anatomi-dan-fisiologi-sistem-imun-
dan.html
Anonym. 16 September 2011. Diakses tanggal 23 September 2012. Sumber (Internet)
http://aianpramadhan.blogspot.com/2011/09/anatomi-dan-fisiologi-sistem-imun-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumsum_tulang
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.plosone.org/article/info%2
53Adoi%252F10.1371%252Fjournal.pone.0011156&prev=/search%3Fq%3Dbalt%2Bbronch
us-
associated%2Blymphoid%2Btissue%26hl%3Did%26biw%3D1525%26bih%3D786%26prm
d%3Dimvns&sa=X&ei=hRZnUKfNEsjMrQeZ_oCoAw&ved=0CEsQ7gEwAw(Damiana
Chiavolini 1 , Javier Moreno Rangel- 2 , Gretchen Berg 1 , Kate Christian 1 , Laura Oliveira-
Nascimento 1 , 3 , Susan Weir 1 , Joseph Alroy 4 , Troy D. Randall 2 , Lee M. Wetzler 1 *)
http://www.scribd.com/doc/52056262/Gangguan-Keseimbangan-Cairan
Diposting oleh Muhammad Yusuf. S,Kep. Ners di 20.03
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
1 komentar:
1.