Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH
INDA FAJRIANI HAMDA
PO.71.3.241.14.1.068
Laporan klinik dengan judul “ Penatalaksaan Fisioterapi Pada Gangguan Aktifitas Fungsional
Gerak Akibat Celebral Palsy Tipe Spastik ” atas nama : INDA FAJRIANI HAMDA
PO.71.3.241.14.1.068, telah disetujui dan diajukan sebagai salah satu syarat dalam meyelesaikan
praktek klinik i di Panti Sosial BIna Daksa Wirajaya ( PSBDW ) Makassar.
Pembimbing Akademik
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
laporan yang berjudul “ Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Aktifitas Fungsional Gerak
Akibat Celebral Palsy Tipe Spastik “.
Dan penulis menyadari bahwa laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusununan laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun diri pembaca, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif karena
suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang dapat terjadi
setiap waktu sebelum otak mencapai kematangan, dari konsepsi hingga anak berumur 5 atau 6
tahun. Spastik adalah tipe dari CP yang mengenai tungkai dimana ektremitas atas lebih ringan
dari pada ektremitas bawah.
Berdasarkan penjelasan di atas cerebral palsy spastik adalah gangguan pada otak yang
bersifat non progresif yang disebabkan oleh adanya lesi atau perkembangan abnormal pada otak
yang ditandai dengan adanya kerusakan sel otak bagian tertentu sehingga meyebabkan control
gerakan tubuh terganggu, karena otot salah menerima instruksi dan bagian otak yang rusak
membuat otot tersebut menjadi kakuatau lemas sehingga penderita cp sulit untuk bergerak.
B. Rumusan Masalah
Secara garis besar, rumusan masalah yang penulis ambil adalah bagaimana hasil
penatalaksanaan kasus mengenai gangguan aktifitas fungsional akibat celebral palsy tipe spastic.
C. Tujuan
Menjelaskan penatalaksanaan fisioterapi yang harus diberikan kepada seseorang dengan
gangguan cerebral palsy.
BAB II
ANATOMI FSIOLOGI
1. Otak
e. Jembatan Varol
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
2. Sumsum Tulang Belakang ( Medulla Spinalis )
a. Cervikal C1-C7
b. Thoracalis Th1-Th12
c. Lumbalis L1-L5
d. Sacralis S1-S5
e. Coxcygeus
Sumsum tulang belakang adalah bundel serabut saraf berbentuk silinder yang terhubung
ke otak. Sumsum tulang belakang berjalan di tengah-tengah tulang belakang sebagai pelindung
yang memanjang dari leher ke punggung bawah. Saraf tulang belakang mengirimkan informasi
dari organ-organ tubuh dan rangsangan eksternal ke otak dan mengirimkan informasi dari otak
ke area lain dari tubuh. Saraf sumsum tulang belakang dikelompokkan ke dalam bundel serabut
saraf yang berjalan pada dua jalur. Saluran saraf Naik membawa informasi sensorik dari tubuh
ke otak. Saluran saraf Turun mengirimkan informasi yang berkaitan dengan fungsi motorik dari
otak ke seluruh tubuh.
Pada bagian otak dan sumsum yang merupakan penyusun sistem saraf pusat terdapat suatu
lapisan yang menyelubungi, lapisan tersebut disebut sebagai lapisan meninges. Lapisan tersebut
terdiri atas beberapa bagian sebagai berikut ini:
a. Durameter atau selaput yang terletak pada bagian paling luar dari otak dan melekat
pada bagian tengkorak bagian dalam.
b. Arakhnoid atau lapisan yang berbentuk seperti sarang laba laba yang menyelubungi
bagian otak dan sumsum.
c. Piameter atau lapisan yang terdapat pada bagian dalam lapisan meninges, lapisan ini
merupakan bagian yang paling tipis dan mengandung banyak sel darah merah.
d. Ruang Subarakhnoid atau ruangan yang berisi cairan untuk melindungi otak. Cairan ini
disebut sebagai cairan serebrospinal yang nantinya akan melindungi sistem saraf pusat
dari goncangan dan dapat menyerasikan semua tekanan otak.
B. Epidemiologi
CP merupakan cacat fisik permanen yang paling sering pada masa kanak-kanak. Insidennya
2 sampai 3 kasus dari setiap 1000 kelahiran hidup. Prevalensi CP telah meningkat dengan
peningkatan kelangsungan hidup bayi baru lahir dengan berat badan sangat rendah. CP spastik
merupakan jenis yang paling sering terjadi. Serebral palsi merupakan suatu kelainan yang lazim
dengan perkiraan prevalensi 2/1000 populasi. Collaborative Perinata Project, dimana sekitar
45000 anak secara teratur dipantau sejak dalam kandungan hingga umur 7 tahun, melaporkan
angka prevalensi CP sekitar 4/1000 bayi lahir hidup.
C. Patofisiologi
Paralisis serebral (cerebral palsy, CP) adalah istilah tidak spesifik yang digunakan untuk
memberi ciri khas pada ketidaknormalan tonus otot, postur, dan koordinasi yang diakibatkan
oleh suatu lesi tidak progresif atau cedera yang mempengaruhi otak yang tidak matur (Betz &
Sowden, 2009). Cerebral palsi dapat diakibatkan dari ketidaknormalan otak prenatal.
Ketidaknormalan dapat muncul dari berbagai penyebab, malformasi anatomi otak, atrofi, oklusi
vascular, maupun kehilangan neuron. Faktor resiko yang menjadi predisposisi meliputi kelahiran
kembar, infeksi ibu dan kondisi trombofilik janin dan ibu.
Penyebab dari CP kongenital sering tidak diketahui, diperkirakan terjadi pada masa
kehamilan atau setelah kehamilan dimana terjadi kerusakan motorik pada otak yang sedang
berkembang. Fator penyebab dari CP dapat terjadi pada tahap prenatal, perinatal, maupun ada
saat post natal.
BAB III
PATOLOGI TERAPAN
A. Pengertian
Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif oleh karena
suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang dapat terjadi
setiap waktu sebelum otak mencapai kematangan, dari konsepsi hingga anak berumur 5 atau 6
tahun. Spastik adalah tipe dari CP yang mengenai tungkai dimana ektremitas atas lebih ringan
dari pada ektremitas bawah.
Penyebab dari Cerebral Palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat
bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal (sesudah
bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan). Kasus-kasus tersebut dapat di lihat sebagai
berikut :
1. Pranatal ( Proses Ketika Bayi Berada Di Dalam Kandungan )
Pada saat janin berada dalam kandungan, kemungkinan terjadinya gangguan perkembangan
pada otak bayi sangatlah besar. Gangguan tersebutlah yang menyebabkan otak bayi menjadi
abnormal atau memiliki cedera. Hal ini dapat terjadi apabila ibu hamil terkena infeksi
toksoplasma, rubela, CMV, Cacar air, atau herpes sangat rentan sekali mempengaruhi keadaan
bayi di dalam kandungan. Hal ini akan menyebabkan bayi mengalami masalah perkembangan
jaringan otak. 75% dari kasus Cerebral Palsy terjadi saat berada dalam masa Pranatal seperti itu.
2. Perinatal (Proses Persalinan)
Ketika bayi berada pada proses persalinan terutama persalinan yang lama bahkan sulit
kemudian dibutuhkan alat bantu melahirkannya, kemungkinan terjadi luka di kepala bayi juga
dapat dijadikan penyebab terjadinya Cerebral Palsy. Kemudian terjadi tali pusar yang melilit
bayi yang menyebabkan bayi kesulitan bernapas dapat menyebabkan cedera otak akibat
kekurangan asupan oksigen yang membuat bayi tersebut kejang lalu mengalami pendarahan.
Bayi prematur juga rentan terkena infeksi otak dan pendarahan otak. Kasus Cerebral Palsy pada
masa Perinatal ini terjadi sampai 10-15%.
3. Pascanatal (Proses Sesudah Dilahirkan / Di Luar Kandungan)
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan yang berada di bawah 2 kg akan rentan
terkena penyakit kuning yang juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Cerebral
Palsy. Dan bayi yang menderita malaria dan infeksi otak seperti meningitis, radang selaput otak
lalu mengalami panas tinggi dan juga mengalami kecelakaan akibat kelalaian orang tuanya
seperti terjatuh yang kemudian menyebabkan luka pada kepala yang lalu mempengaruhi otak
sehingga menimbulkan trauma juga berpengaruh terjadinya Cerebral Palsy. Bayi yang
kekurangan asupan oksigen dan beberapa kasus yang tidak diketahui penyebabnya juga
merupakan faktor dari Cerebral Palsy dan 10% kemungkinan dapat terjadi pada bayi pasca
dilahirkan ke dunia.
D. Klasifikasi
Cerebral palsy sering diklasifikasikan sesuai dengan kategori fungsional yang teramati untuk
menggambarkan ketidaknormalan neuromuskular. Terdapat 4 kategori dalam pengklasifikasian
CP yaitu sebagai berikut:
Spasticity
Mengacu pada ketidakharmonisan otot motorik. Otot anak yang mengalami spasicity tidak
langsung bergerak ketika tiba-tiba direntangkan atau digerakkan. Kontraksi spastik
mengakibatkan ketegangan otot dan membuat gerak tidak akurat. 50% dari penderita Cerebral
Palsy memperlihatkan gejala ini.
Athetosis
Mengacu pada gerakan reflek, gerakan tersentak-sentak, menggeliat terutama pada jari dan
pergelangan tangan. Gerakan yang berlangsung berturu-turut ini tidak bisa dikontrol pleh
beberapa kelompok otot. Gejala ini akan berhenti ketika penderita tidur. 25% dari penderita
Cerebral Palsy mengalami gangguan ini.
Ataksia
Ataksia adalah gangguan pada koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya menunjukan
perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk.
Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. 25% penderita
Cerebral Palsy mengalami gangguan ini.
Rigidity Cerebral Palsy
Mengacu pada kekakuan otot. Tipe ini jarang terjadi.
Tremor Cerebral Palsy
Mengacu pada gangguan syaraf yang menyebabkan tidak terkontrolnya gerakan pada bagian
otot tertentu. Gerakan tersebut terjadi berulang-ulang dalam selang waktu tertentu.
Mixed Cerebral Palsy
Jenis Cerebral Palsy ini merupakan gabungan dari dua atau tiga tipe gangguan di atas.
Mereka yang menderita Cerebral Palsy tidak serta-merta gejalanya dapat dilihat begitu saja
setelah bayi dilahirkan. Ciri-ciri cerebral palsy akan diketahui saat bayi berusia hampir satu
tahun, karena umumnya mereka mengalami ganggungan ortopedi. Dan ciri-ciri yang biasa
tampak pada anak pengidap Cerebral Palsy antara lain :
1. Gangguan Tonus Otot
Ciri ini akan begitu mencolok terlihat karena mereka yang mengidap Cerebral Palsy akan
mengalami kesulitan dalam mengontrol kemampuan otot mereka untuk bekerja sama dalam
mempertahankan stabilitas tubuhnya. Otot-otot mereka akan melakukan koordinasi dengan otot
lain yang menjadi pasangannya untuk berkontraksi dalam bekerja atau sekadar rileks. Walaupun
hanya melakukan gerakan yang sederhana seperti duduk, hal ini juga membutuhkan koordinasi
beberapa otot penggerak, di mana satu sisi berkontraksi dan sisi lain mengendur (rileks). Cedera
otak atau pun malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab Cerebral Palsy
akan merusak kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot.
Anak Cerebral Palsy mempunyai kombinasi tanda-tanda sebagai berikut. Adanya perbedaan
anggota gerak diakibatkan oleh perbedaan kerusakan di sruktur otak.dua gejala utama dari tonus
abnormal adalah hypotonia dan hypertonia, tetapi, tonus dapat dijelaskan pula dengan cara
perbandingan berikut :
Hypotonia; penurunan tonus otot atau ketegangannya (flasid, rileks atau floppy)
Hipertonia, meningkatnya tonus otot / ketegangan (lengan / tungkai menjadi kaku)
Distonia, naik turunnya tonus otot
Campuran , adanya hipotonus pada otot penyangga postur tubuh, sementara lengan dan
tungkai hipertonus
Spasme otot, kontraksi otot yang tidak disadari, biasanya ada nyeri
Kaku sendi, sendi yang terkunci sehingga mencegah gerakan leluasa
Tonus leher dan batang tubuh abnormal- menurun menjadi hipotonia atau meninggi
menjadi hipertonia sesuai tipe kelainan Cerebral Palsy nya
Klonus : spasme otot dengan kontraksi biasa. Ada di ankle dan telapak tangan
Tanda awal cerebral palsi biasanya tampak pada usia kurang dari 3 tahun, dan orang tua
sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi dengan CP
sering kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap, duduk, merangkak, atau berjalan.
Sebagian mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus otot/hipotonia dapat
menyebabkan bayi tampak lemah dan lemas serta bayi tampak kaku. Pada sebagian kasus, bayi
pada periode awal tampak hipotonia dan selanjutnya berkembang menjadihipertonia setelah 2-3
bulan pertama. Anak-anak CP mungkin menunjukkan postur abnormal pada salah satu sisi tubuh.
Tanda dan gejala yang dapat dilihat dari anak yang mengalami cerebral palsi yaitu sebagai
berikut:
1. Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan motorik;
2. Penampilan motorik yang tidak normal dan kehilangan kendali motorik selektif misalnya
menggunakan tangan dominan lebih awal, berguling secara abnormal dan asimetris, cardan
lain-lain.
3. Perubahan tonus otot (misalnya peningkatan atau penurunan resistensi terhadap gerakan
pasif, anak merasa kaku ketika memegang atau berpakaian, kesulitan menggunakan
popok);
4. Postur yang tidak normal (misalnya tangan seperti gunting);
5. Ketidaknormalan refleks (misalnya reflek primitif persisten, seperti hertonik atau
hiperrefleksia);
6. Kecerdasan di bawah normal;
7. Keterbelakangan mental;
8. Kejang/epilepsi (terutama pada tipe spastik);
9. Gangguan menghisap atau makan;
10. Pernafasan yang tidak teratur;
11. Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya, menggapai sesuatu, duduk,
berguling, merangkak, berjalan);
12. Gangguan berbicara (disartria);
13. Gangguan penglihatan;
14. Gangguan pendengaran.
G. Komplikasi
Anak yang menderita serebral palsi yang biasanya mengalami komplikasi seperti:
1. Kontraktur, yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau ditekuk karena otot memendek;
2. Skoliosis, yaitu tulang belakang melengkung ke samping disebabkan karena kelumpuhan
hemiplegia;
3. Dekubitus, yaitu adanya suatu luka yang menjadi borok akibat mengalami kelumpuhan
menyeluruh, sehingga ia harus selalu berbaring di tempat tidur;
4. Deformitas (perubahan bentuk) akibat adanya kontraktur;
5. Gangguan mental. Anak CP tidak semua tergangu kecerdasannya, mereka ada yang
memiliki kadar kecerdasan pada taraf rata-rata, bahkan ada yang berada di atas rata-rata;
6. Gangguan komunikasi;
7. Ketidakmampuan belajar;
8. Komplikasi mental dapat terjadi apabila yang bersangkutan diperlakukan secara tidak
wajar.
H. Prognosis
Prognosis tergantung pada gejala dan tipe cerebral palsy. Di Inggris dan Skandinavia 20-
25% pasien dengan cerebral palsy mampu bekerja sebagai buruh penuh; sebanyak 30-35% dari
semua pasien cerebral palsy dengan retardasi mental memerlukan perawatan khusus. Prognosis
paling baik pada derajat fungsionil yang ringan. Prognosis bertambah berat apabila disertai
dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran.
Pengamatan jangka panjang yang dilakukan oleh Cooper dkk seperti dikutip oleh Suwirno T
menyebutkan ada tendensi perbaikan fungsi koordinasi dan fungsi motorik dengan bertambahnya
umur pasien cerebral palsy yang mendapatkan rehabilitasi yang baik.
I. Pencegahan
Pencegahan merupakan usaha yang terbaik. CP dapat dicegah dengan jalan menghilangkan
faktor etiologik kerusakan jaringan otak pada masa prenatal, natal dan post natal. Sebagian
daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapi masih banyak pula yang sulit untuk dihindari.
"Prenatal dan perinatal care" yang baik dapat menurunkan insidens CP. Kernikterus yang
disebabkan "haemolytic disease of the new born" dapat dicegah dengan transfusi tukar yang dini,
"rhesus incompatibility" dapat dicegah dengan pemberian "hyperimmun anti D immunoglobulin"
pada ibu-ibu yang mempunyai rhesus negatif. Pencegahan lain yang dapat dilakukan ialah
tindakan yang segera pada keadaan hipoglikemia, meningitis, status epilepsi dan lain-lain.
Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan yaitu:
Cegah bayi dari berat badan lahir rendah atau lahir prematur dengan mengikuti pola
hidup sehat selama kehamilan, termasuk gizi yang baik, istirahat, dan olahraga yang
cukup. Selain itu, hindari alkohol, rokok, dan penggunaan narkoba. Hal ini dikarenakan
apabila bayi lahir dengan berat badan rendah, kemungkinan bayi menderita serebral palsi
akan meningkat.
Membuat jadwal kunjungan dengan dokter kandungan di awal kehamilan yang berfokus
pada apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kemungkinan melahirkan secara
prematur. Hal ini dikarenakan hampir setengah dari semua anak yang menderita serebral
palsi lahir dengan prematur.
Ambil tindakan pencegahan apapun yang diperlukan untuk memastikan tidak termasuk
ke dalam kelompok dengan faktor risiko melahirkan prematur seperti terpapar karbon
monoksida, radang, atau infeksi lainnya. Hindari bekerja sambil berdiri selama berjam-
jam, penyakit menular seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga. Dokter kandungan
mungkin akan merekomendasikan istirahat total di tempat tidur atau intervensi lainnya
jika faktor risiko tersebut telah ada.
Bertanya pada dokter kandungan tentang kemungkinan pengobatan menggunakan
progesteron, yoghurt, pemakaian Clindamycin untuk perawatan pH vagina tinggi, atau
mengonsumsi suplemen minyak ikan. Masing-masing pendekatan ini telah terbukti cukup
efektif dalam mengurangi faktor risiko kelahiran prematur dan jangan lupa ketika hamil
mengkonsumsi sari kurma.
Konsultasikan dengan dokter kandungan mengenai apakah harus mendapat pengobatan
untuk mengurangi faktor-faktor yang memperkuat faktor risiko kelahiran prematur
seperti tekanan darah tinggi, infeksi saluran kencing, kecemasan, atau diabetes.
Hindari infeksi yang dapat mengakibatkan pelepasan cytokinin beracun ke otak janin
selama kehamilan. Infeksi pada ibu hamil memiliki risiko tiga kali lebih besar
kemungkinannya menyebabkan anak berkembang menjadi cerebral palsy.
BAB IV
STATUS KLINIK
A. Pemeriksaan Fisioterapi
1. Anamnesis
a. Anamnesis Umum
Nama : Tn. PM. S
Umur : 22 Tahun
Alamat : Asrama Dua PSBDW
Jenis kelamin : Laki-Laki
Keahlian/Keterampilan : Otomotif
b. Anamnesis Khusus
Riwayat kehamilan
Keadaan Ibu Saat Hamil : Normal
Hamil pada Usia : 33 Tahun
Riwayat Persalinan
Keadaan saat lahir : Normal
Pendorong saat lahir : Bidan
Proses persalinan : Normal
Berat Badan saat lahir : 2 kg
Riwayat penyakit : Saat berusia 1-2 bulan pasien tiba-tiba demam tinggi
selama 5 hari, kemudian dibawa ke rumah sakit dan
mendapat rekomendasi dari dokter untuk mendapatkan
perawatan medis dari dinas social kota Makassar. Pasien
juga merupakan peserta pelatihan di PSBDW Makassar
dan juga atlit lari 100-200m
2. Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut Nadi : 70x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Temperatur : 37C
b. Inspeksi
Statis
- Ekspresi wajah pasien terlihat biasa saja
- Jari-jari tangan kanan cenderung kearah fleksi
- Elbow bagian kanan semi fleksi
- Bahu asimetris
- Tungkai asimetris
Dinamis
- Ada gangguan pola jalan
- Kaki diseret pada saat berjalan
3. Pemeriksaan Spesifik
a. Palpasi : Bertujuan untuk mengetahui adanya nyeri tekan, bengkak
dan spasme
Teknik : Fisioterapi melakukan palpasi pada muscle bicep brachi
Hasil : Tonus otot meningkat
b.Tes Keseimbangan : Bertujuan untuk melatih keseimbangan pasien
Teknik : Pasien dalam posisi berdri, kemudian terapis
memberikan stimulasi berupa dorongan dari arah depan,
belakang maupun kesamping kiri dan kanan.
Hasil : Pasien mampu mempertahankan keseimbangan nya
c.Tes Sensorik
Teknik : Fisioterapi mencubit lengan dan tungkai
Hasil : - Pasien merasa kesakitan dengan melihat ekspresi wajah
dan suara yang di keluarkan serta sikap penolakan berupa
menghindar
- Tidak ada gangguan sensorik
d.Tes Koordinasi
Teknik : Pasien dalam posisi tidur telentang, kemudian terapis
meminta pasien untuk menunjuk :
- Finger to finger : tidak dapat dilakukan
- Finger to nose : tidak dapat dilakukan
e. Tes Kontraktur Otot : Untuk mengetahui kualitas otot
Teknik : Terapis melakukan penguluran otot dengan cara streching
pada anggota gerak atas pasien
Hasil :
B. Diagnosis Fisioterapi
“Gangguan aktifitas fungsional gerak tubuh bagian atas akibat Celebral Palsy tipe
spastic“
C. Problematik FT
Anatomical Impairment : - Tingling (asimetris) pada bahu dan tungkai
- Gangguan Postur
Activity Limitation : - Gangguan pola jalan
Participation Retriction : - Gangguan ADL, pasien tidak mampu makan
menggunakan tangan kanannya
A. KESIMPULAN
Cerebral Palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang terkena
kerusakan otak sehingga gerakan tubuh seseorang akan terpengaruh kontrol dan
koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta tonusnya, berpengaruh besar pada
bentuk tubuh dan posturya.
Karakteristik atau ciri-ciri penderita Cerebral Palsy akan diketahui saat bayi berusia
hampir satu tahun, karena umumnya mereka mengalami ganggungan ortopedi. Dan
ciri-ciri yang biasa tampak pada anak pengidap Cerebral Palsy antara lain Gangguan
Tonus Otot, Gangguan Kontrol Gerakan dan Koordinasi, dan Gangguan Refleks.
Tipe-tipe anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy digolongkan berdasarkan tingkat
keekstriman dan gangguan motoriknya.
Penyebab dari Cerebral Palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal
(saat bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses
pascanatal (sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan).
Penanganan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy adalah
dengan pendampingan secara intensif. Perhatian dari orangtua sangat penting dalam
memantau perkembangan anak itu sendiri. Sedangkan penanganan yang dapat
dilakukan untuk anak pengidap Cerebral Palsy adalah dengan berbagai terapi.
B. SARAN
Sesuai dengan kesimpulan diatas, Penulis menyarankan setiap pembaca dapat memahami
konsep suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif karena suatu kerusakan atau
gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat.
DAFTAR REFERENSI
Ayres. A. J.(1989). Sensory Integration and Practice Test. Los Angeles: Western
Psychological Services.
Anderson. J. M. (1998).Sensory Motor Issues in Autism. Texas: Therapy Skill
Builders.
Kimbal. J. G. (1999). Sensory Integration Frame of Reference. Philadelphia: Lipincot
Williams&Wilkins.
Casey, Kevin. 1981. Teaching Children with Special Need. Claremont Teachers College :
Clarement, Western Australia.
Hallahan, Daniel P. & James M. Kauffman. 1978. Exceptional Children Introduction to
Special Education. Prentice-Hall, INC.: Englewood, New Jersey.