Você está na página 1de 18

Laporan Kasus

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN


AKTIFITAS FUNGSIONAL GERAK ATAS AKIBAT CELEBRAL
PALSY TIPE SPSATIK

OLEH
INDA FAJRIANI HAMDA
PO.71.3.241.14.1.068

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
2016 / 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan klinik dengan judul “ Penatalaksaan Fisioterapi Pada Gangguan Aktifitas Fungsional
Gerak Akibat Celebral Palsy Tipe Spastik ” atas nama : INDA FAJRIANI HAMDA
PO.71.3.241.14.1.068, telah disetujui dan diajukan sebagai salah satu syarat dalam meyelesaikan
praktek klinik i di Panti Sosial BIna Daksa Wirajaya ( PSBDW ) Makassar.

Makassar, 13 Oktober 2016


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Drs. H. Mustari Gani, SMPh, M.Pd Murniaty, S.Ft. Physio


NIP. 19530227 197501 1 002 NIP. 19730323 200604 2 030

Pembimbing Akademik

Muh. Awal, SKM, M.Kes


NIP. 19730414 199803 1 004
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
laporan yang berjudul “ Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Aktifitas Fungsional Gerak
Akibat Celebral Palsy Tipe Spastik “.
Dan penulis menyadari bahwa laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusununan laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun diri pembaca, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Makassar, 13 Oktober 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif karena
suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang dapat terjadi
setiap waktu sebelum otak mencapai kematangan, dari konsepsi hingga anak berumur 5 atau 6
tahun. Spastik adalah tipe dari CP yang mengenai tungkai dimana ektremitas atas lebih ringan
dari pada ektremitas bawah.
Berdasarkan penjelasan di atas cerebral palsy spastik adalah gangguan pada otak yang
bersifat non progresif yang disebabkan oleh adanya lesi atau perkembangan abnormal pada otak
yang ditandai dengan adanya kerusakan sel otak bagian tertentu sehingga meyebabkan control
gerakan tubuh terganggu, karena otot salah menerima instruksi dan bagian otak yang rusak
membuat otot tersebut menjadi kakuatau lemas sehingga penderita cp sulit untuk bergerak.

B. Rumusan Masalah
Secara garis besar, rumusan masalah yang penulis ambil adalah bagaimana hasil
penatalaksanaan kasus mengenai gangguan aktifitas fungsional akibat celebral palsy tipe spastic.

C. Tujuan
Menjelaskan penatalaksanaan fisioterapi yang harus diberikan kepada seseorang dengan
gangguan cerebral palsy.
BAB II
ANATOMI FSIOLOGI

A. Sistem Saraf Pusat


Sistem saraf pusat terdiri dari sejumlah besar sel saraf yang dapat dirangsang dan proses
yang disebut neuron. Didukung oleh jaringan khusus yang disebut neuroglia. Proses perjalanan
sel saraf yang disebut akson atau serabut saraf . System saraf pusat terdiri dari :

1. Otak

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:

a. Otak Besar ( Cerebrum )


Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan
kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar
yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain
itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Otak besar mempunyai
fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian
(intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.

b. Otak Tengah ( Mesensefalon )


Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian
atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

c. Otak Kecil ( Cerebellum )


Cerebellum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara
sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya
maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.

d. Sumsum Sambung ( Medulla Oblongata )


Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju
ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.

e. Jembatan Varol
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
2. Sumsum Tulang Belakang ( Medulla Spinalis )

a. Cervikal C1-C7
b. Thoracalis Th1-Th12
c. Lumbalis L1-L5
d. Sacralis S1-S5
e. Coxcygeus

Sumsum tulang belakang adalah bundel serabut saraf berbentuk silinder yang terhubung
ke otak. Sumsum tulang belakang berjalan di tengah-tengah tulang belakang sebagai pelindung
yang memanjang dari leher ke punggung bawah. Saraf tulang belakang mengirimkan informasi
dari organ-organ tubuh dan rangsangan eksternal ke otak dan mengirimkan informasi dari otak
ke area lain dari tubuh. Saraf sumsum tulang belakang dikelompokkan ke dalam bundel serabut
saraf yang berjalan pada dua jalur. Saluran saraf Naik membawa informasi sensorik dari tubuh
ke otak. Saluran saraf Turun mengirimkan informasi yang berkaitan dengan fungsi motorik dari
otak ke seluruh tubuh.
Pada bagian otak dan sumsum yang merupakan penyusun sistem saraf pusat terdapat suatu
lapisan yang menyelubungi, lapisan tersebut disebut sebagai lapisan meninges. Lapisan tersebut
terdiri atas beberapa bagian sebagai berikut ini:

a. Durameter atau selaput yang terletak pada bagian paling luar dari otak dan melekat
pada bagian tengkorak bagian dalam.
b. Arakhnoid atau lapisan yang berbentuk seperti sarang laba laba yang menyelubungi
bagian otak dan sumsum.
c. Piameter atau lapisan yang terdapat pada bagian dalam lapisan meninges, lapisan ini
merupakan bagian yang paling tipis dan mengandung banyak sel darah merah.
d. Ruang Subarakhnoid atau ruangan yang berisi cairan untuk melindungi otak. Cairan ini
disebut sebagai cairan serebrospinal yang nantinya akan melindungi sistem saraf pusat
dari goncangan dan dapat menyerasikan semua tekanan otak.

B. Epidemiologi

CP merupakan cacat fisik permanen yang paling sering pada masa kanak-kanak. Insidennya
2 sampai 3 kasus dari setiap 1000 kelahiran hidup. Prevalensi CP telah meningkat dengan
peningkatan kelangsungan hidup bayi baru lahir dengan berat badan sangat rendah. CP spastik
merupakan jenis yang paling sering terjadi. Serebral palsi merupakan suatu kelainan yang lazim
dengan perkiraan prevalensi 2/1000 populasi. Collaborative Perinata Project, dimana sekitar
45000 anak secara teratur dipantau sejak dalam kandungan hingga umur 7 tahun, melaporkan
angka prevalensi CP sekitar 4/1000 bayi lahir hidup.

C. Patofisiologi

Paralisis serebral (cerebral palsy, CP) adalah istilah tidak spesifik yang digunakan untuk
memberi ciri khas pada ketidaknormalan tonus otot, postur, dan koordinasi yang diakibatkan
oleh suatu lesi tidak progresif atau cedera yang mempengaruhi otak yang tidak matur (Betz &
Sowden, 2009). Cerebral palsi dapat diakibatkan dari ketidaknormalan otak prenatal.
Ketidaknormalan dapat muncul dari berbagai penyebab, malformasi anatomi otak, atrofi, oklusi
vascular, maupun kehilangan neuron. Faktor resiko yang menjadi predisposisi meliputi kelahiran
kembar, infeksi ibu dan kondisi trombofilik janin dan ibu.
Penyebab dari CP kongenital sering tidak diketahui, diperkirakan terjadi pada masa
kehamilan atau setelah kehamilan dimana terjadi kerusakan motorik pada otak yang sedang
berkembang. Fator penyebab dari CP dapat terjadi pada tahap prenatal, perinatal, maupun ada
saat post natal.
BAB III
PATOLOGI TERAPAN

A. Pengertian

Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif oleh karena
suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang dapat terjadi
setiap waktu sebelum otak mencapai kematangan, dari konsepsi hingga anak berumur 5 atau 6
tahun. Spastik adalah tipe dari CP yang mengenai tungkai dimana ektremitas atas lebih ringan
dari pada ektremitas bawah.

B. Proses Patologi Celebral Palsy


Diawali dengan teradinya kerusakan bagian otak tertentu, sehingga control gerakan tubuh
tertentu menjadi terganggu akibat otot-otot salah menerima instruksi. Hal ini menyebabkan otot
menjadi kaku dan lema yang berakibat sulit untuk bergerak atau meletakkan posisi tubuh nya
sesuai yang dikehendaki padahal sebenarnya otot tersebut tidak lumpu.

C. Faktor Penyebab Cerebral Palsy

Penyebab dari Cerebral Palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat
bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal (sesudah
bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan). Kasus-kasus tersebut dapat di lihat sebagai
berikut :
1. Pranatal ( Proses Ketika Bayi Berada Di Dalam Kandungan )
Pada saat janin berada dalam kandungan, kemungkinan terjadinya gangguan perkembangan
pada otak bayi sangatlah besar. Gangguan tersebutlah yang menyebabkan otak bayi menjadi
abnormal atau memiliki cedera. Hal ini dapat terjadi apabila ibu hamil terkena infeksi
toksoplasma, rubela, CMV, Cacar air, atau herpes sangat rentan sekali mempengaruhi keadaan
bayi di dalam kandungan. Hal ini akan menyebabkan bayi mengalami masalah perkembangan
jaringan otak. 75% dari kasus Cerebral Palsy terjadi saat berada dalam masa Pranatal seperti itu.
2. Perinatal (Proses Persalinan)
Ketika bayi berada pada proses persalinan terutama persalinan yang lama bahkan sulit
kemudian dibutuhkan alat bantu melahirkannya, kemungkinan terjadi luka di kepala bayi juga
dapat dijadikan penyebab terjadinya Cerebral Palsy. Kemudian terjadi tali pusar yang melilit
bayi yang menyebabkan bayi kesulitan bernapas dapat menyebabkan cedera otak akibat
kekurangan asupan oksigen yang membuat bayi tersebut kejang lalu mengalami pendarahan.
Bayi prematur juga rentan terkena infeksi otak dan pendarahan otak. Kasus Cerebral Palsy pada
masa Perinatal ini terjadi sampai 10-15%.
3. Pascanatal (Proses Sesudah Dilahirkan / Di Luar Kandungan)
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan yang berada di bawah 2 kg akan rentan
terkena penyakit kuning yang juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Cerebral
Palsy. Dan bayi yang menderita malaria dan infeksi otak seperti meningitis, radang selaput otak
lalu mengalami panas tinggi dan juga mengalami kecelakaan akibat kelalaian orang tuanya
seperti terjatuh yang kemudian menyebabkan luka pada kepala yang lalu mempengaruhi otak
sehingga menimbulkan trauma juga berpengaruh terjadinya Cerebral Palsy. Bayi yang
kekurangan asupan oksigen dan beberapa kasus yang tidak diketahui penyebabnya juga
merupakan faktor dari Cerebral Palsy dan 10% kemungkinan dapat terjadi pada bayi pasca
dilahirkan ke dunia.

D. Klasifikasi

Cerebral palsy sering diklasifikasikan sesuai dengan kategori fungsional yang teramati untuk
menggambarkan ketidaknormalan neuromuskular. Terdapat 4 kategori dalam pengklasifikasian
CP yaitu sebagai berikut:
 Spasticity
Mengacu pada ketidakharmonisan otot motorik. Otot anak yang mengalami spasicity tidak
langsung bergerak ketika tiba-tiba direntangkan atau digerakkan. Kontraksi spastik
mengakibatkan ketegangan otot dan membuat gerak tidak akurat. 50% dari penderita Cerebral
Palsy memperlihatkan gejala ini.
 Athetosis
Mengacu pada gerakan reflek, gerakan tersentak-sentak, menggeliat terutama pada jari dan
pergelangan tangan. Gerakan yang berlangsung berturu-turut ini tidak bisa dikontrol pleh
beberapa kelompok otot. Gejala ini akan berhenti ketika penderita tidur. 25% dari penderita
Cerebral Palsy mengalami gangguan ini.
 Ataksia
Ataksia adalah gangguan pada koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya menunjukan
perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk.
Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. 25% penderita
Cerebral Palsy mengalami gangguan ini.
 Rigidity Cerebral Palsy
Mengacu pada kekakuan otot. Tipe ini jarang terjadi.
 Tremor Cerebral Palsy
Mengacu pada gangguan syaraf yang menyebabkan tidak terkontrolnya gerakan pada bagian
otot tertentu. Gerakan tersebut terjadi berulang-ulang dalam selang waktu tertentu.
 Mixed Cerebral Palsy
Jenis Cerebral Palsy ini merupakan gabungan dari dua atau tiga tipe gangguan di atas.

E. KARAKTERISTIK CEREBRAL PALSY

Mereka yang menderita Cerebral Palsy tidak serta-merta gejalanya dapat dilihat begitu saja
setelah bayi dilahirkan. Ciri-ciri cerebral palsy akan diketahui saat bayi berusia hampir satu
tahun, karena umumnya mereka mengalami ganggungan ortopedi. Dan ciri-ciri yang biasa
tampak pada anak pengidap Cerebral Palsy antara lain :
1. Gangguan Tonus Otot
Ciri ini akan begitu mencolok terlihat karena mereka yang mengidap Cerebral Palsy akan
mengalami kesulitan dalam mengontrol kemampuan otot mereka untuk bekerja sama dalam
mempertahankan stabilitas tubuhnya. Otot-otot mereka akan melakukan koordinasi dengan otot
lain yang menjadi pasangannya untuk berkontraksi dalam bekerja atau sekadar rileks. Walaupun
hanya melakukan gerakan yang sederhana seperti duduk, hal ini juga membutuhkan koordinasi
beberapa otot penggerak, di mana satu sisi berkontraksi dan sisi lain mengendur (rileks). Cedera
otak atau pun malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab Cerebral Palsy
akan merusak kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot.
Anak Cerebral Palsy mempunyai kombinasi tanda-tanda sebagai berikut. Adanya perbedaan
anggota gerak diakibatkan oleh perbedaan kerusakan di sruktur otak.dua gejala utama dari tonus
abnormal adalah hypotonia dan hypertonia, tetapi, tonus dapat dijelaskan pula dengan cara
perbandingan berikut :
 Hypotonia; penurunan tonus otot atau ketegangannya (flasid, rileks atau floppy)
 Hipertonia, meningkatnya tonus otot / ketegangan (lengan / tungkai menjadi kaku)
 Distonia, naik turunnya tonus otot
 Campuran , adanya hipotonus pada otot penyangga postur tubuh, sementara lengan dan
tungkai hipertonus
 Spasme otot, kontraksi otot yang tidak disadari, biasanya ada nyeri
 Kaku sendi, sendi yang terkunci sehingga mencegah gerakan leluasa
 Tonus leher dan batang tubuh abnormal- menurun menjadi hipotonia atau meninggi
menjadi hipertonia sesuai tipe kelainan Cerebral Palsy nya
 Klonus : spasme otot dengan kontraksi biasa. Ada di ankle dan telapak tangan

2. Gangguan Kontrol Gerakan dan Koordinasi


Gangguan pada tonus otot mempengaruhi gerakan tubuh dan anggota gerak, sehingga semua
anak Cerebral Palsy akan bisa merasakan control otot dan koordinasinya yang buruk. Gangguan
control gerakan ortot dapat menyebabkan komplikasi anggota gerak yang selalu lurus / ekstensi,
berkontraksi terus menerus, selalu bergerak atapun pola ritmik menyerupai spastic. Gejala lain
akan lebih terlihat saat anak dalam kesulitan / stress, juga pada saat diberikan tugas motorik
seperti mengambil dan meraih objek. Kadang –kadang gejala tidak terlihat saat anak tertidur dan
otot menjadi rileks.
3. Gangguan Refleks
Reflex adalah gerakan tidak disadari dari tubuh sebagai respons dari sebuah
stimulus/rangsangan. Reflex tertentu akan muncul pada saat lahir atau beberapa bulan setelah
lahir lalu hilang secara terprediksi sebagai tanda perkembangan bayi. Pada reflex tertentu tidak
akan hilang pada anak cerebral palsy. Beberapa reflex tertentu mengindikasikan kelainan
Cerebral Palsy. Hiper refleksia yaitu merupakan tanda eksesif yang menyebabkan kedutan dan
spastisitas. Kurang berkembangnya reflex postural dan reflex protektif adalah rambu-rambu
tanda perkembangan abnormal, termasuk Cerebral Palsy . Reflex primitive abnormal tidak
terjadi pada anak Cerebral Palsy, atau tidak terlihat secara spesifik seperti yang nampak pada
anak dengan perkembangan normal.

F. Tanda dan Gejala

Tanda awal cerebral palsi biasanya tampak pada usia kurang dari 3 tahun, dan orang tua
sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi dengan CP
sering kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap, duduk, merangkak, atau berjalan.
Sebagian mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus otot/hipotonia dapat
menyebabkan bayi tampak lemah dan lemas serta bayi tampak kaku. Pada sebagian kasus, bayi
pada periode awal tampak hipotonia dan selanjutnya berkembang menjadihipertonia setelah 2-3
bulan pertama. Anak-anak CP mungkin menunjukkan postur abnormal pada salah satu sisi tubuh.
Tanda dan gejala yang dapat dilihat dari anak yang mengalami cerebral palsi yaitu sebagai
berikut:
1. Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan motorik;
2. Penampilan motorik yang tidak normal dan kehilangan kendali motorik selektif misalnya
menggunakan tangan dominan lebih awal, berguling secara abnormal dan asimetris, cardan
lain-lain.
3. Perubahan tonus otot (misalnya peningkatan atau penurunan resistensi terhadap gerakan
pasif, anak merasa kaku ketika memegang atau berpakaian, kesulitan menggunakan
popok);
4. Postur yang tidak normal (misalnya tangan seperti gunting);
5. Ketidaknormalan refleks (misalnya reflek primitif persisten, seperti hertonik atau
hiperrefleksia);
6. Kecerdasan di bawah normal;
7. Keterbelakangan mental;
8. Kejang/epilepsi (terutama pada tipe spastik);
9. Gangguan menghisap atau makan;
10. Pernafasan yang tidak teratur;
11. Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya, menggapai sesuatu, duduk,
berguling, merangkak, berjalan);
12. Gangguan berbicara (disartria);
13. Gangguan penglihatan;
14. Gangguan pendengaran.

G. Komplikasi

Anak yang menderita serebral palsi yang biasanya mengalami komplikasi seperti:
1. Kontraktur, yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau ditekuk karena otot memendek;
2. Skoliosis, yaitu tulang belakang melengkung ke samping disebabkan karena kelumpuhan
hemiplegia;
3. Dekubitus, yaitu adanya suatu luka yang menjadi borok akibat mengalami kelumpuhan
menyeluruh, sehingga ia harus selalu berbaring di tempat tidur;
4. Deformitas (perubahan bentuk) akibat adanya kontraktur;
5. Gangguan mental. Anak CP tidak semua tergangu kecerdasannya, mereka ada yang
memiliki kadar kecerdasan pada taraf rata-rata, bahkan ada yang berada di atas rata-rata;
6. Gangguan komunikasi;
7. Ketidakmampuan belajar;
8. Komplikasi mental dapat terjadi apabila yang bersangkutan diperlakukan secara tidak
wajar.

H. Prognosis

Prognosis tergantung pada gejala dan tipe cerebral palsy. Di Inggris dan Skandinavia 20-
25% pasien dengan cerebral palsy mampu bekerja sebagai buruh penuh; sebanyak 30-35% dari
semua pasien cerebral palsy dengan retardasi mental memerlukan perawatan khusus. Prognosis
paling baik pada derajat fungsionil yang ringan. Prognosis bertambah berat apabila disertai
dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran.
Pengamatan jangka panjang yang dilakukan oleh Cooper dkk seperti dikutip oleh Suwirno T
menyebutkan ada tendensi perbaikan fungsi koordinasi dan fungsi motorik dengan bertambahnya
umur pasien cerebral palsy yang mendapatkan rehabilitasi yang baik.

I. Pencegahan

Pencegahan merupakan usaha yang terbaik. CP dapat dicegah dengan jalan menghilangkan
faktor etiologik kerusakan jaringan otak pada masa prenatal, natal dan post natal. Sebagian
daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapi masih banyak pula yang sulit untuk dihindari.
"Prenatal dan perinatal care" yang baik dapat menurunkan insidens CP. Kernikterus yang
disebabkan "haemolytic disease of the new born" dapat dicegah dengan transfusi tukar yang dini,
"rhesus incompatibility" dapat dicegah dengan pemberian "hyperimmun anti D immunoglobulin"
pada ibu-ibu yang mempunyai rhesus negatif. Pencegahan lain yang dapat dilakukan ialah
tindakan yang segera pada keadaan hipoglikemia, meningitis, status epilepsi dan lain-lain.
Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan yaitu:
 Cegah bayi dari berat badan lahir rendah atau lahir prematur dengan mengikuti pola
hidup sehat selama kehamilan, termasuk gizi yang baik, istirahat, dan olahraga yang
cukup. Selain itu, hindari alkohol, rokok, dan penggunaan narkoba. Hal ini dikarenakan
apabila bayi lahir dengan berat badan rendah, kemungkinan bayi menderita serebral palsi
akan meningkat.
 Membuat jadwal kunjungan dengan dokter kandungan di awal kehamilan yang berfokus
pada apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kemungkinan melahirkan secara
prematur. Hal ini dikarenakan hampir setengah dari semua anak yang menderita serebral
palsi lahir dengan prematur.
 Ambil tindakan pencegahan apapun yang diperlukan untuk memastikan tidak termasuk
ke dalam kelompok dengan faktor risiko melahirkan prematur seperti terpapar karbon
monoksida, radang, atau infeksi lainnya. Hindari bekerja sambil berdiri selama berjam-
jam, penyakit menular seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga. Dokter kandungan
mungkin akan merekomendasikan istirahat total di tempat tidur atau intervensi lainnya
jika faktor risiko tersebut telah ada.
 Bertanya pada dokter kandungan tentang kemungkinan pengobatan menggunakan
progesteron, yoghurt, pemakaian Clindamycin untuk perawatan pH vagina tinggi, atau
mengonsumsi suplemen minyak ikan. Masing-masing pendekatan ini telah terbukti cukup
efektif dalam mengurangi faktor risiko kelahiran prematur dan jangan lupa ketika hamil
mengkonsumsi sari kurma.
 Konsultasikan dengan dokter kandungan mengenai apakah harus mendapat pengobatan
untuk mengurangi faktor-faktor yang memperkuat faktor risiko kelahiran prematur
seperti tekanan darah tinggi, infeksi saluran kencing, kecemasan, atau diabetes.
 Hindari infeksi yang dapat mengakibatkan pelepasan cytokinin beracun ke otak janin
selama kehamilan. Infeksi pada ibu hamil memiliki risiko tiga kali lebih besar
kemungkinannya menyebabkan anak berkembang menjadi cerebral palsy.
BAB IV
STATUS KLINIK

A. Pemeriksaan Fisioterapi
1. Anamnesis
a. Anamnesis Umum
Nama : Tn. PM. S
Umur : 22 Tahun
Alamat : Asrama Dua PSBDW
Jenis kelamin : Laki-Laki
Keahlian/Keterampilan : Otomotif

b. Anamnesis Khusus
Riwayat kehamilan
 Keadaan Ibu Saat Hamil : Normal
 Hamil pada Usia : 33 Tahun
Riwayat Persalinan
 Keadaan saat lahir : Normal
 Pendorong saat lahir : Bidan
 Proses persalinan : Normal
 Berat Badan saat lahir : 2 kg
Riwayat penyakit : Saat berusia 1-2 bulan pasien tiba-tiba demam tinggi
selama 5 hari, kemudian dibawa ke rumah sakit dan
mendapat rekomendasi dari dokter untuk mendapatkan
perawatan medis dari dinas social kota Makassar. Pasien
juga merupakan peserta pelatihan di PSBDW Makassar
dan juga atlit lari 100-200m

2. Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Denyut Nadi : 70x/menit
 Pernapasan : 18x/menit
 Temperatur : 37C
b. Inspeksi
 Statis
- Ekspresi wajah pasien terlihat biasa saja
- Jari-jari tangan kanan cenderung kearah fleksi
- Elbow bagian kanan semi fleksi
- Bahu asimetris
- Tungkai asimetris
 Dinamis
- Ada gangguan pola jalan
- Kaki diseret pada saat berjalan
3. Pemeriksaan Spesifik
a. Palpasi : Bertujuan untuk mengetahui adanya nyeri tekan, bengkak
dan spasme
Teknik : Fisioterapi melakukan palpasi pada muscle bicep brachi
Hasil : Tonus otot meningkat
b.Tes Keseimbangan : Bertujuan untuk melatih keseimbangan pasien
Teknik : Pasien dalam posisi berdri, kemudian terapis
memberikan stimulasi berupa dorongan dari arah depan,
belakang maupun kesamping kiri dan kanan.
Hasil : Pasien mampu mempertahankan keseimbangan nya
c.Tes Sensorik
Teknik : Fisioterapi mencubit lengan dan tungkai
Hasil : - Pasien merasa kesakitan dengan melihat ekspresi wajah
dan suara yang di keluarkan serta sikap penolakan berupa
menghindar
- Tidak ada gangguan sensorik
d.Tes Koordinasi
Teknik : Pasien dalam posisi tidur telentang, kemudian terapis
meminta pasien untuk menunjuk :
- Finger to finger : tidak dapat dilakukan
- Finger to nose : tidak dapat dilakukan
e. Tes Kontraktur Otot : Untuk mengetahui kualitas otot
Teknik : Terapis melakukan penguluran otot dengan cara streching
pada anggota gerak atas pasien
Hasil :

B. Diagnosis Fisioterapi

“Gangguan aktifitas fungsional gerak tubuh bagian atas akibat Celebral Palsy tipe
spastic“

C. Problematik FT
 Anatomical Impairment : - Tingling (asimetris) pada bahu dan tungkai
- Gangguan Postur
 Activity Limitation : - Gangguan pola jalan
 Participation Retriction : - Gangguan ADL, pasien tidak mampu makan
menggunakan tangan kanannya

D. Program Rencana Tindakan Fisioterapi

1. Tujuan jangka panjang : Mempertahankan kapasitas fisik dan kemampuan


fungsional
2. Tujuan jangka pendek : - Mengurangi spastisitas
- Mengurangi kontraktur
- Support mental
F. Intervensi Fisioterapi
Tujuan : Untuk mencegah kecacatan yang lebih lanjut
a. Passive exc
Tujuan : Menurunkan spastisitas otot dan mencegah kekakuan
pada persendian
Pelaksanaan : Pasien dalam posisi tidur telentang, kemudian terapis :
- Melakukan gerakan fleksi-ekstensi pasif secara
bergantian pada elbow
Dosis : - F : 3x seminggu
- I : 10-15 kali gerakan
- T : Pasif movement
- T : 10 menit
b. Streching
Tujuan : Untuk mengurangi kontraktur
Teknik : Pasien diposisikan duduk kemudian terapis
menggerakan elbow kearah ekstensi sampai batas
kemampuan pasien
Dosis : - F : 3x seminggu
- I : 8-10 kali gerakan
- T : Inhibisi postur
- T : 15 menit
c. Latihan duduk
Tujuan : Untuk mengoreksi postur dan untuk mengontrol tangan
Teknik : Pasien diposisikan dalam keadaan duduk dengan kedua
tangan menumpu pada kaki
Dosis : - F : 3x seminggu
- I : 3-5 kali pengulangan
- T : Kontrol tangan
- T : 5 menit
d. Latihan keseimbangan
Tujuan : Untuk melatih keseimbangan pasien
Teknik : Pasien diposisikan duduk dan terapis menjaga keseimbangan
pasien
Dosis : - F : 3x seminggu
- I : 8-10 kali pengulangan
- T : Latihan duduk
- T : 10 menit

e. Pemeriksaan Fungsi Dasar


Elbow Dextra

Gerakan Aktif Pasif TIMT


Fleksi Tidak Mampu Terbatas Tidak Mampu
Ekstensi Tidak Mampu Terbatas Tidak Mampu
f. Interpretasi : Masing-masing gerakan terdapat keterbatasan gerak
g . Evaluasi
 Evaluasi sesaat : Pasien merasakan kelelahan setelah terapi
 Evaluasi berkala : Setelah beberapa kali terapi dilakukan, spastisitas sedikit
berkurang, kekuatan otot dan keseimbangan sudah agak meningkat dan kontraktur
sedikit berkurang, tetapi berdiri dan berjalan pasien belum mampu melakukan
dengan baik.
 Edukasi
a) Menjelaskan kepada pasien perihal manfaat modalitas fisioterapi yang
digunakan
b) Menjelaskan kepada pasien perihal geakan aktif yang belum boleh di
lakukan
 Home Program : Mengulangi latihan agar proses penyembuhan semakin
cepat
 Rekomendasi :-
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Cerebral Palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang terkena
kerusakan otak sehingga gerakan tubuh seseorang akan terpengaruh kontrol dan
koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta tonusnya, berpengaruh besar pada
bentuk tubuh dan posturya.
 Karakteristik atau ciri-ciri penderita Cerebral Palsy akan diketahui saat bayi berusia
hampir satu tahun, karena umumnya mereka mengalami ganggungan ortopedi. Dan
ciri-ciri yang biasa tampak pada anak pengidap Cerebral Palsy antara lain Gangguan
Tonus Otot, Gangguan Kontrol Gerakan dan Koordinasi, dan Gangguan Refleks.
 Tipe-tipe anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy digolongkan berdasarkan tingkat
keekstriman dan gangguan motoriknya.
 Penyebab dari Cerebral Palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal
(saat bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses
pascanatal (sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan).
 Penanganan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy adalah
dengan pendampingan secara intensif. Perhatian dari orangtua sangat penting dalam
memantau perkembangan anak itu sendiri. Sedangkan penanganan yang dapat
dilakukan untuk anak pengidap Cerebral Palsy adalah dengan berbagai terapi.

B. SARAN
Sesuai dengan kesimpulan diatas, Penulis menyarankan setiap pembaca dapat memahami
konsep suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif karena suatu kerusakan atau
gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat.
DAFTAR REFERENSI
Ayres. A. J.(1989). Sensory Integration and Practice Test. Los Angeles: Western
Psychological Services.
Anderson. J. M. (1998).Sensory Motor Issues in Autism. Texas: Therapy Skill
Builders.
Kimbal. J. G. (1999). Sensory Integration Frame of Reference. Philadelphia: Lipincot
Williams&Wilkins.
Casey, Kevin. 1981. Teaching Children with Special Need. Claremont Teachers College :
Clarement, Western Australia.
Hallahan, Daniel P. & James M. Kauffman. 1978. Exceptional Children Introduction to
Special Education. Prentice-Hall, INC.: Englewood, New Jersey.

Você também pode gostar