Você está na página 1de 3

Puisi Doa Orang Lapar

Oleh: WS Rendra
Dalam penggalan puisi diatas, kelaparan digambarkan seperti seekor burung gagak yang licik
dan hitam. Kita bisa perhatikan seekor burung gagak yang lapar mereka akan memakan apa
saja yang ada dihadapan mereka, tidak peduli lawan atau kawan yang penting burung itu
merasa kenyang. Dan kelaparan digambarkan seperti demikian, karena jika seseorang lapar
akan berbuat layaknya burung gagak tersebut. Kelaparan juga dapat membuat seseorang
menjadi pemberontak dan menjadi pembunuh. Jika kita lihat berita-berita di televisi,
seseorang tega menghabisi rekan atau sanak saudaranya sendiri kebanyakan disebabkan oleh
orang-orang miskin yang kesulitan ekonomi dan pastinya lapar. Mengapa dalam puisi
tersebut digambarkan orang miskin? Itu disebabkan karena kebanyakan orang yang kelaparan
adalah orang miskin dan orang kaya tidak pernah merasakan apa itu kelaparan. Kelaparan
juga digambarkan seperti batu karang yang tenang tetapi dapat melahap siapa saja.

Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu


melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan

Dari bait diatas, dapat kita lihat jikalau kelaparan juga membuat seseorang yang gagah dapat
menangis. Intinya kelaparan dapat merusak siapa saja, tua-muda ataupun gagah-lemah. Tak
peduli bagaimana kehormatan itu yang penting kenyang.

Pada puisi diatas, pilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan sangatlah berbeda. Puisi Doa
Orang Lapar menggunakan gaya bahasa hiperbola yang dominan yaitu gaya bahasa yang
memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan. Seperti pada bait berikut:

Kelaparan adalah burung gagak


yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam

Pengarang menggambarkan kelaparan dengan sangat mengerikan, dapat terbayang oleh kita
bagaiimana jutaan burung gagak terbang sangat benyak. Kemudian selain itu pada puisi Doa
Orang Lapar pengarang juga menggunakan gaya bahasa Metafora yaitu gaya bahasa yang
membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama. Seperti
nampak pada bait berikut :

Kelaparan adalah batu-batu karang


di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan
kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran

Kelaparan digambarkan seperti iblis dan batu-batu karang yang menakutkan.

SAJAK MATAHARI
Oleh: WS Rendra

a. Citraan dalam Puisi “Sajak Matahari”


Citraan yang telah dianalisis pemakalah dalam puisi Sajak Matahari yaitu citraan
penglihatan, citra perabaan, citra gerak, dan citra perasaan.
1) Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan ini dapat dilihat pada bait pertama dan baris ketiga dan keempat puisi tersebut.

…Matahari keluar dari mulutku,


menjadi pelangi di cakrawala…

Kemudian pada bait ketiga puisi tersebut.

…Satu juta lelaki gundul


keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia…

Dari beberapa penggalan bait puisi tersebut diatas, dimana seorang penyair
menginginkan bahwa apa yang ia rasakan, juga dirasakan oleh pembaca mengenai
semangatnya yang membara, bersahaja, yang tak kenal lelah hingga dunia tergentar dan
terbakar karena semangat itu.
2) Citra Perabaan (tactile imagery)
Citraan pendengaran yang terdapat pada puisi ini yaitu dapat dilihat pada bait pertama
baris kedua.
…Menyentuh permukaan samodra raya…

Kemudian pada bait ketiga baris ketujuh yaitu.


…tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia…

Pada bait-bait ini dimana penyair memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa
seseorang harus memiliki keinginan dan kemauan yang besar untuk menggapai sesuatu,
hingga menjadi bara yaitu mengindikasikan semangat yang membara tidak kenal putus asa.

3) Citra Gerak
Citraan gerak dalam puisi karya WS Rendra ini yaitu terdapat pada penggalan bait
pertama dan ketiga yaitu sebagai berikut:
…Matahari bangkit dari sanubariku…
…Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara…
4) Citra Perasaan
Citraan ini pada puisi Sajak Matahari dapat dilihat pada bait pertama yaitu.
Matahari bangkit dari sanubariku…

Disini penyair menggunakan perasaannya sebagai penyampaian imajinya terhadap


gambaran-gambaran masa pembangunan, yang membuat ia mencoba bangkit dari
keterpurukan.

Você também pode gostar