Você está na página 1de 3

Analisa kasus KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) di

Papua.

Sumber: Analisa
https://news.detik.com/berita/3721126/konflik-kkb- Menurut kasus tersebut merupakan
di-papua-gangguan-separatis-hingga-isu- dikatakan sebagai acaman
kesejahteraan-sosial 1. Ancaman non militer: dikarenakan
kelompok ini memiliki gerakan
https://news.detik.com/berita/3732787/warga-
separatisme terhadap negara. Dimana
sandera-di-papua-cerita-kekejaman-kkb
pergerakan ini dinilai dapat menimbulkan
Analisa: runtuhnya kesatuan bangsa indonesia.
2. Ancaman militer: dikarenakan kelompok
tersebut melakukan tindak kekerasaan,
Context penyanderaan, perampasan dengan
Dalam context kasus ini, adanya beberapa faktor menggunakan senjata api yang dapat
yang dapat timbulnya Kelompok Kriminal memicu kehilangan nyawa WNI ataupun
bersenjata (KKB) di Papua. Mulai dari isu kehilangan teritorial negara/bangsa.
ekonomi, seperti pemanfaatan sumber daya
alam dari hasil sisa pertambangan dan Dilihat dari dimensi ancamannya dapat
kesahjateraan, hingga isu ideologi yang masih diketahui bahwa ancaman tersebut
belum terbangun sepenuhnya di lingkungan berdimensi:
masyarakat papua. Dalam masalah ini, Kapolri 1. Ancaman berdimensi ideologi
Jenderal (Pol) HM Tito Karnavian mengatakan, Dimana ancaman memiliki latar belakang
salah satu permasalahan yang terjadi adalah kasus untuk memenuhi kepentingan
akibat adanya pendulangan liar tailing yang orang lain. hal ini lah memicu adanya
merupakan limbah dari PT Freeport yang pemikiran untuk melakukan hal
dilakukan warga lokal dan pendatang. Warga separatisme.
mendulang tailing di Kali Kabur. Dari pernyataan 2. Ancaman berdimensi ekonomi
jendral kapolri disebutkan bahwa isu ekonomi Dimana ancaman memiliki latar belakangi
dari hasil sisa tambang dari PT. Freeport itulah ekonomi untuk kesahjateraan kelompok
yang menjadi masalah utama dari kasus
lain.
tersebut. Pendulang liar atau biasa disebut
penambang hasil sisa pertambangan yang Dari bentuk Ancaman, Hambatan, Tantangan dan
banyak membuat adanya kompetisi individual Gangguan (ATHG) sebagaimana dirumuskan dalam
atau kelompok yang menimbulkan adanya konsepsi Ketahanan Nasional tahun 1972. Di masa
penguasaan terhadap daerah pendulang liar sekarang, hanya dikenal satu istilah saja, yakni
tersebut. Sehingga munculah ideologi “ancaman”. Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002
separatisme sehingga tidak menimbang tolak tentang Pertahanan Negara, definsi ancaman, adalah
ukur kepentingan bersama dalam melakukan ”setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun
pendulangan liar pada sisa pertambangan PT. luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan
Freeport tersebut. Oleh karena hal tersebut negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
munculah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) segenap bangsa”. Dalam Undang-Undang No 34
yang menguasai daerah pendulang liar tersebut. Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
istilah ancaman juga diartikan sama, yakni “setiap
upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri yang dinilai mengancam atau Catatan :
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa”. Kejahatan yang dilakukan oleh anak buah, sementara
komandonya tidak berbuat padahal ia tahu kejahatan
Dari ancaman tersebut, para pelaku dikenai sanksi tersebut, maka komando harus bertanggung jawab
yang berlaku pada HAM berat Inti dari UU No. 26 secara pidana. Tugas penyelidikan adanya indikasi
tahun 2000 yaitu pelanggaran HAM berat dilakukan oleh Komnas HAM,
Dalam waktu 7 hari hasil penyelidikan KOMNAS HAM
Kejahatan – pelaku – percobaan – mufakat jahat – tersebut harus di sampaikan kepada jaksa agung
membantu melakukan pelanggaran HAM berat, maka selaku penyidik untuk diperoses lebih lanjut Jadi
hukumanya sama karena, semua itu dikelompokan dalam pelanggaran HAM berat yang melakukan
sebagai kenjahatan. ( kalau KUHP penjatuhan
penyelidikan adalah KOMNAS HAM dan bukan POLRI.
berbeda ):
Berangkat dari peraturan/UU diatas maka sesuai
1. Hukuman mati atau penjara seumur hidup, atau dengan konsiderans atau pertimbangan PP No. 3
penjara maka 25 tahun minimal 10 tahun terhadap
Tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi, dan
kejahatan : Rehabilitasi Terhadap Korban Pelanggaran Hak Asasi
 membunuh anggota kelompok Manusia yang Berat serta mengacu pada Pasal 35 UU
No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
 penderita pisik,mental yang berat
Manusia yang menyatakan:
 menciptakan kondisi yang berakibat
musnahnya kelompok “(1) Setiap korban dan saksi dalam pelanggaran hak
 tindakan pemaksaan pencegahan lahiran asasi manusia yang berat dan atau ahli warisnya
dalam kelompok dapat memperoleh kompensasi, restitusi, dan
 memindahkan anak – anak kekelompok lain rehabilitasi.
secara paksa
 pembunuhan berencana (2) Kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi
 pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan
 pengusiran secara paksa dalam amar putusan Pengadilan HAM.
 kejahatan apartheid (3) Ketentuan mengenai kompensasi, restitusi, dan
2. Hukuman penjara maks.15 tahun minimal 5 tahun rehabilitasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan
terhadap kejahatan: Pemerintah.”

Dari PP No. 3 Tahun 2002 tersebut telah jelas bahwa


 Penyiksaan terhadap tawanan
yang diamanatkan dalam UU No, 26 Tahun 2000
 Perbudakan wanita atau anak –
telah sesuai dengan pengaturan (regeling) untuk para
anaktermasuk perdagangan
korban mendapatkan perlindungan bahkan suatu
3. Hukum penjara maks.20 tahun,minimal 10 tahun kepastian agar dapat mendapat ganti kerugian yang
terhadap kejahatan: tepat, cepat, dan layak. Tuntutan ganti kerugian
sebagaimana diatur dalam PP No. 3 Tahun 2002
 Perkosaan, perbudakan seksual pelacuran meliputi:
secara paksa
 Pemaksaan kehamilan 1. Kompensasi adalah ganti kerugian yang diberikan
 Pemaksaan kemandulan oleh negara karena pelaku tidak mampu
 Penganiayaan etnis atau kelompok memberikanganti kerugian sepenuhnya yang menjadi
 Penghilangan orang secara paksa tanggung jawabnya.
2. Restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan 7. Pembekalan pengetahuan tentang
kepada korban atau keluarganya oleh pelaku atau pengolahan hasil sisa tambang terhadap
pihak ketiga, dapat berupa pengembalian harta milik, masyarakat dan pihak-pihak yang
pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan atau melakukannya.
penderitaan, atau penggantian biaya untuk tindakan 8. Pemutusan terhadap pendulangan liar di
tertentu. mata hukum dengan segera.

3. Rehabilitasi adalah pemulihan pada kedudukan


semula, misalnya kehormatan, nama baik, jabatan,
atau hak-hak lain.

Kesimpulan
Dari contoh kasus diatas merupakan bentuk dari
upaya untuk menghalangi ketahan nasional. Dilihat
dari jenis ancamannya merupakan ancaman non
militer karena akibat timbulnya pemahaman
separatisme dalam keutuhan bangsa, dan sebagai
anaman militer karena ancaman bersifat
menggunakan kekerasan, penahanan, serat
perampasan HAM yang dilakukan dengan senjata api,
dengan ancaman berdimensi ideologi dan ekonomi
yang melatarbelakanginya. Adapun solusi dari penulis
yaitu:

1. Adanya pemerataan ekonomi oleh


pemerintah di daerah.
2. Dilakukannya kerjasama antara pemerintah
dan perusahaan/pabrik multirateral untuk
membangun ekonomi masyarakat yang
berada di satu daerah dengan
perusahaan/pabrik tersebut.
3. Adanya kepastian hukum untuk setiap orang
untuk mencapai kesahjateraan bersama.
4. Pihak-pihak berwajib wajib mengawasi
aktivitas ilegal yang dilakukan oleh
masyarakat sehingga tidak terjadi pemikiran
untuk kepentingan kelompok atau orang lain.
5. Edukasi yang cukup mengenai aktivitas ilegal
yang dilakukan oleh pihak atau masyarakat
setempat.
6. Aparat hukum selalu mengawasi aktivitas
masyarakat ataupun pihak pihak yang
mealkukan secra ilegal dan menentang
hukum.

Você também pode gostar