Você está na página 1de 22

SURAT KEPUTUSAN

KEPALA UPT PUSKESMAS RAHAYU


Nomor : ../ / /

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN PENYAKIT DIARE
UPT PUSKESMAS RAHAYU

KEPALA UPT PUSKESMAS RAHAYU


Menimbang a. : Bahwa dalam untuk kelancaran pelaksanaan program pelayanan penyamkit diare di
Puskesmas Rahayu, perlu dibuatkan pedoman pelayanan penyakit diare
b. Bahwa untuk tertib dan kejelasan kegiatan Pelayanan Kesehatan dimaksud point a,
dipandang perlu menetapkannya dalam surat keputusan Kepala UPT Puskesmas
Rahayu.
Mengingat 1.: Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas;
3. Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS RAHAYU TENTANG PENETAPAN PEDOMAN
PELAYANAN PROGRAM PELAYANAN PENYAKIT DIARE UPT PUSKESMAS RAHAYU
Kesatu : Pedoman pelayanan program pelayanan penyakit diare UPT Puskesmas Rahayu
sebagaimana dimaksud diktum pertama tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Kedua : Pedoman Sebagaimana Diktum Kedua Agar Digunakan Sebagai Acuan Oleh Petugas
UPT Puskesmas Rahayu Untuk Menyelenggarkaan Pelayanan Penyakit Diare Di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rahayu.
Ketiga : Keputusan Ini Mulai Berlaku Sejak Tanggal Di Tetapkan Dengan Ketentuan Apabila
Dikemudian Hari Terdapat Kesalahan Akan Diadakan Perbaikan Sebagaimana
Mestinya.
Ditetapkan di Rahayu
Pada Tanggal : 1 Me i 2018
Kepala UPT Puskesmas Rahayu

Dr. Rina Faiza Fitriana


NIP. 19701202 200212 2 005
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan
kepada kami selaku penanggung jawab program diare, sehingga dapat menyelesaikan
tugas kami sebagai petugas pelaksana program dan pelayanan kesehatan di UPT
Puskesmas Rahayu.
Penyusunan pedoman Upaya diare Puskesmas Rahayu tahun 2018 merupakan
tanggung jawab kami sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan terkait pelaksanaan
program diare dan penanganan pasien diare di kecamatan rahayu sebagai bagian dari
program penanggulangan penyakit menular yang ada di puskesmas.
Puskesmas Rahayu menjalankan fungsi pokok sebagai pusat kesehatan
masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang melaksanakan kegiatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Mudah – mudahan dengan buku pedoman ini setiap orang yang terkena penyakit
diare dapat ditemukan secara dini tanpa cacat dan mempunyai kesempatan yang sama
untuk mendapat pelayanan yang berkuailitas, serta dapat meningkatkan hasil cakupan
program di puskesmas.
Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang berperan dalam penyusunan pedoman ini, saran dan masukan sangat kami
harapkan agar pedoman ini lebih sempurna dan mudah dilaksanakan di lapangan.

Rahayu, Januari 2018


Program Diare

dr. Anggun Larasati


BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi
feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare
bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih,
atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam
(Kemenkes RI, 2011).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, Secara
global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5
juta pertahun. Di negara berkembang, rata-rata anak usia di bawah 3 tahun
mengalami episode diare 3 kali dalam setahun. Setiap episodenya diare akan
menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga
diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000
IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi,
dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan
dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009
terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian
100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan
dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %. Pada
tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang
(CFR 2,47%).
Pengetahuan petugas dalam tata laksana diare tahun 2009 menunjukan
43,7% yang mengetahui anamnesa penderita diare dengan benar, 29,9 % yang
tahu menetapkan klasifikasi derajat dehidrasi, 33,3% yang tahu tata laksana diare
tanpa dehidrasi, 12,6 % yang tahu tata laksana diare dehidrasi ringan atau sedang
dan 14,9% yang tahu tatalaksana diare dehidrasi berat. Dari hasil pemantauan tata
laksana diare tahun 2009 masih rendah karena masih di bawah 50%.
Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat
dan tepat. IDAI, WHO dan UNICEF merekomendasikan tatalaksana diare dengan
Lintas Diare (Lima langkah Tuntaskan Diare). Lintas diare meliputi berikan oralit,
berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut – turut, teruskan ASI – makan, berikan
antibiotik secara selektif dan berikan nasihat pada ibu/keluarga.
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Rahayu tahun 2016, angka
kejadian diare mencapai angka yang cukup tinggi yaitu sebanyak 1273 kasus yang
ditangani di puskesmas. Untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat
diare serta untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan, maka
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan
untuk jenjang tingkat pertama. Adapun visi Puskesmas Rahayu adalah
Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu dan Profesional Untuk
Mencapai Masyarakat Sehat Mandiri. Sedangkan misi Puskesmas Rahayu yaitu :
1) Memberikan Pelayanan Kesehatan Dasar Yang Berkualitas Dan Merata
Kepada Masyarakat.
2) Memberdayakan Keluarga Dan MasyarakatUntuk Hidup Sehat Secara
Mamdiri.
3) Menyelenggarakan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular Serta Penyakit Tidak Menular.
4) Meningkatkan kualitas Sumber daya manusia Puskesmas sesuai
Kompetensi di Bidangnya.
5) Menyelenggarakan Manajemen Puskesmas Yang Bermutu dan
Berkesinambungan.
Berdasarkan data diatas maka peneliti melakukan kajian atau review
pengendalian Diare untuk mengetahui besaran masalah yang terjadi di lapangan
sehingga dapat menjadi rekomendasi dalam pengembangan program selanjutnya

B. Tujuan Pedoman
Tujuan disusunnya pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan di UPT
Puskesmas Rahayu dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan penyakit diare
di wilayah kerja UPT Puskesmas Rahayu Kabupaten Bandung. Sehingga
pelayanan penyakit diare dapat dilaksanaan sesuai dengan rencana serta
memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman pelayanan penyakit diare Puskesmas Rahayu meliputi:
1. Sasaran Primer yakni individu, keluarga dan masyarakat;
2. Sasaran Sekunder yakni tokoh masyarakat

D. Ruang Lingkup Pedoman


Diseluruh wilayah kerja UPT Puskesmas Rahayu
E. Batas Operasional
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain
dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses
lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang
air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011).

F. Landasan Hukum
1. Permenkes 75 tahun 2014
2. Undang – undang no 36 tentang kesehatan
3. Permenkes 40 tahun 2016 P2M
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Upaya penanggulangan penyakit diare dilaksanakan oleh penanggung jawab
upaya diare dibawah koordinasi program penanggulangan penyakit yang ada di
puskesmas. Penanggung jawab upaya diare di Puskesmas Babat memiliki
kompetensi sebagai berikut :

No SDM Kompetensi Ijazah dan kompetensi tambahan

1. Penanggung Jawab S1 Kedokteran


Upaya P2 Diare

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi Ketenagaan Unit Pelayanan Program Diare Kesehatan UPT Puskesmas
Rahayu :
1 orang dokter umum

C. Tugas dan Wewenang


Penanggung jawab upaya P2 Diare bertanggung jawab dan mengkoordinir semua
kegiatan yang berhubungan dengan penyakit diare.

D. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan upaya P2 Diare yang dilaksanakan di puskesmas Rahayu adalah :
No Upaya Kegiatan dalam Kegiatan Luar Pelaksana Kegiatan
Gedung Gedung
1 P2 Diare 1. Penemuan kasus 1. Penemuan Penanggung jawab
baru (deteksi dini) penderita diare upaya P2 diare,
pada paien rawat baru Dokter Umum, dan
jalan 2. Pemeriksaan petugas kesehatan
2. Pemeriksaan dan dan diagnosis lain.
diagnosis diare diare
3. Pemantauan 3. Pemantauan
pengobatan diare pengobatan
4. Penyuluhan dan diare
konseling 4. Penyuluhan
5. Rujukan kepada individu,
6. Pencatatan dan keluarga, dan
pelaporan masyarakat
5. Rujukan
6. pencatatan dan
pelaporan.

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan pelayanan penyakt diare
Hari : Senin – Sabtu
Pukul : 07.30 - 14.00
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Puskesmas Rahayu belum memiliki ruangan untuk pelayanan mengenai diare
yang terpisah. Saat ini pelayanan dalam gedung yang dberikan masih menyatu
dengan balai pengobatan umum.

Ukuran ?
B. Standar Fasilitas

Tensimeter dorong 2
Tensimeter digital 1
Tabung oksigen 1
Regulator 1
Meja periksa ½ biro 1
Meja periksa 2
Ranjang periksa 1
Kursi periksa 2
Nafuder 1
Gunting kasa 1
Gunitng bisturi 1
Arteri klem 3
Bengkok 3
Tromol 1
Tempat kasa alcohol 1
Pinset anatomis 1
Pinset cirrugis 2
Bak instrument 1
Gunting bedah 2
Tounge spaltel 1
Com betadin 1
Klem 3
Gunting anatomis 1
X ray iluminasi 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan
Diare), yang terdiri atas (Kemenkes RI, 2011) :
1. Berikan Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolszit seperti natrium klorida (NaCl), kalium
klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat. Oralit diberikan segera bila
menderita diare, sampai diare berhenti. Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan
elektolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa dan
garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita
diare.
Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara pemberian oralit
yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang.
a. Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
b. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
2. Berikan Zinc Selama 10 Hari Berturut-Turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar
ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak
dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar
anak tetap sehat. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan
bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10 – 14
hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1983-2003) yang
menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih
efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai
40%. Pada saat diare, anak akan kehilangan Zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc
mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan
mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh
sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2 – 3 bulan setelah anak
sembuh dari diare. Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut.
Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan
berulangnya diare pada 2 – 3 bulan ke depan. Obat Zinc merupakan tablet dispersible
yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan dengan dosis sebagai berikut :
- Balita umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg)/hari
- Balita umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari
Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI. Untuk
anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Zinc aman dikonsumsi dengan oralit. Zinc
diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama 10 hari) sedangkan oralit
diberikan setiap kali anak buang air besar sampai diare berhenti. Pemberian zinc
selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Ketika memberikan
konseling pada ibu, petugas kesehatan harus menekankan pentingnya pemberian dosis
penuh selama 10 hari dengan menyampaikan pada ibu tentang manfaat jangka pendek
dan panjang zinc, termasuk mengurangi lamanya diare, menurunkan keparahan diare,
membantu anak melawan episode diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah
perawatan. Selama itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih baik dan
meningkatkan nafsu makan.
3. Teruskan ASI dan Pemberian Makan
Bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan
meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Jika anak menderita diare teruskan
pemberian ASI sebanyak yang anak inginkan. Pemberian makan selama anak diare
juga harus ditingkatkan sampai dua minggu setelah anak berhenti diare, karena lebih
banyak makan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan
mencegah malnutrisi. Anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dianjurkan untuk
mengurangi susu formula dan menggantinya dengan ASI sedangkan untuk anak yang
berusia lebih dari 2 tahun dianjurkan untuk meneruskan pemberian susu formula dan
dipastikan agar anak mendapat oralit dan air matang.
4. Berikan Antibiotik Secara Selektif
Pemberian antibiotik tidak diberikan kepada semua kasus diare. Antibiotik hanya
diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare
dengan disertai penyakit lain. Tanpa indikasi tersebut tidak perlu pemberian antibiotik.
Penggunaan antibiotik juga harus sesuai dosis yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.
Pemberian antibiotik yang tidak tepat sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
resistensi kuman terhadap antibiotik dan dapat membunuh flora normal yang justru
dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat
menimbulkan gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh antibiotik.
Hal ini juga akan mengeluarkan biaya pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan.
5. Berikan Nasihat Pada Ibu/Pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu atau pengasuh tentang cara pemberian oralit,
Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anak ke petugas
kesehatan jika mengalami tanda-tanda sebagai berikut : buang air besar cair lebih
sering, muntah berulang-ulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan atau minum
sedikit, demam, tinjanya berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari.
B. Langkah Kegiatan
1. Riwayat Penyakit
a. Berapa lama anak diare ?
b. Berapa kali diare dalam sehari ?
c. Adakah darah dalam tinjanya ?
d. Apakah ada muntah ? berapa kali ?
e. Apakah ada demam ?
f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ?
g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ?
h. Obat apa yang sudah diberikan ?
i. Imunisasi apa saja yang sudah didapat ?
j. Apakah ada keluhan lain ?
2. Menilai Derajat Dehidrasi
Tabel 2.2 Tabel
Penilaian Derajat
A B C
Dehidrasi
PENILAIAN
Bila ada 2 tanda atau lebih
Lihat : Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai /
Keadaan umum Normal cekung tidak sadar
Mata Minum biasa, Haus,ingin minum cekung
Rasa haus (beri air Tidak haus banyak Malas minum atau
minum) tidak bisa minum
Raba/Periksa : Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor kulit lambat (lebih dari 2
detik)
Tentukan Derajat Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan- Dehidrasi Berat
Dehidrasi Sedang
Rencana Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Pengobatan

3. Menentukan Rencana Pengobatan


Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan bagan rencana pengobatan yang
sesuai
1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah
2. Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan- sedang di Sarana
Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam
3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana
Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena.

Rencana Terapi A
Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi
Menerangkan 5 Langkah Terapi Diare Di Rumah
1. Beri Cairan Lebih Banyak Dari Biasanya
a. Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
b. Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
c. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit
atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang,
dsb)
d. Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu 10 menit dan dianjurkan
sedikit demi sedikit :
Umur <1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
e. Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) dirumah bila :
Telah diobati dengan rencana terapi B atau C
Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk
f. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
2. Beri Obat Zinc
Beri Zinc 10 hari berurut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan
cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
a. Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
b. Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
3. Beri Anak Makanan Untuk Mencegah Kurang Gizi
a. Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
b. Tambahkan 1 – 2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
c. Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau
d. Beri makanan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3 – 4
jam)
e. Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan 2
minggu.
4. Antibiotik Hanya Diberikan Sesuai Indikasi
Misal : Disentri, Kolera, Dll
5. Nasihat Ibu / Pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
a. Berak cair lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan dan minum sangat sedikit
e. Timbul demam
f. Berak berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.

Rencana Terapi B
Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
1. Jumlah Oralit Yang Diberikan Dalam 3 Jam Pertama Di Sarana Kesehatan
Oralit Yang Diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak
a. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel dibawah ini :
Umur <1 Th 1-4 Th >5 Th
Jumlah Oralit 300 ml 600 ml 1.200ml
b. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah
c. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
d. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak
selama masa ini.
e. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
f. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
2. Amati Anak Dengan Seksama Dan Bantu Ibu Memberikan Oralit
a. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
b. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas
c. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
d. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak
atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang
3. Setelah 3-4 Jam, Nilai Kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian Pilih
Rencana Terapi A, B Atau C Untuk Melanjutkan Terapi
a. Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi tekah hilang,
anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur.
b. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B
c. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
d. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
4. Bila Ibu Harus Pulang Sebelum Selesai Rencana Terapi B
a. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
b. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan dirumah
c. Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
BAB V
LOGISTIK

Manajemen Logistik adalah suatu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
penghapusan material. Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan
setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan
secara efisien. Manajemen logistik unit pelayanan promosi kesehatan UPT Puskesmas
Rahayu adalah sebagai berikut :
A. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan unit pelayanan diare menghitung dan merencanakan kebutuhan
media promosi kesehatan berupa leaflet, booklet, buku saku, poster, spanduk,
makalah penyuluhan, buku saku, modul pelatihan, ATK penunjang administrasi
dan dokumentasi kegiatan pelayanan diare yang sudah direncanakan. Analisa
kebutuhan penunjang pelaksanaan kegiatan pada periode waktu tertentu
berorientasi kepada program pelayanan, pola penyakit dan target kinerja
pelayanan.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan pengadaan materi dan obat-obat
untuk menunjang kegiatan pelayanan promosi kesehatan. Penganggaran
kebutuhan unit pelayanan promosi kesehatan UPT Puskesmas Rahayu
memanfaatkan dana BOK.
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan materi pelayanan diare di Puskesmas Rahayu dilakukan dengan
pembelian materi yang sudah siap pakai, pengadaan sendiri leaflet kesehatan
sesuai kebutuhan perencanaan unit pelayanan dan menerima dropping dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung.
D. Penyimpanan
E. Pendistribusian
Pendistribusian materi promosi kesehatan di UPT Puskesmas Rahayu dilakukan
pada saat pelaksanaan kegiatan pelayanan diare. Efisiensi pelaksanaan
pendistribusian akan mempengaruhi kecepatan penyediaan material baru.
Penanggung jawab pendistribusian adalah penanggung jawab Unit Pelayanan
diare UPT Puskesmas Rahayu. Prosedur baku pendistribusian material diare,
meliputi :
1. Pendistribusian langsung kepada sasaran pelayanan
2. Pendistribusian melalui mitra kerja lintas program, jejaring dan jaringan UPT
Puskesmas Rahayu.
F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab pengurus barang atas
bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang
berlaku, penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk
didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain.
5. Penghapusan material diare di UPT Puskesmas Rahayu dilakukan
dengan pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN PROGRAM

Keselamatan sasaran adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak aman
dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk
mencapai luaran yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary, October
2003). Keselamatan sasaran menghindarkan sasaran dari potensi masalah dalam
pelayanan promosi kesehatan yang sebenarnya bertujuan untuk membantu sasaran.
Tujuan keselamatan sasaran adalah terciptanya budaya keselamatan sasaran
pelayanan diare UPT Puskesmas Rahayu, meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab)
petugas pelayanan diare terhadap sasaran, menurunnya KTD (kejadian tidak
diharapkan), serta terlaksananya program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan).
Sasaran keselamatan sasaran pelayanan diare sebagaimana dimaksud meliputi
tercapainya hal-hal sebagai berikut :
1. Ketepatan identifikasi sasaran; Identifikasi sasaran kegiatan yang akan
menerima pelayanan diare sesuai rencana kegiatan unit pelayanan promosi
kesehatan yang telah disusun.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif; Komunikasi yang efektif, akurat, lengkap,
jelas dan dipahami oleh sasaran diare akan mengurangi kesalahan dan
menghasilkan peningkatan keselamatan sasaran. Evaluasi di akhir pelayanan
diare dilakukan untuk memastikan sasaran tidak salah memahami informasi
yang diberikan.
3. Peningkatan keamanan sarana diare; Memantau lokasi, bangunan dan material
promosi kesehatan yang dapat membahayakan keselamatan sasaran
pelayanan diare.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-metoda, tepat-sasaran; Menyusun dan
menerapkan standar operasional prosedur (SOP) pelayanan promosi diare
untuk menghindari kesalahan lokasi, metoda dan sasaran pelayanan diare.
5. Pengurangan risiko psikososial terkait pelayanan diare; resiko psikososial
seperti bosan, mengantuk, lelah dan pusing dapat terjadi selama pelayanan
promosi kesehatan berlangsung. Untuk meminimalisir bahkan menghindari hal
tersebut diperlukan komitmen bersama sasaran, memilih metoda yang tepat
dan memberikan reward.
6. Pengurangan risiko sasaran jatuh/terluka; memilih dan memantau lokasi
pelayanan diare untuk menghindari sasaran mengalami cedera baik dalam
perjalanan maupun selama dalam ruangan menerima pelayanan diare
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang. Jika
memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas termasuk dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di
Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.
Risk Assesment melakukan identifikasi potensi bahaya atau faktor risiko dan
dampak atau akibatnya. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada sasaran. Pengendalian mutu pada unit
pelayanan diare UPT Puskesmas Rahayu diperlukan agar terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai sasaran. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat
diselenggarakan melalui berbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model
manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang
akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen
mutu pelayanan diare.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya,
meningkatkan produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk
suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada
upaya peningkatan mutu. Pada unit pelayanan promosi kesehatan UPT Puskesmas
Rahayu kegiatan pelayanan diare dimulai dari pendataan/survey sasaran dan kebutuhan
sasaran, penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, penyusunan
dokumen pelaporan kegiatan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan,
dan penyusunan rencana tindak lanjut hasil evaluasi kegiatan. Pada setiap tahap kegiatan
disusun standar operasional prosedur (SOP) untuk menjamin pelaksanaan kegiatan yang
sesuai standar pelayanan. Evaluasi dan rencana tindak lanjut dilaksanakan untuk
mengatasi adanya kesenjangan antara perencanaan dan hasil kegiatan. Hasil kegiatan
didokumentasikan secara periodik.
BAB XI
PENUTUP

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilakukan upaya-upaya


kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pengendalian penyakit
menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah di
antaranya adalah program pengendalian penyakit diare yang bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait.
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain
dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih
berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar
yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011).

Rahayu, Januari 2018


Kepala UPT Puskesmas Rahayu

Dr. Rina Faiza Fitriana


NIP. 19701202 200212 2 005

Você também pode gostar