Você está na página 1de 21

LAPORAN LENGKAP

“KULIAH KERJA PROFESI ANGKATAN II PROGRAM STUDI S1

FARMASI DI BALAI BESAR LABORATORIUM KESEHATAN

MAKASSAR”

OLEH :

NAMA : RISKA YANTI

SRI WAHYUNI

NUR AINAN ALFI

NUR ATMI

KELOMPOK : I ( SATU)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEGA REZKY

MAKASSAR

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari berbagai

aspek ilmu pengetahuan. Namun tidak hanya sekedar teori yang

menjadi dasar perkuliahan yang paling utama adalah aplikasi dan

teori yang dapat dikembangkan di masyarakat. Kuliah kerja nyata

profesi merupakan suatuy bentuk pendidikan dengan cara

memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa untuk hidup

ditengah – tengah lingkungan yang berkaitan dengfan disiplin ilmu

farmasi. Program ini muncul dari kesadaran mahasiswa sebagi calon

sarjana untuk dapat memmanfaatkan sebagian waktu belajarnya

untuk dimanfaatkan dalam mencapai kualifikasi dari seluruh pekerjaan

nyata dalam praktikum yang memiliki realitas dari teori yang telah

dipelajari.

Sebagai lulusan perguruan tinggi, mahasiswa harus

mempunyai pengalaman interdisipliner dalam kehidupan masyarakat

serta memiliki keamampuan untuk mengaplikasikan ilmu yang dimiliki

pada berbagai aspek kegiatan bermasyarakat. Alumunsu prodi S1

Farmasi diharapkan mampu bekerja sama dan berkompetitif secara

sehat dengan alumnus perguruan tinggi lainnya.

Salah satu mata kuliah yang menjadi prasyarat dalam

kelulusan adalah mata kuliah kerja nyata, ini merupakan syarat yang

diberikan mahasiswa dalam memenuhi system kredit semester (SKS)

yang menjadi acuan. Kerja praktek merupakan suatu aplikasi dan

bidang ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama menjadi

mahasiswa sehingga kuliah kerja nyata dilakukan pada suatu instansi

yang berhubungan dengan jurusan masing – masing mahasiswa.


Pelaksanaan kuliah kerja nyata yaitu kegiatan kulikuler

mahasiwa prodi S1 Farmasi untuk mendapatkan pengalaman kerja

nyata dengan menetapkan konsep dan pola pengembangan ilmu

alamiah.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka terlaksana kulih kerja

nyata profesi doi Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)

provinsi Sulawesi Selatan yang bertempat di Makassar. Dengan

dilaksanakan kuliah kerja nyata di Laboratorium kesehatan ini

diharapkan kerja sama antara dunia perguruan tinggi dengan

lembaga/instusi dapat ditingkatkan untuk mendapatkan

pengembangan dalam dunia pendidikan dan yang terpenting

adalah untuk mengenal peranan bidang ilmu farmasi daam dunia

kerja.

B. Waktu pelaksanaan

Kuliah kerja nyata profesi (KKNP) Mahasiswa Prodi S1

Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar

angkatan 2014 dilaksanakan pada tanggal 31 Januari sampai 13

Februari 2018.

C. Tempat Pelaksanaan

Kuliah kerjanyata profesi (KKNP) Mahasiswa Prodi S1 Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar angkatan

2014 dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)

Makassar Sulawesi Selatan.

D. Sejarah Singkat Bali Besar Laboratorium Kesehatan

Prov.Sulawesi selatan

Salah satu bentuk pengaplikasian program pelayanan

laboratorium kesehatan masyarakat untuk Indonesia Timur dan

sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan pencegahan penyakit

maupun upaya pnyembuhan dan pemulihan, maka pada tahun 1929


oleh pemerintah Belanda, laboratorium kesehatan didirikan dengan

nama kesehatan Daerah yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman

N0. 5 Makassar.

Pada tahun 1978 Laboratorium Kesehatan Daerah berganti

nama menjadi Balai Laboratorium Kesehatan Ujung Pandang, yang

dikualifikasikan sebagai Balai Laboratorium Kesehatan Kelas A

sesuai surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.

142’MENKES/SK/IV/1978/tanggal 28 April 1978.

Pada tahun 1986, laboratorium kesehatan Ujung pandang

berubah nama menjadi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan No.

786/MENKES/SK/SXI/1986 Tentang susunan organisasi dan tata

kerja Balai Laboratorium Kesehatan, serta pada tahun 1995

menempati gedung baru yang terletak di jalan Perintis Kemerdekaan

Km. 11 dengan Fasilitas yang lebih memadai.

Selanjutnya surat keputusan tersebut diperbarui oleh

keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1063/MENKES/SK/XI.\ tanggal

24 September 2004. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan

kepada masyarakat sehingga pada tanggal 31 juli 2006 berdasarkan

PERMNKES No. 558/MENKES/PER/2006 ditetapkan seagai Balai

Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan merupakan

rujukan untuk Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku

Utara, Papua, Barat dan Papua.


E. Tugas Pokok Dan Fungsi Bali Besar Laboratorium Kesehatan

Prov.Sulawesi Selatan

1. Tugas Balai Besar Laboratorium kesehatan

Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.

558/MENKES/PER/VII/2006/tanggal 31 Juli 2006 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Laboratorium Kesehatan

mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, koordinasi,

pelaksanaan dan evaluasi pemeriksaan laboratorium klinik dan

laboratorium klesehatan masyarakat, rujukan, pendidikan, dan

pelarihan serta penelitian dan pengembangan.

2. Fungsi Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar

Balai besar Laboratorium kesehatan mempunyai :

a. Perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, dan evaluasi pemeriksaan

laboratorium klinik

b. Perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi pemeriksaan

laboratorium kesehatan masyarakat

c. Pemantapan mutu eksternal dan internal

d. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang laboratorium

kesehatan

e. Perencanaan, koordinasi , pelaksanaan evaluasi rujukan

f. Perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan

dan latihan teknis

g. Perencanaan, koordinasi, dan evaluasi penelitian dan

pengembangan

h. Pelaksanaan Tata Usaha


F. Visi dan Misi

1. Visi

Balai besar laboratorium kesehatan Makassar memiliki Visi

memberikan pelayanan dan rujukan laboratorium yang

professional, cepat, tepat, terdepan, dalam mutu dan terpercaya.

2. Misi

a. Memberikan pelayanan laboratorium kesehatan dan rujukan

yang bermutu tinggi terjangkau oleh selueruh lapisan

masyarakat.

b. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian, pelayanan laboratorium

kesehatan dan rujukan

c. Meningkatkan mutu sumber daya manusia


G. Struktur Organisasi

KEPALA

dr.Abidin. MPH

Satuan Pemeriksaan Intern


Abdul Hamid Qadi. S.pd

Bagian Keuangan Dan Admistrasi Umum


H.HijrahMappelawa, SH, M.si

Subbagian Keuangan Dan Subbagian Admistarasi


Barang Milik Negara Umum
Makmur alim S.si Andi Fatimah. SH

Bidang Pemantapan Mutu Dan Bimbingan Teknis


Bidang Pelayanan
Muh.Ali, S.Sos. M.si
Dr. Aswan Usma, M.kes

Seksi Pemantapan Mutu Seksi Pembimbingan Teknis


Seksi Laboratorium Seksi Laboratorium Harlina. SKM Hernika. SKM. M.Kes
Klinik Dan Uji Kesehatan Kesehatan Masyarakat
Hasni latif, SKM Nelly Maning, SKM

Kepala Instalasi
Mikrobiologi Konsultan Labiratorium
Joharsani, S.Farm Dr. Hj. RosnetyM.kes, Sp.PK

Kepala Instalasi Kimia


Kesehatan
Dra. Nuraeni Basifa KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
Kepala Instalasi
Imunologi
Andi Abd. Rivai, SKM

Kepala Instalasi Patologi


Klinik
Hj. Asmia, SKM

Kepala Instalasimedia
Dan Reagnsia
Rudiah, SKM

Kepala Instalasi Uji


Kesehatan
Dr. Hj. Fazziawaty

Kepala Instalasi
Pemeliharaan Dan
Prasarana
Saiful GH, SKM
H. Kegiatan di laboratorium

Analisis kegiatan pemeriksaan meliputi :

1. Media Regensia dan Hewan Percobaan

Instansi ini menyiapkan kebutuhan reagen dan media untuk

instalasi mikrobiologi

2. Mikrobiologi

a. Bakteriologi

Meliputi pemeriksaan mikroskopik, kultur senssivity test

pada specimen fases, sputum, usapan, nanah, cairan tubuh,

makanan, minuman, coliform, dan colitinja (bakteri air).

b. Parasitology

Meliputi pemeriksaan mikroskopik test pada specimen

malaria, microfilaria, telur cacing

c. Virology

Meliputi pemeriksaam mikroskopik bermacam – macam

virus yang terdapat pada sampel (darah, urine, dll).

3. Imunologi

Meliputi pemeriksaan HCG (tes kehamilan, VDRL/RPR

(penyakit sptyllis), TPHA, Widal (demam tifoid), HBs Ag (Hepatitis

B), Anti HIV, HCV (Hepatitis C) dan tes golongan darah tes FT4

dan TSH.

4. Kimia kesehatan

Meliputi pemriksaan warna, kesadahan (CaCO3), pH Clor

(Cl), zat organic, Besi (Fe). Nitrit (N02), Nitrit (NO3), Sulfat (SO4)

ammonia (NH3), COD, Formalin dan pemeriksaan kandungan

Amphetamibe (Narkoba).
BAB 2

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

A. INSTALASI HEWAN PERCOBAAN, MEDIA DAN REAGENSIA

Pada instalasi ini yang dilakukan adalah bagaimana proses

pembuatan media untuk membiakkan mikroba. Sehingga Instalasi ini

sangat berhubungan dengan instalasi mikrobiologi.

Adapun rumus perhitungan jika hendak menimbang medium

adalah sebagai berikut:

Contoh soal :

1. BGLB = 40 gr/L

Butuh = 250 ml

2. PCA = 17,5 gr/L

Butuh = 400

3. LB = 0,5 %

Butuh = 1,5 % dalam volume 260 ml

Berapakah media yang akan ditimbang?

Jawab:

1. BGLB

40 gram x 250 ml = 10 gram

1000 ml

2. PCA

17,5 gram x 400 ml = 7 gram

1000 ml

3. LB

35,6 gram x 3 ml x 260 = 27,768 gram

1000 ml
Setelah dilakukan penimbangan medium, di add-kan air sesuai

prosedur kemudian diaduk hingga homogen. Namun ada juga medium

yang dipanaskan tujuannya agar medium tersebut larut sebelum

dilakukan sterilisasi. Dimana sterilisasi adalah proses pemusnahan

mikroorganisme dan spora-sporanya.

B. INSTALASI MIKROBIOLOGI

Basil tahan asam merupakan sejenis bakteri yang telah

dilakukan proses pewarnaan dengan berbagai zat warna secara

permanen dan memiliki sifat yang asam atau alkohol. Contoh:

Mycobacterium tuberculosis (penyebab TBC) dan Mycobacterium

leprae (penyebab kusta).

Basil tahan asam juga dapat dikatakan sebagai bakteri yang

memiliki kandungan lemak sangat tebal sehingga dalam

pewarnaannya tidak dapat dipengaruhi oleh reaksi pewarna lainnya.

Pada kelompok bakteri tersebut disebut dengan bakteri tahan asam

(BTA), pada saat pencucuian pertama dapat mempertahankan

warnanya dengan pelarut pemucat. Golongan bakteri ini biasanya

bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium

tuberculosis.

Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari sputum

penderita TBC. Pada bakteri tersebut jika dilakukan reaksi pewarnaan

akan menghasilkan warna merah, dengan kata lain bakteri TBC

memilki warna yang merah jika sudah dinyatakan postif.

Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik

pewarnaan Ziehl Neelson. Adapun urutan pewarnaannya adalah

sebagai beriukut :
Gram + Gram -

CGV Ungu Ungu

LUGOL Ungu Ungu

ALKOHOL Ungu Tidak berwarna

SAFRANIN Ungu Merah

METILEN BLUE Merah Biru

C. INSTALASI KIMIA KESEHATAN

a. Penetapan deterjen = LAS = MBAS

LAS (Linear Alkil Sulfonat)

MBAS (Metilen Blue Alkil Sulfonat)

 Metode

Metode yang digunakan adalah metode biru metilen

 Prinsip

Deterjen dalam suasana netral membentuk pasangan ion

dengan biru metilen dan larut pada pelarut organik

(Chloroform/cacl3) dan membentuk warna biru.

Warna yang terbentuk dibaca pada alat spektrofotometer

dengan Panjang gelombang di daerah sinar tampak (Panjang

gelombang 652 nm) sinar tampak : > 400.

 Tujuan

Untuk mengetahui berapa besar konsentrasi deterjen

yang terdapat pada sampel yang di analisa.

 Alat dan Bahan

 Alat yang digunakan :

1) Kertas perkamen

2) Sendok tanduk

3) Neraca analitik

4) Biker gelas
5) Labu ukur 100 ml dan 150 ml

6) Karet pengisap

7) Pipet volume

8) Pipet ukut

9) Erlenmeyer

10) Corong pisah

11) Tabung reaksi/Nessler

12) Tissue

13) Spektrofotometer

 Bahan yang digunakan :

1) Aquadest

2) NaoH 0,1 N

3) Indikator PP

4) H2SO4 1 N

5) Larutan metilen blue untuk LAS

6) Kloroform (CaCl3)

7) Larutan pencuci

8) Larutan standar deterjen (1000 PPN)

9) Sampel ; air bersih dan air limbah

 Cara pembuatan larutan standar deterjen 1000 PPM

1 gr/1L
Ditimbang 0,1 gr larutan standar kemudian dilarutkan

dengan aquadest sebanyak 100 ml (konsentrasi 1000 PPM).

 Cara pengenceran

1000 PPM diencerkan jadi 100 PPM kedalam labu ukur

volume 100 ml. Dengan rumus pengenceran ;

V1 x PPM1 = V2 x PPM2
V1 x PPM1 = V2 x PPM 2

X x 1000 PPM = 100 ml x 100 PPM


X = 10 ml

Dipipet 10 ml larutan standar dengan konsentrasi 1000

PPM dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, cukupkan

volume dengan aquadest sampai batas garis, kemudian tutup

dan homogenkan.

Setelah itu dari 100 ppm diencerkan lagi menjadi 25 ppm

kedalam labu ukur volume 100 ml dengan menggunakan

rumus yang sama sehingga hasil didapatkan adalah 25 ml.

Kemudian dari 25 ppm diencerkan menjadi 0,5 ppm, 1

ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm kedalam labu ukur 50 ml. hasil

yang didapat setelah dihitung menggunakan rumus

pengenceran adalah 1 ml, 2ml, 3ml, 4ml, dan 5 ml. sehingga

masing-masing volume dimasukkan dalam labu ukur volume

50 ml kemudian cukupkan sampai tanda garis dengan

aquadest, tutup dan homogenkan.

 Cara kerja

Kedalam corpis

BL STANDAR SAMPEL

Aquaest 50 ml - -

Standar - 50 ml -

Sampel - - 50 ml

Indikator 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml

PP

H2So4 1 N 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml

Metilen 10 ml 10 ml 10 ml

blue

Kloroform 20 ml 20 ml 20 ml
Penjelasan :

Setelah ditambahkan indikator PP dihomogenkan dan

membentuk warna pink dalam keadaan basa.

Kemudian setelah ditambahkan H2SO4 1N maka warna akan

hilang atau jernih.

Setelah ditambahkan metilen blue maka akan membentuk

warna biru kemudian ditambah kloroform sehingga terjadi 2 fase atau

2 lapisan, dimana lapisan atas adalah air dan lapisan bawah adalah

kloroform. Alasannya karena BJ air adalah 1 sementara BJ kloroform

adalah 1,48.

Setelah itu diekstraksi tiap corpis selama 30 detik. Jika ada

deterjen maka lapisan bawah akan berwarna biru, kemudian lapisan

bawah diturunkan ke Erlenmeyer. Lapisan yang masih tertahan pada

corpis ditambahkan kloroform sebanyak 10 ml. lakukan hal yang sama

sebanyak 3 kali.

Lapisan yang tertahan pada corpis dibuang kemudian hasil

tampungan dikembalikan ke corpis sesuai dengan urutannya

kemudian ditambah larutan pencuci sebanyak 15 ml lakukan ekstraksi

perlahan-lahan agar tidak terjadi emulsi.

Kemudian lapisan bawah dibuang sedikit untuk membilas ujung

corpis selanjutnya dipindahkan ke tabung Rx/Nessler yang bersih dan

kering. Lapisan yang tertahan pada corpis ditambah kloroform 10 ml,

diekstraksi selama 30 detik. Lakukan hal yang sama sebanyak 3 kali.

Cukupkan volumenya hingga tanda garis, tutup dan homogenkan.

Kemudian baca pada alat spektrofotometri.

Adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut:

NO ABS CONC

5 0,2412 0,6719
1207 0,0508 -0,0100

1242 0,0618 0,0294

1242 0,0615 0,0285

1243 0,0585 0,0176

FK 0,5 PPM 0,1927 0,4984

FK = 0,5/0,4984 Persyaratan FK adalah 85-115 %

= 1,0032

= 1,0032 x 100

= 100,32 %

b. Penetapan sulfat

 Metode

Turbidimetri

 Prinsip

Ion sulfat dalam suasana asam bereaksi dengan barium

klorida dan membentuk kristal berukuran sama dan kristal yang

terbentuk dibaca pada alat spektrofotometer dengan Panjang

gelombang 420 nm.

 Tujuan

Untuk mengetahui berapa konsentrasi kandungan sulfat

yang terkandung.

 Alat dan Bahan

 Alat yang digunakan:

1) Timbangan analitik

2) Kertas perkamen

3) Sendok tanduk

4) Beker gelas

5) Labu ukur 100 ml dan 50 ml

6) Pipet volume

7) Pipet ukur
8) Karet penghisap

9) Tabung Nessler

10) Tissue

11) Spektrofotometer

 Bahan yang digunakan

1) Air bersih

2) Air minum

3) Buffer sulfat

4) Barium klorida

5) Natrium sulfat untuk standar (1000 ppm)

 Cara pembuatan sulfat 100 ppm atau 100mg/L dibuat dari senyawa

natrium sulfat.

Perhitungan :

= Mr Na2SO4/SO4 x 100 mg

= 142,04/96 x 100 mg

= 147,96 mg

= 0,15 gr

Selanjutnya ditimbang 0,15 gr kristal Na2SO4 masukkan

dalam beker gelas larutkan dengan aquadest yang bebas sulfat

sebanyak 100 ml (konsentrasi larutan ini adalah 100 ppm atau

100mg/L). Oleh karena bahan ini atau zat ini dilarutkan hanya 100

ml konsentrasinya menjadi pekat (1000 ppm).

Kemudian dari 1000 ppm diencerkan menjadi 500 ppm

kedalam labu ukur 100 ml.

V1 x PPM1 = V2 x PPM2

X x 1000 = 100 x 500

X = 50 ml

Setelah itu dipipet 50 ml larutan standar sulfat dengan

konsentrasi 1000 ppm masukkan dalam labu ukur 100 ml,


cukupkan volumenya dengan aquadest sampai tanda garis, tutup

dan homogenkan.

Dari konsentrasi ini (500 ppm) encerkan menjadi ; 10 ppm,

20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, dan 50 ppm. Kedalam labu ukur yang

volumenya 50 ml. sehingga hasilnya adalah ; 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml,

dan 5 ml. masing-masing volume dimasukkan dalam labu ukur 50

ml cukupkan volume dengan aquadest sampai tanda garis, tutup

dan homogenkan.

 Cara Kerja

Blanko Standar Sampel

Aquadest 50 ml - -

Standar - 50 ml -

Sampel - - 50 ml

Buffer 1o ml 10 ml 10 ml

SO4

Bacl2 0,5 gr 0,5 gr 0,5 gr

Homogenkan selama 30 detik, kemudian baca pada alat

spektrofotometer.

Adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut :

NO ABS CONC

10 0, 1283 9,1423

1567 0,1411 10,330

1567 0,1399 10,217

1570 0,2418 19,665

1570 0,2422 19,699

Penyelesaian :

FK = 10/9,1423 x 100

= 109,4 %

Persyaratan FK adalah 85-115 %


D. INSTALASI IMUNOLOGI

Imunologi adalah spesialisasi medis yang berkaitan dengan

kekebalan tubuh dan semua aspek dari kemampuan tubuh untuk

melawan infeksi dan penyakit yang disebabkan oleh patogen

penyebab penyakit, yang biasanya adalah mikroorganisme.

Adapun parameter pemeriksaan beserta standar dan

volumenya adalah sebagai berikut:

PARAMETER STANDAR VOLUME (µl)

FT 4 N S 1 duplo 100

C1 100

TSH S 1 duplo 200

C1 200

TSHS S 1 duplo 200

S 2 duplo 200

C1 200

C2 200

HBS Ag S 1 duplo 150

C1 150

C2 150

Anti HBS S 1 duplo 200

C1 200

C2 200

Anti HIV S 1 duplo 200

S 2 duplo 200

C1 200

C2 200

HBE Ag S 1 duplo 150

C1 150

C2 150
T3 S 1 triplo 100

C1 100

T4 S 1 triplo 200

C1 200

CEA-S S 1 duplo 200

C1 200

Ca 15 – 3 S 1 duplo 100

C1 100

AFP S 1 duplo 100

C1 100

Anti HCV S 1 duplo 100

C1 100

C2 100

Ca 125 S 1 duplo 200

C2 200

 Tes narkoba

Selama kami di instalasi imunologi sampel yang paling banyak

kami dapat itu adalah sampel urin yang akan dilakukan pemeriksaan

narkoba dengan tiga parameter yaitu :

1. Amphetamin

2. Morfin

3. THC

Cara pemeriksaannya itu adalah dipipet urin, kemudian

diteteskan sebanyak tiga tetes pada alat tes narkoba dengan tiga

parameter. Untuk pembacaan hasilnya apabila bergaris tiga maka

dikatakan negatif (-) dan apabila bergaris dua maka dikatakan positif.
 Tes HBS Ag

HBS Ag dilakukan dengan cara memipet serum dari sampel

darah yang telah di sentrifuge kemudian diteteskan pada alat tes HBS

Ag sebanyak dua tetes, pembacaan hasil dilakukan setelah 15 menit.

Hasil negatif menunjukkan satu garis.

 Tes FT 4

Tes ini dilakukan dengan cara sampel darah yang masuk,

didiamkan terlebih dahulu sampai darah tersebut membeku kemudian

disentrifuge untuk mendapatkan serum.

Serum yang didapat dipipet sebanyak 200 µl kemudian di

masukkan kedalam strip pada bagian kolom sampel. Setelah itu

dimasukkan kedalam alat. Untuk strip yang berisi sampel dimasukkan

dibagian bawah sedangkan untuk SPR dimasukkan dibagian atas

kemudian ditutup dan setelah itu di masukkan nama dan juga tes

yang diinginkan yaitu tes FT 4. Apabila strip dan spr disimpan pada

bagian A maka di tekan bagian A. setelah itu didiamkan sampai lampu

hijau berkedip.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun yang dapat kami simpulkan dalam proses Kuliah Kerja

Profesi selama kurang lebih dua pekan di Balai Besar Laboratorium

Kesehatan bahwa kami memasuki empat instalasi yaitu :

Instalasi media dan reagensia; dimana Instansi ini menyiapkan

kebutuhan reagen dan media untuk instalasi mikrobiologi.

Instalasi kimia kesehatan; Meliputi pemriksaan warna, pH Clor

(Cl), zat organic, Besi (Fe), Nitrit (NO3), Sulfat (SO4), ammonia (NH3),

COD, dan Formalin.

Instalasi mikrobiologi; meliputi pemeriksaan bakteriologi,

parasitology, Virology.

Dan pada instalasi imunologi; Meliputi pemeriksaan HCG (tes

kehamilan, VDRL/RPR (penyakit sptyllis), TPHA, Widal (demam

tifoid), HBs Ag (Hepatitis B), Anti HIV, HCV (Hepatitis C) dan tes

golongan darah tes FT4 dan TSH.

B. SARAN

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan maka dari itu sangat diperlukan kritik dan saran.

Você também pode gostar