Você está na página 1de 5

A.

MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM UNTUK MENAATI HUKUM


ALLAH

Hukum (peraturan/norma) adalah suatu hal yang mengatur tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, baik peraturan tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat,
baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuhdan berkembang dalam
masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan oleh penguasa.
Hukum Islam adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya
yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan
(aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).
Dengan adanya Hukum dalai slam berarti ada batasan-batasan yang harus
dipatuhi dalam kehidupan. Kerena tidak bisa dibayangkan jika hokum, seseorang akan
semaunya melakukan sesuatu perbuatan termasuk perbuatan maksiat (Ali, 1998).

1. Konsep Hukum Islam


a. Kedudukan Hukum Islam
Sesungguhnya, disyariatkannya hukum oleh Allah bagi manusia adalah untuk
mengukur tata kehidupan mereka, baik dalam masalah duniawi maupun ukhrawi.
Dengan mengikuti hukum tersebut, manusia akan memperoleh ketentraman dan
kebahagiaan dalam hidup. Fungsi hukm islam dinyatakan secara tegas dalam surah an-
Nisa’ ayat 105:

Artinya : sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa


kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang ( orang yang tidak
bersalah), karena (membela)orang-orang yang khianat.

Setiap apapun yang disyariatkan oleh Allah bagi manusia, maka hal itu akan
menuntun kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian, menaati ketentuan-
ketentuan hukum syariat itu, tidak lain adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri
dimanapun ia berada. Semakin banyak manusia menjalankan syariat maka semakin
banyak pula kemaslahatan dan kebaikan hidup yang akan diperolehnya (Anwar husnel,
2018).
b. Ciri Khas Syariat Islam

1. Bersifat menyeluruh

Di antara karakter Hukum Islam yang terpenting adalah bersifat menyeluruh dan tidak
bisa dipisah-pisahkan. Selain karena pemisahan itu berlawanan dengan tujuan syariat,
nash sendiri melarang pengambilan sebagian hukum syariat dengan meninggalkan
bagian yang lain. Dalam hal ini lihatlah firman Allah pada surah al- Baqarah 85, dan an-
Nisa 150 :

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap
sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan
(tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir) (Anwar husnel, 2018).

2. Membentuk adab dan akhlak yang baik

Ciri lain dari hubungan umat islam dengan hukum islam adalah bahwa syariat Islam
mewajibkan kepada pemeluknya mempunyai akhlak yang utama.orang yang
menegakkan syariat adalah orang yang membentuk kepribadian dan akhlaknya kepada
pencipta-Nya, makhluk, dan alam sekitarnya. Orang yang berakhlak demikian akan
mampu mengelola hawa nafsu melakukan tindakan kriminal (Anwar husnel, 2018).

3. Merasa didalam pengawasan Allah

Adanya kesadaran bahwa meskipun pengawasan manusia terhadap dirinya dianggap


enteng namun tidak demikian sikapnya terhadap pengawasan Tuhan. Ia merasa tetap
berada dibawah pengawasan Allah di manapun ia berada. Keadaan yang demikian akan
dapat memproteksi diri dari tindakan jarimah (pelanggaran hukum) bagi orang yang
benar-benar beriman kepada Allah dan Rasulullah (Anwar husnel, 2018).

4. Sesuai setiap waktu dan tempat

Islam dalah agama yang diisyaratkan Allah untuk umat akhir zaman. Karena itu,
Allah memberikan suatu kelebihan kepada syariat ini untuk mampu beradaptasi dalam
mewujudkan kemaslahatan bagi umat manusia diakhir zaman terebut. Ajaran-ajaran
Islam selalu bersifat fleksibel dalam merenpons segala sesuatu yang muncul. Dasar-dasar
hukum untuk merespons segala keadaan dan tempat telah dijelaskan oleh Allah di dalam
Al-quran dan sunnah. Karena itulah syariat Islam akan mampu menjadi pedoman hidup
manusia hingga akhir zaman (Anwar husnel, 2018).

c. Tujuan Hukum Islam

Pada dasarnya,tujuan Syari’dalam mensyariatkan ketentuan-ketentuan hukum kepada


mukallaf(orang yang dibebani hukum) adalah untuk mewujudkan kebaikan bagi
kehidupan mereka, baik melalui ketentuan- ketentuan yang dharuri, hajiy, ataupun
tahsini.

Ketentuan-ketentuan dharuri adalah ketentan hukum untuk memelihara kepentingan


hidup dan kemaslahatannya.seandainya norma-norma tersebut tidak dipatuhi, niscaya
mereka akan dihadapkan pada mafsadah ( kerusakan) dan berbagai kesukaran.
Ketentuan-ketentuan dharuri itu secara umum bermuara pada upaya memelihara lima
hal, yaitu agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan.

Ketentuan-ketentuan hajiy adalah tatanan hukum yang memberi peluang bagi


mukallaf untuk memperoleh kemudahan dalam kondisi kesukaran guna mewujudkan
ketentuan-ketentuan dharuri. Karena itu kedudukannya menjadi penting untuk
mendukung dan mewujudkan kemaslahatan dharuri tersebut.

Tahsini adalah berbagai ketentuan untuk menjalankan ketentuan dharuri dengan cara
yang paling baik. Oleh karena itu, ketentuan tahsini berkaitan erat dengan pembinaan
akhlak yang baik, kebiasaan terpuji, dan menjalankan berbagai ketentuan dharuri dengan
cara yang paling sempurna(Anwar husnel, 2018)

Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul mashaalihi


(mencegah terjadinya kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan). Abu Ishaq As-
Sathibi merumuskan lima tujuan hukum islam:
1. Memelihara agama
Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh
martabatnyadapat terangkat lebih tinggi dan martabat makhluk lain danmemenuhi
hajat jiwanya. Agama islam memberi perlindungan kepada pemeluk agam lain untuk
menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya.
2. Memelihara jiwa
Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib memelihara hak
manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Islam melarang
pembunuhan sebagai penghilangan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana
yang dipergunakan oleh manusia untuk mempertahankan kemaslahatannya
hidupnya (Qs.6:51,17:33)
3. Memelihara akal
Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal mempunyai
peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan
dapat menjalankan hukum islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal
sehat. (QS.5:90)
4. Memelihara keturunan
Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat penting. Karena
itu, meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan
Yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dilarang melakukan
perzinahaan. (Qs.4:23)
5. Memelihara harta
Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada manusia untuk
kelangsungan hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dilindungi
haknya untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal, sah menurut hukum dan
benar menurut aturan moral. Jadi huku slam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun
tersier (dloruri, haaji, dan tahsini) (usman, 2001).
Daftar Pustaka

Ali, Mohammad Daud. Pengantar Ilmu hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
Usman Suparman, Hukum Islam,Jakarta:Gaya media pratama,2001.

Ash-Shiddiqie, T.M. Hasbi. Pengantar Ilmu Fikih. cetakan ke 2. (Jakarta, Bulan Bintang,
1974).

Você também pode gostar