Você está na página 1de 5

Analisis Penanggulangan Risiko pada suatu Perusahaan Bank yang

Bergerak di Bidang Asuransi

A. PT BRIngin Life
PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA dengan merek dagang BRINGIN LIFE
didirikan oleh Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1987 atas
izin usaha yang berdasarkan Akte Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito No.116 dan
SK. Menteri Keuangan RI 10 Oktober 1988. BRINGIN LIFE pada awalnya dibentuk guna
memenuhi kebutuhan dan memberikan pelayanan kepada nasabah perbankan,
khususnya nasabah kredit kecil BRI. Namun dalam perkembangan selanjutnya
mengingat akan kebutuhan jasa asuransi yang meliputi : asuransi jiwa, asuransi
kesehatan , program dana pensiun, kecelakaan diri, anuitas, dan program
kesejahteraan hari tua cukup besar, maka bisnis BRINGIN LIFE merambah pasar di luar
BRI untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara individu dan kumpulan. Pada tahun
1995, atas dasar keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep-184/KM.17/1995 BRINGIN
LIFE mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) untuk lebih meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan pensiun di hari tua. BRINGIN LIFE juga
membuka unit usaha berupa Asuransi Syariah dengan izin operasional sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : KEP-007/KM.6/2003 21 Januari 2003 dengan
beberapa kantor penjualan syariah yang tersebar di kota-kota besar.
BRIngin Life juga menyediakan berbagai macam asuransi yang sesuai dengan
kehidupan masyarakat di Indonesia, yaitu :
1. BRIngin Eksekutif, Asuransi Jiwa + Investasi dengan manfaat Loyalty Bonus pada akhir
kontrak asuransi (max : 20th)
2. BRIngin Purnadana, Asuransi Jiwa + Investasi dengan pengcoveran jiwa hingga umur
80th, investasi yang dihasilkan lebih besar
3. BRIngin Danasiswa, Asuransi Jiwa + Investasi Pendidikan yang menjamin kelangsungan
pendidikan putra/i anda proteksi diberikan kepada orang tua dan anak.
4. BRIngin Investama, Asuransi jiwa + Asuransi Kesehatan + Investasi dengan manfaat
pemberian santunan untuk rawat inap diseluruh rumah sakit atau puskesmas di
seluruh Indonesia.
5. BRIngin Swakadana, Asuransi Jiwa yang mengcover tertanggung dengan Jumlah besar
biasa diggunakan untuk Perkreditan / Term Life.
6. BRIProtek Plus, Asuransi jiwa, Kesehatan, Investasi dengan kenaikan biaya rawat inap
setiap tahunnya 10%, Cocok untuk personal yang ingin mendapatkan Asuransi
Kesehatan dengan nilai Tinggi

B. Visi Misi dan Nilai Perusahaan


a) Visi
Menjadi perusahaan asuransi jiwa yang termuka di Indonesia
b) Misi
1. Melaksanakan bisnis asuransi jiwa secara profesional di Indonesia
2. Memberikan pelayanan prima kepada Nasabah dan Pemegang Saham melalui jaringan
kerja yang luas
3. Memberikan keuntungan Pemegang Saham dan meningkatkan kesejahteraan pegawai
c) Nilai Budaya Perusahaan
1. Integritas
Profesional asuransi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa senantiasa bersikap
jujur, menjaga nama baik perusahaan dan mematuhi kode etik yang berlaku.
2. Profesional
Profesional asuransi yang bertanggung jawab dan berorientasi ke masa depan untuk
menjaga pertumbuhan usaha yang sehat dan berkesinambungan
3. Inovatif
Selalu berusaha memenuhi kepuasan nasabah melalui peningkatan kualitas pelayanan,
pengembangan produk, teknologi unggul dan sumber daya manusia yang trampil dan
ramah.
4. Kemitraan
profesionalisme asuransi sebagai bagian dari perusahaan selalu mengembangkan sikap
kerjasama dan kemitraan yang menciptakan sinergi untuk kepentingan kemajuan
perusahaan.

5. Kualitas Sumber Daya Manusia


Menghargai sumber daya manusia sebagai aset utama perusahaan, karena itu kami
selalu merekrut, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia yang
berkualitas serta berusaha menjadi teladan.

C. Analisis Penanggulangan Manajemen Risiko Asuransi


Pada pokoknya ada dua pendekatan atau cara yang digunakan oleh seorang Manajer
risiko dalam menanggulangi risiko yang dihadapi oleh perusahaannya, yaitu :
1. Penanggulangan risiko
2. Pembiayaan risiko
Ada beberapa alat yang dapat dipakai untuk menanggulangi risiko yang dihadapi,
biasanya dan sebaiknya Manajer risiko dalam menggunakan alat-alat tersebut
mengadakan kombinasi dari dua cara atau lebih supaya penanggulangan risiko dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam pendekatan dengan penanganan risiko ada
beberapa alat/metode yang dapat digunakan antara lain :
1. Menghindarinya
Menghindari suatu risiko murni adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari
exposure, dengan cara antara lain :
a. Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan yang mengandung risiko
walaupun hanya untuk sementara.
b. Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau segera menghentikan yang
diketahui mengandung risik
Ada beberapa karateristik dasar yang harus diperhatikan, yang berkaitan dengan
penghindaran risiko, antara lain :
a. keadaan yang mengakibatkan tidak adanya kemungkinan untuk menghindari risiko,
dimana makin luas pengertian risiko yang dihadapi akan makin besar
ketidakmungkinan untuk menghindari.
b. makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar kemungkinan akan
terciptanya risiko baru.

2. Mengendalikan
Pengendalian kerugian bertujuan untuk :
a. Memperkecil/kemungkinan/kesempatan terjadinya kerugian
b. Mengurangi keparahan bila suatu risiko kerugian memang terjadi
Tujuan dapat dicapai dengan berbagai cara antara lain :
a. Melakukan tindakan pencegahan dan pengurangan kerugian
Dengan program pencegahan kerugian adalah berusahan untuk mengurangi atau bisa
menghilangkan kesempatan terjadinya kerugian.
Program pengurangan kerugian bertujuan untuk mengurangi keparahan potensi dari
suatu kerugian
b. Program pengendalian kerugian berdasarkan sebab-sebab terjadinya dengan
pendekatan engineering program pengendalian yang menekankan pada pengendalian
sebab-sebab yang bersifat fisik dan mekanis dan pendekatan hubungan kemanusiaan
menekan pada pencegahan terjadinya kecelakaan karena faktor manusia.

3. Menentukan kelayakan ekonomis


Dalam upaya pencegahan terhadap segala risiko harus selalu ditinjau sudut manfaat
dan biayanya yaitu upaya yang digunakan harus “economical treasible” dilakukan
analisis terhadap kerugian yang timbul dan biaya pengendalian risiko.

4. Pemisahan
Pemisahan artinya memisahkan penempatan dari harta yang menghadapi risiko yang
sama dengan cara menambah bentuknya “independent exposure unit” sehingga
kerugian dapat diperkecil.

5. Kombinasi
Kombinasi artinya memindahkan banyaknya exposure unit dalam batas perusahaan
bersangkutan dengan tujuan agar kerugian yang akan di alami lebih kecil sehingga
risikonya lebih kecil.

6. Memindahkan
Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan cara :
a. Harta milik atau kegiatan yang menghadapi risiko dipindahkan kepada pihak lain yang
dinyatakan tegas dengan berbagai transaksi atau kontrak.
b. Risikonya sendiri yang dipindahkan.
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan No. 5/8/PBI/2003 mengenai Penerapan
Pengelolaan Risiko untuk Bank Umum di Indonesia. Risiko-risiko usaha yang dihadapi
oleh intermediasi keuangan :
a. Risiko Kredit, Risiko kredit secara garis besar didefinisikan sebagai kemungkinan
kerugian yang timbul akibat kegagalan debitur ataupun counter-party untuk
memenuhi kewajibannya terhadap Bank. Risiko kredit timbul dalam pelaksanaan
fungsi intermediasi keuangan dan merupakan bagian dari aktivitas Bank sehari-hari.
b. Risiko Pasar, Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan
variabel pasar dari portofolio yang dimiliki Bank, yang dapat merugikan Bank. Variabel
pasar mencakup suku bunga dan nilai tukar, termasuk derivasi dari kedua jenis risiko
pasar tersebut. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas tresuri serta investasi,
kegiatan pembiayaan dan pendanaan, serta kegiatan pembiayaan perdagangan.
c. Risiko operasional adalah risiko yang timbul antara lain akibat ketidakcukupan atau
tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau
problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Risiko operasional dapat
berdampak pada kerugian keuangan secara langsung, ataupun secara tidak langsung
berupa kerugian potensial atau hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan.
d. Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak dapat
memenuhi pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak terduga.
e. Risiko hukum adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan tidak
mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Di lingkungan perbankan dikenal
dengan resiko kepatuhan.
f. Risiko reputasi berkaitan dengan potensi hancurnya nama baik perusahaan karena
ketidakmampuan perusahaan mengelola kinerja dan komunikasi dengan pihak
eksternal.
g. risiko fidusia akan timbul apabila intermediasi keuangan dalam usahanya
memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat, baik individu badan usaha.
h. risiko persaingan, persaingan antar intermediasi keuangan lebih terfokus pada
kemampuannya dalam memberikan layanan kepada nasabah secara baik dan
profesional dikarenakan produk-produk yang ditawarkan oleh intermediasi keuangan
hamper seluruhnya bersifat homogen.

Pendekatan yang dilakukan untuk menanggulangi risiko :


a) Risk Retention adalah perusahaan menanggung sendiri resiko yang muncul (menahan
resiko tersebut). Jika resiko benar-benar terjadi, perusahaan tersebut harus
menyediakan dana untuk menanggung resiko tersebut.
Cara yang dapat digunakan untuk pendekatan ini, yaitu :
a. Dana cadangan, perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik yang
ditujukan untuk membiayai kerugian akibat dari resiko tersebut.
b. Self insurance dan captive insurers
Self insurance, pengelolaan dana cadangan bisa ditingkatkan lagi menjadi semacam
asuransi untuk internal perusahaan sendiri. Self insurance bisa dilakukan apabila :
a. eksposur di perusahaan cukup besar sehingga skala ekonomisnya bisa tercapai
b. resiko bisa diprediksi dengan baik.
Captive insurers, pengelolaan dana cadangan yang dilakukan dengan mendirikan anak
perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan. Ada beberapa alasan
captive insurers menjadi menarik, yaitu :
a. Di beberapa negara, perlakuan pajak sedemikian rupa sehingga menguntungkan untuk
membuat captive insurers (pajak bisa dibayarkan lebih kecil).
b. Kontrak asuransi menjadi lebih fleksibel karena praktis berurusan dengan pihak
internal.

b) Risk Transfer adalah perusahaan memindahkan resiko ke pihak lain (mentransfer


resiko ke pihak lain) yang biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk
mengendalikan resiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik sehingga bisa
mendiversifikasikan resiko lebih baik atau karena mempunyai keahlian untuk
melakukan manajemen resiko lebih baik.
Cara yang dapat digunakan untuk pendekatan ini, yaitu :
a. Asuransi, kontrak perjanijian antara yang diasuransikan (insured) dan perusahaan
asuransi (insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian
yang dialami pihak yang diasuransikan dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh
premi asuransi sebagai balasannya.
b. Hedging atau lindung nilai, perusahaan mentransfer resiko kepada pihak lain yang
lebih bisa mengelola resiko lebih baik melalui transaksi instrumen keuangan.
c. Incorporated atau membentuk perseroan terbatas merupakan alternatif transfer
resiko, karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas
pada modal yang disetorkan dimana kewajiban tersebut tidak akan sampai pada
kekayaan pribadi.

Você também pode gostar