Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh:
131611123046
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
PENGALAMAN vs AGAMA KRISTEN II
Syalom.
Sejujurnya saya dulu sedikit meremehkan mengapa kami harus belajar kembali Agama
II? “Membaca alkitab dan renungan apakah sudah lebih dari cukup” itulah isi pikiran pertama
saya ketika melihat daftar Kartu Rencana Studi (KRS) Semester III. Tetapi, setelah mengikuti
semua perkuliahannya, saya sadar dan malu karena saya pernah memiliki pemikiran yang buruk.
Padahal pelajaran agama ini sangat penting dan bahkan mengubah semua pandangan saya untuk
menjadi seturut kehendakNya. Saya menuliskan cerita ini untuk mengungkapkan isi hati dan
pikiran saya tentang apa yang saya dapatkan selama belajar Agama II.
Dimulai sejak pertemuan pertama kali tentang bagaimana kita bersikap sebagai orang
Kristen, sehingga orang yang menilai bahwa “itu pasti orang Kristen” tanpa kita menyebutkan
agama kita apa. Kekristenan bukanlah sebuah agama tetapi bagaimana hubungan pribadi kita
dengan Yesus. Saya mau cerita sedikit boleh ya dok.. Beberapa bulan lalu saya sering melihat
video Dr.Zakir Naik. Kalau dokter tidak mengenal beliau, beliau adalah seorang dakwah dari
India yang banyak membuat orang menjadi mualaf. Satu pertanyaan yang selalu beliau
sampaikan adalah “Apakah pernah Yesus menyebut dirinya Tuhan. Berikan saya ayatnya, maka
saya akan masuk Kristen sekarang juga.” Dan beberapa orang sudah memberikan ayat tersebut,
tetapi dengan berbagai pemikiran logika sehingga orang-orang tersebut kalah dari beliau. Setelah
saya mengerti mengapa saya menjadi Kristen melalui pelajaran Agama II, saya paham ternyata
orang-orang yang kalah dengan Dr.Zakir Naik adalah orang-orang yang belum paham mengapa
saya harus menjadi Kristen? Saya menjadi Kristen, karena saya mengimani bahwa Yesus adalah
Tuhan dan Juruselamat. Karena iman adalah keyakinan bukan sebuah pemikiran logika. Terima
Perawat. Tidak pernah terbesit cita-cita dari kecil ingin menjadi seorang perawat. Ini
bukan pilihan saya tapi pilihanNya. Saya bersyukur untuk itu. Dulu saya berpikir, perawat hanya
mengerjakan asuhan keperawatan pada umumnya tanpa melihat psiko sosio spiritual pasien. Apa
yang saya dapat melalui pembelajaran martabat profesi mengubah pandangan saya bahwa profesi
apapun bisa memuliakan nama Tuhan. Contoh sederhana adalah senyuman. Dulu saat D3 saya
pernah dinas di salah satu RS di Palembang, dan shift malam bagi saya terberat karena itu adalah
porsi untuk tidur bukan untuk bekerja. Pasien banyak, tugas menumpuk, untuk menyanggupi
permintaan pasien “sus, infus habis” saya hanya bisa mengangguk. Tetapi itu salah. Melalui
pembelajaran ini saya diingatkan untuk melakukan semua yang diperintahkan Tuhan di alkitab,
mengasihi sesama seperti diri sendiri, mengasihi musuh. Bahasa kasih dapat digantikan dengan
sebuah senyuman. Senyuman yang tulus akan mempercepat penyembuhan pasien dan
keluarganya pasti akan merasa senang. Senyum, tanpa ada keluar uang sedikitpun. Saya akan
mencoba untuk tetap tersenyum meskipun ada beban berat bahkan masalah yang pelik. Karena
Tuhan lebih dulu sayang sama kita semua, apakah kita pantas untuk tidak mengasihi sesama
kita?
Selain martabat profesi, ada banyak yang saya dapatkan pembelajaran contohnya
pengobatan alternative. Saya sering sekali ditanya “apa yang bagus ya?.. saya bingung, gimana
ya? Menurutmu gimana?” Saya pernah dulu menyarankan untuk ini untuk itu kepada beberapa
orang tanpa memikirkan dulu. Tetapi disini saya diingatkan, itu salah. Apapun itu yang berkuasa
hanyalah Yesus. Jadi kembali kepada Dia. Saya suka dengan kata-kata “bagaimana bila doaku
tidak dijawab? Apa yang harus dilakukan lagi?” Jawabannya “Tambah lagi dosis imanmu”
Kebanyakan masyarakat sekarang berpikir yang instant, memikirkan yang enaknya saja, tanpa
mengkoreksi mengapa itu bisa terjadi? Saya pernah mengalami pengurapan Tuhan saat saya
masih kecil umur 6 tahun. Saat itu, jari-jari tangan saya patah 3 jari (kelingking, manis, tengah).
Orangtua saya tetap berpengharapan dengan Tuhan. Banyak saudara-menyarankan untuk berobat
ke dukun untuk dikasih minyak sakti, atau ke opung supaya diurut sama opung dan jari
tangannya kembali. Dokter pun sudah memastikan tidak akan bisa tumbuh lagi kuku nya sampai
kapanpun, kalaupun tumbuh pasti tetap kecil jarinya. Tapi orangtua saya tetap beriman. Tiap
pagi papa saya mendoakan sambil mengurut2 pelan jari-jari saya, saya hanya tersenyum. Dengan
iman orangtua saya, akhirnya tangan saya boleh kembali normal seperti semula walau kukunya
agak melengkung. Kunci pengobatan alternative bukan pada apa yang engkau pakai, tapi apa
yang engkau imani untuk berkuasa menyembuhkan. Cek kebenarannya, apakah ada damai
sejahtera disana, apakah itu Tuhan atau Hantu, barulah boleh itu dipakai menjadi pengobatan
alternative. Itulah pembelajaran hebat yang saya terima dari topic pengobatan alternative.
Masih banyak lagi yang ingin saya bagikan pengalaman. Biarlah itu semua menjadi
pelajaran berharga untuk saya dan saya terus mengingatkan. Saat yang tepat akan saya terapkan
semua ilmu yang berharga dari ibu kelak ketika saya bertemu dengan pasien atau keluarga
bahkan nanti ketika saya resmi menjadi seorang perawat professional. Terima kasih ibu rurit
untuk minggu-minggu berharga dan pengalaman yang ibu bagikan kepada kami semua. Kiranya
kasih Tuhan tetap mempersatukan kita dan suatu saat kita dapat bertemu kembali. Tuhan Yesus
memberkati.