Você está na página 1de 3

ANALISA JURNAL

ANDROPAUSE : KEMUNGKINAN TERAPI SULIH TESTOSTERON


PADA PRIA LANSIA
NAMA : Siti Cholifah
KELAS :C
NIM : 163112540120649

ABSTRAK
Andropause merupakan suatu sindrom pada pria lansia yang terdiri dari gejala
fisik, seksual, dan psikologis, meliputi : kelemahan, kelelahan, pengurangan masa
otot dan tulang, gangguan hematopoiesis, oligospermia, disfungsi seksual,
despresi, kecemasan, iritabilitas, insomnia, gangguan memori dan penurunan
fungsi kongnitif. Kadar testosteron bebas mulai menurun sebesar 1% setiap
tahunnya setelah usia 40 tahun. Diduga 20% pria berusia 60-80 tahun mempunyai
kadar testosteron yang lebih rendah dari normal. Walaupun hubungan kausal
antara penurunan kadar testosteron dan perkembangan gejala andropause belum
dapat dipastikan, pemberian tertosteron terhadap populasi ini menunjukkan
adanya perbaikan. Kebanyakan studi menitik-beratkan pada keuntungan fisik dari
pemberian testosteron dan tidak mengkaji psikologis. Data sebelumnya
menunjukkan terapi testosteron memberi keuntungan pada pria lansia dengan
depresi dini. Efek pemberian testosteron yang paling ditakutkan adalah
meningkatnya resiko kanker prostate. Studi pemberian terapi hormon mingguan
sampai 2 tahun menunjukan adanya sedikit peningkatan Prostate Specific Antigen
disbanding dengan nilai kontrol. Pada saai ini bukti tentang keamanan dan efek
psikologi pemberian terapi testosteron kepada pria lansia masih belum cukup dan
diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
Kata kunci : Andropause, testosteron, terapi, pria, lansia

1. Judul Jurnal
Andropause : Kemungkinan Terapi Sulih Testosteron Pada Pria Lansia
2. Kata kunci
Andropause, testosteron, terapi, pria, lansia
3. Penulis Jurnal
Ellen p. Gandaputra & Raditya Wratsangka

4. Latar belakang masalah

1
Monopause adalah sindrom somatik dan psikologi yang berhubungan dengan
penurunan hormon estrogen dalam sirkulasi. Data dalam bidang endokrinologi,
urologi dan gerontologi menunjukkan adanya sindrom serupa pada pria,yang
disebut andropause, klimakterium pada pria, viropause, atau sindrom rendah
testosteron. Andropause didefenisikan sebagai suatu sindrom pria separuh baya
atau lansia, yang terdiri dari gejala fisik, seksual, dan emosional, akibat
interaktif dari faktor hormonal, psikogis, dan fisik. Gejala fisik yang
didapatkan adalah kelemahan, kelelahan, pengurangan massa otot dan tulang,
ganguan hematopoiesis, disfungsi seksual yang meliputi oligospermia, libido
yang berkurang dan impotensi. Komponen psikologi dan emisonal yang
didapatkan meliputi despresi, kecemasan, iritabilitas, insomania, gangguan
memori dan penurunan fungsi kongnitif.
5. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemungkinan terapi sulih
testosteron pada pria lansia.
6. Hasil Analisa
Produksi testosteron pada pria daitur oleh aksis hipotalamus-hipofisis-gonand.
Penurunan kadar testosteron total biasanya tidak diketahui sampai usia 60-an,
terapi penurunan kadar testosteron bebas dapat diketahui lebih awal,yaitu
sebesar 1% per tahun pada usia 40 s/d 70 tahun. Pada kenyataannya, 7%
dari pria berusia 40-60 tahun, 20% dari pria berusia 60-80 tahun, dan 35%
yang berusia lebih dari 80 tahun, mempunyai konsentrasi testosteron total di
bawah atas normal (350 mg/dl). Selain testosteron terdapat beberapa faktor lain
dalam proses penuaan diantaranya merokok, obesitas, alkohol, gaya hirup dan
penyakit yang di derita. Masalah yang lebih sulit lagi adalah ada atau tidaknya
hubungan sebab akibat antara konsentrasi testosteron yang rendah dan gejala
andropause. Cara satu-satunya untuk menguji hubungan ini adalah dengan
menilai efek terapi sulih testosteron ( Raplacement Therapy, TRT) terhadap
pria lansia yang hipogonadal.
Dosis dan cara pemberian TRT dipelajari dalam beberapa populasi. Studi
melibatkan pria berusia 55 tahun atau lebih yang diketahui memiliki kadar
testosterone yang rendah. Hormon diberikan secara intramuskular 100 mg per
minggu atau 200 mg tiap 2 minggu tergentung dari bentuk ester enanthate atau
cypionate.
Terapi sulih testosteron juga memiliki efek samping, antara lain akne,

2
ginekomastia, edema dan reaksi lokal. Resiko pemberian testosteron dalam
waktu yang lama adalah karsinoma prostat. Sekurang-kurangnya 50% pria
yang berusia lebih dari 70 tahun menderita karsinoma prostatsubklinis. Studi
pemberian testosteron enanthate 200 mg intramuscular setiap 2 minggu
melaporkan adanya penigkatan rata-rata prostate specific antigen (PSA)
sebesar 0,46 + 0,2 ng/ml selama lebih dari 12 bulan. Tidak ada pasien yang
kadarnya melebihi batas normal (4,0 ng/ml). Dalam studi kedua, pemberian
cypionate 200 mg intramuscular setiap 2 minggu selama 12 bulan menunjukan
peningkatan PSA yang kurang bermakna,yaitu sebesar 0,7 +0,2 ng/ml dan tidak
ada pasien yang melebihi 4,0 ng/ml. PSA pada kelompok placebo meningkat
0,4 + 0,2 ng/ml dalam waktu yang sama. Dalam studi ketiga, pemberian
testosteron enanthate/cypionate 200 mg setiap 2 minggu secara intramaskular
selama 24 bulan, menunjkan peningkatan PSA yang kurang bermakna, yaitu
sebesar 0,49 ng/dl dikelompok terapi dan 0,25 ng/dl di kelompok control.
Pemeriksaan dasar memulai terapi prostat harus dilakukan sebelum memulai
terapi sulih testosteron. Pemeiksaan ini meliputi ultrasonografi (USG)
transrektal, palpasi prostate secara digital dan pengukuran kadar PSA total
dan bebas. Walaupun kadar ini harus diukur secara berkala, sensitivitas tes
ini terhadap konsentrasi testosteron yang rendah masih dipertanyakan.

7. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pemulihan kadar testosteron ke kadar yang fisiologis
dapat mengurangi gejala andropause. Keuntungan terapi sulih testosteron pada
pria berlansia adalah meningkatnya massa tulang dan otot, meningkatnya
fungsi seksual, mengurangi kecemasan, meningkatkan mood dan kongnisi, dan
meningkatkan kualitas hidup.

Você também pode gostar