Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A
IR E RA
TERI A N TE
N
D
TR A
PEM
RJAAN
BIN A A N
N S MI
AKE
(Dr.Sigit Priohutomo, MPH)
AG
EN
NG
PE
EN
GR
AW T
M
KE Drs.
A S A N K EA.
I
AS
Mudji Handaya, M.Si
i iii
v vii
SAMBUTAN SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah KETENAGAKERJAAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I
kesehatan masyarakat Indonesia. Data Report Nasional menunjukan bahwa
pada tahun 2014 di Indonesia diperkirakan prevalensi kasus TB 272/100.000 Tenaga kerja merupakan aset atau modal dari unsur SDM (human
penduduk, dengan angka insiden 183/100.000 penduduk, serta angka kematian
capital) yang sangat vital bagi kelancaran proses produksi dan berjalannya
64,000 (25/100,000 penduduk). Insiden kasus HIV diantara pasien TB sebesar
suatu organisasi atau perusahaan sekaligus merupakan aktor penting dalam
5,8/100,000 penduduk. Jumlah kasus TB dengan resistance OAT, 912 pasien
pembangunan nasional. Untuk itu, maka tenaga kerja harus senantiasa
pada tahun 2013. Besar dan kompleks nya permasalahan TB di Indonesia,
maka pengendalian TB hams dilakukan melalui kemitraan dengan berbagai ditingkatkan kualitas kesehatan dan
sektor baik pemerintah, swasta maupun lembaga masyarakat. Hal ini sangat poduktivitasnya sehingga dapat mendukung kemajuan dan daya saing
penting untuk mendukung keberhasilan tujuan program dan menjamin perusahaan tempatnya bekerja dan meningkatkan daya saing di pasar global.
kesinambungannya. Tenaga kerja di tempat kerja senantiasa berhadapan dengan berbagai
potensi bahaya (hazard), baik bahaya terhadap keselamatan kerja (safety
Sejak tahun 1995 telah diadopsi Strategi DOTS sebagai strategi penanggulangan hazard) maupun bahaya terhadap kesehatan kerjanya (health hazard), sehingga
TB di Indonesia yang dilaksanakan mulai dari puskesmas di beberapa berisiko mengalami kecelakaan kerja (occupational accident) dan penyakit
kabupaten; yang kemudian dikembangkan secara bertahap ke seluruh akibat kerja/PAK (occupational diseases). Di sisi lain, pekerja juga merupakan
puskemas, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan / rumah tahanan, industry bagian dari masyarakat pada umumnya, sehingga risiko penyakit umum
(tempat kerja) dan dokter praktek mandiri. Maksud pelibatan ini adalah agar (general diseases) pada masyarakat juga merupakan risiko pada pekerja
masyarakat mendapat pelayanan TB yang berkualitas dan standar di seluruh termasuk penyakit infeksi yang masih menjadi masalah nasional di Indonesia
fasilitas kesehatan.
seperti ISPA, Hepatitis, TB, HIV, Malaria dan Iain-Iain.
Sesuai amanat Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Untuk maksud tersebut Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan pihak
terkait pada tahun 2008 telah menerbitkan Buku Panduan Penggulangan TB dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, maka
di Tempat Kerja. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan perkembangan pengusaha atau pemberi kerja wajib melindungi tenaga kerja dari bahaya
program, maka panduan ini perlu dikembangkan dan di revisi. .Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maupun dari masalah kesehatan pada
diterbitkannya Buku "Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja" yang baru, umumnya melalui program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Program
dapat menjadi pegangan bagi pelaksana pelayanan kesehatan khususnya di K3 ini wajib dilaksanakan di setiap tempat kerja sebagai upaya untuk mencegah
tempat kerja, industri-industri atau perusahan-perusahan milik pemerintah. dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja maupun penyakit umum,
maupun swasta baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan. Selain itu, program
K3 sebagai upaya untuk mewujudkan tempat, kondisi dan lingkungan kerja
Menyadari masih adanya kekurangan dalam penyusunan revisi buku ini, kami yang aman, sehat dan bebas dari kecelakaan dan penyakit
harapkan masukan dan saran untuk perbaikan pada edisi berikutnya. akibat kerja (PAK) dan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
Direktur Jenderal PP dan PL
yang menjadi perhatian penting di dunia maupun di Indonesia dan sangat
mempengaruhi dunia kerja, karena penyakit ini mudah menular, tersebar luas
di masyarakat, angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)nya
masih tinggi, serta sebagian besar penderita TB adalah usia produktif. Di sisi
(Dr. H. M.Subuh, MPPM) lain, lingkungan kerja yang tidak higienis, adanya pencemaran/polusi, kurang
iv ii
viii vi
DAFTAR ISI 15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 364/Menkes/SK/V/2009
tentang Pedoman Pengendalian Tuberkulosis (TB);
Kata Pengantar.................. .................................................................... i 16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik;
Sambutan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan 17. S u r a t Keputusan Menteri Kesehatan RI
Ketenagakerjaan.................................................................................. ii Nomor1278/Menkes/SK/2009tentang Kolaborasi TB-HIV;
Sambutan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Dan 18. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 270/Menke/SK/III/2007
Penyehatan Lingkungan ........................................................................ iv
tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Sambutan Direktur Kesehatan Kerja Dan Olah Raga ........................... v
di RS dan Fasyankes lainnya;
Tim Penyusun..................... ................................................................... vi
19. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 382/Menke/SK/III/2007
Daftar Singkatan................... ................................................................. vii
Daftar Isi................................................................................................. ix tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan
Fasyankes lainnya;
BAB I : PENDAHULUAN 20. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No 22
A. Latar Belakang ................................................................ 1 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan
B. Dasar Hukum................................................................... 2 Kesehatan Kerja.
C. Tujuan.............................................................................. 3
1. Tujuan Umum ........................................................... 3 C. Tujuan
2. Tujuan Khusus.......................................................... 3
D. Sasaran ........................................................................... 3 1. Tujuan Umum
E. Ruang Lingkup ................................................................ 4 Panduan ini merupakan acuan pengendalian TB dengan
F. Pengertian ....................................................................... 4
strategi DOTS di tempat kerja.
2. Tujuan Khusus
BAB II : PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA
a. Panduan bagi Manajemen Perusahaan dalam Pengendalian
A. Kebijakan Nasional.......................................................... 7
B. Visi dan Misi .................................................................... 8 TB di tempat kerja.
C. Tujuan.............................................................................. 9 b. Panduan petugas dalam pelaksanaan Program TB di tempat
D. Kegiatan .......................................................................... 9 kerja.
c. Panduan petugas TB di tempat kerja dalam penatalaksanaan
BAB III: PENERAPAN PENGENDALIAN TB DI TEMPAT KERJA. kasus TB.
A. Kebijakan dan Strategi Pengendalian TB di Tempat
Kerja ................................................................................ 10 D. Sasaran
B. Komitmen Pimpinan Perusahan /Tempat Kerja .............. 10 Sasaran panduan ini ditujukan kepada:
C. Startegi DOTS di Tempat Kerja....................................... 11 1. Pengelola klinik tempat kerja/pelayanan kesehatan kerja;
D. Dukungan sumber Daya.................................................. 12 2. Manajemen perusahaan/instansi pemerintah;
E. Jejaring TB ...................................................................... 14 3. Serikat Pekerja;
4. Asosiasi Pengusaha;
5. Puskesmas;
ix 3
1 5
6. Dinas Tenaga Kerja; BAB IV : TATALAKSANA DAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
7. Dinas Kesehatan; DI TEMPAT KERJA
8. Sektor/ pihak terkait. A. Tatalaksana ..................................................................... 18
B. Diagnosis Tuberkulosis ................................................... 20
E. Ruang Lingkup C. Pengobatan Pasien TB.................................................... 22
Ruang lingkup panduan ini meliputi aspek yang terkait dalam pengendalian D. Pengendalian TB di Tempat Kerja.................................. 23
E. Penentuan Status Laik Kerja (Fit to Work) ...................... 25
TB di tempat kerja dengan strategi DOTS sesuai tata urut sebagai berikut:
F. Program Kembali Kerja (Return to Work)........................ 27
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Program Pengendalian TB di Indonesia
BAB V: PEMANTAUAN DAN EVALUASI ............................................ 28
BAB III : Penerapan Pengendalian TB di Tempat Kerja
BAB IV : Tatalaksana dan Pengendalian Tuberkulosis di Tempat BAB V I: PENUTUP .............................................................................. 29
Kerja
BAB V : Pemantauan dan Evaluasi BAB VII : DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 30
BAB VI : Penutup
BAB VII : Daftar Pustaka Lampiran 1:
Lampiran 1 : Tatalaksana Pasien Tuberkulosis TATALAKSANA PASIEN TUBERKULOSIS di TEMPAT KERJA
Lampiran 2 : Tatacara Pemantauan dan Evaluasi A. Penemuan Pasien Tuberkulosis...................................... 31
Lampiran 3 : Formulir - Formulir TB B. Diagnosis Tuberkulosis ................................................... 35
C. Pengobatan Pasien TB.................................................... 41
F. Pengertian
Lampiran 2:
1. Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular
TATA CARA PEMANTAUAN DAN EVALUASI
langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
A. Pencatatan ...................................................................... 62
Tuberculosis); B. Pelaporan ........................................................................ 62
2. Basil Tahan Asam yang selanjutnya disingkat BTA adalah kuman
Mikobakterium tuberkulosis, berbentuk batang dan tahan dalam Lampiran 3:
suasana asam pada pengecatan metode Ziehl Neelsen (ZN); Formulir TB
3. Program Pengendalian TB Nasional adalah pengendalian tuberkulosis TB06, TB05, TB04, TB01, TB02, TB03, TB09, TB10, TB11, TB13....... 68
dengan strategi DOTS yang mengikutsertakan seluruh faskes untuk
berperan aktif;
4. Directly Observed Treatment Shotcourse yang selanjutnya disingkat
DOTS adalah strategi pengendalian tuberkulosisyang diawasi
langsung oleh pengawas menelan obat yang sudah mendapat
pengarahan oleh petugas TB;
5. Obat Anti TB yang selanjutnya disingkat OAT adalah obat yang
dipergunakan untuk pengobatan TB;
4 x
6 2
BAB II • Meningkatkan peran serta pekerja dan masyarakat umum dalam
PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA pencegahan, penemuan dini kasus dan pengawas menelan obat
pada pekerja.
A. Kebijakan Nasional • Menjamin ketersediaan dan kesiapan fasilitas kesehatan di tempat
Untuk mencapai tujuan program pengendalian TB di Indonesia ditetapkan kerja dan jaringannya dalam melayani pekerja yang terkena TB
kebijakan operasional sebagai berikut: dengan menerapkan Strategi TB DOTS.
1. Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas • Memfasilitasi sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang
desentralisasi dalam kerangka otonomi dengan propinsi dan berkesinambungan.
kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program, yang meliputi: • Menjalankan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di tempat
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin kerja.
ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana); • Memfasilitasi sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan sebagai
2. Program Pengendalian TB dilaksanakan sesuai dengan Strategi TB
bagian dari kegiatan surveilans kesehatan pekerja.
DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course) yang meliputi
komponen sebagai berikut:
C. Strategi DOTS di Tempat Kerja
2.1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk
Dalam pengendalian TB di tempat kerja mempunyai strategi yang sama
dukungan dana.
dengan pengendalian TB pada umumnya, dengan menggunakan strategi
2.2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik.
DOTS. Program DOTS di tempat kerja memerlukan kebijakan dari
2.3. Pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka
pimpinan tempat kerja. Pimpinan membentuk tim DOTS sebagai pelaksana
pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan
Obat (PMO). pengendalian TB di tempat kerja. Tim ini terdiri dari manajemen/HRD,
2.4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu dokter, perawat, ahli kesehatan kerja/K3 dan atau, pembimbing kesehatan
terjamin. kerja, anggota P2K3 dan tenaga kesehatan lainnya. Tim DOTS dibentuk
2.5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan untuk memfasilitasi pengendalian TB di tempat kerja berdasarkan kebijakan
pemantauan dan evaluasi program pengendalian TB. dari pimpinan tempat kerja. Tugas Tim TB DOTS di tempat kerja, meliputi:
3. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen daerah a. Menyusun perencanaan program TB DOTS di tempat kerja,
terhadap program pengendalian TB; b. Mengkoordinasikan program TB DOTS di tempat kerja,
4. Penguatan pengendalian TB dan pengembangannya ditujukan c. Menjaga mutu pelayanan dan kelangsungan program,
terhadap peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk d. Memonitor dan evaluasi program TB DOTS,
penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai e. Mengintegrasikan program TB DOTS dengan manajemen risiko
penularan dan mencegah terjadinya TB resistan obat; kesehatan kerja
5. Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TB f. Membangun komunikasi dan jejaring dengan layanan TB DOTS
dilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama pada fasilitas kesehatan setempat.
(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL),
meliputi: Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Rumah Fasilitas kesehatan di tempat kerja yang sudah menerapkan Strategi TB
Sakit Paru (RSP), Balai Besar/Balai Kesehatan Paru Masyarakat DOTS :
(B/BKPM), Klinik Pengobatan serta Dokter Praktik Mandiri (DPM);
7 11
14 10
Fungsi masing-masing unit: • Bersama dengan petugas Dinas Ketenagakerjaan/Pengawas
1. Dinas Kesehatan Ketenagakerjaan melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi
• Bertanggung jawab terhadap manajemen pengendalian TB di pengendalian TB di tempat kerja.di tempat kerja.
wilayahnya termasuk di tempat kerja. • Melaksanakan kegiatan TB DOTS
• Menjamin ketersediaan obat anti TB (OAT), reagensia, formulir 9. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut/FKRTL (Rumah Sakit,
pencatatan pelaporan dan sarana pendukung lainnya. Balai Kesehatan Masyarakat (BKKM), Balai Pengobatan dll.)
• Mengumpul, mengolah dan menganalisa data penderita TB • Menerima rujukan spesimen dahak dan terduga TB dalam
dari tempat kerja/perusahaan dan memberikan umpan balik ke menegakkan diagnosa TB dari Unit pelaksana pelayanan TB
tim DOTS tempat kerja/perusahaan atau melalui unit pelayanan DOTS perusahaan.
kesehatan kerja di perusahaan yang bersangkutan. • Menerima rujukan penetapan kasus TB akibat kerja
• Bersama dengan Dinas Tenaga Kerja, melakukan pembinaan, • Menerima rujukan pasien TB untuk penanganan lebih lanjut.
monitoring dan evaluasi pengendalian TB di tempat kerja. • Memberikan umpan balik kepada unit kesehatan di tempat
2. Dinas Tenaga Kerja kerja/perusahaan yang memberikan rujukan.
• Bertanggung jawab terhadap terlaksananya pengendalian TB
di tempat kerja.
• Melaksanakan pembinaan dan pengawasan pengendalian TB
di tempat kerja sebagai bagian dari Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dengan dukungan teknis dari Puskesmas.
• Memberdayakan lembaga/unit K3 (P2K3) dan SDM K3 di tempat
kerja/perusahaan dalam mendukung keberhasilan pengendalian
TB di tempat kerja.
• Mengkoordinir peran asosiasi pengusaha dan serikat
pekerja/buruh atau pihak terkait lainnya dalam pengendalian
TB di tempat kerja.
• Memfasilitasi pengusaha dalam berkontribusi dalam
pengendalian TB di tempat kerja.
• Bersama dengan Dinas Kesehatan, melakukan pembinaan,
monitoring dan evaluasi pengendalian TB di tempat kerja.
3. Pengelola tempat kerja/Perusahaan
• Menyediakan sumber daya dan fasilitas pendukung.
• Memberdayakan dan mengembangkan sumber daya kesehatan
yang ada di tempat kerja/perusahaan.
• Memfasilitasi pembentukan Tim TB DOTS di tempat
kerja/perusahaanya.
15 17
Bagan 1: Alur Penemuan Kasus dan Tatalaksana Pekerja dengan TB dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya. Dalam menegakkan
diagnosis PAK dilakukan dengan 7 (tujuh) langkah diagnosis PAK
Pekerja: yang meliputi:
• Pemeriksaan kesehatan
awal/sebelum bekerja 1. Menentukan diagnosis klinis
• Pemeriksaan berkala / MCU Diagnosis tahap ini dipastikan sebagai Tuberculosis dan atau
• Kunjungan ke
pelayanan kesehatan Tuberkulosis dengan komorbid.
kerja (klinik/RS) 2. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam
perusahaan
• Pelacakan kontak erat pekerjaan
Anamnesis pekerjaan yang lengkap tentang adanya pajanan
mycobacterium tuberculosis dan atau pajanan debu, serat dan
Diluar perusahaan (bekerjasama bahan lain yang dapat memudahkan terjadinya TB.
Klinik perusahaan/ faskes
dengan pihak ke-3)
perusahaan
masalah kesehatannya. Dalam hal ini perlu diberi penjelasan waktu BAB VI
berapa lama diperkirakan belum dapat bekerja dan kapan perlu PENUTUP
dilakukan penilaian laik kerja ulang. Pada pekerja dengan TB pada
pengobatan awal dan hasil pemeriksaan sputum BTA (+).
Dengan tersusunnya Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja ini, maka
4. Tidak Laik Kerja untuk pekerjaan tertentu: Bila kondisi upaya pengendalian TB dengan strategi DOTS dapat dilaksanakan secara
kesehatannya tidak memungkinkan calon pekerja/pekerja melakukan lebih luas, terpadu, berkesinambungan dan sesuai dengan standar yang
tugas tertentu dalam pekerjaannya secara efektif. Perlu diberi berlaku. Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan TB
penjelasan tambahan jenis pekerjaan yang masih bisa dilakukan secara bermutu, terpadu dan semua penderita TB pada tenaga kerja dapat
oleh calon pekerja/pekerja diberikan pelayanan sesuai standar DOTS hingga tuntas.
26 24
• Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2015 ñ 2019 Kementerian Pelaksanaan Pengendalian Program TB di tempat kerja dengan strategi DOTS
Kesehatan RI, 2015 diperlukan pemantauan dan evaluasi. Dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi
• Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Kementerian Kesehatan diperlukan sumber data yang valid dengan sistem pencatatan dan pelaporan
RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yang baik sehingga data yang dikumpulkan, dapat diolah, dianalisis dan mudah
• Occupationally Related Publication on TB Publication, December 2005 diinterpretasikan.
• Guidelines for Work Place, TB Control Activities WHO and Internationa Mekanisme dan tata cara pemantauan dan evaluasi mengacu pada Lampiran
Labour Organization. 2 pedoman in.
• Pedoman Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kementerian
Tenaga Kerja RI
• Pedoman Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Kemeterian Kesehatan,
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olah Rega 2014
• Prosedur Pelacakan Kasus Tuberkulosis pada Tenaga Kerja Indonesia
dan Jemaah Haji, Kementerian Kesehtan RI 2013
30 28
Lampiran 1 tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien
Tata Laksana Pasien Tuberkulosis di Tempat Kerja TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung.
✓ Gejala TB pada anak secara sistemik/umum sebagai
A. Penemuan Pasien Tuberkulosis berikut:
Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui o Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terduga TB, diagnosis, o Demam lama (=2 minggu) dan/atau berulang tanpa
menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB, pengobatan sesuai sebab yang jelas.
dengan standar agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain. o Batuk lama =3 minggu, batuk bersifat non-remitting
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan terduga pasien, (tidak pernah reda atau intensitas semakin lama
diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan.
1. Strategi Penemuan o Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang,
Strategi penemuan kasus TB secara nasional dilakukan melalui: disertai gagal tumbuh (failure to thrive).
a. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok o Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
populasi terdampak TB dan populasi rentan. o Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak
b. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengan sembuh dengan pengobatan baku diare.
kegiatan promosi yang aktif, sehingga semua terduga TB dapat ✓ Gejala klinis TB pada ODHA sering tidak spesifik. Gejala
ditemukan secara dini. klinis pada ODHA yaitu batuk, demam, penurunan BB
c. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan; yang signifikan (>10%), keringat malam dan gejala ekstra
didukung dengan promosi secara aktif oleh petugas kesehatan paru sesuai dengan organ yang terkena, misalkan TB
bersama masyarakat. Pleura, TB Milier, TB Abdomen, dan lain-lain. Apabila
d. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untuk ditemukan salah satu gejala di atas, maka ODHA tersebut
mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan terduga TB.
pengobatan. ✓ Terduga TB resistan obat ( TB-MDR) adalah semua orang
e. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap: yang mempunyai gejala yang memenuhisalah satu kriteria
1) kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit terduga dibawah ini:
TB seperti pada pasien dengan HIV, Diabetes mellitus 1. Pasien TB gagal pengobatan kategori 2
dan malnutrisi. 2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi
2) kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang setelah 3 bulan pengobatan.
berisiko tinggi terjadinya penularan TB, seperti:Lapas/Rutan, 3. Pasien TB yang riwayat pengobatan TB yang tidak
tempat penampungan pengungsi, daerah kumuh, tempat standar serta menggunakan kuinolon dandan obat
kerja, asrama dan panti jompo. injeksi lini kedua minimal selama 1 bulan.
3) Anak dibawah umur lima tahunyang kontak dengan pasien 4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal.
TB.
31 33
• P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, a. Pencatatan dan pelaporan pasien yang tepat
segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan b Penetapan paduan pengobatan yang tepat
sendiri kepada petugas di fasyankes. c Standarisasi proses pengumpulan data untuk pengendalian TB
• S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari d Evaluasi proporsi kasus sesuai lokasi penyakit, hasil pemeriksaan
kedua, saat menyerahkan dahak pagi. bakteriologis dan riwayat pengobatan
b. Pemeriksaan Biakan e Analisis kohort hasil pengobatan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium f Pemantauan kemajuan dan evaluasi efektifitas program TB secara
tuberkulosis (M.tb) dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis tepat baik dalam maupun antar kabupaten / kota, propinsi, nasional
pasti TB pada pasien tertentu, misal: dan global.
• Pasien TB ekstra paru.
• Pasien TB anak. Terduga TB: adalah seseorang yang mempunyai keluhan atau gejala
• Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis klinis mendukung TB.
langsung BTA negatif.
Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yang 1. Definisi Pasien TB:
terpantau mutunya. Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaan
Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tes Bakteriologis:
cepat yang direkomendasikan WHO maka untuk memastikan Adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasil
diagnosis dianjurkan untuk memanfaatkan tes cepat tersebut. pemeriksaan contoh uji biologinya dengan pemeriksaan mikroskopis
langsung, biakan atau tes diagnostik cepat yang direkomendasi oleh
B. Diagnosis Tuberkulosis Kemenkes RI (misalnya: GeneXpert).
Pada Orang Dewasa Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:
a. Diagnosis TB paru: a. Pasien TB paru BTA positif
• Dalam upaya pengendalian TB secara Nasional, maka diagnosis b. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis d. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik
yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung, dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan
biakan dan tes cepat. yang terkena.
• Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif, e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.
maka penegakan diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis Catatan: Semua pasien yang memenuhi definisi tersebut diatas
menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang (setidak- harus dicatat tanpa memandang apakah pengobatan TB sudah
tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan ditetapkan dimulai ataukah belum.
oleh dokter yang telah terlatih TB.
• Pada sarana terbatas penegakan diagnosis secara klinis Pasien TB terdiagnosis secara Klinis:
dilakukan setelah pemberian terapi antibiotika spektrum luas Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara
(Non OAT dan Non kuinolon) yang tidak memberikan perbaikan bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter,
klinis. dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.
35 37
5. Pasien TB pengobatan kategori1yang tetap positif 4) Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resistan
setelah 3 bulan pengobatan obat.
6. Pasien TB kasus kambuh (relaps) kategori 1 dan f. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok
kategori 2. populasi terdampak TB dan populasi rentan.
7. Pasien TB yang kembali lost to follow-up (lalai g. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengan
berobat/default) kegiatan promosi yang aktif, sehingga semua terduga TB dapat
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat ditemukan secara dini.
dengan pasien TB MDR, termasuk dalam hal ini warga h. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan;
binan yang ada di Lapas/Rutan. didukung dengan promosi secara aktif oleh petugas kesehatan
9. Pasien koinfeksi TB-HIV yang tidak respons secara bersama masyarakat.
bakteriologis maupun klinis terhadap pemberian OAT i. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untuk
(bila pada penegakan diagnosis awal tidak mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan
menggunakan GeneXpert). pengobatan.
j. Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi pasien dengan
Secara khusus penemuan pasien TB di tempat kerja gejala dan tanda yang sama dengan gejala TB, seperti
melalui: pendekatan praktis kesehatan paru (Practical Approach to Lung
1) Pemeriksaan kesehatan awal bekerja health =PAL), manajemen terpadu balita sakit (MTBS),
2) Pemeriksaan kesehatan berkala manajemen terpadu dewasa sakit (MTDS) akan membantu
3) Kunjungan ke klinik tempat kerja meningkatkan penemuan pasien TB di faskes, mengurangi
4) Pelacakan kontak terjadinya misopportunity dan sekaligus dapat meningkatkan
mutu layanan.
2. Pemeriksaan dahak k. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung yang memiliki gejala:
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan ✓ Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak
diagnosis,menilai keberhasilan pengobatan danmenentukan selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan
potensi penularan. gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,
dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS): ✓ Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
• S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis
TB datang berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat
saat pulang, terdugapasien membawa sebuah pot dahak prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka
untuk menampung dahak pagi pada hari kedua. setiap orang yang datang ke fasyankes dengan gejala
34 32
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah: • Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan
a. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto serologis.
toraks mendukung TB. • Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis. memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga
c. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring. dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun
underdiagnosis.
Catatan: Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian • Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaan
terkonfirmasi bakteriologis positif (baik sebelum maupun setelah uji tuberkulin.
memulai pengobatan) harus diklasifikasi ulang sebagai pasien TB
terkonfirmasi bakteriologis. b. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Langsung:
• Untuk kepentingan diagnosis dengan cara pemeriksaan dahak
2. Klasifikasi pasien TB: secara mikroskopis langsung, terduga pasien TB diperiksa
Selain dari pengelompokan pasien sesuai definisi tersebut datas, pasien contoh uji dahak SPS (Sewaktu - Pagi - Sewaktu):
juga diklasifikasikan menurut : • Ditetapkan sebagai pasien TB apabila minimal 1 (satu) dari
a. Lokasi anatomi dari penyakit pemeriksaan contoh uji dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. Riwayat pengobatan sebelumnya c. Diagnosis TB ekstra paru:
c. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat • Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena,
d. Status HIV misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB
pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
1) Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit : limfadenitis TB serta deformitas tulang belakang (gibbus) pada
Tuberkulosis paru : spondilitis TBdan lain-lainnya.
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB • Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan dengan
dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologisdari
jaringan paru. contoh uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena.
Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau • Dilakukan pemeriksaan bakteriologis apabila juga ditemukan
efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung keluhan dan gejala yang sesuai, untuk menemukan kemungkinan
TB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru. adanya TB paru.
Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB
ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru. 1. Klasifikasi dan Tipe Pasien TB
Diagnosis TB adalah upaya untuk menegakkan atau menetapkan
Tuberkulosis ekstra paru : seseorang sebagai pasien TB sesuai dengan keluhan dan gejala penyakit
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Selanjutnya untuk
kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak kepentingan pengobatan dan survailan penyakit, pasien harus dibedakan
dan tulang. berdasarkan klasifikasi dan tipe penyakitnya dengan maksud:
38 36
Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil c. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: adalah pasien
pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosisTB
harus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacterium ditetapkan.
tuberculosis.
Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa organ, Catatan:
diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru pada organ Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil
menunjukkan gambaran TB yang terberat. tes HIV pasien, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya
2) Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya: berdasarkan hasil tes HIV terakhir.
a. Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah
mendapatkan pengobatan TB sebelumnyaatau sudah pernah C. Pengobatan Pasien TB
menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (≥ dari 28 dosis). 1. Tujuan Pengobatan TB adalah:
b. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang a. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta
sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih kualitas hidup
(≥ dari 28 dosis). b. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak
Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil buruk selanjutnya
pengobatan TB terakhir, yaitu: c. Mencegah terjadinya kekambuhan TB
• Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan d. Menurunkan penularan TB
sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis e. Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat
TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis
(baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi). 2. Prinsip Pengobatan TB:
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) adalah komponen terpenting dalam
pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya
pengobatan terakhir. paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat TB.
(lost to follow-up): adalah pasien yang pernah diobati Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
dan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnya • Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
/default). resistensi
• Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun • Diberikan dalam dosis yang tepat
hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui. • Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
c. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak (Pengawas Menelan Obat ) sampai selesai pengobatan
diketahui. • Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
3) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
obat kekambuhan
39 41
43 45
3. Tahapan Pengobatan TB: Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan uji dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat
tahap lanjutan dengan maksud: berupa :
a. Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan • Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis
pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuksecara OAT lini pertama saja
efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien • Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis
dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan bersamaan
pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, • Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid
harus diberikan selama (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang
dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat
sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golongan
menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
b. Tahap Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
yang penting untuk membunuh sisa sisa kuman yang masih
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin
ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien
dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi
dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
a. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai rekomendasi (konvensional).
WHO dan ISTC) ( ππ )
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional 4) Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV
Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah: a. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi
• Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3. TB/HIV): adalah pasien TB dengan:
• Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. • Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan
• Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR ART,atau
• Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan • Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.
obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin,
Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, b. Pasien TB dengan HIV negatif: adalah pasien TB
Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid dengan:
and etambutol. • Hasil tes HIV negatif sebelumnya,atau
• Hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB.
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini Catatan:
terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya Apabila pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIV
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam menjadi positif, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya
satu paket untuk satu pasien.
sebagai pasien TB dengan HIV positif.
42 40
46 44
2) Hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif : Keterangan :
• Lakukan penilaian jadwal keteraturanmenelan obat. (====) : Pengobatan tahap awal
• Status pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR, (-------) : Pengobatan tahap lanjutan
segera tindaklanjuti sebagai terduga pasien TB MDR. X : Pemeriksaan dahak ulang pada minggu terakhir bulan pengobatan
• Berikan dosis tahap lanjutan (tanpa memberikan OAT untuk memantau hasil pengobatan
sisipan) ( X ) : Pemeriksaan dahak ulang pada bulan ini dilakukan hanya apabila
• Pengobatan dilanjutkan dan periksa ulang dahak pada hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal hasilnya BTA(+)
akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5). * : Lakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasilnya
menunjukkan ada resistensi, pasien dinyatakan GAGAL, rujuk
3) Hasil pemeriksaan pada akhir bulan ke 5 atau lebih : ke fasyankes rujukan TB resistan obat
• Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif, ** : Pasien dinyatakan gagal. Lakukan pemeriksaan biakan dan uji
lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis pengobatan kepekaan. Jika hasilnya menunjukkan ada resistensi, rujuk ke
selesai diberikan. fasyankes rujukan TB resistan obat.
• Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif,
pengobatan dinyatakan gagal.
• Status pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR,
segera tindaklanjuti sebagai terduga pasien TB MDR. Pasien TB ekstra paru
• Untuk pasien baru yang pengobatan dinyatakan gagal dan Untuk pasien TB ekstra paru, pemantauan kondisi klinis merupakan cara
tidak terbukti TB MDR ganti pengobatan dengan kategori menilai kemajuan hasil pengobatan (Standar 10. ISTC). Sebagaimana
2. pada pasien TB BTA negatif, perbaikan kondisi klinis antara lain
• Untuk pasien TB dengan pengobatan ulang yang peningkatan berat badan pasien merupakan indikator yang bermanfaat.
dinyatakan gagal harus dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB
MDR. b. Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
47 49
Sementara menunggu hasil pemeriksaan uji kepekaan pasien tidak diberikan pengobatan paduan
Dosis pengobatan sebelumnya > 1 Berikan pengobatan Kat. 2 mulai dari
a) Petugas kesehatan
b) Leader/ teman sekerja/ supervisor
c) Anggota keluarga
3) Tugas seorang PMO
pemeriksaan lebih lanjut
awal
awal
bln
bln
OAT.
dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari
kemungkinan tertular TB.
***
**
*
51 53
atau
Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa sampai seluruh dosis pengobatan
BTA positif
dinyatakan
Lakukan pemeriksaan tes cepat atau dirujuk ke
hasilnya
2. belum ada perbaikan nyata: lanjutkanpengobatan dosis yang tersisa
apabila
(-------)
diobservasi. Apabila kemudian terjadi perburukan kondisi klinis, pasien
Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa sampai
gagal
• Diskusikan dengan Apabila hasilnya BTA negatif atau 1. sudah ada perbaikan nyata: hentikan pengobatan dan pasien tetap
**,
8
X
2.Berikan Kategori 2 mulai dari awal **
seluruh dosis pengobatan terpenuhi*
(====)
1.Lakukan pemeriksaan tes cepat
7
RS Pusat Rujukan TB MDR ***
BTA positif
dinyatakan
BTA positif
dinyatakan
hasilnya
hasilnya
sampai seluruh dosis pengobatan terpenuhi *
apabila
apabila
(-------)
(-------)
(====)
Tindakan kedua
gagal
gagal
Tindakan pada pasien yang putus berobat selama kurang dari 1 bulan
**,
**,
Kategori 1
X
terpenuhi*
Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1 - 2 bulan
• Kategori 1 :
• Kategori 2 :
BTA positif
dinyatakan
BTA positif
dinyatakan
BTA positif
dinyatakan
diminta untuk periksa kembali
hasilnya
hasilnya
hasilnya
Tabel 9. Pemeriksaan dahak ulang untuk pemantauan hasil pengobatan
apabila
apabila
apabila
BULAN PENGOBATAN
(-------)
(-------)
(-------)
gagal
gagal
gagal
kondisi klinis pasien, apabila:
**,
**,
**,
X
X
5
• Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa sampai seluruh dosis pengobatan terpenuhi *
sebelumnya ≤ 5
sebelumnya ≥ 5
pengobatan
pengobatan
(-------)
(-------)
(-------)
Total dosis
Total dosis
bulan
bulan
4
• Diskusikan dengan pasien untuk mencari faktor penyebab putus berobat
pengobatan dan
pengobatan dan
pengobatan dan
apabila hasilnya
apabila hasilnya
apabila hasilnya
pada bulan ke 5
pada bulan ke 5
pada bulan ke 5
periksa kembali
periksa kembali
periksa kembali
BTA positif *,
BTA positif *,
BTA positif *,
Tabel 10. Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
lanjutkan
lanjutkan
lanjutkan
(-------)
(-------)
(-------)
(X)
(X)
(X)
Apabila salah satu atau lebih hasilnya
• Diskusikan dengan pada awal pengobatan adalah pasien
SPS dan atau tes Apabila salah satu atau lebih hasilnya
3
Apabila hasilnya BTA negatif atau
TB ekstra paru
BTA positif
hasilnya BTA
hasilnya BTA
pada bulan
pada bulan
kembali
kembali
apabila
periksa
apabila
periksa
(====)
(====)
positif,
positif,
(====)
ke 3
ke 3
Tindakan pertama
X
2
• Dilakukan pelacakan pasien
(====)
(====)
(====)
1
penyebab putus
penyebab putus
PENGOBATAN
2(HRZE)/4(HR)
2(HRZE)/4(HR)
mencari faktor
• Periksa dahak
mencari faktor
• Periksa dahak
• Lacak pasien
KATEGORI
• Lacak pasien
pasien untuk
pasien untuk
pengobatan
Pasien baru
Pasien baru
BTA negatif
melanjutkan
pengobatan
BTA positif
BTA positif
sementara
menunggu
2(HRZE)S
SPS dan
5(HR)3E3
hasilnya
/(HRZE)/
berobat
berobat
Pasien
ulang
3
3
50 48
Pemberian Piridoksin 50 mg/hari dianjurkan pada ibu hamil yang Hasil Definisi
mendapatkan pengobatan TB, sedangkan pemberian vitamin K pengobatan
10mg/hari juga dianjurkan apabila Rifampisin digunakan pada Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif
Sembuh pada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis
trimester 3 kehamilan menjelang partus. pada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu
pemeriksaan sebelumnya.
2) Ibu menyusui dan bayinya Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara
Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda Pengobatan lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir
lengkap pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil
dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk
pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderitaTB harus Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
mendapat paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kumanTB kepada pengobatan atau kapan saja apabila selama dalam
Gagal pengobatan diperoleh hasil laboratorium yang menunjukkan
bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat adanya resistensi OAT
terus diberikan ASI. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya. memulai atau sedang dalam pengobatan.
Putus berobat Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang
3) Pasien TB pengguna kontrasepsi (loss to follow-up) pengobatannya terputus selama 2 bulan terus menerus atau
lebih.
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.
KB, susuk KB) sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi Termasuk dalam kriteria ini adalah “pasien pindah (transfer
tersebut. Seorang pasienTB sebaiknya mengggunakan kontrasepsi out)” ke kabupaten/kota lain dimana hasil akhir
Tidak dievaluasi pengobatannya tidak diketahui oleh kabupaten/kota yang
non-hormonal.
ditinggalkan.
54 52
Reaksi hepatotoksis terhadap OAT umumnya terjadi pada a) Meningitis TB dengan gangguan kesadaran dan dampak
pasien dengan kondisi tersebut diatas sehingga harus neurologis
diwaspadai. b) TB milier dengan atau tanpa meningitis
c) Efusi pleura dengan gangguan pernafasan berat atau efusi
c) Hepatitis Kronis pericardial
Pada pasien dengan kecurigaan mempunyai penyakit hati d) Laringitis dengan obstruksi saluran nafas bagian atas, TB
kronis, pemeriksaan fungsi hati harus dilakukan sebelum saluran kencing
memulai pengobatan. Apabila hasil pemeriksaan fungsi hati >3
( untuk mencegah penyempitan ureter ), pembesaran kelenjar
x normal sebelum memulai pengobatan, paduan OAT berikut
getah bening dengan penekanan pada bronkus atau pembuluh
ini dapat dipertimbangkan:
darah.
• 2 obat yang hepatotoksik
✓ 2 HRSE / 6 HR e) Hipersensitivitas berat terhadap OAT.
9 HRE f) IRIS ( Immune Response Inflammatory Syndrome )
• 1 obat yang hepatotoksik
✓ 2 HES / 10 HE Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid tergantung dari berat
• Tanpa obat yang hepatotoksik dan ringannya keluhan serta respon klinis.
✓ 18-24 SE ditambah salah satu golongan fluorokuinolon Predinisolon (per oral):
(ciprofloxasin tidak direkomendasikan karena • Anak: 2 mg / kg BB, sekali sehari pada pagi hari
potensimya sangat lemah). • Dewasa: 30 - 60 mg, sekali sehari pada pagi hari
Apabila pengobatan diberikan sampai atau lebih dari 4 minggu, dosis
Semakin berat atau tidak stabil penyakit hati yang diderita harus diturunkan secara bertahap (tappering off).
pasien TB, harus menggunakan semakin sedikit OAT yang
hepatotoksik. 8) Indikasi operasi
✓ Konsultasi dengan seorang dokter spesialis sangat Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi (misalnya
dianjurkan,
reseksi paru), adalah:
✓ Pemantauan klinis dan LFT harus selalu dilakukan dengan
a) Untuk TB paru:
seksama,
• Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan
✓ Pada panduan OAT dengan penggunaan etambutol lebih
cara konservatif.
dari 2 bulan diperlukan evaluasi gangguan penglihatan.
• Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang
5) Pasien TB dengan gangguan fungsi ginjal tidak dapat diatasi secara konservatif.
Paduan OAT yang dianjurkan adalah pada pasien TB dengan gagal • Pasien TB MDR dengan kelainan paru yang terlokalisir.
ginjal atau gangguan fungsi ginjal yang berat: 2 HRZE/4 HR. b) Untuk TB ekstra paru:
H dan R diekskresi melalui empedu sehingga tidak perlu dilakukan Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien TB
perubahan dosis. Dosis Z dan E harus disesuaikan karena diekskresi tulang yang disertai kelainan neurologik.
melalui ginjal. Dosis pemberian 3 x /minggu bagi Z : 25 mg/kg BB
dan E : 15 mg/kg BB. 6. Efek samping OAT dan penatalaksanaannya
55 57
* Penatalaksanaan pasien dengan efek samping pada kulit ( ≤6) Apabila R sebagai penyebab, dianjurkan pemberian: 2HES/10HE.
Apabila pasien mengeluh gatal tanpa rash dan tidak ada penyebab lain, Apabila H sebagai penyebab, dapat diberikan : 6-9 RZE.
dianjurkan untuk memberikan pengobatan simtomatis dengan antihistamin Apabila Z dihentikan sebelum pasien menyelesaikan pengobatan tahap
serta pelembab kulit. Pengobatan TB tetap dapat dilanjutkan dengan awal, total lama pengobatan dengan H dan R dapat diberikan sampai 9
pengawasan ketat. Apabila kemudian terjadi rash, semua OAT harus dihentikan bulan.
dan segera rujuk kepada dokter atau fasyankes rujukan. Mengingat perlunya Apabila H maupun R tidak dapat diberikan, paduan pengobatan OAT
melanjutkan pengobatan TB hingga selesai, di fasyankes rujukan dapat non hepatotoksik terdiri dari : S, E dan salah satu dari golongan kuinolon
dilakukan upaya mengetahui OAT mana yang menyebabkan terjadinya reaksi harus dilanjutkan sampai 18-24 bulan.
dikulit dengan cara “Drug Challengin”: 8. Apabila gangguan fungsi hati dan ikterus terjadi pada saat pengobatan
tahap awal dengan H,R,Z,E (paduan Kategori 1), setelah gangguan fungsi
• Setelah reaksi dapat diatasi, OAT diberikan kembali secara bertahap hati dapat diatasi, berikan kembali pengobatan yang sama namun Z
satu persatu dimulai dengan OAT yang kecil kemungkinannya dapat digantikan dengan S untuk menyelesaikan 2 bulan tahap awal diikuti
menimbulkan reaksi ( H atau R ) pada dosis rendah misal 50 mg Isoniazid. dengan pemberian H dan R selama 6 bulan tahap lanjutan.
• Dosis OAT tersebut ditingkatkan secara bertahap dalam waktu 3 hari.
Apabila tidak timbul reaksi, prosedur ini dilakukan kembali dengan Apabila gangguan fungsi hati dan ikterus terjadi pada saat pengobatan tahap
menambahkan 1 macam OAT lagi. lanjutan (paduan Kategori 1), setelah gangguan fungsi hati dapat diatasi,mulailah
• Jika muncul reaksi setelah pemberian OAT tertentu, menunjukkan bahwa kembali pemberian H dan R selama 4 bulan lengkap tahap lanjutan.
OAT yang diberikan tersebut adalah penyebab terjadinya reaksi pada
kulit tersebut.
• Apabila telah diketahui OAT penyebab reaksi dikulit tersebut, pengobatan
dapat dilanjutkan tanpa OAT penyebab tersebut.
OAT lini pertama yang dapat memberikan gangguan fungsi hati adalah : H,
R dan Z. Sebagai tambahan, Rifampisin dapat menimbulkan ikterus tanpa
ada bukti gangguan fungsi hati. Penting untuk memastikan kemungkinan
adanya faktor penyebab lain sebelum menyatakan gangguan fungsi hati yang
terjadi disebabkan oleh karena paduan OAT.
62 60
3) Angka Konversi (Conversion Rate)
Kementerian Kesehatan Kementerian Tenagakerja
dan Transmigrasi Sumber Data TB. 01, 03 UPK,
Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yg
Numerator hasil pemeriksaan BTA akhir pengobatan pada tahap awal
negatif (TB.03)
Dinas kesehatan Dinas ketenagakerjaan
Denominator Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yg
Provinsi Provinsi diobati (TB.03)
Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis
TB 07,11,08
Rekap kegiatan P2 TB di yang hasil pemeriksaan BTA akhir pengobatan
tempat kerja
Rumus tahap awal negatif (TB 01, 03)
x100%
Jumlah seluruh kasus terkonfirmasi bakteriologis
Dinas kesehatan Dinas ketenagakerjaan
yang diobati TB (TB.01, 03)
Kabupaten/kota Kabupaten/kota
1) Menilai kualitas pelayanan pengobatan di Fasilitas
Manfaat Kesehatan
Rekap kegiatan P2 TB di 2) Indikatorinidapatdigunakanuntukmenilai PMO.
tempat kerja
3) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.
TB.03
Puskesmas
Fasilitas Kesehatan 4) Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate)
perusahaan Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan
prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan
2. Indikator : pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara
Untuk mengukur kemajuan program (marker of progress).atau keberhasilan pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
program pengendalian TB digunakan beberapa indikator,
yaitu: Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka
kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
1) Indikator Penemuan :
• Proporsi pasien baru TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis Cara perhitungan untuk pasien baru BTA positif dengan pengobatan
diantara terduga TB. kategori1.
• Proporsi pasien TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis diantara
semua pasien TB paru yang diobati/ tercatat. Rumus
67 69
Sumber Data TB. 01, 03 UPK, 1) Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis
diantara terduga TB
Numerator Jumlah pasien TB yang diobati sampai pengobatan lengkap
(TB.03)
Sumber Data TB. 01, 03 UPK, 04 dan 06
Denominator Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang
diobati (TB.03) Numerator Jumlah kasus baru TB Paru terkonfirmasi Bakteriologis (TB.04)
Denominator JumlahseluruhTerduga TB (TB.06)
Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis
yang sembuh Jumlah kasus terkonfirmasi bakteriologis
Rumus x100% Rumus x100%
Jumlah seluruh kasus terkonfirmasi bakteriologis Jumlah seluruh kasus terduga TB
yang diobati TB (TB.01, 03)
1) Menilai kualitas dari penemuan sampai diagnosis pasien
1) Menilaikualitaspelayanan pengobatan di Fasilitas Manfaat 2) Indikator ini dapat digunakan untuk menilai kepekaan
Kesehatan. menetapkan kriteria terduga TB
Manfaat 2) Indikator ini dapat digunakan untuk menilai PMO.
3) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.
4) Menilai keberhasilan Program TB. 2) Proporsi Pasien TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara semua
5) Mengetahui pasien yang kebal obat.
pasien TB paru tercatat atau diobati
Sumber Data TB. 01, 03 UPK, 04 dan 06
Jumlah pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
5) Angka kesembuhan (Cure Rate) Numerator
(BTA+)(TB 01, TB03 UPK)
Sumber Data TB. 01, 03 UPK, Denominator Jumlah seluruh pasien TB paru tercatat (bakteriologis dan
Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang klinis) (TB 03 UPK)
Numerator
diobati sampai sembuh (TB.03)
Jumlah pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA+)
Rumus x100%
Denominator Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang Jumlah seluruh pasienTB paru
diobati (TB.03) (bakteriologis dan klinis) (TB 03 UPK)
Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis 1) Menilai kualitas pelayanan pengobatan di Fasilitas
Rumus yang sembuh Kesehatan.
x100%
Jumlah seluruh kasus terkonfirmasi bakteriologis 2) Indikator ini dapat digunakan untuk menilai pelayanan
yang diobati TB (TB.01, 03) Manfaat pengobatan yang diberikan kepada pasien TB
3) Menggambarkan penemuan pasien TB yang menular di
6) Menilaikualitaspelayananpengobatan di Fasilitas antara seluruh pasien TB yang diobati di tempat kerja
Kesehatan. triwulan dan tahunan
Manfaat 7) Indikatorinidapatdigunakanuntukmenilai PMO.
8) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.
9) Menilai keberhasilan Program TB.
10)Mengetahui pasien yang kebal obat.
66 64
Tindak Lanjut
TB Ekstraparu, Lokasi.............................
Hasil pemeriksaan
b. Tujuan supervisi.
:
:
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Kab/Kota
c. T e m u a n - t e m u a n : k e b e r h a s i l a n d a n k e k u r a n g a n .
Provinsi
TB Paru
Umur
L/P
Terkonfirmasi bakteriologis
Negatif
Pemeriksaan Kontak
Nama PMO
Nama
:
:
Kab/Kota
Pindahan dari :
Tahun
Tipe Diagnosis
Alamat Faskes
Lain-lain
Nama Faskes
Dirujuk oleh:
Positif
berikutnya.
Baru
No.
1
2
3
4
5
bulan
cm
Bukan MTB
• Biopsi jarum halus (FNAB):Tanggal __/__/____ Hasil: .................
...............................................................................................................
Lampiran 3
*) Tulislah 1+, 2+, 3+, scanty, atau Neg sesuai hasil pemeriksaan dahak
No.Telp/HP
Tes Cepat
Formulir - Formulir TB
Hasil Pemeriksaan Contoh Uji (Sesuai dengan TB.05)
Tinggi badan :
MTB
TB.06, TB.05, TB.04, TB.01, TB.02, TB.03, TB.09, TB.10, TB.13 (Terlampir)
Inj. Insulin
Tidak Hamil
Negatif
Biakan
Tidak
Umur :
PENANGGULANGAN TB NASIONAL
Ada
BTA*)
kg
P
Hamil
Positif
OHO
Kesan:..................................
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Ya
No.Reg Lab
L
Tidak ada
:
:
:
:
:
:
:
:
Pemeriksaan Lain-lain
Jika wanita usia subur
:
Kependudukan (NIK)
Kegiatan TB DM
Tanggal
Nama Pasien TB
Alamat Lengkap
Hasil Tes DM
Riwayat DM
Jenis Kelamin
Tanggal lahir
Nomor Induk
Terapi DM
Berat badan
Parut BCG :
Bulan
ke
0
2
3
5
6
8
70 68
Paduan OAT : Kategori-1 Kategori-2 Kategori anak Sumber Obat : Program TB Bayar sendiri
PENANGGULANGAN TB NASIONAL TB.04
Bentuk OAT: KDT Kombipak/Obat lepas Asuransi Lain-lain
INDONESIA/2015
.................... ....................
REGISTER LABORATORIUM TB I. TAHAP AWAL : *)
UNTUK LABORATORIUM FASKES MIKROSKOPIS DAN TES CEPAT Diagnosis Follow Up Total
KDT : Tablet No. Batch Streptomisin**) mg/hari No. Batch
Nama Laboratorium Pemeriksa : ............................................................ TB Sensitif Jumlah Sediaan Positif *)
Kabupaten/ Kota : ............................................................ Jumlah Sediaan Scanty *) Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah BB (kg)
Provinsi : ............................................................ TB RO Jumlah Sediaan Negatif *)
Tahun : ............................................................ (beri tanda rumput) *direkap per lembar
75
71
***) Berilah tanda jika pasien datang mengambil obat dan menelan obat di depan petugas kesehatan
Berilah tanda “garis lurus putus-putus sesuai tanggal minum obat” jika obat dibawa pulang dan ditelan sendiri di rumah
****) Diisi untuk OAT kategori-2
Catatan (baca petunjuk pengisian): Rujukan/ Pindah Pasien TB Layanan Tes dan Konseling HIV Selama
* Pindah Pengobatan Pengobatan TB
Nama Faskes Tujuan ....................................
Tanggal dianjurkan Hasil Tes*
Kab/ Kota ....................................................... Tgl. Tes
Tes (R/I/NR)
Provinsi .........................................................
Keterangan :
* Pindah Register Pasien TB RO
(1) Nomor Reg. Lab: : (2) No. Identitas contoh uji: Tulis (10) Alasan pemeriksaan diisi dengan: (12,13,14) Hasil Pemeriksaan Mikroskopis diisi dengan: (16) Hasil Pemeriksaan Tes Cepat Xpert diisi dengan:
Tulis nomor register Lab. dengan 4 digit, sesuai dengan formulir TB.05 0 untuk diagnosis Tulis Neg: Tidak ditemukan BTA dalam 100 LP Neg: MTB NOT DETECTED
Hasil Akhir Pengobatan No. Register TB RO .......................................
mulai dengan 0001 pada setiap 2 atau 3 untuk akhir tahap awal (Tulis tanggal dalam kotak yang sesuai)
Tulis Jumlah BTA: ditemukan 1-9 BTA dalam 100 LP Rif Sen: MTB DETECTED, RIF RESISTANCE NOT DETECTED
permulaan tahun dan tulis berurutan 5 untuk bulan kelima Tulis 1+: ditemukan 10-99 BTA dalam 100 LP Rif Res: MTB DETECTED, RIF RESISTANCE DETECTED Pengobatan *Hasil Tes ditulis dengan kode: R= Reaktif, I=
berdasarkan tanggal pemeriksaan. 6 atau 8 untuk akhir pengobatan Sembuh Gagal
Tulis 2+: ditemukan 1-10 BTA dalam 1 LP (periksa min 50 LP) Rif Indet: MTB DETECTED, RIF RESISTANCE INDETERMINATED Lengkap Indeterminate, NR= Non Reaktif
Tulis 3+: ditemukan = 10 BTA dalam 1 LP (periksa min 20 LP) INVALID: Invalid
Layanan PDP (Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan)
Tulis TD: tidak dilakukan ERROR : Error
NO RESULT: No Result Putus Berobat (Lost to
Meninggal Tidak dievaluasi Nama Faskes PDP No. Reg. Nasional PPK (Ya/Tidak) ART (Ya/Tidak)
follow up)
* Formulir ini digunakan oleh laboratorium yang memiliki kemampuan melakukan pemeriksaan mikroskopis TB atau laboratorium yang
melakukan mikroskopis TB dan Gen Xpert. Misalnya Puskesmas dan Rumah Sakit yang memiliki alat Gen Xpert.
Sembuh
Provinsi : ............................................................ Bulan .................................. Tahun ..............
5. Tanggal:
4. Tanggal:
3. Tanggal:
2. Tanggal:
1. Tanggal:
Tanggal
Lengkap
Pengobatan
Gagal
Tanggal Perjanjian untuk Periksa Ulang Dahak
77
73
Harap datang untuk pemeriksaan dahak ulang pada:
Tanggal Perjanjian
Meninggal
diberikan
Jumlah OAT yang
Keterangan
(2) No Identitas Sediaan Dahak : Sesuai formulir TB 05 (Kode Kab/Kode Faskes/No Urut) (10) Lokasi Anatomi Penyakit : Tulis P: untuk paru, Tulis EP: untuk ekstraparu (14) Riwayat Diabetes Melitus: (23) Penulisan Hasil Xpert MTB/Rif (25) Penulisan Hasil Biakan
o Kelompok angka pertama terdiri dari 2 angka yang merupakan kode kab/kota, misalnya 02. (11) Total Skoring TB Anak : Tulis total skoring untuk pasien TB Anak antar 0 s.d 13 Tulis Ya=Penyandang DM, Tulis Neg: MTB NOT DETECTED Tulis Neg: Tidak ada koloni yang tumbuh
o Kelompok angka kedua terdiri dari 5 angka: Tulis Tidak=Bukan penyandang DM Tulis Rif Sen: MTB DETECTED, RIF RESISTANCE NOT DETECTED Tulis Jumlah Koloni: Jumlah koloni 1-19
- 3 angka pertama merupakan kode Faskes, misalnya 015. (12) Penulisan Hasil Pemeriksaan Foto Toraks Tulis Rif Res: MTB DETECTED, RIF RESISTANCE DETECTED Tulis 1+ : 20-100 koloni
- 2 angka berikutnya merupakan nomor urut Poli di RS. Untuk Faskes yang penjaringan terduga TB hanya di satu Poli, menuliskan 00. Tulis TDL jika pemeriksaan Tidak dilakukan (19,20,21) Penulisan Hasil Mikroskopis (A,B,C) Tulis Rif Indet: MTB DETECTED, RIF RESISTANCE INDETERMINATED Tulis 2+: >100-200 koloni
Mengambil Obat, Konsultasi Dokter, Periksa Ulang Dahak
Putus Berobat
(seminggu sebelum akhir bulan ke:
(seminggu sebelum akhir bulan ke:
(seminggu sebelum akhir bulan ke:
(seminggu sebelum akhir bulan ke:
(seminggu sebelum akhir bulan ke:
o Kelompok angka ketiga terdiri dari 4 angka yang merupakan no urut sesuai TB.06 dan ditambahkan kode huruf ABC sesuai dengan pedoman Tulis Pos jika hasil pemeriksaan Positif kesan TB Tulis Neg: Tidak ditemukan BTA dalam 100 LP Tulis INVALID: Invalid Tulis 3+: >200-500 koloni
(Lost to follow up)
nasional, misalnya 0101A Tulis Neg jika hasil pemeriksaan tidak ada kesan TB Tulis Jumlah BTA: ditemukan 1-9 BTA dalam 100 LP Tulis ERROR: Error Tulsi 4+: > 500 koloni
Tulis 1+: ditemukan 10-99 BTA dalam 100 LP Tulis NO RESULT: No Result Tulis NTM: Apabila ditemukan kuman Non Tuberculosis
(4) NIK : Nomor Identitas Kependudukan sesuai dengan KTP (13) Status HIV diisi dengan: Tulis 2+: ditemukan 1-10 BTA dalam 1 LP (periksa min 50 LP) Tulis Kontaminasi: Apabila terjadi kontaminasi
(7) Jenis Kelamin : Tulis "L" untuk jenis kelamin Laki-laki, dan "P" untuk jenis kelamin perempuan Tulis Pos: untuk hasil tes HIV positif Tulis 3+: ditemukan = 10 BTA dalam 1 LP (periksa min 20 LP)
Tulis Neg: untuk hasil tes HIV negatif Tulis TD: tidak dilakukan
Tidak
dievaluasi
Bila kartu ini sudah penuh dapat diganti dengan kartu baru
Tanggal harus kembali
PENANGGULANGAN TB NASIONAL TB.02
INDONESIA/2015
Keterangan
TB.03 FASKES
INDONESIA/2015
38
Dipindah ke
(33,34) Layanan PDP (35) DM diisi dengan: (36) Terapi DM diisi (37) Dipindah ke TB.03 RO diisi
Tulis Ya: jika pasien tes DM positif minum obat oral terdiagnosis sebagai pasien TB
Terapi DM TB.03 RO
36
TAHUN
Kegiatan TB-DM
mendapat PPK/ART Tulis Tidak: jika tidak Tulis Inj. Insulin: jika RO.
Tulis Tidak: jika memiliki riwayat DM mendapat suntikan
DM
35
34
Layanan PDP
diisi dengan:
33
pasien tidak
Kependudukan
Kolaborasi Kegiatan TB-HIV
Hasil Akhir Pengobatan
(NIK)
32
31
No. Telp/ HP :
30
Hasil
28
26
25
23
Akhir Bulan ke 2 Akhir Bulan ke 3
Tulis TDL: untuk tidak dilakukan pemeriksaan Tulis jumlah koloni: untuk jumlah
Tulis Neg: tidak ada koloni yang
(17,21,23,25,27) Hasil BTA diisi dengan: (18) Hasil Biakan diisi dengan:
No
22
Tuberkulosis
kontaminasi
koloni 1-19
Mikrosk
Hasil
tumbuh
21
20
No
19
18
Hasil
Mikroskopis
17
16
dengan:
15
P2TB
Lokasi
Klasifikasi Berdasarkan Berdasarkan Skoring TB Tanggal Mulai
13
anak
(12) Klasifikasi Berdasarkan Status
Sebelumnya Didiagnosis
HIV
Klasifikasi Klasifikasi
PENGOBATAN SEBELUMNYA
Berdasarkan Riwayat
11
Kambuh Lain-lain
Tidak Diketahui
Dirujuk Oleh
Sebelumnya:
8
diketahui
(9) Tipe Diagnosis TB diisi dengan:
Tulis AM/K: untuk Anggota Masyarakat/Kader Tulis TK: untuk terdiagnosis klinis
7
INGAT:
Nama Pasien
1. Peliharalah kartu anda dan bawa selalu bila datang ke Fasilitas kesehatan.
Tulis P: untuk jenis kelamin perempuan
3
2. Anda dapat sembuh jika mengikuti aturan pengobatan dengan menelan obat secara
:
:
:
Registrasi Registrasi TB
teratur.
Faskes Kab/Kota
No.
2
Nama Kab/ Kota
Nama Provinsi
No.
74 72
Alamat lengkap : No. Identitas Sediaan (sesuai Daftar Terduga di TB.06 / TB 06 RO) Alasan Pemeriksaan :
......./.........../.........../.......... Diagnosis TB Diagnosis TB RO
Tgl. Pengambilan contoh uji : Pemantauan Kemajuan pengobatan :
No Reg TB Kab/Kota : Tanggal pengiriman contoh uji : Bulan ke :
Tanda tangan pengambil contoh uji : Pemeriksaan ulang pasca pengobatan :
Tanggal Bulan Tahun
Bulan ke :
Tanggal mulai berobat :
Jenis & Jumlah Pemeriksaan Lokasi Anatomi
BTA x..................................... Paru No.Reg.TB/TB RO Faskes :
Klasifikasi Pasien Berdasarkan Riwayat Tes cepat GX......................... Ekstraparu No.Reg.TB/TB RO Kab/ Kota :
Paduan OAT: Pengobatan Sebelumnya : Tes Cepat LPA...................... Lokasi :
Biakan x ................................
Kategori 1 Pasien baru TB
Uji Kepekaan Lini 1.................
Kategori 2 Pasien kambuh Uji Kepekaan Lini 2................ Secara visual dahak tampak (berilah v pada kotak)
Nanah lendir Bercak darah Air liur
Kategori Anak Pasien diobati setelah gagal Contoh Uji Sewaktu / Pagi
Dahak Sewaktu / Pagi
Pasien diobati setelah putus berobat (lost to follow up)
Lainnya ................................. Sewaktu / Pagi
Bentuk OAT:
Lain-lain
...................................................20.............
KDT Kombipak/ Obat Lepas Riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui
Jumlah dosis (obat) yang sudah ditelan: Jumlah dosis (obat) yang dibawakan: (........................................................)
Tahap awal dosis Tahap awal dosis Nama jelas dokter pengirim
Pemeriksaan ulang dahak terakhir: Contoh Uji*) Tanggal Hasil Hasil Pemeriksaan Mikroskopis (BTA/lainnya)**)
HARUS DIISI DAN DIKEMBALIKAN KE FASKES PENGIRIM: 4+ 3+ 2+ 1+ 1-19***) Neg NTM****) Kontaminasi
Sewaktu/Pagi
Nama pasien : No Reg TB Kab/Kota:
Contoh Uji*) Tanggal Hasil Hasil Uji Kepekaan*****)
Jenis Kelamin : L P Umur thn H R E S Km Amk Ofx
Tgl Bln Tahun Sewaktu/Pagi
78 76
PENANGGULANGAN TB NASIONAL TB.13 KAB/KOTA
• Jumlah posisi yang akan dikembangkan disesuaikan dengan rencana pengembangan pelibatan Fasyankes dan standar ketenagaan
INDONESIA/2015
• Petugas TB Faskes hanya mengisi baris sesuai dengan tipe Faskes. Contoh: untuk Puskesmas hanya mengisi bagian Puskesmas
LAPORAN TRIWULAN PENERIMAAN DAN PEMAKAIAN OAT KABUPATEN/KOTA
Kabupaten/Kota : .............................................. Triwulan : ............... Tahun ................
Bentuk OAT : KDT dan Kombipak Bulan : ............... s/d ....................
OAT KDT OAT KOMBIPAK
NO URAIAN KATEGORI KATEGORI 1 KATEGORI
KATEGORI 1 KATEGORI 2 ANAK ANAK
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Daluarsa Daluarsa Daluarsa Daluarsa Daluarsa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
(13) (14)
1 Stok pada hari
pertama triwulan
(Stok Awal)
• Jumlah kebutuhan posisi staf disesuaikan dengan standar yang ada pada buku pedoman.
2 Jumlah diterima
dalam triwulan
3 Jumlah dipakai/
dikirim ke faskes
(dalam triwulan)
4
Stok pada hari
terakhir triwulan
(Stok akhir)
Total Stok Akhir
Rusak
Hilang
dapat digunakan
Petugas Laboratorium
Petugas Laboratorium
Dokter Spesialis Anak
Petugas Farmasi
Petugas Farmasi
Petugas Farmasi
Kategori 1 Kategori 1
Dokter Umum
Dokter Umum
Dokter Umum
Dokter Umum
Kategori 2 Kategori 2
Keterangan:
Kategori Anak Kategori Anak
KLINIK
Mengetahui: Yang membuat laporan:
(............................................) (.....................................................)
79 81
PENANGGULANGAN TB NASIONAL TB.14 FASKES
INDONESIA/2015
Petugas Laboratorium
Petugas Farmasi
Petugas Pustu
TAHUN 2015
RUMAH SAKIT PEMERINTAH
Dokter Umum
PANDUAN BERSAMA
Dokter Spesialis Paru
Dokter Spesialis Anak
Dokter Sp. Penyakit Dalam
DI TEMPAT KERJA
Dokter Spesialis lainnya
Petugas TB(perawat dll)
Petugas Laboratorium
Petugas Farmasi
RUMAH SAKIT SWASTA
MA
Dokter Umum
KAR
Dokter Spesialias Paru
Dokter Spesial Anak
TI KARYA MUKTITAM Dokter Sp.Penyakit Dalam
A
Dokter Spesialis lainnya
Petugas TB(perawat dll)
Petugas Laboratorium
PANDUAN BERSAMA
KEMENTERIAN KESEHATAN DAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
TAHUN 2015
TI KARYA MUKTITAM
KAR A
MA
PANDUAN BERSAMA
KEMENTERIAN KESEHATAN DAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
TAHUN 2015