Você está na página 1de 9

1) Jenis Abortus, Macam Abortus, Tanda dan Gejala

2.2.1 Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan ± 20% dari semua abortus.
Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :
a. Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru mengancam dan ada harapan
untuk mempertahankan.
Tanda dan Gejala :
1.Perdarahan per-vaginam sebelum minggu ke 20.
2.Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan.
3. Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
4.Tidak ditemukan kelainan pada serviks.
5.Serviks tertutup.
b. Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah
lagi.
Tanda dan Gejala:
1. Perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
2. Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
3. Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi.
c. Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan
tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di rahim.
Tanda dan Gejala:
1. Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan telah keluar.
2. Nyeri perut bawah mirip kejang.
3. Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang
dianggap sebagai corpus allienum.
4. Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati).
d. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan lengkap.
Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi keluar.
Tanda dan Gejala:
1. Serviks menutup.
2. Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
3. Gejala kehamilan tidak ada.
4. Uji kehamilan negatif.
e. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan dimana janin telah mati
sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
Tanda dan Gejala:
1. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan
macerasi janin.
2. Buah dada mengecil kembali.
3. Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.
f. Abortus habitualis (keguguran berulang – ulang) adalah abortus yang telah berulang dan berturut –
turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali berturut – turut.
g. Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang disertai infeksi.
Tanda dan Gejala:
1. Demam kadang – kadang menggigil.
2. Lochea berbau busuk.
2.2.2 Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua abortus.
Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :
a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran kehamilan dengan alat –
alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan 21 membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit
berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
b. Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan
dilarang oleh hukum.

Goldman, L.A, Garcia, S.G., Diaz, J.,Yam, E.A. (2005). Brazilian Obstetrician-gynecologists and Abortion : A
Survey of Knowledge, Opinion and Practices. Reproductive Health, 2 (10). 47-56.
___________ 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Dan Ginekologi KB. Jakarta: EGC

2)

4) Hak Pasien MENURUT UU NO. 44 TAHUN 2009 TENTANG RS:


- memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
- memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
- memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
- memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
- memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi;
- mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
- memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit;
- meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat
Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
- mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
- mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
- memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
terhadap penyakit yang dideritanya; didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
- menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
- memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
- mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
- menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;
- menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
- mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban Pasien MENURUT PERMENKES NO. 69 TAHUN 2014 Sesuai Pasal 31 UU NO. 44 TAHUN 2009
TENTANG RS:
- mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
- menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggungjawab;
- menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya
yang bekerja di rumah sakit ;
- memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya
tentang masalah kesehatannya;
- memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya;
- mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di rumah sakit dan
disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan;
- menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang
direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh
Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
- memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 52 dan 53, Hak dan Kewajiban Pasien:
HAK
- Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan dilakukan dokter.
- Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
- Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
- Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.
- Bisa mendapat informasi rekam medis.
KEWAJIBAN
- Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah kesehatannya.
- Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
- Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
- Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

5) KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen, dan
mempertahankan perilaku professional dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri .
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun _sik, wajib
memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan
pasien tersebut.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan
teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara kompeten
dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya
untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya,
serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik _sik maupun psiko-sosial-kultural
pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan, bidang
lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya
untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian
untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi dengan
keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat,
kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang
etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat
bekerja dengan baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.

UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51, Hak dan Kewajiban Dokter:
HAK
- Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan
standar operasional prosedur.
- Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur.
- Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
- Menerima imbalan jasa.
KEWAJIBAN
- Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur serta
kebutuhan medis.
- Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang mempunyai
kemampuan lebih baik.
- Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien itu
meninggal dunia.
- Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang mampu melakukannya

Potter. Perry, Fundamental Keperawatan Buku Edisi 7. 2009. Jakarta: Salemba Medika.

Potter. Perry, Fundamental Keperawatan, Konsep Proses Dan Praktik. Edisi 4. 2005. Jakarta: EGC.

PRINSIP-PRINSIP ETIK
Menurut Code for Nurse with Interpretive Statement (ANA, 1985), dalam Potter dan Perry (1997) dan
juga PPNI (2003) dalam Sumijatun (2009) , prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Otonomi (Autonomy)
Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup individu. Kebebasan dalam
memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan
bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana
pilihannya sendiri.Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Bagian dari
apa yang didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah
menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya.
(Curtin, 2002). Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi
pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah
SAkit, ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995).
Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhakmengobatinya
sesuai dengan yang diinginkan. Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
b. Kebaikan (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan
orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi. Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari tindakan
yang dilakukan. Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien.
Prinsip ini sering kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan
sering memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah
perawat bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien.
Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan benar.
c. Keadilan (Justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu prinsip moral untuk
berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi
yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan
childress adalah mereka uang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat
diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk
tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini
harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang
dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK
d. Tidak mencederai (Nonmaleficience)
Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang lain.(Aiken,
2003). Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Prinsip ini
berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada kliennya.
Kerugian atau cedera dapat diartikan sebagai kerusakan fisik, seperti nyeri, kecacatan, kematian atau
adanya gangguan emosi seperti perasaan tak berdaya. Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan
kesadaran, maka harus dipasang side driil.
e. Kejujuran (Moral Right)
Prinsip moral right berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman
dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat
beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab
individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f. Kesetiaan (Fidelity)
Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab, memenuhi janji-janji.
Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.
Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab menjaga janji,
mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan
salah satu dari prinsip ketataatan. Peduli pada pasien merupakan komponen paling penting dari praktek
keperawatan, terutama pada pasien dalam kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat
diwujudkan dalam memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik,
memberikan kenyamanan dan menunjukan kemampuan profesional.Prinsip fidelity dibutuhkan individu
untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh mengingkari
janji tersebut.
g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu
yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan
bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

2) Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al Ahzaab ayat 21, Bismillahirrahmaanirrahiim..


Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(QS. Al Ahzaab : 21).
Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda: ”sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq”.
Hadits ini secara tegas menyatakan bahwa Allah mengutus nabi Muhammad SAW adalah untuk
menegakkan akhlaq. Dari sini dapat ditarik sebuah pemahaman yang lebih luas bahwa Allah mengutus
para nabi dan rasul-Nya tidak lain adalah untuk menegakkan akhlaq atau moral manusia.

Azas–azas Kemanusiaan dalam Islam.


Dalam Al-Qur’an, Surat Al-Isra’ ayat 70 Allah berfirman:

Artinya : “Telah Kami muliakan anak cucu Adam dan Kami membawa mereka didaratan dan dilautan dan
Kami beri mereka rizki dari hal-hal yang baik dan Kami telah lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan dari makhluk yang Kami ciptakan”. (QS. Al-Isra: 70).
Sehubungan dengan kelebihan tersebut, Islam telah meletakkan azas-azas yang akan menjaga hakikat
kemanusiaan dalam hubungan antar individu atau antar kelompok.
1. Saling menghormati dan memuliakan. Islam mengajarkan untuk menghormati manusia walaupun
telah menjadi mayat. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri khusyu’ menghormati jenazah
seorang yahudi. Kemudian seseorang berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia jenazah yahudi”.
Lalu, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Bukankah dia juga adalah seorang berjiwa ?”. (HR. Imam
Muslim).
2. Menyebarkan kasih sayang. Ini merupakan eksplorasi dari risalah Islam sebagai ajaran yang utuh,
karena dia datang sebagai rahmat untuk seluruh alam. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak akan
terlepas kasih sayang kecuali dari orang-orang yang hina”.
3. Keadilan & persaman. Menegakkan keadilan merupakan keharusan diwaktu aman bahkan dalam
keadaan perang sekalipun. Dan Islam menjadikan berlaku adil kapada musuh sebagai hal yang
mendekatkan kepada ketaqwaan (QS. Al-Maidah: 8). Untuk merealisasikan hal ini, Islam tidak hanya
menyuruh berbuat adil, tapi juga mengharamkan kezaliman dan melarangnya sangat keras. Adapun azas
persamaan sangat ditekankan khususnya dihadapan hukum. Faktor yang membedakan antara satu
orang dengan yang lain adalah taqwa dan amal shaleh. (QS.Al-Hujurat: 13).
4. Perlakuan yang sama. Membalas suatu kebaikan dengan kebaikan yang sama atau lebih baik adalah
tuntutan setiap masyarakat yang menginginkan hubungan harmonis antar sesama. Allah SWT
menentukan hal tersebut dalam salah satu firman-Nya dalam surat Al Isra’ ayat 7, yang artinya :
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat
maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua,
(Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam
mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”. (QS. Al-Isra: 7).
5. Berlapang dada & toleransi (tasamuh). Makna tasamuh adalah sabar menghadapi keyakinan-
keyakinan orang lain, pendapat-pendapat mereka dan amal-amal mereka walaupun bertentangan
dengan keyakinan dan batil menurut pandangan, dan tidak boleh menyerang dan mencela dengan
celaan yang membuat orang tersebut sakit dan tersiksa perasaannya. Azas ini terkandung dalam banyak
ayat Al-Qur’an diantaranya, dalam surat Al An’am ayat 108, yang artinya :
“Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah, yang menyebabkan
mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan tanpa ilmu. Demikianlah Kami menghiasi untuk
setiap umat amalan mereka, lalu Dia mengabarkan kepada apa yang mereka lakukan”. (QS.Al-An’am:
108).
6. Saling tolong menolong. Islam tidak sekedar mengesahkan azas ini sebagai azas dalam hubungan
antar manusia, tapi lebih jauh lagi Islam menentukan bahwa hamba selamanya bergantung kepada
pertolongan Allah SWT, dia mengakui hal ini atau pun tidak mengakuinya. Dan Islam mengaitkan
pertolongan ini dengan saling tolong menolong hamba antar mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Dan Allah selalu menolong seseorang selama orang tersebut selalu menolong saudaranya”. (HR.
Muslim).
7. Menepati janji. Melanggar janji merupakan satu tanda dari kemunafikan. Nabi SAW bersabda: “Tanda
orang munafik itu ada tiga; bila berbicara dia berbohong, bila berjanji dia melanggarnya dan bila diberi
amanat dia mengkhianatinya”.(HR. Muslim).

Você também pode gostar