Você está na página 1de 11

.

1 Latar Belakang

Angka kematian ibu di Indonesia menurut SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2005
mencapai 307 per 100 ribu kelahiran hidup dan merupakan tertinggi di Asia Tenggara. Tiga penyebab
utama angka kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, dan eklamsi. Sebanyak 11-13 % dari kematian ibu
tersebut disebabkan oleh abortus. Sebagian besar disebabkan oleh abortus yang tidak aman, yaitu
dilakukan dengan cara yang tidak baik, misalnya dibantu dukun atau minum jamu peluntur.

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum dapat hidup di luar
kandungan. Abortus dianggap sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram
atau usia kehamilan 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut aborts spontan. Abortus
buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu dengan obat-obatan atau dengan tindakan.
Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik (Sarwono, 2007). Pada
kehamilan tidak selalu berjalan dengan lancar dan baik, salah satunya terjadi abortus. Sehubungan dengan
ini perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mengetahui sedini mungkin tanda-tanda
terjadinya abortus dan seorang bidan wajib mengetahui asuhan yang diberikan pada ibu hamil dengan
abortus. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul “Asuhan Kebidanan pada
Ny. F G1 P0 A0 Hamil 12 Minggu dengan Abortus Inkompletus”. Sebagai tenaga kesehatan seorang bidan
perlu mengetahui asuhan kebidanan yanAbog diberikan pada Ibu hamil dengan abortus inkomplit.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Instruksional Umum


Untuk mengetahui pengertian abortus, tanda-tanda abortus, jenis-jenis abortus dan agar mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus, sehingga dapat melakukan tindakan
segera pada ibu hamil dengan abortus dan nyawa ibu dapat tertolong.

1.2.2 Tujuan Intruksional Khusus


Adapun tujuan instruksional khusus pembuatan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subyektif dan
obyektif pada ibu hamil dengan abortus
2. Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa kebidanan pada ibu hamil dengan abortus
3. Mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa pada ibu
hamil dengan abortus
4. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan rencana asuhan pada ibu
hamil dengan abortus
5. Mahasiwa dapat melaksanakan tindakan dan evaluasi pada ibu hamil dengan abortus

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai sarana untuk mengetahui teori-teori tentang abortus sebagai kelainan yang
mungkin terjadi dalam kehamilan
2. Sebagai sarana untuk pembelajaran bagi mahasiswa kebidanan dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada klien dengan abortus inkompletus sebelum praktik langsung di lapangan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Abortus

Menurut Eastman, abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup
sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram,
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Sinopsis Obsetri, Fisiologis, Pathologis : 209). Menurut
Holner, abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16 di mana proses plarentasi belum
selesai (Sinopsis Obsetris Fisiologi, Pathologi : 209).

2.2 Etiologi Abortus

Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului dengan kamatian mudigah. Sebaliknya, pada
kehamilan lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan
abortus dapat dibagi sebagai berikut:

a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi


Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat
biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan
dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:
 Kelainan Kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi,
poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
 Lingkungan Kurang Sempurna. Bila lingkungan diendometrium disekitar tempat implantasi
kurang sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
 Pengaruh Dari Luar. Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil
konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya disebut pengaruh teratogen.

b. Kelainan Pada Plasenta


Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi pada kehamilan muda
misalnya karena hipertensi menahun.

c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat
menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,
laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun, seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa,
toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.

d. Kelainan Traktus Genitalis


Retroversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi, harus
diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peran
penting. Sebab lain dalam abortus dalam trimester ke-2 ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan
oleh kelemahan-bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks
luas yang tidak dijahit.

2.3 Patologi

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan
disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales
sudah menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap.

2.4 Klasifikasi Abortus

Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminiens, abortus insipiens, abortus inkompletus dan
abortus kompletus. Selanjutnya dikenal pula abortus servikalis, missed abortion, abortus habitualis, abortus
infeksiosus, dan abortus septik.
2.4.1 Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks (Sarwono, 2007). Diagnosis
abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules
sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan
tes kehamilan positif. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak
disertai mules-mules.

Penanganan abortus imminens meliputi :


 Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
 Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral
atau secara intramuskular. Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
 Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup.

2.4.2 Abortus Insipiens


Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus (Sarwono, 2007). Dalam hal
ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat
dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan Abortus
Insipiens meliputi :

a. Jika usia kehamilan kurang dari16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika
evaluasi tidak dapat, segera dilakukan: Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).

b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.


Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
 Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
 Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau
larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

2.4.3 Abortus Inkompletus


Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Sarwono, 2007). Pada pemeriksaan vaginal, kanalis
servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum seluruh hasil konsepsi dikeluarkan.
Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan
yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-
kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.

Penanganan abortus inkomplit :


1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
keluar melalui serviks.
2. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol4 00 mcg
per oral.
3. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
4. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer
laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi (maksimal 800 mcg)
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
- Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
2.4.4 Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan
sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan
lengkap.

Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita
anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.

2.4.5 Abortus Servikalis


Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang
tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar,
kurang-lebih bundar, dengan dinding menipis. 2.4.6 Missed abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh
hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.

2.4.7 Abortus Habitualis


Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya
penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Etiologi abortus
habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan. Abortus habitualis yang terjadi dalam
trimester II kehamilan dapat disebabkan oleh serviks uteri yang tidak sanggup terus menutup, melainkan
perlahan-lahan membuka (inkompeten). Kelainan ini sering kali terjadi akibat trauma pada serviks,
misalnya karena usaha pembukaan serviks yang luas.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain:


1. Histerosalpingografi untuk mengetahui ada tidaknya pada uterus submukus mioma dan
kongenital anomaly
2. BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan
gld. Thyroid
3. Psikoanalis.

Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis khususnya diagnosis abortus
habitualis karena inkompetensia menunjukkan gambaran klinik yang khas, yaitu dalam kehamilan triwulan
kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mules, ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
Kemudian timbul mules yang selanjutnya diikuti oleh pengeluaran janin yang biasanya masih hidup dan
normal.

BAB III
TINJAUAN KASUS

1. PENGUMPULAN DATA
DATA SUBJEKTIF
a. Biodata
Nama Ibu : Ny. S
Nama Suami : Tn. B
Umur : 25 tahun
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : D III
Pendidikan :S1
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. X. Kota Lhokseumawe, Aceh

b. Keluhan Utama Saat Masuk :


Ibu datang ke RB. Ananda pada tanggal 18 April 2010 pukul 11.00 WIB ibu datang ke RB. Ananda ingin
memeriksakan kehamilannya, mengaku hamil 3 bulan anak pertama dengan mengeluh nyeri perut bagian
bawah dan mengeluarkan darah sebanyak satu pembalut tidak penuh disertai sedikit gumpalan seperti
daging dari kemaluannya sejak pukul 10.00 WIB.

c. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan :


- nyeri kepala yang hebat : tidak ada
- mata berkunang – kunang : tidak ada
- nyeri perut bagian bawah : ada
- oedem : tidak ada
- keluar air-air : tidak ada
- perdarahan : ada

d. Data Kebidanan
1. Riwayat Menstruasi
Menearche : 14 tahun Sifat : teratur
Siklus : 28 hari Warna : merah
Lama : 7 hari Dismenorhea : tidak ada
Jumlah : 2x ganti pembalut

2. Riwayat Kehamilan Sekarang


HPHT : 22 Januari 2010
TP : 29 Oktober 2010
Pergerakan Janin Pertama Kali : Tidak ada
Pergerakan Janin Yang Dirasakan Dalam 24 jam terakhir : Tidak ada
Tanda-tanda Bahaya/Peyulit : ada
Obat yang di konsumsi (termasuk jamu) : tidak ada
Imunisasi TT1 :-
Imunisasi TT2 :-
Kekhawatira-kekhawatiran khusus : khawatir terjadi keguguran
Pemeriksaan Kehamilan
Trimester I : 2 x dengan bidan
Keluhan : pusing, mual dan lemas
Trimester II :-
Keluhan :-
Trimester III :-
Keluhan :-

3. Riwayat Kehamilan Persalinan Dan Nifas Yang Lalu

No Usia Jenis Ditolong Penyulit Tahun Nifas/ Anak


Kehamilan Persalinan Oleh Persalinan Laktasi Jenis BB TB
kelamin
1 Hamil ini

e. Data Kesehatan
1. Riwayat penyakit yag perah diderita
TBC : tidak ada
Malaria : tidak ada DM : tidak ada
Hipertensi : tidak ada Jantung : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

2. Riwayat Operasi
SC : tidak ada

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi : tidak ada Jantung : tidak ada
DM : tidak ada

4. Riwayat KB
Jumlah Anak Yang Diinginkan : 2 orang anak

f. Riwayat Psikososial
Status Pernikahan : Menikah/Tidak Menikah
Suami Yang ke : pertama
Istri yang ke : pertama
Lamanya menikah : 1 tahun
- penolong persalinan : bidan
- pendamping persalinan : suami / keluarga

g. Data Kebisaan Sehari-Hari


1. Nutrisi
Pola makan : 3 x sehari
Jenis makanan yang dikonsumsi : nasi, lauk, sayuran
Jenis makan yang tidak disukai : tidak ada
Perubahan porsi makan : tidak ada
Alergi terhadap makanan (jenis) : tidak ada

2. Eliminasi
BAK : 8x sehari Warna : kuning
BAB : 1 x sehari
Konsistesi : lunak
Terakhir BAB jam : 7 pagi

3. Pola istirahat dan tidur


Tidur siang :-
Masalah : bekerja
Tidur malam : 8 jam

4. Olah raga dan rekreasi


Olah raga : jarang

5. Kebisaan Hidup Sehari-Hari


Obat-obatan atau jamu : tidak pernah mengkonsumsi
Alergi terhadap obat : tidak ada
Merokok : tidak pernah mengkonsumsi
Minuman beralkohol : tidak pernah mengkonsumsi
6. Aktiftas sehari-hari : bekerja dan mengurus keluarga

7. hubungan seksual
Hubungan seks dalam kehamilan : 2x seminggu
Keluhan : tidak ada

8. Personal hygiene
Ganti pakai dalam : 2x sehari
Irigasi vagina : tidak pernah

DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : CM
Tekanaa Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 36,5 derajat celcius

B. Antropometri
LILA : 25 cm
TB : 156 cm
BB sebelum hamil : 48 kg
BB sekarang : 50 kg

C. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut : hitam, tidak berketombe
Muka :Cloasma tidak ada Oedema: tidak ada
Mata :Konjungtiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikterik
Hidung :Pengeluaran : tidak ada
Polip : tidak ada
Telinga :Kebersihan : bersih
Mulut/Gigi :Stomatitis : tidak ada
Gusi : normal
Caries : tidak ada

Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Pembesaran vena jugularis : tidak ada pelebaran

Dada
Bunyi jantung : normal
Irama : teratur
Payudara, Bentuk : simetris Putting susu : menonjol
Areola : hitam Pengeluaran : tidak ada

Abdomen
Pembesaran : sesuai masa kehamilan
Luka bekas operasi : tidak ada
Striae Albican/ Livide : albican
Linea Alba/ Nigra : nigra
- TFU : 2 jari diatas simfisis, teraba ballotemen
- Leopold I : tidak dilakukan
- Leopold II Bagian kanan : tidak dilakukanBagian kiri : tidak dilakukan
- Leopold III : tidak dilakukan
- Leopold IV : tidak dilakukan
- TBJ : -
- Kontraksi : ada
- DJJ : -
- Teratur/ tidak : -
- Punctum maksimum : -

Ekstremitas atas
Edema : tidak ada
Reflek patella : positif kanan dan kiri

Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan genitalia eksternal
Labi mayora : normal tidak ada kelainan
Labia minora : normal tidak ada kelainan

Pemeriksaan genitalia Interna (bila ada indikasi)


Pemeriksaa dalam
- dinding vagina : normal
- serviks dan vagina : serviks dan vagina membuka

Pelvimetri klinis
- promontorium : tidak dilakukan
- conjugata diagonalis : tidak dilakukan
- Linea Inominata : tidak dilakukan
- Spina Ichiadica : tidak dilakukan
- Distnsia Iterspinarum : tidak dilakukan
- Sacrum : tidak dilakukan
- Arcus Pubis : tidak dilakukan
- Kesan panggul : tidak dilakukan
Anus (hemoroid) : tidak ada

Pemeriksaan panggul luar


Distansia spniarum : tidak dilakukan
Distansia kristarum : tidak dilakukan
Distansia tuberum : tidak dilakukan

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
1. darah
a. HB : 10,5 gr %
b. Golongan Darah : B
2. Urine
a. Protein : negatif (-)
b. Glukosa : negatif (-)
c. HCG : negatif (-)
USG : hasil pemeriksaaan USG menunjukkan kavum uteri berisi kantong gestasi yang sudah
terlepas sebagian dan bentuknya tidak utuh lagi

II. DIAGNOSA DAN MASALAH :


- Diagnosa : Ny. S G1 P0 A0 Hamil 12 Minggu dengan Abortus Inkomplit
- Dasar : ibu mengatakan hamil anak pertama dan belum pernah keguguran
HPHT : 22 - 01 - 2010
Inspesksi genitalia : perdarahan
Pengeluaran : darah dan sedikit gumpalan daging
TFU : 2 jari diatas simfisis
PD : teraba serviks membuka
a. Perdarahan pervaginam
b.Nyeri perut bagian bawah
c. Ibu merasa cemas akan tindakan kuretase

III. DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Perdarahan dan Syok

IV. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI


Memberikan cairan infus RL berkolaborasi dengan dokter obgyn dalam memberikan terapi dan
pemeriksaan USG segera merujuk ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan transfusi darah jika
perdarahan semakin banyak.

V. RENCANA
1. Beritahu kepada ibu dan keluarga keadaan ibu dan janin
2. Beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang tanda – tanda bahaya kehamilan
3. Lakukan tes urin HCG
4. Beri informasi tentang penatalaksanaan abortus Inkomplit
5. Minta pasien menandatangani surat persetujuan tindakan medis (informed consent)
6. Berikan dukungan emosional pada ibu
7. Berikan cairan infus RL
8. Berkolaborasi denga dokter obgyn dalam melakukan evakuasi hasil konsepsi dan
pemberian terapi.
9. Berikan ergometrin 0,2 mg secara IM.
10. Observasi TTV pada ibu dan memantau kondisi ibu pasca tindakan
11. Jelaskan pada ibu untuk istirahat berbaring dan tidak melakukan aktifitas fisik berlebih
12. Berikan Vit K, dan tablet Fe
13. Berikan antibiotik amoxilin 3 x 500 mg dan asam mefenamat 3x 500 mg.
14. Anjurkan pada ibu untuk jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian

VI. PELAKSANAAN
1. Memberikan informasi kepada ibu tentang keadaan dirinya dalam keadaan baik–baik saja,
tapi ada sedikit masalah pada kehamilannya, yaitu janin tidak dapat dipertahankan dan terjadi
abortus inkomplit, dengan hasil pemeriksaan TD : 120/80 mmHg, N : 82 x/mnt, S : 36,5°C, dan
RR : 22 x/mnt.
2. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang tanda–tanda bahaya mengenai kehamilan,
seperti kejang–kejang, perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, dan pandangan kabur.
3. Melakukan tes urin HCG untuk memastikan apakah janin masih bisa dipertahankan atau
tidak
4. Memberikan informasi tentang penatalaksanaan abortus inkomplit bahwa akan dilakukan
tindakan evakuasi hasil konsepsi secara digitalis oleh dokter obgyn
5. Meminta pasien menandatangani surat persetujuan tindakan medis
6. (informed consent) untuk menyatakan pasien menyetujui tindakan medik yang akan
dilakukan
7. Memberikan cairan infus RL
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn dalam melakukan evakuasi hasil konsepsi
secara digitalis dan dalam pemberian terapi
9. Memberikan ergometrin 0,2 mg secara IM setelah perdarahan berhenti
10. Melakukan observasi TTV pada ibu dan memantau kondisi ibu pasca tindakan
11. Menjelaskan pada ibu untuk istirahat berbaring dan tidak boleh turun dari tempat tidur
serta tidak melakukan aktifitas fisik berlebih
12. Memberikan Vit K 1x1 tablet untuk mencegah perdarahan, dan 1 tablet Fe per hari untuk
mencegah terjadinya anemia pada ibu
13. Memberikan antibiotik amoxilin 3 x 500 mg per hari dan asam mefenamat 3x 500 mg
perhari
14. Menganjurkan pada ibu untuk jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian memakai alat
kontrasepsi seperti kondom atau pil
VII. EVALUASI
1. Ibu mengerti dan memahami semua penjelasan dari dokter obgyn dan bidan
2. Ibu menerima dengan ikhlas terhadap keadaan kehamilan dan janin yang dikandungnya
3. Ibu bersedia dilakukan tindakan pengeluaran hasil konsepsi secara digital oleh dokter
obgy
4. Ibu dan keluarga merasa tenang mengetahui perdarahan telah berhenti
5. Ibu bersedia melakukan semua saran yang diberikan oleh dokter obgyn dan bidan

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan bidan, Ny. F di diagnosa mengalami abortus inkompletus.
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Ny. F datang pada pukul 11.00 WIB untuk memeriksakan
kehamilannya, mengaku hamil 3 bulan anak pertama dengan mengeluh nyeri perut bagian bawah dan
mengeluarkan darah sebanyak satu pembalut tidak penuh disertai sedikit gumpalan dari kemaluannya sejak
pukul 10.00 WIB.

Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Dari hasil pemeriksaan vaginal yang
dilakukan oleh bidan teraba kanalis servikalis membuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri.
Berdasrkan hasil pemeriksaan USG diperoleh hasil pemeriksaaan USG menunjukkan kavum uteri berisi
kantong gestasi yang sudah terlepas sebagian dan bentuknya tidak utuh lagi.

Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan
tidak akan berhenti sebelum seluruh hasil konsepsi dikeluarkan. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama
abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif
sehingga menyebabkan hipovolemia berat. Ny. F megalami perdarahan sedang, yaitu sebanyak satu
pemalut tidak penuh dalam waktu 1 jam dan disertai sdikit gumpalan seperti daging.

Dalam penanganannya, apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, harus segera
diberikan infus cairan NaCl fisiologik atau cairan RL yang disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi,
dilakukan kerokan. Pasca tindakan disuntikkan ergometrin 0,2 mg secara IM umtuk mempertahankan
kontraksi otot uterus. Meskipun Ny. F tidak mengalami syok karena perdarahan, terapi pemberian cairan
infus RL tetap di berikan untuk mempertahankan keadaan umum ibu tetap baik.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum dapat hidup di luar
kandungan. Abortus dianggap sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram
atau usia kehamilan 20 minggu. Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah
menonjol dari ostium uteri eksternum (Sarwono, 2007).
.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan peran bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana kebidanan lebih meningkatkan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Bidan harus meningkatkan kerjasama yang baik dengan
petugas kesehatan lainnya, klien dan keluarganya.

5.2.2 Bagi klien dan Masyarakat


Untuk keberhasilan Asuhan kebidanan diperlukan kerjasama yang baik dari klien dalam usaha
memecahkan masalah klien.

5.2.3 Bagi Mahasiswa


Diharapkan mampu menguasai materi sebelum terjun ke lahan praktek

Você também pode gostar