Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1 Latar Belakang
Angka kematian ibu di Indonesia menurut SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2005
mencapai 307 per 100 ribu kelahiran hidup dan merupakan tertinggi di Asia Tenggara. Tiga penyebab
utama angka kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, dan eklamsi. Sebanyak 11-13 % dari kematian ibu
tersebut disebabkan oleh abortus. Sebagian besar disebabkan oleh abortus yang tidak aman, yaitu
dilakukan dengan cara yang tidak baik, misalnya dibantu dukun atau minum jamu peluntur.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum dapat hidup di luar
kandungan. Abortus dianggap sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram
atau usia kehamilan 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut aborts spontan. Abortus
buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu dengan obat-obatan atau dengan tindakan.
Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik (Sarwono, 2007). Pada
kehamilan tidak selalu berjalan dengan lancar dan baik, salah satunya terjadi abortus. Sehubungan dengan
ini perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mengetahui sedini mungkin tanda-tanda
terjadinya abortus dan seorang bidan wajib mengetahui asuhan yang diberikan pada ibu hamil dengan
abortus. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul “Asuhan Kebidanan pada
Ny. F G1 P0 A0 Hamil 12 Minggu dengan Abortus Inkompletus”. Sebagai tenaga kesehatan seorang bidan
perlu mengetahui asuhan kebidanan yanAbog diberikan pada Ibu hamil dengan abortus inkomplit.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut Eastman, abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup
sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram,
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Sinopsis Obsetri, Fisiologis, Pathologis : 209). Menurut
Holner, abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16 di mana proses plarentasi belum
selesai (Sinopsis Obsetris Fisiologi, Pathologi : 209).
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului dengan kamatian mudigah. Sebaliknya, pada
kehamilan lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan
abortus dapat dibagi sebagai berikut:
c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat
menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,
laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun, seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa,
toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
2.3 Patologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan
disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales
sudah menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap.
Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminiens, abortus insipiens, abortus inkompletus dan
abortus kompletus. Selanjutnya dikenal pula abortus servikalis, missed abortion, abortus habitualis, abortus
infeksiosus, dan abortus septik.
2.4.1 Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks (Sarwono, 2007). Diagnosis
abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules
sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan
tes kehamilan positif. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak
disertai mules-mules.
a. Jika usia kehamilan kurang dari16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika
evaluasi tidak dapat, segera dilakukan: Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita
anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh
hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.
Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis khususnya diagnosis abortus
habitualis karena inkompetensia menunjukkan gambaran klinik yang khas, yaitu dalam kehamilan triwulan
kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mules, ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
Kemudian timbul mules yang selanjutnya diikuti oleh pengeluaran janin yang biasanya masih hidup dan
normal.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. PENGUMPULAN DATA
DATA SUBJEKTIF
a. Biodata
Nama Ibu : Ny. S
Nama Suami : Tn. B
Umur : 25 tahun
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : D III
Pendidikan :S1
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. X. Kota Lhokseumawe, Aceh
d. Data Kebidanan
1. Riwayat Menstruasi
Menearche : 14 tahun Sifat : teratur
Siklus : 28 hari Warna : merah
Lama : 7 hari Dismenorhea : tidak ada
Jumlah : 2x ganti pembalut
e. Data Kesehatan
1. Riwayat penyakit yag perah diderita
TBC : tidak ada
Malaria : tidak ada DM : tidak ada
Hipertensi : tidak ada Jantung : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
2. Riwayat Operasi
SC : tidak ada
4. Riwayat KB
Jumlah Anak Yang Diinginkan : 2 orang anak
f. Riwayat Psikososial
Status Pernikahan : Menikah/Tidak Menikah
Suami Yang ke : pertama
Istri yang ke : pertama
Lamanya menikah : 1 tahun
- penolong persalinan : bidan
- pendamping persalinan : suami / keluarga
2. Eliminasi
BAK : 8x sehari Warna : kuning
BAB : 1 x sehari
Konsistesi : lunak
Terakhir BAB jam : 7 pagi
7. hubungan seksual
Hubungan seks dalam kehamilan : 2x seminggu
Keluhan : tidak ada
8. Personal hygiene
Ganti pakai dalam : 2x sehari
Irigasi vagina : tidak pernah
DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : CM
Tekanaa Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 36,5 derajat celcius
B. Antropometri
LILA : 25 cm
TB : 156 cm
BB sebelum hamil : 48 kg
BB sekarang : 50 kg
C. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut : hitam, tidak berketombe
Muka :Cloasma tidak ada Oedema: tidak ada
Mata :Konjungtiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikterik
Hidung :Pengeluaran : tidak ada
Polip : tidak ada
Telinga :Kebersihan : bersih
Mulut/Gigi :Stomatitis : tidak ada
Gusi : normal
Caries : tidak ada
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Pembesaran vena jugularis : tidak ada pelebaran
Dada
Bunyi jantung : normal
Irama : teratur
Payudara, Bentuk : simetris Putting susu : menonjol
Areola : hitam Pengeluaran : tidak ada
Abdomen
Pembesaran : sesuai masa kehamilan
Luka bekas operasi : tidak ada
Striae Albican/ Livide : albican
Linea Alba/ Nigra : nigra
- TFU : 2 jari diatas simfisis, teraba ballotemen
- Leopold I : tidak dilakukan
- Leopold II Bagian kanan : tidak dilakukanBagian kiri : tidak dilakukan
- Leopold III : tidak dilakukan
- Leopold IV : tidak dilakukan
- TBJ : -
- Kontraksi : ada
- DJJ : -
- Teratur/ tidak : -
- Punctum maksimum : -
Ekstremitas atas
Edema : tidak ada
Reflek patella : positif kanan dan kiri
Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan genitalia eksternal
Labi mayora : normal tidak ada kelainan
Labia minora : normal tidak ada kelainan
Pelvimetri klinis
- promontorium : tidak dilakukan
- conjugata diagonalis : tidak dilakukan
- Linea Inominata : tidak dilakukan
- Spina Ichiadica : tidak dilakukan
- Distnsia Iterspinarum : tidak dilakukan
- Sacrum : tidak dilakukan
- Arcus Pubis : tidak dilakukan
- Kesan panggul : tidak dilakukan
Anus (hemoroid) : tidak ada
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
1. darah
a. HB : 10,5 gr %
b. Golongan Darah : B
2. Urine
a. Protein : negatif (-)
b. Glukosa : negatif (-)
c. HCG : negatif (-)
USG : hasil pemeriksaaan USG menunjukkan kavum uteri berisi kantong gestasi yang sudah
terlepas sebagian dan bentuknya tidak utuh lagi
V. RENCANA
1. Beritahu kepada ibu dan keluarga keadaan ibu dan janin
2. Beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang tanda – tanda bahaya kehamilan
3. Lakukan tes urin HCG
4. Beri informasi tentang penatalaksanaan abortus Inkomplit
5. Minta pasien menandatangani surat persetujuan tindakan medis (informed consent)
6. Berikan dukungan emosional pada ibu
7. Berikan cairan infus RL
8. Berkolaborasi denga dokter obgyn dalam melakukan evakuasi hasil konsepsi dan
pemberian terapi.
9. Berikan ergometrin 0,2 mg secara IM.
10. Observasi TTV pada ibu dan memantau kondisi ibu pasca tindakan
11. Jelaskan pada ibu untuk istirahat berbaring dan tidak melakukan aktifitas fisik berlebih
12. Berikan Vit K, dan tablet Fe
13. Berikan antibiotik amoxilin 3 x 500 mg dan asam mefenamat 3x 500 mg.
14. Anjurkan pada ibu untuk jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian
VI. PELAKSANAAN
1. Memberikan informasi kepada ibu tentang keadaan dirinya dalam keadaan baik–baik saja,
tapi ada sedikit masalah pada kehamilannya, yaitu janin tidak dapat dipertahankan dan terjadi
abortus inkomplit, dengan hasil pemeriksaan TD : 120/80 mmHg, N : 82 x/mnt, S : 36,5°C, dan
RR : 22 x/mnt.
2. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang tanda–tanda bahaya mengenai kehamilan,
seperti kejang–kejang, perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, dan pandangan kabur.
3. Melakukan tes urin HCG untuk memastikan apakah janin masih bisa dipertahankan atau
tidak
4. Memberikan informasi tentang penatalaksanaan abortus inkomplit bahwa akan dilakukan
tindakan evakuasi hasil konsepsi secara digitalis oleh dokter obgyn
5. Meminta pasien menandatangani surat persetujuan tindakan medis
6. (informed consent) untuk menyatakan pasien menyetujui tindakan medik yang akan
dilakukan
7. Memberikan cairan infus RL
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn dalam melakukan evakuasi hasil konsepsi
secara digitalis dan dalam pemberian terapi
9. Memberikan ergometrin 0,2 mg secara IM setelah perdarahan berhenti
10. Melakukan observasi TTV pada ibu dan memantau kondisi ibu pasca tindakan
11. Menjelaskan pada ibu untuk istirahat berbaring dan tidak boleh turun dari tempat tidur
serta tidak melakukan aktifitas fisik berlebih
12. Memberikan Vit K 1x1 tablet untuk mencegah perdarahan, dan 1 tablet Fe per hari untuk
mencegah terjadinya anemia pada ibu
13. Memberikan antibiotik amoxilin 3 x 500 mg per hari dan asam mefenamat 3x 500 mg
perhari
14. Menganjurkan pada ibu untuk jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian memakai alat
kontrasepsi seperti kondom atau pil
VII. EVALUASI
1. Ibu mengerti dan memahami semua penjelasan dari dokter obgyn dan bidan
2. Ibu menerima dengan ikhlas terhadap keadaan kehamilan dan janin yang dikandungnya
3. Ibu bersedia dilakukan tindakan pengeluaran hasil konsepsi secara digital oleh dokter
obgy
4. Ibu dan keluarga merasa tenang mengetahui perdarahan telah berhenti
5. Ibu bersedia melakukan semua saran yang diberikan oleh dokter obgyn dan bidan
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan bidan, Ny. F di diagnosa mengalami abortus inkompletus.
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Ny. F datang pada pukul 11.00 WIB untuk memeriksakan
kehamilannya, mengaku hamil 3 bulan anak pertama dengan mengeluh nyeri perut bagian bawah dan
mengeluarkan darah sebanyak satu pembalut tidak penuh disertai sedikit gumpalan dari kemaluannya sejak
pukul 10.00 WIB.
Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Dari hasil pemeriksaan vaginal yang
dilakukan oleh bidan teraba kanalis servikalis membuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri.
Berdasrkan hasil pemeriksaan USG diperoleh hasil pemeriksaaan USG menunjukkan kavum uteri berisi
kantong gestasi yang sudah terlepas sebagian dan bentuknya tidak utuh lagi.
Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan
tidak akan berhenti sebelum seluruh hasil konsepsi dikeluarkan. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama
abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif
sehingga menyebabkan hipovolemia berat. Ny. F megalami perdarahan sedang, yaitu sebanyak satu
pemalut tidak penuh dalam waktu 1 jam dan disertai sdikit gumpalan seperti daging.
Dalam penanganannya, apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, harus segera
diberikan infus cairan NaCl fisiologik atau cairan RL yang disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi,
dilakukan kerokan. Pasca tindakan disuntikkan ergometrin 0,2 mg secara IM umtuk mempertahankan
kontraksi otot uterus. Meskipun Ny. F tidak mengalami syok karena perdarahan, terapi pemberian cairan
infus RL tetap di berikan untuk mempertahankan keadaan umum ibu tetap baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum dapat hidup di luar
kandungan. Abortus dianggap sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram
atau usia kehamilan 20 minggu. Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah
menonjol dari ostium uteri eksternum (Sarwono, 2007).
.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan peran bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana kebidanan lebih meningkatkan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Bidan harus meningkatkan kerjasama yang baik dengan
petugas kesehatan lainnya, klien dan keluarganya.